• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning/PBL)

Dalam dokumen revisi buku pak darmin A4 (Halaman 49-52)

MODEL PEMBELAJARAN SAINTIFIK A Deskripsi Uraian Mater

2. Langkah Pelaksanaan

2.5. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning/PBL)

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) merupakan model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan PBL, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). Model PBL adalah suatu model yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran PBL cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks. Macam- macam pembelajaran berdasarkan masalah adalah :

1 Pembelajaran berdasarkan proyek (project-based instruction), adalah model pembelajaran yang memperkenankan peserta didik untuk bekerja mandiri dalam mengkonstruk pembelajarannya.

2 Pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience-based instruction), model pembelajaran yang memperkenankan peserta didik melakukan percobaan guna mendapatkan kesimpulan yang benar dan nyata.

3 Belajar otentik (authentic learning), model pembelajaran yang mem-perkenankan peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah yang penting dalam konsteks kehidupan nyata.

4 Pembelajaran bermakna, model pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan memberi kesempatan untuk pembelajaran bermakna.

Ciri-ciri dari model PBL, antara lain (a) pengajuan pertanyaan atau masalah. (b) berfokus pada keterkaitan antar disiplin, (c) penyelidikan autentik, artinya PBL mengharuskan peserta didik melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Peserta didik harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, merumuskan kesimpulan, dan menghasilkan produk dan memamerkannya, (d) Kolaborasi, artinya pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh peserta didik yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Karakter bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berfikir,

Model PBL tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak- banyaknya kepada peserta didik. Model PBL dikembangkan untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi peserta didik yang otonom dan mandiri. Manfaat khusus yang diperoleh metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para peserta didik merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya.

Pada pembelajarn di dalam kelas PBL, peran guru berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru di dalam kelas PBL antara lain sebagai berikut: (1) Mengajukan masalah atau mengorientasikan peserta didik kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari, (2) Memfasilitasi/ membimbing penyelidikan misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen/ percobaan, (3) Memfasilitasi dialog peserta didik , dan (4) Mendukung belajar peserta didik . Adapun kelebihan Problem based Learning adalah (1) pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan, (2) Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan, (3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Langkah Operasional dalam model PBL adalah (a) Konsep Dasar (Basic Concept), Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pe elajara da e dapatka peta ya g akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran, (2) Pendefinisian masalah (Defining the Problem), yang mana dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat, (3). Pembelajaran Mandiri (Self Learning) Peserta didik mencari berbagai sumber yang

MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF KREATIF [Model PAIKEM dalam Konteks Pembelajaran dan Penelitian Sains Bermuatan Karakter]

51 dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.

Tahap investigasi memiliki tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami, (3) Pertukaran Pengetahuan Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya, (4) Penilaian (Assessment) dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude).

Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.

Adapun contoh penerapan Sebelum memulai proses pembelajaran di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka. Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.

Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment. Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh peserta didik itu sendiri dalam belajar.

Peer-assessment. Penilaian di mana peserta didik berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya .Pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5 langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan peserta didik dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja peserta didik . Kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan langkah-langkah berikut.

1 Tahap-1 Orientasi peserta didik pada masalah : Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan

mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3 Tahap-3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4 Tahap-4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

5 Tahap-5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Nilai-nilai karakter yang diperoleh peserta didik melalui penerpan model PBL adalah bekerja berdasarkan prioritas, mengambil keputusan, berpikir kritis, selektif, tanggung jawab, kepekaan melihat masalah, identifikasi masalah, terlatih menyelesaikan masalah, ketajaman analisis, kemampuan interpretasi, dan menggunakan metode kemampuan life long learning (Suyadi, 2013, Dirjend Dikti, 2012).

Dalam dokumen revisi buku pak darmin A4 (Halaman 49-52)