• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) a.Pembelajaran Kooperatif

Kata kooperatif (cooperative) memiliki makna mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain. Sedangkan coopertaive learning menurut Margaret dan Hilda (2003) adalah : suatu strategi belajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dua orang atau lebih.

Selanjutnya menurut Rusman (2011) cooperative learning adalah teknik pengolompokan yang didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 5-6 orang. Dalam

cooperative learning belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni, 2010). Belajar kooperatif memungkinkan siswa untuk bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Roger dan David Johnson (Lie, 2008) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dikatakan cooperative learning. Untuk mencapai hasil maksimal ada lima unsur pendekatan pembelajaran gotong royong yang harus ditetapkan, yaitu :

1. Saling ketergantungan positif, keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Sehingga setiap

23

anggota harus bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

2. Tanggung jawab perseorangan, unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui jelas dan mudah. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntunnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya.

3. Tatap muka, setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota, keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

5. Evaluasi proses kelompok, pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif.

Dengan pembelajaran kooperatif siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan sosial yang lebih baik dalam hal bekerjasama, menghargai pendapat orang lain, pikiran positif mengenai sekolah, diri sendiri dan orang

lain. Begitu juga dengan kemampuan akademiknya siswa diharapkan dapat memiliki hasil belajar dan pemahaman materi pelajaran yang lebih baik. Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya (Rusman, 2011).

b. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Margaret dan Hilda (2003) kelebihan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

1. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis.

2. Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi yang dimiliki oleh siswa.

3. Siswa tidak hanya menjadi objek belajar melainkan juga sebagai subjek belajar bagi siswa lainnya karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya.

4. Siswa dilatih untuk bekerja sama. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang diipelajari lebih bermakna.

25

c. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Selain memiliki kelebihan pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan. Berikut kelemahan pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2010) yaitu :

1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.

2. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas alat, dan biaya yang cukup memadai.

3. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung ada kecenderungan topik dan permasalahan yang dibahas meluas, sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

4. Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang hal itu mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Meskipun memiliki kelemahan namun ada cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, yaitu :

1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran dengan benar, dengan membuat skenario pembelajaran dan menyesuaikannya dengan alokasi waktu yang diberikan.

2. Mempersiapkan dan mengecek kelengkapan alat-alat pendukung proses pembelajaran yang diperlukan dengan teliti sebelum pembelajaran dimulai.

3. Guru harus membimbing dan memantau diskusi agar permasalahan yang didiskusikan tidak meluas.

4. Guru harus mengingatkan siswa yang kurang aktif dalam diskusi agar lebih mengikuti diskusi kelompoknya dengan saksama. d. Numbered Heads Together (NHT)

Numbered Heads Together (NHT) dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992, Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat Lie (2008). Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Tipe ini dikembangkan oleh Kagan dengan melibatkan para siswa dengan menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Ibrahim, 2000). NHT pada dasarnya merupakan sebuah varian dari diskusi kelompok, dengan ciri khasnya adalah guru menunjuk salah satu siswa yang dapat mewakili kelompoknya tanpa memberitahu dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Cara ini menjamin keterlibatan otak semua siswa. Ibrahim (2000) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu; hasil belajar akademik

27

struktural, pengakuan adanya keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

Menurut Lie (2008) Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut :

1. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapatkan nomor.

2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

3. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini. 4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa yang dipanggil

melaporkan hasil kerjasama mereka.

Sedangkan menurut Trianto (2009) dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks

Numbered Heads Together (NHT) yaitu :

1. Fase 1 : Penomoran, dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5.

2. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan, guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa, pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.

3. Fase 3 : Berfikir bersama, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam tim nya untuk mengetahui jawaban tim.

4. Fase 4 : Menjawab, guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Berdasarkan penjelasan tentang pembelajaran kooperatif tipe NHT maka dapat disimpulkan bahwa siswa pada awal pembelajaran di kelompokkan menjadi beberapa kelompok dimana didalam setiap kelompok beranggotakan 3-5 orang. Kemudian dari setiap anggota kelompoknya diberikan nomor 1 sampai 5. Nomor ini menjadi identitas siswa selama proses pembelajaran. Selanjutnya siswa akan dihadapkan pada suatu permasalahan atau persoalan yang harus dicarikan penyelesaiannya melalui kerjasama kelompok dan meyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya untuk mengetahui jawaban kelompok. Pada tahap akhir, siswa yang nomornya disebutkan oleh guru mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Ada beberapa manfaat pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajarnya rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000), antar lain adalah :

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi. 2. Memperbaiki kehadiran.

29

4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil. 5. Konflik antara pribadi kurang.

6. Pemahaman yang lebih mendalam.

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. 8. Hasil belajar lebih tinggi.

Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini adalah :

a. Kelebihan

1. Kelas menjadi lebih hidup dan benar-benar dinamis

2. Setiap siswa mendapat kesempatan untuk berekspresi dan mengeluarkan pendapatnya.

3. Munculnya jiwa kompetisi yang sehat

4. Waktu untuk mengoreksi hasil kerja siswa lebih efektif dan efisien.

b. Kekurangan

1. Adanya alokasi waktu yang panjang

2. Ketidakbiasaan siswa melakukan pembelajaran kooperatif, sehingga menimbulkan siswa cepat bosan dalam pembelajaran. e. Pembelajaran materi gerak pada tumbuhan dengan metode Numbered

Heads Together (NHT)

Setiap siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 3-4 orang siswa didalamnya. Setiap siswa didalam kelompok telah mendapatkan nomor kepala

yang akan menjadi identitas masing-masing siswa selama proses belajar-mengajar berlangsung. Nomor kepala ini terdiri dari 1-4 sesuai jumlah siswa yang terdapat dalam kelompok. Kemudian masing-masing kelompok menerima lembar kerja siswa yang memuat tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai materi gerak pada tumbuhan. Setiap kelompok kemudian diberi waktu untuk berdiskusi menuangkan pendapat untuk memperoleh jawaban yang tepat. Setiap siswa bertanggung jawab dan memastikan bahwa setiap anggota kelompoknya mengetahui jawaban mereka dengan jelas.

Kemudian setelah diskusi selesai guru menunjuk salah satu nomor kepala siswa, nomor kepala yang disebutkan oleh guru pada tiap kelompok akan menjawab pertanyan yang diberikan guru. Pertanyaan yang diberikan berasal dari lembar kerja siswa yang didiskusikan. Pada tahap inilah kita bisa melihat hasil keseriusan siswa dalam menjalankan diskusi, penguasaan terhadap materi diskusi dan hasil jawaban siswa dalam kelompok diskusinya. Dalam hal ini kesiapan siswa dalam menjawab pertanyaan dituntut, karena nomor kepala akan dipanggil secara acak oleh guru dan pertanyaan yang akan dijawab oleh siswa yang ditunjuk nomor kepalanya juga ditentukan oleh guru. Setiap nomor kepala akan dipanggil dari tiap kelompok sampai pertanyaan-pertanyan yang tersedia dalam lembar kerja siswa telah habis terjawab semua, dengan ini semua siswa akan mendapatkan giliran menjawab yang sama dan porsi yang sama dalam menjawab pertanyaan.

31

Selama siswa yang nomor kepalanya ditunjuk oleh guru untuk menjawab, siswa yang nomor kepalanya sama pada kelompok berbeda mempersiapkan jawaban kelompoknya yang mungkin saja berbeda atau melengkapi jawaban dari kelompok lain. Siswa lain yang nomor kepalanya belum disebutkan memperhatikan teman-teman mereka yang menjawab, setelah selesai menjawab, guru bertanya apakah ada sanggahan atau adakah yang masih ingin melengkapi, kemudian guru memberi konfirmasi yang bersama-sama dirangkum oleh siswa, dan siswa mencatat poin-poin penting dari materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada materi gerak pada tumbuhan membuat siswa lebih mudah mempelajari materi yang diberikan, memudahkan siswa dalam memecahkan masalah yang ada, dan membantu siswa dalam mengingat materi pembelajaran gerak pada tumbuhan yang termasuk banyak dan cukup sulit selama ini untuk diingat dan dipahami.

Dokumen terkait