• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan pada materi gerak tumbuhan - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan pada materi gerak tumbuhan - USD Repository"

Copied!
222
0
0

Teks penuh

(1)

i

HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP KANISUS KALASAN PADA MATERI

GERAK TUMBUHAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun Oleh: Theo Trinita NIM : 091434034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv Motto

We learn wisdom from failure

Much more than from success

We often discover what will not do

And probably who never made a mistake

Never make a discovery

( Samuel Smiles )

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk keluarga tercinta,

Almamater Universitas Sanata Dharma, dan

(5)
(6)
(7)

vii

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan penyertaan-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Kanisius Kalasan pada Materi Gerak Tumbuhan”.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) pada program studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama masa studi dan penyusunan skripsi, penulis mendapatkan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak R. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

3. Bapak Brs. A. Atmadi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

(8)

viii sekaligus sebagai dosen penguji skripsi.

6. Ibu Ika Yuli Listyarini, M.Pd selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan senantiasa memberikan waktu luang bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi.

7. Ibu Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si selaku dosen penguji skripsi.

8. Ibu Ch. Retno Herrani Setyati, M. Biotech yang selama ini juga senantiasa untuk mengingatkan dan memberi support dalam menyelesaikan skripsi.

9. Segenap dosen Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu pegetahuan dan pengalaman selama kuliah.

10.Staf sekretariat dan laboran JPMIPA (Mbak Eni, Mas Arif, Mas Agus dan Pak Sugeng) yang telah memfasilitasi selama masa studi di Universitas Sanata Dharma. 11.Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat yang telah memberikan beasiswa studi

kepada penulis.

12.Bapak Yusup Indrianto Purwito, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Kanisius Kalasan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

13.Ibu Heffi Widyaningrum, S.Pd.Si selaku guru mata pelajaran Biologi Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan yang telah membantu memberikan dukungan dan kelancaran dalam melaksanakan penelitian.

(9)

ix

Yoshua Imannuel Heo, yang selama ini tak henti-hentinya memberikan semangat dukungan doa yang tulus, pengorbanan dan kasih sayang selama penulis menempuh pendidikan hingga selesai.

15.Keluarga besar dari Ayah dan Ibu di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. 16.Sahabat terbaik yang sudah menjadi saudara dan keluarga adik ku Natalina

Yosepha .J. yang cantik dan manis terimakasih untuk dukungan semangat, kasih sayang persaudaraan yang tulus, juga setia mengangkat telepon mama kakak selama ini .

17.My VIP Agus Budi Santoso, S.Kom atas kasih sayang yang tulus, dukungan semangat, dan perhatian selama kuliah hingga penyelesaian skripsi.

18.Teman-teman terdekat adik Yoga, Kak Sisca Sangian, adik Ajeng, Mbak Kesya, Bang Martin, Bang Badau, Bang Phay, Benny, Mario, Ona, Odus, adik beben, Bang Al, Mas Erwin, Mas Wahid, Mas Akur, Ninik dan Firda.

19.Keluarga besar Asrama Putri Kutai Barat II Yogyakarta (Lea, Dessy, El, Cyntia, Merry, Feby, Orien, Rini, Tutus, Ani, Kandida, Willy, Anita, Riani, Bie, Dayang, Bintang, Ping, Reza, Andrea, Ririn, Yovie, Tante Ipin, Yovinta dan semua adik-adik yang baru masuk).

20.Keluarga Besar Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Dayak Kutai Barat yang ada di Yogyakarta, terutama teman-teman beasiswa pemda Kutai Barat angkatan 2009 21.Teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2009 Pendidik Tangguh Pencerdas

(10)
(11)

xi

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas menggunakan model dari Khemmis & Mc. Tagart. Model penelitian ini diawali dengan tahap perncanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 24 siswa.

Dari hasil observasi dan wawancara diperoleh permasalahan pokok bahasan gerak tumbuhan merupakan materi yang cukup sulit untuk dipahami siswa dari tiap tahunnya, kemudian nilai siswa yang mencapai KKM hanya 27,3% dan 72,7% tidak mencapai KKM pada pokok bahasan sebelumnya yaitu fotosintesis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi gerak tumbuhan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa silabus, RPP, LKS, kuisioner, lembar observasi, dan post test.

Target penelitian untuk aspek motivasi pada penelitian ini sudah tercapai, dengan persentase tingkat motivasi siswa yaitu 95,44% pada siklus I, menjadi 90,9% pada siklus II. Sedangkan persentase ketuntasan klasikal untuk hasil belajar ranah kognitif belum memenuhi target yang ingin dicapai dimana diperoleh 18,18% pada siklus I menjadi

Dengan demikian disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada materi gerak tumbuhan dapat mencapai target motivasi belajar siswa yang diharapkan namun belum dapat mencapai target hasil belajar ranah kognitif siswa yang diharapkan di kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan.

(12)

xii

This research is classroom action research using Khemmis & Mc. Tagart model. It begins by planning, acting and observation, and then reflection. This research was implemented to 24 students of class VIII B Kanisius Kalasan Junior High School academic year 2013/2014.

From observations and interviews problems obtained of the plant movement is quite difficult to understand by student from each year, and then the outcome learning from prior subject photosynthesis is obtained only 27,3%which reached the KKM and 72,7% was not reach the KKM.

This research aims to increase motivation and outcome of learning on movement in plant by using cooperative learning model type numbered heads together. Its instrument consist of questionnaire, observation sheet, and post test sheet.

This research result shows an achievement of target student motivation was from 95,44% on first cycle to be 90,9% on second cycle. Outcome of learning in cognitive category has 18,18% on first cycle to be 22,72% on second cycle. The target was not achieved. Outcome of affective learning shows on first cycle included 40,90% in the category of high minimum and include 59,09% in the category very high, then on second cycle include 100% in the category high minimum.

In conclusion, applying cooperative learning model type numbered heads together can achieve the expected target of student motivation and the outcome learning was not achieved the expected target on movement in plant class VIII B Kanisius Kalasan Junior High School.

Keyword : Numbered Heads Together (NHT), outcome of learning, motivation.

(13)

xiii

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

(14)

xiv

2. Pembelajaran ... 10

B. Hasil Belajar ... 13

1. Faktor Internal ... 14

2. Faktor Eksternal ... 14

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 22

1. Pembelajaran Kooperatif ... 22

2. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif ... 24

3. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif ... 25

4. Numbered Heads Together (NHT) ... 26

5. Pembelajaran materi gerak pada tumbuhan dengan NHT... 29

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 31

E. Kerangka Berpikir ... 32

F. Hipotesis... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35

B. Setting Penelitian ... 36

1. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 36

2. Setting Penelitan ... 36

(15)

xv

1. Pra Tindakan ... 38

2. Siklus I ... 39

3. Siklus II ... 43

D. Instrumen Penelitian ... 46

1. Instrumen Pembelajaran ... 47

2. Instrumen Penilaian ... 47

E. Metode Analisis Data ... 49

1. Hasil Belajar Kognitif ... 49

2. Lembar Observasi... 51

3. Kuisioner/Angket... 51

F. Indikator Keberhasilan ... 55

G. Agenda Penelitian ... 56

F. Personalia ... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Pelaksanaan dan Hasil Penelitian ... 57

2. Analisa Data ... 70

(16)

xvi

1. Kesimpulan ... 81 2. Saran ... 82

(17)

xvii

Tabel 3.1 Kriteria skor ketuntasan individu ... 50

Tabel 3.2 Kriteria persentase observasi ranah afektif siswa ... 52

Tabel 3.3 Penetapan skor kuisioner ... 53

Tabel 3.4 Kriteria motivasi belajar siswa ... 54

Tabel 3.5 Indikator keberhasilan penelitian ... 55

Tabel 4.1 Hasil motivasi belajar awal ... 60

Tabel 4.2 Hasil pretest Siswa ... 61

Tabel 4.3 Hasil post test siklus I ... 61

Tabel 4.4 Hasil afektif siswa siklus I ... 62

Tabel 4.5 Hasil motivasi belajar akhir ... 66

Tabel 4.6 Hasil post test siklus II ... 67

Tabel 4.7 Hasil afektif siswa siklus II ... 68

Tabel 4.8 Analisis kuisioner motivasi belajar siswa ... 70

Tabel 4.9 Analisis hasil belajar kognitif siswa ... 71

(18)

xviii

Gambar 2.1 Diagram triangulasi pembelajaran ... 13

Gambar 2.2 Diagram alir kerangka berfikir ... 33

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Khemmis & Mc. Taggart... 37

Gambar 4.1 Siswa menjawab pertanyaan guru ... 59

Gambar 4.2 Diskusi antar siswa dalam kelompok ... 66

Gambar 4.3 Diagram motivasi belajar siswa ... 73

Gambar 4.4 Diagram hasil belajar kognitif siswa ... 75

Gambar 4.5 Diagram nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa ... 76

(19)

xix

1. Silabus pembelajaran ... 87

2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I ... 91

3. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus II ... 103

4. Lembar kerja siswa 1 ... 115

5. Lembar kerja siswa 2 ... 117

6. Lembar kerja siswa 3 ... 120

7. Lembar kerja siswa 4 ... 122

8. Soal pre test ... 125

9. Kunci jawaban pre test ... 129

10. Kisi-kisi soal pre test ... 131

11. Kisi-kisi soal post test siklus I... 132

12. Kisi-kisi soal post test siklus II ... 133

13. Soal post test siklus I ... 134

14. Soal post test siklus II ... 138

15. Kunci jawaban post test siklus I ... 142

16. Kunci jawaban post test siklus II ... 145

17. Kisi-kisi kuisioner motivasi belajar awal ... 148

18. Kuisioner motivasi belajar awal ... 149

19. Kisi-kisi kuisioner motivasi belajar akhir ... 152

20. Kuisioner motivasi belajar akhir ... 153

(20)

xx

23. Hasil belajar ranah afektif siklus I dan II ... 161

24. Daftar nilai pre test ... 162

25. Daftar nilai post test siklus I dan II ... 163

26. Hasil motivasi siklus I ... 164

27. Hasil motivasi siklus II ... 167

28. Hasil pre test siswa ... 171

29. Hasil post test siklus I ... 175

30. Hasil post test siklus II ... 179

31. Hasil lembar observasi siklus I ... 183

32. Hasil lembar observasi siklus II ... 186

33. Hasil jawaban lks siklus I... 189

34. Hasil jawaban lks siklus II ... 191

35. Surat keterangan penelitian ... 193

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengajar merupakan komunikasi dua arah antara guru dan siswa yang harusnya terbangun dengan baik dan menyenangkan agar inti dari materi yang diajarkan dapat tersampaikan dengan utuh dan jelas sehingga berdampak baik pula bagi hasil belajar siswa. Pendekatan yang baik dalam pembelajaran biologi juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, menjadikan siswa lebih semangat dan kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran biologi yang dilakukan pada siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan, belum dapat membentuk proses belajar yang baik. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dan observasi kepada guru bidang studi Bioologi yang menyatakan pokok bahasan gerak tumbuhan merupakan pokok bahasan yang sulit dipahami siswa dari tiap tahunnya. Kemudian dari hasil ulangan Biologi pada pokok bahasan sebelumnya yaitu fotosintesis, siswa yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) ≥75 mencapai 72,7% dengan rata -rata hanya 53,27%

(22)

guru, siswa belum mampu mengembangkan daya pikir dan kreativitasnya dalam menangkap inti materi yang diberikan, serta belum menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Agar pembelajaran dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang direncanakan, guru perlu mempertimbangkan metode pembelajaran yang efektif (Sumiati dan Asra, 2007).

Berdasarkan observasi langsung di kelas, siswa juga terlihat kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Banyak yang mengobrol sendiri dan ada beberapa siswa yang tertangkap membaca novel pada saat pelajaran berlangsung. Hal tersebut cukup membuktikan bahwa siswa kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan ini kurang memiliki motivasi belajar terhadap materi pelajaran biologi.

Inovasi dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan untuk memperbaiki permasalahan yang ada diatas, Suhermi (2004) menyatakan bahwa “Numbered Heads Together adalah pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut”.

Lie (2008) menyatakan bahwa Numbered Heads Together memiliki kelebihan menjadikan diskusi siswa menjadi sungguh-sungguh, siswa menjadi siap semua, siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, terjadinya interaksi yang tinggi antar siswa dalam menjawab soal, tidak ada yang mendominasi dalam kelompok, karena adanya nomor kepala yang membatasi. Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(23)

diharuskan bertanggung jawab terhadap soal yang diberikan sehingga memicu siswa menjadi aktif dalam menjawab, disamping itu didalam kelompok mungkin terdapat siswa yang kurang pandai, sehingga siswa yang kurang pandai dapat berdiskusi dengan siswa yang pandai dan mereka dapat sama-sama belajar.

Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together juga pernah dilakukan oleh Sulistyorini (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar dan Pencapaian Tingkat Berpikir Siswa SMP dalam Ggeometri Menurut Van Hiele” terdapat

bahwa ada perbedaan hasil belajar matematika materi pokok segi empat antar siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan siswa yang dikenai pembelajaran konvensional.

(24)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada materi gerak tumbuhan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada materi gerak tumbuhan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan?

C. Batasan Masalah

Supaya masalah yang diteliti tidak meluas maka perlu diadakan pembatasan masalah. Batasan masalah sangat penting karena merupakan fokus penelitian. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Materi Pokok

Materi yang digunakan adalah gerak pada tumbuhan dengan standar kompetensi 2, yaitu memahami sistem dalam kehidupan tumbuhan dan kompetensi dasarnya adalah 2.3 yaitu mengidentifikasi macam-macam gerak pada tumbuhan. (Lampiran 36).

2. Motivasi Belajar

(25)

3. Hasil Belajar

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar ranah kognitif dan ranah afektif siswa.

4. Batasan Kelas

Kelas yang diteliti dalam penelitian ini adalah kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2013/2014.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan yang telah ditentukan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan pada materi gerak tumbuhan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.

2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan pada materi gerak tumbuhan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe Numbred Heads Together.

E. Manfaat Penelitian :

1. Bagi siswa dapat digunakan untuk melatih diri agar lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, membangkitkan kreativitas, melatih untuk bekerjasama dalam kelompok dan hasil belajar biologi dapat meningkat. 2. Bagi guru dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model

(26)

3. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan referensi model pembelajaran untuk meningkatan kualitas dan perbaikan proses pembelajaran yang dilaksanakan.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003). Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri (Sardiman, 2008).

(28)

untuk bertindak secara berbeda, potensi untuk bertindak ini mungkin tidak akan diterjemahkan ke dalam bentuk perilaku langsung. Keempat, perubahan perilaku (atau potensi behavioral) berasal dari pengalaman atau praktik (latihan). Kelima, pengalaman, atau praktik, harus diperkuat; artinya, hanya respon-respons yang menyebabkan penguatanlah yang akan dipelajari. Selanjutnya , Bloom dalam Suparno (2001) membagi belajar ke dalam 3 ranah yaitu kogntif, ranah psikomotorik, dan ranah afektif.

Ranah kognitif berisi tingkatan mulai dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, hingga evaluasi. Pada tingkat evluasi, seorang yang belajar telah memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap fakta berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.

Ranah psikomotorik menekankan keterampilan motorik yaitu bekerja dengan memerlukan koordinasi saraf dan otot. Kegiatan yang menunjukkan ranah ini adalah berbicara, menulis, aktivitas jasmani, dan program-program keterampilan.

(29)

dibandingkan dengan standar etika yang ada, serta karakterisasi dimana sesorang siap menilai ulang apa yang diyakininya dan bersedia merevisi pandangan yang dipegangnya.

(30)

Kemampuan belajar yang dimiliki manusia, merupakan bekal yang sangat pokok. Namun, biar bagaimanapun corak dan bentuk program pendidikan sekolah, semuanya berpusat pada aktivitas belajar siswa. Belajar inilah yang perlu direncanakan dituntun dan dievaluasi hasilnya (Winkel, 2004).

2. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa. Dalam proses kegiatan belajar mengajar disatu pihak guru melakukan kegiatan atau perubahan-perubahan untuk membawa siswa kearah tujuan dimana siswa melakukan serangkaian kegiatan atau perubahan yang disediakan oleh guru yaitu kegiatan yang terarah pada tujuan yang hendak dicapai.

Sudjana (2005) dalam konteks keguruan ada sepuluh kompetensi guru yang dapat dijadikan parameter untuk melihat kinerja guru, yaitu :

1. Menguasai bahan

2. Mengelola program belajar mengajar 3. Mengelola kelas

4. Menggunakan media/ sumber belajar 5. Menguasai landasan pendidikan 6. Mengelola interaksi belajar-mengajar 7. Menilai prestasi belajar

(31)

9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

10.Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran

Pembelajaran mempunyai dua karateristik yaitu; pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri (Sagala, 2012).

Menurut Sanjaya (2006), proses pembelajaran merupakan suatu sistem. Dengan demikian, pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran. Guru dalam proses pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting. Peran guru sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan, dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya.

(32)

Keberhasilan proses belajar-mengajar itu untuk sebagian dipengaruhi oleh ciri-ciri khas yang dimiliki siswa, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Kenyataan ini berakibat bagi guru, sejauh dia harus mengikutsertakan ciri-ciri khas itu sebagai salah satu titik tolak bagi perencanaan dan pengelolaan proses belajar mengajar (E. De Corte dalam Winkel, 2004). Proses pembelajaran didalam kelas dari sudut suasana sosial-emosional didalam kelas yang ditekankan adalah dimensi afektif dan interaksi antara guru dan kelompok siswa dalam kelas, sejauh itu nampak dalam tingkah laku verbal (penggunaan bahasa) (Flanders dalam Winkel, 2004).

Slameto (2003) menyatakan bahwa setiap guru seharusnya dapat mengajar di depan kelas. Bahkan mengajar itu dapat dilakukan pula pada sekelompok siswa di luar kelas atau dimana saja. Mengajar merupakan salah satu komponen dari kompetensi-kompetensi guru. Dan setiap guru harus menguasainya serta terampil melakasanakan mengajar itu.

Belajar dan pembelajaran sebagai suatu proses mengandung triangulasi

(33)

1

3

2

menunjukkan apa yang menjadi tujuan pembelajaran telah dicapai.

Triangulasi dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut :

Gambar 2.1 Diagram Triangulasi pembelajaran (Sudjana, 2009) B. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar yang ditampilkan dalam beberapa bentuk hasil belajar. Proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Oleh karena itu penggunaan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar dapat menunjukkan hasil belajar yang diperolehnya juga. Makin besar usaha untuk menciptkan kondisi proses pengajaran, maka tinggi pula hasil atau produk dari pengajaran itu. Sudjana (2005) membagi tiga macam hasil belajar mengajar, yaitu; Keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengarahan, sikap dan cita cita. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran. Tim pengembang kurikulum dan pembelajaran (2007) menyatakan bahwa perbuatan hasil belajar menghasilkan perubahan dalam bentuk tingkah laku dalam aspek : (a)

Tujuan

Hasil Pembelajaran Kegiatan

(34)

kemampuan membedakan, (b) konsep kongkrit, (c) konsep terdefinisi, (d) nilai, (e) nilai atau aturan tingkat tinggi, (f) strategi kognitif, (g) informasi verbal, (h) sikap, dan (i) keterampilan motorik.

Setiap siswa memang tidak ada yang sama, perbedaan individual inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan siswa, sehingga menyebabkan perbedaan dalam hasil belajar siswa. Menurut Muhibbin (2002) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah, faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut :

1. Faktor Internal (faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa) a. Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) diantaranya kondisi

kesehatan, daya pendengaran dan penglihatan, dan sebagainya. b. Aspek psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas

perolehan pembelajaran peserta didik, diantaranya yaitu kondisi rohani peserta didik, tingkat kecerdasan (intelegensi), sikap, bakat, minat, dan motivasi peserta didik.

2. Faktor Eksternal (faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa) a. Lingkungan sosial, seperti para guru, staf administrasi, dan

(35)

b. Lingkungan non sosial, seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan peserta didik. c. Faktor Pendekatan Belajar, dapat dipahami sebagai cara atau

strategi yang digunakan siswa,dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.

Keberhasilan belajar dapat dilihat berdasarkan perubahan perilaku setelah diadakan kegiatan belajar. Dalam bukunya Winkel (2004) menyebutkan bahwa hasil belajar meliputi tiga kemampuan yaitu:

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek kemampuan yaitu ;

a. Ingatan atau pengetahuan,

Yang dimaksud dengan ingatan atau hafalan ialah tingkat kemampuan yang hanya meminta responden untuk mengetahui atau mengenal konsep, fakta dan istilah. Dalam hal ini responden hanya dituntut untuk menyebutkan kembali (ingatan) atau menghafal.

b. Pemahaman

(36)

c. Penerapan

Yang dimaksud dengan penerapan ialah kemampuan yang mengharapkan responden dituntut untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam situasi yang baru baginya; dapat berupa ide, teori atau petunjuk teknis.

d. Analisis

Yang dimaksud dengan analisis ialah kemampuan yang mampu menguraikan suatu situasi tertentu ke dalam komponen atau unsur pembentukannya. Dapat berupa kemampuan untuk memahami, menguraikan, proses terjadinya sesuatu.

e. Sintesis

Yang dimaksud dengan sintesis ialah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh dan dituntut responden kreatif.

f. Evaluasi

Yang dimaksud dengan evaluasi adalah responden diminta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi berdasarkan suatu kriteria tertentu kegiatan penilaian dapat dilihat dari segi tujuannya, dan gagasannya.

2. Ranah Afektif

(37)

a. Stimulasi

Stimulasi yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsang dari luar yang datang dalam bentuk masalah, situasi dan gejala, dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulasi kontrol dan seleksi gejala rangsangan dari luar.

b. Jawaban

Jawaban yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab rangsang dari luar kepada dirinya.

c. Penilaian

Penilaian yang termasuk di dalamnya yakni kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d. Organisasi

Organisasi yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai.

e. Karakteristik

(38)

3. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu ada enam aspek yaitu:

a. Gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) Keterampilan pada gerakan dasar.

b. Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditori dan motoris.

c. Kemampuan dibidang fisik misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan.

d. Gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana sampai yang komplek.

e. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non discursive

seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

(39)

pembelajaran dan baru akan berubah jika dipraktekkan bukan dipelajari. Terkait dengan penyusunan kurikulum yang efektif, pemilihan kata kerja kunci yang tepat berperan penting dalam menjelaskan tujuan program, kompetensi dasar dan indikator pencapaian. Kata kerja kunci tersebut merupakan acuan bagi instruktur dalam menentukan kedalaman penyampaikan materi.

Berikut ini adalah penjelasan dan pilihan kata kerja kunci dari ranah kognitif yang telah di revisi oleh Krathwohl dalam taxonomy bloom :

1. Mengingat

Kemampuan menyebutkan kembali informasi pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan. Contoh: menyebutkan arti taksonomi. Kata kerja kunci : Mendefinisikan, menyusun daftar, menjelaskan, mengingat, mengenali, menemukan kembali, menyatakan, mengulang, mengurutkan, menamai, menempatkan, menyebutkan.

2. Memahami

(40)

mengelompokkan, memberi contoh, merangkum menganalogikan, mengubah, memperkirakan.

3. Menerapkan

Kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan konsep dalam situasi tetentu. Contoh : Melakukan proses pembayaran gaji sesuai dengan sistem berlaku. Kata kerja kunci : Memilih, menerapkan, melaksanakan, mengubah, menggunakan, mendemonstrasikan, memodifikasi, menginterpretasikan, menunjukkan, membuktikan, menggambarkan, mengoperasikan, menjalankan

memprogramkan, mempraktekkan, memulai. 4. Menganalisis

(41)

5. Mengevaluasi/ Menilai

Kemampuan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau patokan tertentu. Contoh : membandingkan hasil ujian siswa dengan kunci jawaban. Kata kerja kunci : Mengkaji ulang, mempertahankan, menyeleksi, mengevaluasi, mendukung, menilai, menjustifikasi, mengecek, mengritik, memprediksi, membenarkan, menyalahkan.

6. Mencipta

Kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi suatu bentuk baru yang utuh dan koheren atau membuat sesuatu yang orisinil. Contoh : membuat kurikulum dengan mengintegrasikan pendapat dan materi dari beberapa sumber. Kata kerja kunci : Merakit, merancang, menemukan, menciptakan, memperoleh, mengembangkan, memformulasikan, membangun, membentuk, melengkapi, membuat, menyempurnakan, melakukan inovasi, mendesain, menghasilkan karya.

(42)

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) a. Pembelajaran Kooperatif

Kata kooperatif (cooperative) memiliki makna mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain. Sedangkan coopertaive learning menurut Margaret dan Hilda (2003) adalah : suatu strategi belajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dua orang atau lebih.

Selanjutnya menurut Rusman (2011) cooperative learning adalah teknik pengolompokan yang didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 5-6 orang. Dalam

cooperative learning belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni, 2010). Belajar kooperatif memungkinkan siswa untuk bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Roger dan David Johnson (Lie, 2008) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dikatakan cooperative learning. Untuk mencapai hasil maksimal ada lima unsur pendekatan pembelajaran gotong royong yang harus ditetapkan, yaitu :

(43)

anggota harus bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

2. Tanggung jawab perseorangan, unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui jelas dan mudah. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntunnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya.

3. Tatap muka, setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota, keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

5. Evaluasi proses kelompok, pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif.

(44)

lain. Begitu juga dengan kemampuan akademiknya siswa diharapkan dapat memiliki hasil belajar dan pemahaman materi pelajaran yang lebih baik. Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya (Rusman, 2011).

b. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Margaret dan Hilda (2003) kelebihan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

1. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis.

2. Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi yang dimiliki oleh siswa.

3. Siswa tidak hanya menjadi objek belajar melainkan juga sebagai subjek belajar bagi siswa lainnya karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya.

(45)

c. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Selain memiliki kelebihan pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan. Berikut kelemahan pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2010) yaitu :

1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.

2. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas alat, dan biaya yang cukup memadai.

3. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung ada kecenderungan topik dan permasalahan yang dibahas meluas, sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

4. Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang hal itu mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Meskipun memiliki kelemahan namun ada cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, yaitu :

(46)

2. Mempersiapkan dan mengecek kelengkapan alat-alat pendukung proses pembelajaran yang diperlukan dengan teliti sebelum pembelajaran dimulai.

3. Guru harus membimbing dan memantau diskusi agar permasalahan yang didiskusikan tidak meluas.

4. Guru harus mengingatkan siswa yang kurang aktif dalam diskusi agar lebih mengikuti diskusi kelompoknya dengan saksama. d. Numbered Heads Together (NHT)

(47)

struktural, pengakuan adanya keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

Menurut Lie (2008) Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut :

1. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapatkan nomor.

2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

3. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini. 4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa yang dipanggil

melaporkan hasil kerjasama mereka.

Sedangkan menurut Trianto (2009) dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks

Numbered Heads Together (NHT) yaitu :

1. Fase 1 : Penomoran, dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5.

(48)

3. Fase 3 : Berfikir bersama, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam tim nya untuk mengetahui jawaban tim.

4. Fase 4 : Menjawab, guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Berdasarkan penjelasan tentang pembelajaran kooperatif tipe NHT maka dapat disimpulkan bahwa siswa pada awal pembelajaran di kelompokkan menjadi beberapa kelompok dimana didalam setiap kelompok beranggotakan 3-5 orang. Kemudian dari setiap anggota kelompoknya diberikan nomor 1 sampai 5. Nomor ini menjadi identitas siswa selama proses pembelajaran. Selanjutnya siswa akan dihadapkan pada suatu permasalahan atau persoalan yang harus dicarikan penyelesaiannya melalui kerjasama kelompok dan meyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya untuk mengetahui jawaban kelompok. Pada tahap akhir, siswa yang nomornya disebutkan oleh guru mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Ada beberapa manfaat pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajarnya rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000), antar lain adalah :

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi. 2. Memperbaiki kehadiran.

(49)

4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil. 5. Konflik antara pribadi kurang.

6. Pemahaman yang lebih mendalam.

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. 8. Hasil belajar lebih tinggi.

Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini adalah :

a. Kelebihan

1. Kelas menjadi lebih hidup dan benar-benar dinamis

2. Setiap siswa mendapat kesempatan untuk berekspresi dan mengeluarkan pendapatnya.

3. Munculnya jiwa kompetisi yang sehat

4. Waktu untuk mengoreksi hasil kerja siswa lebih efektif dan efisien.

b. Kekurangan

1. Adanya alokasi waktu yang panjang

2. Ketidakbiasaan siswa melakukan pembelajaran kooperatif, sehingga menimbulkan siswa cepat bosan dalam pembelajaran. e. Pembelajaran materi gerak pada tumbuhan dengan metode Numbered

Heads Together (NHT)

(50)

yang akan menjadi identitas masing-masing siswa selama proses belajar-mengajar berlangsung. Nomor kepala ini terdiri dari 1-4 sesuai jumlah siswa yang terdapat dalam kelompok. Kemudian masing-masing kelompok menerima lembar kerja siswa yang memuat tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai materi gerak pada tumbuhan. Setiap kelompok kemudian diberi waktu untuk berdiskusi menuangkan pendapat untuk memperoleh jawaban yang tepat. Setiap siswa bertanggung jawab dan memastikan bahwa setiap anggota kelompoknya mengetahui jawaban mereka dengan jelas.

(51)

Selama siswa yang nomor kepalanya ditunjuk oleh guru untuk menjawab, siswa yang nomor kepalanya sama pada kelompok berbeda mempersiapkan jawaban kelompoknya yang mungkin saja berbeda atau melengkapi jawaban dari kelompok lain. Siswa lain yang nomor kepalanya belum disebutkan memperhatikan teman-teman mereka yang menjawab, setelah selesai menjawab, guru bertanya apakah ada sanggahan atau adakah yang masih ingin melengkapi, kemudian guru memberi konfirmasi yang bersama-sama dirangkum oleh siswa, dan siswa mencatat poin-poin penting dari materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada materi gerak pada tumbuhan membuat siswa lebih mudah mempelajari materi yang diberikan, memudahkan siswa dalam memecahkan masalah yang ada, dan membantu siswa dalam mengingat materi pembelajaran gerak pada tumbuhan yang termasuk banyak dan cukup sulit selama ini untuk diingat dan dipahami.

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Rahman (2011) dalam penelitiannya “Penerapan Model Pembelajaran

(52)

nilai rata-rata aktivitas belajar peserta didik pada siklus I adalah 60,98, dan meningkat menjadi 69,51 pada siklus II. Sementara itu ketuntasan aktivitas belajar klasikal peserta didik mengalami peningkatan dari 53,66% pada siklus I menjadi 82,93% pada siklus II.

Penelitian lain dilakukan oleh Sulistyorini (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Togtether (NHT) Terhadap Hasil Belajar dan Pencapaian Tingkat Berpikir Siswa SMP dalam Geometri Menurut Van Hiele”. Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar matematika materi pokok segi empat antar siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan siswa yang dikenai pembelajaran konvensional, serta Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

E. Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan dengan guru Biologi kelas VIII SMP Kanisius Kalasan, salah satu materi yang cukup sulit dipahami oleh siswa adalah “ Gerak Pada Tumbuhan”, dikarenakan

(53)

seutuhnya, siswa jadi sering mengobrol sendiri dengan teman sebangkunya dan mengakibatkan hasil evaluasi tidak maksimal.

Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada materi gerak pada tumbuhan, sesuai dengan penelitian yang relevan, diharapkan siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pelajaran dan menjadi lebih mudah memahami materi yang disampaikan.

(54)

F. Hipotesis

(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan analisa deskriptif kuantitatif-kualitatif. Data kualitatif digunakan untuk memperkuat deskripsi data kuantitatif.

(56)

B. Setting Penelitian

1. Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu penelitian : 1 April - 23 Mei 2014 b. Tempat penelitian : SMP Kanisius Kalasan

c. Alamat Sekolah : Krajan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta

2. Setting Penelitian

1. Subyek penelitian : Siswa kelas VIII B

2. Obyek penelitian : Motivasi belajar, Hasil belajar. 3. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada 3 variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel bebas : Pembelajaran kooperatif tipe NHT

2. Variabel terikat : Motivasi belajar siswa dan hasil belajar kognitif siswa.

3. Variabel kontrol : Siswa kelas VIII B SMP kanisius Kalasan C. Rancangan Penelitian

(57)

Komponen-komponen tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini :

Keterangan :

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Khemmis & Mc. Taggart

(Adaptasi Depdiknas, 2004)

Refleksi

Identifikasi masalah

Observasi Perencanaan I

Pelaksanaan

Perencanaan II

Pelaksanaan Observasi

Refleksi Siklus I

Siklus II

Hasil refleksi

dst

: Kegiatan

: Hasil Kegiatan

: Kegiatan berlangsung secara bersamaan

(58)

Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa komponen-komponen tersebut dilakukan dalam satu siklus. Siklus yang dimaksud adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan pengamatan, serta refleksi. Jumlah siklus yang dilakukan dalam sebuah penelitian sangat bergantung pada permasalahan yang diselesaikan dan targer yang ditentukan, maka dilakukan siklus selanjutnya. Namun, jika target penelitian sudah tercapai, maka siklus dapat dihentikan.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 2 (dua) siklus dengan kegiatan sebagai berikut :

a. Pra Tindakan

1. Identifikasi masalah, langkah ini diawali dengan menganalisis hasil belajar siswa berdasarkan hasil ulangan harian pada pokok bahasan sebelumnya.

2. Observasi, kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal tentang kegiatan belajar-mengajar biologi dikelas VIII B SMP Kanisius Kalasan.

3. Analisis studi pustaka sesuai dengan permasalahan dan judul penelitian. 4. Menyelesaikan rancangan penelitian dengan bimbingan dosen, hingga memperoleh persetujuan untuk melakukan penelitian. Dari dosen yang bersangkutan.

(59)

6. Menghubungi pihak SMP Kanisius Kalasan bagian kurikulum dan guru mata pelajaran biologi kelas VIII dengan menyerahkan surat izin penelitian dari Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

b. Siklus I

Siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan sebanyak 4 x 40 menit (4 JP). 1 kali pertemuan sama dengan 2 jam pelajaran.

1. Perencanaan (planning)

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT), yaitu:

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang pokok bahasan gerak tropisme pada tumbuhan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).

b. Pada siklus I akan diajarkan pokok bahasan gerak tropisme pada tumbuhan yang meliputi fototropisme, geotropisme, hidrotropisme, tigmotropisme, kemotropisme.

c. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) untuk mengembangkan aktivitas belajar peserta didik.

(60)

f. Menyiapkan alat/bahan/sumber belajar yang dibutuhkan untuk pembelajaran pada siklus I.

g. Menyusun lembar observasi tentang aktivitas siswa dikelas.

h. Membagi siswa dalam 7 kelompok, dimana 4 kelompok berisi 4 orang dan 3 kelompok berisi 3 orang, hal ini karena siswa dikelas VIII B berjumlah 24 orang. Kemudian masing-masing anggota kelompok memegang nomor 1 sampai 4 sebagai identitas siswa selama proses pembelajaran. Pembagian kelompok pada siklus I anggotanya dipilih sendiri oleh siswa.

i. Menentukan observer/pengamat. 2. Pelaksanaan tindakan siklus I (Acting)

a. Pada awal pelajaran peneliti menyampaikan salam pembuka kepada siswa dan mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa.

b. Peneliti memberikan apersepsi tentang materi gerak pada tumbuhan c. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran.

d. Peneliti mempresentasikan tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together(NHT).

e. Peneliti membagikan kuisioner motivasi belajar awal siswa.

f. Peneliti memberikan pre test untuk mengukur kemampuan awal siswa.

(61)

mengerjakan bersama-sama sebagaimana aktivitas dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). h. Peneliti berkeliling untuk mengawasi kinerja kelompok.

i. Para observer/pengamat, mengikuti dan mengamati proses pembelajaran kooperatif tipe NHT berlangsung.

j. Meminta tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi sesuai model pembelajaraan kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

k. Siswa yang nomor kepalanya dipanggil wajib menjawab pertanyaan yang diberikan guru dan mempresentasikannya dihadapan seluruh siswa didalam kelas.

l. Setiap nomor kepala akan dipanggil sampai seluruh pertanyaan habis terjawab.

m.Peneliti memberikan penghargaan kepada kelompok-kelompok yang aktif dalam diskusi dan presentasi.

n. Peneliti membimbing siswa untuk merangkum butir-butir pembelajaran dan menarik kesimpulan dan merefleksikannya. o. Peneliti memberikan test siklus I terhadap siswa. Test ini dikerjakan

secara individu oleh siswa.

(62)

3. Observasi dan evaluasi (Observation and evaluation)

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh 2 orang observer selama pelaksanaan tindakan. Aspek-aspek yang diamati meliputi berikut :

a. Pelaksanaan pembelajaan kooperatif tipe NHT serta respon siswa terhadap pembelajaran tipe NHT.

b. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang menyangkut lima unsur kooperatif, yaitu; interaksi tatap muka, keterampilan komunikasi antar individu dan kelompok, saling ketergantungan positif, tanggung jawab individu dan evaluasi proses kelompok. Observasi dimaksudkan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran biologi materi gerak pada tumbuhan yang dilaksanakan peneliti dan siswa. Guru pelaksana (Peneliti) dan observer mengamati, mengenali dan mendokumentasikan proses, hasil pengaruh dan masalah baru yang mungkin saja muncul selama tindakan kelas dilakukan. Data hasil hasil tes kognitif, lembar observasi aktivitas siswa ini akan dijadikan bahan analisis dan dasar refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan bagi penyusunan rencana tindakan berikutnya.

4. Refleksi (Reflection)

(63)

a. Menganalisis kelebihan dan kekurangan yang masih terdapat pada rancangan pembelajaran kooperatif tipe NHT.

b. Mendiskusikan perencanaan pembelajaran selanjutnya. c. Siklus II

Siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan 4 x 40 menit (4 JP). 1 kali pertemuan 2 jam pelajaran.

1. Perencanaan (Planning)

Berdasarkan refleksi pelaksanaan siklus I, maka peneliti merencanakan tindakan untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) untuk siklus II. Pada dasarnya pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak berbeda dengan siklus I. Instrumen yang digunakan meliputi lembar observasi aktivitas siswa, kuisioner motivasi akhir belajar siswa dan soal postest siklus II. Rencana tindakan siklus II adalah sebagai berikut :

a. Memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I.

b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat pokok bahasan gerak nasti dan gerak taksis disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

c. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) siklus II yang dirancang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

(64)

e. Membuat test pada siklus II.

f. Menyiapkan alat/bahan/sumber belajar yang diperlukan untuk pembelajaran pada siklus II.

g. Menyusun lembar observasi tentang aktivitas peneliti selama proses pembelajaran kooperatif tipe NHT berlangsung.

h. Anggota kelompok pada siklus II diubah dari siklus I. dalam hal ini guru memilih yang memilih anggota kelompoknya agar tingkat kecerdasan menyebar, yaitu siswa-siswa yang unggul dalam hal prestasi disebar dalam tiap-tiap kelompok.

2. Pelaksanaan (Acting)

Tahap pelaksanaan tindakan berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang tersusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut : a. Menyiapkan salam dan pembuka kepada siswa dan melakukan

presensi.

b. Peneliti melakukan apersepsi.

c. Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran.

d. Siswa dibagi dalam 7 kelompok dimana anggotanya pada siklus II ini dipilih sendiri oleh guru, hal ini dilakukan agar tingkat kecerdasan menyebar, yaitu siswa-siswa yang unggul dalam hal prestasi disebar dalam tiap-tiap kelompok.

(65)

f. Observer/pengamat yang ditugaskan oleh peneliti juga mengikuti dengan saksama proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk melihat dan menilai aktivitas siswa yang dituangkan dalam lembar observasi aktivitas siswa.

g. Kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok sesuai aturan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

h. Guru memanggil nomor kepala siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru dan mempresentasikannya dihadapan kelas.

i. Semua nomor kepala dipanggil secara bergantian pada tiap kelompok sampai seluruh pertanyaan habis terjawab.

j. Peneliti memberikan penghargaan kepada kelompok-kelompok yang aktif dalam proses pembelajaran kooperatif tipe NHT.

k. Peneliti mengajak siswa untuk merangkum butir-butir pembelajaran menarik kesimpulan dan merefleksikannya.

l. Peneliti memberikan test siklus II kepada siswa untuk menjaring hasil belajar kognitif siswa setelah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT dilaksanakan. Postest ini dikerjakan secara individu.

m.Peneliti melaksanakan pengisian kuisioner motivasi akhir belajar siswa.

(66)

3. Observasi dan Evaluasi (Observation and evaluation)

Tahap observasi siklus II, secara operasional masih sama seperti pada siklus I. Pada tahap ini peneliti dan observer/pengamat mengadakan pengamatan atas dampak dan hasil dari pelaksanaan tindakan hanya pada aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi. Pengamatan juga menggunakan kamera foto untuk mendokumentasikan proses yang terjadi selama tindakan siklus II dilakukan, hal ini disebabkan seluruh anggota kelompok siswa pada siklus II tidak sama seperti pada siklus I. Sedangkan test yang diberikan untuk melihat hasil belajar kognitif siswa sesudah tindakan siklus II dilakukan.

4. Refleksi (Reflection)

Tahap ini hasil yang diperoleh dari observasi selama proses belajar mengajar berupa hasil lembar observasi aktivitas siswa dan hasil test belajar siswa dibahas setelah itu ditarik kesimpulan apakah tindakan berhasil atau tidak. Diharapkan pada akhir siklus ini motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas VIII B meningkat.

D. Instrumen Penelitian

(67)

instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Bentuknya dapat berupa tes tertulis, angket, wawancara, dokumentasi, observasi.

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini instrumen yang digunakan ada dua macam yaitu; instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian. a. Instrumen Pembelajaran

1. Silabus Mata Pelajaran Biologi Kelas VIII. (lampiran 1)

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (lampiran 2 & 3)

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) (lampirn 4,5,6 &7)

b. Instrumen Penilaian 1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil belajar siswa pada ranah afektif. (lampiran 21)

2. Angket/kuisioner

(68)

jawaban yaitu, sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk setiap item kuisioner terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. (lampiran18 &20)

Butir-butir pernyataan dalam kuisioner disusun berdasarkan indikator motivasi belajar. Indikator motivasi belajar untuk kuisioner motivasi belajar awal siswa antara lain:

a). Dorongan Belajar (1) Keinginan belajar (2) Perhatian belajar b). Usaha Belajar

(1) Bertanya kepada orang lain (2) Mencatat pelajaran

(3) Mengerjakan tugas (4) Mencari informasi (5) Usaha mendapatkan nilai (6) Mempelajari buku (7) Umpan balik (8) Kerjasama (9) Tanggung jawab

Kemudian indikator motivasi belajar untuk kuisioner motivasi belajar akhir siswa antara lain:

(69)

(3) Ketertarikan (4) Keseriusan (5) Partisipasi 3. Test Formatif (post test)

Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk memperbaiki strategi mengajar (Mardapi, 2008).

Tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Tes ini diberikan pada setiap akhir siklus. Bentuk tes berupa tes objektif dengan jumlah 10 soal dan tes essay sebanyak 5 soal. (lampiran 13 &14)

E. Metode Analisis Data 1. Hasil Belajar

Hasil belajar dalam yang dalam penelitian ini terdiri dari 2 ranah yaitu ranah kognitif dan ranah afektif. Ranah kognitif untuk mengetahui tingkatan hasil belajar siswa melalui tes tertulis berupa soal pilihan ganda dan uraian, sedangkan untuk mengetahui ranah afektif siswa dilakukan melalui lembar observasi siswa yang diambil pada setiap pertemuan di tiap siklusnya oleh observer.

a. Ranah Kognitif

(70)

dilaksanakan disetiap akhir siklus. Adapun untuk mengukur ketuntasan individual siswa, maka digunakan rumus sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kriteria Skor Ketuntasan Individu

Nilai Individu Keterangan

≤ 74 dari KKM Tidak Tuntas

≥ 75 dari KKM Tuntas

Untuk mengetahui skor rata-rata kelas maka digunakan rumus sebagai berikut :

Kemudian untuk mengukur ketuntasan klasikal yaitu apabila siswa melampaui KKM dengan target pencapaian ideal ≥ 75% dari jumlah siswa dalam kelas. Untuk mengetahui ketuntasan klasikal dapat digunakan rumus sebagai berikut :

%

100

1

x

n

n

KK

Keterangan :

KK = Ketuntasan Klasikal

n1 = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 75

(71)

b. Ranah Afektif

Lembar Observasi

Lembar observasi disini digunakan sebagai pedoman untuk mengukur ranah afektif hasil belajar siswa selama pelaksanaan proses pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Lembar observasi ini di isi oleh observer/pengamat yang ditugaskan peneliti untuk mengamati proses belajar siswa di kelas selama tindakan berlangsung. Persentase perolehan skor pada lembar observasi aspek afektif dikualifikasi untuk menentukan seberapa besar partisipasi dan tanggapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Data-data diperoleh dari setiap pertemuan di tiap siklusnya dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif yaitu dengan mencari prosentase tertinggi pada tiap kategori kemudian diambil rata-rata keseluruhan kategori seluruh siswa berdasarkan pengamatan dari beberapa observer/pengamat dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

p = Persentase hasil skor observasi

q = Jumlah keseluruhan skor yang diperoleh kelompok r = Skor maksimal (total skor)

(72)

Tabel 3.2 Kriteria persentase observasi ranah afektif siswa

Skor (%) Kategori

0 – 20 Sangat Rendah

21 – 40 Rendah

41 – 60 Sedang

61 – 80 Tinggi

81 – 100 Sangat tinggi

Kemudian untuk menentukan persentase jumlah kelompok siswa dengan hasil belajar afektif minimal tinggi digunakan perhitungan sebagai berikut :

Dengan penghitungan diatas maka peneliti dapat menentukan kesimpulan untuk penilaian ranah afektif berdasarkan target yang diinginkan dalam penelitian ini selama mengikuti proses pembelajaran lebih atau sama dengan 61% termasuk dalam kategori tinggi.

Kuisioner Motivasi/Angket Motivasi

Pada penelitian ini digunakan 2 kuisioner yaitu kuisioner yang digunakan pada saat awal sebelum proses pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

(73)

dilaksanakan. Kuisioner ini nantinya akan menentukan apakah ada atau tidaknya peningkatan motivasi belajar siswa setelah model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

dilaksanakan.

Kuisioner yang telah diisi oleh siswa dikategorikan dalam pernyataan positif dan negatif, kemudian masing-masing kategori jawaban tersebut diberi skor.

Penetapan skor pernyataan positif dan negatif seperti dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.3 Penetapan skor kuisioner

Pilihan Jawaban

Skor Pernyataan

Positif

Pernyataan Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

Skor yang diperoleh siswa kemudian di cari skor keseluruhannya sehingga diperoleh data skor setiap siswa kemudian dari skor tersebut dicari persentase motivasi belajar siswa dengan menggunakan penghitungan sebagai berikut :

(74)

Seluruh persentase skor masing-masing siswa dikategorikan dengan acuan sebagai berikut :

Tabel 3.4 Kriteria motivasi belajar siswa

Kemudian untuk mengetahui persentase jumlah siswa dengan motivasi belajar minimal tinggi digunakan perhitungan sebagai berikut:

Setelah data motivasi siswa diperoleh, peneliti dapat menyimpulkan berdasarkan target yang diinginkan. Dalam penelitian ini, peningkatan motivasi belajar siswa di kelas selama mengikuti pembelajaran biologi gerak pada tumbuhan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

lebih atau sama dengan 61% termasuk dalam kategori tinggi.

Skor (%) Kategori

0 - 20 Sangat Rendah

21 – 40 Rendah

41 – 60 Sedang

61 – 80 Tinggi

(75)

F. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini meliputi peningkatan motivasi belajar siswa dan peningkatan hasil belajar siswa.

Tabel 3.5 Indikator Keberhasilan Penelitian

(76)

G. Agenda Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 April – 23 Mei 2014, bertepatan pada materi Gerak pada Tumbuhan disampaikan dikelas VIII B SMP Kanisius Kalasan .

H. Personalia

Heffi Widyaningrum, S.Pd.Si : Sebagai Pengajar /Guru Biologi Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan

Theo Trinita : Peneliti (Mahasiswa Universitas Sanata Dharma)

Vina Fitriana : Observer I (Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)

(77)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan dan Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada bulan April hingga Mei 2014. Adapun tujuan penelitian ini adalah meningkatkan motivasi dan hasil belajar ranah kognitif dan afektif siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada materi gerak pada tumbuhan. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan yang terdiri dari 24 orang siswa, namun pada saat pengumpulan data, ada beberapa siswa yang datanya tidak lengkap sehingga hanya diperoleh siswa dengan data yang lengkap sebanyak 22 siswa. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Berikut uraian mengenai proses pelaksanaan dan hasil yang diperoleh selama proses pelaksanaan penelitian.

1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan Awal (Planning)

(78)

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Siklus I dimulai pada tanggal 2 April 2014, pukul 07.30 – 08.50. sebelum melaksanakan proses pembelajaran, peneliti membagikan kuisioner motivasi awal setelah selesai mengisi kuisioner motivasi awal peneliti membagikan pretest awal kemudian meminta siswa menjawab dengan teliti dan cermat.

Setelah siswa mengumpulkan pretest, peneliti yang bertindak sebagai guru melaksanakan tindakan penelitian sesuai pada RPP yang telah dibuat sebelumnya. Pembelajaran diawali dengan apersepsi kemudian dilanjutkan dengan tahap eksplorasi. Pada tahap ini guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, anggota kelompok pada siklus I dipilih oleh siswa sendiri. Kemudian setelah membagi kelompok, guru menayangkan video gerak pada pada tumbuhan dan meminta siswa untuk menyimak dengan baik melalui tayangan yang diberikan.

Setelah selesai menyimak video yang diberikan guru, siswa berdiskusi dalam masing-masing kelompok untuk mengisi LKS yang diberikan. Pada saat siswa berdiskusi, guru mengamati sikap siswa didampingi oleh observer yang mengamati dan mengisi lembar observasi.

(79)

bahan diskusi siswa, pada tahap inilah terihat kesiapan siswa dan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan karena nomor kepala disebutkan secara acak, sehingga siswa tidak tahu siapa yang akan menjawab pertanyaan selanjutnya, hal ini terus berulang hingga pertanyaan telah habis terjawab dan semua nomor kepala mendapatkan giliran dalam menjawab.

Gambar. 4.1 Siswa yang nomor kepalanya disebutkan menjawab

pertanyaan

Gambar

Gambar 2.1 Diagram triangulasi pembelajaran  .......................................................
Gambar 2.1 Diagram Triangulasi pembelajaran (Sudjana, 2009)
Gambar 2.2 Diagram alir kerangka berpikir
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Khemmis & Mc. Taggart
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) telah dilakukan untuk menentukan peningkatan motivasi peserta didik dan

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT) terhadap motivasi belajar

Berkaitan dengan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan siklus I, berdasarkan hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

Dari penelitian yang dilakukan dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam Pembelajaran Akuntansi pada siswa Kelas X Akuntansi SMK

Skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar PKn pada Siswa Kelas

Terdapat pengaruh signifikan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads.. Together (NHT) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang cocok untuk meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa adalah tipe tipe Numbered Heads Together (NHT)

Kegunaan Penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa”