• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENGEMBANGAN KOTA-KOTA KECIL (DEKONSENTRASI PLANOLOGIS)

Dalam dokumen Bahan Ajar Ilmu Wilayah (Halaman 97-102)

MODEL PEMBANGUNAN WILAYAH

THREE MODELS OF REGIONAL DEVELOPMENT

4. MODEL PENGEMBANGAN KOTA-KOTA KECIL (DEKONSENTRASI PLANOLOGIS)

Strategi ini didasarkan anggapan bahwa di negara berkembang pengembangan dari atas, yang menitikberatkan pembangunan industri di kota besar (metropolitan), tidak akan dapat dijalarkan ke seluruh wilayah. Kota-kota ukuran sedang atau menengah tidak mampu menciptakan eksternal ekonomi yang dibutuhkan untuk menjalarkan pertumbuhan dari kota-kota besar (Hansen, 1981:318). Hal ini didukung fakta bahwa pertumbuhan kota-kota kecil dan sedang (20.000-100.000 jiwa) rendah, sebaliknya kota-kota besar makin tumbuh sehingga cenderung membentuk pola primate.

Disamping itu pemusatan dan pembauran berbagai fungsi dan kegiatan perkotaan, baik fungsi primer maupun sekunder di pusat kota (kota induk) telah menyebabkan timbulnya berbagai macam permasalahan, diantaranya terjadi

pemusatan (tekanan) penduduk terutama akibat derasnya arus migrasi penduduk yang datang ke pusat kota. Dalam konteks ini pusat kota cenderung berkembang meluas menjadi metropolitan atau mega urban yang meraksasa dan seolah-olah meraup sumberdaya daerah di sekitarnya.

Pengembangan kota-kota kecil dan kota sekunder adalah salah satu upaya dekonsentrasi planologis, yaitu mengembangkan pusat-pusat baru di dalam suatu wilayah kota besar atau metropolitan, dengan tujuan untuk meratakan perkembangan di dalam wilayah tersebut. Selanjutnya strategi ini tidak hanya berorientasi kepada pembangunan perdesaan saja tetapi juga menjalarkan inovasi dan pelayanan bagi aliran produksi pertanian dan industri ringan dari pedesaan ke kota kecil dan kota yang lebih besar, sehingga perluasan sistem kota-kota dikaitkan langsung dengan peningkatan kesejahteraan penduduk perdesaan sejak awal proses pembangunan. Secara teoritis bentuk pengembangan tersebut adalah upaya mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru dalam ruang. Konsep ini pada dasarnya merupakan pengembangan lebih lanjut daripada konsep ‘Growth Poles’.

Dalam pengembangan kota-kota kecil dan pusat-pusat pertumbuhan yang baru terjadi proses integrasi antara sektor pertanian dan industri. Strategi ini diharapkan mampu mengembangkan kesempatan kerja yang luas (60-80%) untuk menahan penduduknya sendiri maupun penduduk di daerah belakangnya (hinterland) sehingga mereka tidak bermigrasi ke kota utama (urbanisasi dari bawah). Oleh karena itu pusat-pusat pertumbuhan baru paling tidak harus mempunyai unsur-unsur (entitas) yang mampu mempengaruhi perkembangan kawasan ekonomi pengaruhnya. Umumnya unsur ini adalah kegiatan industri pendorong (Propulsive Industry) yang dapat membangkitkan tumbuhnya berbagai kegiatan lain, seperti industri pelayanan, perdagangan, jasa dan sebagainya.

Pengembangan dekonsentrasi planologis ada dua macam, yaitu pengembangan kota-kota baru dan pusat-pusat pertumbuhan baru. Pada prinsipnya, kedua macam pengembangan dekonsentrasi tersebut mempunyai tugas dan peranan yang sama, yaitu mengurangi beban kota utama. Pengembangan kota baru dibangun selengkapnya pada lahan yang masih kosong, sedangkan pengembangan pusat-pusat

pertumbuhan baru adalah pengembangan pusat-pusat yang sudah ada di sekitar kota utama (Hansen, 1972). Dalam konteks pembangunan wilayah kota sebagai suatu sistem wilayah, pengembangan kota-kota kecil di sekitar kota utama merupakan bentuk pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru dalam rangka memenuhi tingkat kebutuhan penduduknya dan mengurangi beban kota utama.

Secara pragmatis, dekonsentrasi planologis dapat dikatakan sebagai upaya penyebaran satu atau beberapa fungsi dari kota inti ke kota-kota kecil di sekitarnya. Beberapa fungsi penting kota utama sengaja dipindah atau dikeluarkan serta ditempatkan di beberapa kota kecil di sekitarnya, misalnya relokasi industri ke daerah pinggiran kota. Selain itu ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari strategi dekonsentrasi planologis, antara lain :

1. Memberikan kesempatan pertumbuhan bagi kota kecil

2. Mendorong lingkungan kehidupan kekotaan (urbanized) secara lebih merata 3. Mengurangi beban masalah kota besar

4. Menahan laju pertumbuhan-pertumbuhan kota-kota besar yang tidak terkendali 5. Menciptakan hubungan fungsional kota-kota yang lebih baik dalam sistem

perkotaan.

Untuk melaksanakan strategi ini, selain dilakukan pengembangan fasilitas pada kota kecil tersebut lebih penting lagi adalah pengembangan berbagai prasarana yang akan mendukung pengembangan pertanian, serta kebijaksanaan lain yang menguntungkan petani, seperti kebijaksanaan harga, pajak, bantuan kredit, dan sebagainya. Kebijaksanaan lain yang diperlukan adalah desentralisasi kewenangan yang memadai untuk pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lokal.

Lebih lanjut strategi dekonsentrasi planologis ini bisa dijabarkan dan diperluas dalam bentuk counter magnet strategy, kota kecil, kota baru, kota satelit, dormitory town, dan sebagainya. Pada dasarnya konsep counter magnet asal mulanya diilhami oleh rencana pengembangan garden city.

Counter magnet strategy adalah pengembangan kota-kota kecil dan menengah untuk dapat menandingi perkembangan dari kota utama (primate city) agar lebih dapat mendifusikan aspek-aspek kota secara keruangan (Townroe, 1982). Strategi ini dalam operasionalnya di dukung oleh teori pengembangan wilayah seperti Konsep Kutub Pertumbuhan (The Conceps of Growth Poles). Teori Ajang Pusat (The Theory of Central Places) dan lain sebagainya. Selain aspek spasial, strategi ini juga memiliki fokus pada pemecahan masalah-masalah pokok non spasial seperti kemiskinan, pengangguran, dan ketidakmerataan (inequality).

KESIMPULAN DAN KOMPARASI

ANALISIS KESESUAIAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN WILAYAH TERHADAP KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

N O KEBIJAKSANA AN PEMBANGUN AN NASIONAL PENGEMBANG AN KUTUB PERTUMBUHA N PENGEMBANG AN AGROPOLITA N PENGEMBANG AN RUANG TERINTEGRAS I PENGEMBANG AN KOTA-KOTA KECIL 1. Menitikberatkan pembangunan ekonomi dan terpenuhinya kebutuhan pokok Pembangunan

ekonomi Pembangunan sosial Pembangunan ekonomi Pembangunan ekonomi, terpenuhinya kebutuhan pokok 2. Pemerataan dengan pertumbuhan Pertumbuhan

dahulu Pemerataan, dan tujuan sosial lain Pertumbuhan dengan pemerataan Pemerataan dahulu, baru pertumbuhan 3. Keseimbangan dan kesesuaian hubungan kota-desa Menitikberatkan pembangunan di kota Pembangunan

perdesaan Integrasi pembangunan kota dan desa

Keseimbangan kota-desa 4. Integrasi sistem ekonomi nasional Integrasi Ketertutupan, keberdikarian distrik Integrasi Mengarah kepada integrasi 5. Keseimbangan sektor Industri dan Pertanian

Titik berat pada industri

Titik berat pada pertanian Keseimbangan industri dan pertanian Pertanian dan Industri kecil 6. Keterkaitan sektor modern dan tradisional sejak mula

Titik berat pada

sektor modern Titik berat pada pertanian Kaitan sektor modern dan tradisional

Titik berat sektor tradisional, lokal 7. Pembangunan

‘dari atas’ dan ‘dari bawah’

Dari atas Dari bawah Dari atas dan

dari bawah Dari bawah 8. Terbuka

terhadap sistem pasar dunia, dan mengurangi ketergantungan secara bertahap Secara tidak langsung mensyaratkan keterbukaan, ketergantungan yang besar Pemutusan ketergantungan, dengan ketertutupan atau berdikari Tidak

Dalam dokumen Bahan Ajar Ilmu Wilayah (Halaman 97-102)

Dokumen terkait