• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Model Pengembangan

1) Model pengembangan silabus berdasarkan satu tuntutan kompetensi secara utuh.

2) Model pengembangan silabus berdasarkan satu atau lebih indikator dalam satu kompetensi.

Functions

Aptitudes Themes

Structures Duration

Bagan 2.2 Model Silabus Pembelajaran

Berdasarkan Satu Tuntutan Kompetensi Dasar secara Utuh Kompetensi Indikator Indikator Pembelajaran ………

Model bagan di atas dirancang dan dikembangkan hanya berdasarkan satu tuntutan kompetensi dasar. Model ini dapat ditempuh oleh guru apabila cakupan materi yang terdapat dalam satu kompetens i dasar, berikut hasil belajar dan indikatornya, dianggap tidak terlalu luas dan dalam.

Bagan 2.3 Model Silabus Pembelajaran

Berdasarkan Satu atau Lebih Indikator dalam Satu Kompetensi

Kompetensi

Indikator Indikator Indikator Indikator

Pembelajaran Pembelajaran • ……… • ………. • ……… • ………...

Model bagan tersebut dirancang dan dikembangkan dalam satu unit pembelajaran yang utuh. Model ini dapat pula terjadi, beberapa indikator yang saling berkaitan dan tidak terlalu luas dan dalam. Adapun cakupan materinya dikembangkan dalam satu unit pembelajaran sekaligus.

Adapun model pengembangan silabus dan materi menulis narasi untuk siswa kelas X berdasarkan pendekatan komunkatif yang dipilih peneliti, dari kedua model pengembangan tersebut adalah model pengembangan silabus berdasarkan satu tuntutan kompetensi secara utuh, karena model ini dapat ditempuh oleh guru apabila cakupan materi yang terdapat dalam satu kompetens i dasar, berikut hasil belajar dan indikatornya, dianggap tidak terlalu luas dan dalam.

Menurut Puskur via Widharyanto (2003: 43–44) penyusunan silabus harus melalui empat tahap berikut ini.

1) Tahap Perencanaan

Tahap ini berisi kegiatan mengumpulkan berbagai informasi dan mempersiapkan referensi yang relevan dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui berbagai sumber, misalnya perpustakaan, multimedia, dan lingkungan. Berbagai informasi tersebut dapat digunakan menjadi pertimbangan untuk menyeleksi materi yang relevan dengan kompetensi-kompetensi yang ingin dicapai.

2) Tahap Penyusunan

Dalam melaksanakan penyusunan silabus, perlu menganalisis seluruh perangkat KTSP, untuk menghasilkan pemahaman yang utuh tentang hakikat kurikulum, struktur kurikulum, dan pelaksanaan KTSP.

3) Tahap Perbaikan

Tahap ini untuk mengkaji ulang draft silabus yang selesai disusun. Pengkajian ulang ini didasarkan pada masukan, tanggapan, penilaian yang diberikan oleh pakar pendidikan yang kemudian digunakan untuk memperbaiki silabus. Silabus yang telah direvisi dapat dilaksanakan dalam pembelajaran di kelas.

4) Tahap Pemantapan

Sebagai suatu rangkaian yang utuh, silabus yang telah dilaksanakan perlu ditinjau kembali. Catatan-catatan mengenai berbagai komponen pembelajaran yang diperoleh berdasarkan pelaksanaan perlu direnungkan dan direfleksikan kembali. Hal ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen mana yang masih harus dikembangkan, diganti, atau dihilangkan.

5. Materi Pembelajaran Bahasa

Materi pembelajaran bahasa merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pembelajaran. Materi ini perlu dikembangkan sebelum dan setelah dilakukan pengkajian kurikulum dan silabus

Materi yang dikembangkan hendaknya memenuhi kriteria pengembangan dan penyusunan bahan ajar agar sesuai dengan kebutuhan pembelajar. Menurut

Hestiningsih (2003: 43 – 44) ada lima kriteria yang diperlukan untuk menyeleksi materi yang akan diajarkan adalah sebagai berikut.

1. Sahih

Materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran hendaknya benar-benar telah teruji kesahihannya. Materi yang diberikan dalam pembelajaran tidak ketinggalan zaman dan memberi kontribusi untuk pemahaman ke depan. 2. Tingkat kepentingan

Dalam memilih materi pembelajaran perlu dipertimbangkan tiga hal, yakni sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari, penting unt uk siapa, dan mengapa penting, sehingga materi yang dipilih benar-benar diperlukan siswa. 3. Kebermanfaatan

Manfaat tersebut dilihat dari semua sisi, baik secara akademis (materi yang diajarkan memberi dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan) maupun non akademis (materi yang diajarkan dapat mengembangkan kecakapan dan sikap dalm kehidupan sehari- hari ).

4. Layak dipelajari

Materi harus layak dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya maupun dari aspek kelayakan terhadap pemanfaatan bahan ajar dan kondisi lingkungan siswa.

5. Menarik Minat

Materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memberi motivasi siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut dalam belajar.

Adapun materi dalam pembelajaran bahasa harus berdasarkan pendekatan komunikatif. Ada tiga prinsip yang harus diperhatikan oleh guru jika ingin merancang materi berdasarkan pendekatan komunikatif. Prinsip tersebut tertulis sebagaimana kutipan berikut ini.

1. Materi harus terdiri dari bahasa sebagai alat komunikasi.

2. Desain materi harus lebih menekankan proses belajar mengajar dan bukan pokok bahasan (content),

3. Materi harus memberi dorongan kepada pelajar untuk berkomunikasi secara wajar (Siahaan,1987: 81).

Prinsip pertama menggambarkan bahwa materi yang diberikan kepada siswa tidak cukup untuk diketahui saja, tetapi materi harus dapat diterapkan siswa dalam berkomunikasi. Prinsip kedua, yaitu materi yang berdasarkan proses dan materi yang berdasarkan pokok bahasan. Materi yang berdasarkan proses menggambarkan bahwa materi lebih menekankan pada aktivitas berbahasa yang harus dijalani oleh siswa ketika proses belajar sedang berlangsung. Materi ini bertujuan untuk memupuk semangat siswa dalam berkomunikasi dengan orang lain. Prinsip ketiga, mengisyaratkan bahwa guru harus dapat mendorong siswa untuk aktif berkomunikasi melalui materi yang dipelajari. Dengan kata lain, guru dituntut untuk menyajikan materi yang merangsang siswa untuk menerapkan keterampilan- keterampilan yang telah dipelajarinya dalam situasi yang baru sesuai dengan perasaan dan pikirannya.

Menurut Gafur (1982: 87-88) ada empat macam materi pelajaran yaitu: fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Fakta merupakan jenis materi yang akan

digunakan. Adapun dalam penggunaan materi pembelajaran itu disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Pada prinsipnya materi yang dipilih harus benar-benar mendukung tercapainya kompetensi dasar. Apabila kompetrensi dasar menggunakan kata operasinal seperti menyebutkan, menentukan, dan lain- lain, itu merupakan fakta. Jika guru ingin mengajarkan definisi, ciri-ciri, klasifikasi, identifikasi, dapat dipastikan guru tersebut menggunakan jenis konsep sebagai materi pelajaran. Apabila guru menentukan kompetensi siswa untuk mampu menerapkan suatu tujuan pembelajaran yang harus dikuasai dapat dipastikan itu menggunakan jenis prosedur sebagai materi pembelajarannya. Sementara itu, apabila guru menekankan pada penjelasan, hubungan, rumusan tertentu, dapat dipastikan guru mempergunakan prinsip sebagai materi pembelajarannya.

6. Sumber Penilaian

Pembelajaran bahasa Indonesia akan lebih maksimal bila diikuti oleh perubahan penilaian. Praktik penilaian bahasa di kelas kurang menggunakan cara dan alat yang lebih bervariasi. Penilaian keterampilan berbahasa sering diujikan dalam bentuk tes objektif atau pilihan ganda. Suatu keterampilan yang seharusnya diuji secara langsung dengan suatu tes unjuk kerja (performance) siswa lebih banyak diuji secara tidak langsung dengan cara menguji segi kognitif siswa. Skor kognitif siswa yang tinggi sering dijadikan sebagai dasar unt uk menilai kompetensi berbahasa siswa. Hal ini sangat keliru dan menyesatkan dalam praktik penilaian dalam pembelajaran bahasa (Wid haryanto, 2004: 1).

Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui perencanaan, pengumpulan informasi, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa. Sementara itu, Penilaian kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian keputusan terhadap hasil belajar siswa berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum (Puskur, 2006: 1).

Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian menurut BSNP (2006: 17–18) adalah sebagai berikut.

a. Penilaian diarahkan untuk menguk ur pencapaian kompetensi

b. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.

d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya.

e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran.

Menurut Puskur (2006: 3) persyaratan penilaian berbasis kelas, adalah sebagai berikut.

b. Strategi yang digunakan mencerminkan kemampuan anak secara autentik. c. Memanfaatkan berbagai jenis informasi.

d. Mempertimbangkan kebutuhan khusus siswa. e. Menggunakan sistem pencatatan yang bervariasi.

f. Keputusan tingkat pencapaian hasil belajar berdasarkan berbagai informasi. g. Guru harus berupaya seoptimal mungkin memanfaatkan berbagai bukti hasil

kerja siswa.

h. Keputusan tentang kemampuan siswa mempertimbangkan hasil kerja yang dikumpulkan.

Menurut Widharyanto (2006: 46) ada lima bentuk-bentuk penilaian berbasis kelas, yakni tes tertulis, kinerja, hasil karya, penugasan, dan portofolio. a. Tes tertulis merupakan penilaian yang menuntut siswa memberikan jawaban

tertulis atas sejumlah pertanyaan. Jawaban yang diberikan siswa dapat berupa jawaban memilih, mengisisi dengan singkat, maupun mengorganisasikan gagasanya melalui jawaban uraian.

b. Kinerja atau tes penampilan merupakan penilaian yang menuntut siswa melakukan tugas dalam bentuk perbuatan yang dia mati oleh guru.

c. Hasil karya merupakan penilaian yang menuntut siswa menghasilkan suatu produk berdasarkan pengetahuan dan kreativitasnya.

d. Penugasan (proyek) merupakan tugas yang dikerjakan siswa untuk jangka waktu yang relatif lama.

e. Portofolio merupakan kumpulan karya siswa yang dapat berfungsi sebagai dasar untuk menelaah usaha, perbaikan, proses, dan pencapaian hasil belajar.

7. Pengembangan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarsiswa, siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada siswa BSNP (2006: 16).

Menurut BSNP (2006: 16) hal- hal yang harus dikembangkan dalam kegiatan belajar pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada siswa, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.

b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.

c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran ha rus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran.

d. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur ciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.

Dalam memilih kegiatan siswa yang akan digunakan dalam pembelajaran sebaiknya mempertimbangkan hal- hal sebagai berikut.

a. Hendaknya memberi peluang bagi siswa untuk mecari, mengolah dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru.

b. Disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana belajar yang tersedia. c. Bervariasi dengan mengkombinasikan antara kegiatan belajar perseorangan,

pasangan, dan kelompok.

Jadi, kegiatan pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, guru dan siswa hendaknya menyediakan berbagai sumber ragam belajar untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

8. Pengembangan Media dalam Pembelajaran Bahasa

Media adalah pembawa pesan yang berasal dari sumber pesan kepada penerima pesan (Farida Mukti via Widharyanto dkk., 2003: 52). Pesan yang dimaksud adalah materi pembelajaran yang disusun dan akan disampaikan kepada siswa. Media pembelajaran digunakan untuk membantu daya serap siswa dalam menerima materi pembelajaran. Pembelajaran dikatakan terserap oleh siswa secara optimal apabila tersimpan dalam ingatan jangka panjang.

Media sebagai alat bantu yang dipakai itu dapat berupa visual dan audio visual yaitu berupa radio, tape-recorder, laboratorium bahasa, film, dan video.

Menurut Widharyanto (2006: 53) ada enam syarat yang harus diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu :

1) media harus sesuai dengan kompetens i dasar yang ingin dikembangkan. 2) media harus sesuai dengan karakteristik siswa.

3) media harus disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia. 4) media harus disesuaikan dengan ketersediaan sumber.

6) media harus dipertimbangkan keluwesan, kepraktisan, dan daya tahan media. Menurut Widharyanto (2003: 54) mengemukakan ada berbagai wujud media pembelajaran, yaitu (a) media berupa garis, (b) media berupa gambar, (c) media berupa gerak, (d) media berupa tulisan, dan (e) media berupa suara. Masing- masing media ini dapat digabung satu dengan yang lain, tergantung pada kemampuan guru dan syarat-syarat lain yang memungkinkan pemanfaatan media tertentu. Sekarang ini, media yang banyak dikenal orang adalah (a) media auditif, (b) media visual, dan (c) media audio visual.

Dale (via Widharyanto, 2003: 7) membuktikan bahwa keefektifan pembelajaran dipengaruhi oleh media yang digunakan. Ia menemukan bahwa model pembelajaran yang letaknya paling atas dalam kerucut, yakni pembelajaran yang hanya melibatkan simbol-simbol verbal melalui tuturan, adalah pembelajaran yang kurang efektif. Pembelajaran yang paling efektif adalah pembelajaran yang berada pada dasar kerucut, yakni terlibat langsung dengan pengalaman-pengalaman belajar yang bertujuan dengan cara pengalaman lapangan. Berikut ini akan disajikan berbagai media yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam bentuk kerucut.

Gambar 2.4 Kerucut Pengalaman Edgar Dale

12 Lambang kata 11 Lambang visual

10 Gambar

9 Rekaman, radio, gambar tetap 8 Gambar hidup 7 Televisi 6 Pameran 5 Karyawisata 4 Demonstrasi 3 Pengalaman dramatisasi 2 Pengalaman tiruan yang diatur

1 Pengalaman langsung bertujuan

9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rencana kegiatan guru yang berupa skenario pembelajaran tahap demi tahap mengenai aktivitas yang akan dilakukan siswa bersama guru terkait materi yang akan dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan (Wahab, dkk., 2007: 7).

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Rencana pelaksanan pembelajaran merupakan bentuk pengembangan bahan yang operasional, oleh karena itu sering disebut juga dengan istilah Lembar Kerja Siswa (LKS) (Soewandi, melalui Widharyanto 2002: 7). Dengan demikian, rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan penggalan-penggalan kegiatan pembelajaran, bahan dan penilaiannya yang memilki keterkaitan erat dalam keseluruhan yang lebih luas yaitu, silabus.

Rencana pelaksanaan pembelajaran mencakup: (1) Mencantumkan identitas, mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran, (3) mengembangkan kegiatan pembelajaran, (4) merumuskan indikator pencapaian kompetensi, (5) penentuan jenis penilaian dan (6) menentukan alokasi waktu, dan (8) sumber belajar (BSNP, 2006: 21 )

Mencantumkan identitas dan mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar. Mencantumkan identitas mencakup: Nama sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester. Standar kompetensi merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa dalam suatu mata pelajaran, sedangkan kompetensi dasar memberikan gambaran tentang sejauh mana target kompetensi yang harus dicapai.

Mengidentifikasi materi pokok. Materi pokok merupakan bagian dari struktur keilmuan suatu bahan kajian yang dapat berupa pengertian konseptual, konteks, proses, bidang ajar, dan keterampilan. Dalam mengidentifikasi materi pokok pembelajaran harus memperhatikan potensi siswa, tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, kebermanfaatan siswa, dan alokasi waktu.

Mengembangkan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarsiswa, siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam pencapaian kompetensi dasar.

Merumuskan indikator pencapaian kompetensi. Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan prilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indkator digunakan untuk menyusun alat penilaian.

Penentuan jenis penilaian. Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Menentukan alokasi waktu. Dalam merencanakan pembelajaran, lamanya waktu yang diperlukan untuk menguasai kompetensi dasar yang ingin dicapai perlu ditentukan alokasi waktunya. Penentuan besarnya alokasi waktu ini tergantung pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh siswa untuk menguasai satu kompetensi dasar.

Menentukan sumber belajar. Sumber belajar adalah rujukan, obyek atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penetuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

10. Pembelajaran Narasi Berdasarkan Pendekatan Komunikatif

Menurut The Liang Gie (2002: 3) mengarang adalah sebagai segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Sementara itu, Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca.

Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi di dalam suatu kesatuan waktu atau dapat dirumuskan menjadi suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi (Keraf, 2001: 136). Dengan perkatan lain, karangan narasi dapat diartikan sebagai karangan yang menggambarkan kepada pembaca suatu peristiwa atau rangkaian kejadian yang terjadi dalam urutan waktu atau satu kesatuan waktu.

Karangan yang tergolong ke dalam jenis narasi adalah cerpen, novel, roman, dan semua karya prosa imajinatif. Karangan jenis narasi bermaksud menyajikan peristiwa atau mengisahkan apa yang telah terjadi dan bagaimana suatu peristiwa terjadi.

Menurut Linawati (2003: 24) mengatakan bahwa ciri narasi adalah (1) mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga pembaca tampak melihat sendiri peristiwa itu, (2) memiliki unsur tindakan atau perbuatan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu, (3) merupakan urutan peristiwa sehingga menjadi cerita yang menarik, (4) menceritakan peristiwa yang dinamis, maksudnya suatu

kejadian atau peristiwa yang berubah dari peristiwa yang satu ke peristiwa yang lain saling berkaitan dalam urutan waktu tertentu, (5) menyampaikan suatu tindakan atau peristiwa dengan tepat untuk memperluas pengetahuan pembaca.

Berdasarkan tujuannya narasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Pertama, narasi ekspositoris bertujuan untuk mengungkapkan pikiran pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat generalisasi. Narasi ekspositoris yang bersifat khas atau khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja. Sementara itu, narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang. Misalnya sesuatu wacana naratif yang menceritakan bagaimana seorang menyiapkan nasi goreng, bagaimana membuat roti, dan bagaimana membuat kapal.

Sebuah contoh narasi ekspositoris yang murni adalah narasi mengenai pembuatan kapal. Rasio pembuatan kapal akan mengantar dan membimbing teknisinya untuk merencanakan bagian-bagian dari kapal diiringi tindakan-tindakan tertentu yang harus dilakukan, sehingga dapat diperoleh sebuah kapal

dengan struktur yang kuat dan kekar, dengan muatan sekian bobot mati, dan dapat mengapung secara berimbang bila diluncurkan ke laut.

Kedua, narasi sugestif bertujuan bukan untuk memperluas pengetahuan seseorang, tetapi berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian itu sebagai suatu pengalaman. Narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal para pembaca. Pembaca menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara eksplisit. Makna yang baru akan jelas dipahami sesudah narasi selesai dibaca. Dengan demikian, narasi tidak bercerita atau memberikan komentar mengenai sebuah cerita, tetapi justru mengisahkan suatu cerita atau kisah. Sebuah novel, roman, dan cerpen sudah mengandung ciri narasi sugestif. Adapun kedua macam narasi tersebut memiliki perbedaan yang sangat penting, yaitu sebagai berikut.

Narasi Ekspositoris 1. Memperluas pengetahuan. 2. Menyampaikan suatu informasi

mengenai suatu kejadian.

3. Didasarkan pada penalaran untuk mencapai lesepakatan rasional. 4. Bahasanya lebih condong

kebahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif.

Narasi Sugestif

1. Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat. 2. Menimbulkan daya khayal. 3. Penalaran hanya berfungsi

sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar.

4. Bahasanya lebih condong kebahasa figuratif dengan menitikberatkan penggunaan kata-kata konotatif.

Adapun struktur narasi dapat dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya. Komponen-komponen itu adalah perbuatan, penokohan, latar (tempat), dan sudut pandang. Setiap narasi memiliki sebuah plot atau alur yang didasarkan pada kesinambungan peristiwa-peristiwa dalam narasi itu dalam hubungan sebab akibat (Keraf, 2003: 145).

Pembelajaran bahasa khususnya dalam pembelajaran narasi ini menggunakan pendekatan secara komunikatif. Adapun pembelajaran narasi sesuai dengan prinsip-prinsip pendekatan komunikatif (Marjono via Giasih, 2000: 64). Berikut ini prinsip-prinsip pendekatan komunikatif .

l. Pembelajaran bahasa diarahkan pada pemahaman dan pengunaan berbahasa. Dengan kata lain, siswa mampu memahami dan menggunakan bahasa Indonesia demi kepentingan hidupnya.

2. Model latihan berbahasa yang diberikan kepada siswa adalah model bahasa yang hidup dan terpakai. Ini berarti bentuk aktivitas berbahasa yang dikerjakan oleh siswa mencerminkan aktivitas sehari- hari dan dapat dipergunakan nantinya dalam konteks lain.

3. Adanya variasi berbahasa dalam pembelajaran. Prinsip ini menggambarkan bahwa dalam pembelajaran bahasa, guru harus mampu menciptakan variasi-variasi kegiatan berbahasa pada siswa.

4. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk merangsang kemauan siswa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Prinsip ini mempertegas bahwa materi pembelajaran yang dipelajari siswa harus dapat merangsang minat berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

5. Pembelajaran bahasa Indonesia terpusat pada siswa. Prinsip ini menekankan bahwa siswa adalah pelaku utama yang memiliki waktu beraktivitas terbesar.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir ini dibuat untuk memberikan gambaran proses kegiatan

Dokumen terkait