• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan silabus dan materi pembelajaran menulis narasi untuk siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 berdasarkan pendekatan komunikatif - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan silabus dan materi pembelajaran menulis narasi untuk siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 berdasarkan pendekatan komunikatif - USD Repository"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN SILABUS DAN MATERI PEMBELAJARAN MENULIS NARASI UNTUK SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008

BERDASARKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh:

MURNI

031224067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)
(5)

M OTO

Janganlah berputus asa, tetapi kalau Anda sampai putus asa berjuanglah terus

meskipun dalam keadaan putus asa (Kahlil Gibran)

M asa depan yang cerah selalu tergantung pada masa lalu yang dilupakan. Kita

tidak dapat meneruskan hidup dengan baik jika tidak dapat melupakan kegagalan

dan sakit hati di masa lalu (Kahlil Gibran)

Sesungguhnya perintah-N ya apabila D ia menghendaki sesuatu hanyalah berkata

(6)

PERSEM BAH AN

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada:

Allah Swt dan N abi M uhammada Saw , karena atas berkat rahmat dan hidayah-N Ya karya ini

dapat diselesaikan dengan baik. Terimakasih ya Allah, engkau pun selalu menjauhkan ku dari

mara bahaya dan engkau pun selalu mendekatkanku dengan kebaikan.

H . Buang dan H j. M utmainah (alm), terimakasih atas doa dan kasih sayang yang telah kalian berikan. Terutama untuk nenekku walaupun engkau telah tiada tapi namamu selalu ada dalam

hatiku dan aku tidak akan pernah melupakan kenangan disaat engkau bersamaku.

N enekku Johar yang ada di L ampung, w alaupun kita sudah tujuh tahun tidak bertemu tapi

namamu selalu ada dihatiku aku yakin engkau di sana selalu mendoakanku dan doamu selalu

menyertaiku untuk menjadi orang yang baik dan beriman.

Ayahanda M uhit dan I bunda Rufiah, terimakasih atas segalanya yang telah engkau berikan

padaku. K alian telah banyak berkorban untukku agar aku menjadi manusia yang berpendidikan

dan memiliki martabat. Pengorbananmu itu tidak akan pernah kulupakan sepanjang hayatku.

Giri Setyoko S, yang telah banyak memberikan cinta, dukungan, motivasi, semangat, dan sumber

inspirasi. Terimakasih yah sayang engkau telah banyak memberikan warna dalam hidup ini.

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Juli 2008 Penulis

(8)

ABSTRAK

Murni. 2008. Pengembangan Silabus dan Materi Pembelajaran Menulis Narasi untuk Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 Berdasarkan Pendekatan Komunikatif. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Ba hasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakult as Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa silabus dan materi pembelajaran menulis narasi, melalui proses pengembangan. Rancangan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta berkenaan dengan pembelajaran menulis narasi pada semester I.

Penelitian ini diawali dengan analisis kebutuhan siswa. Analisis kebutuhan dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai pembelajaran menulis narasi di kelas X SMA Negeri I Depok, Sleman, Yogyakarta. Informasi tersebut diperoleh dengan cara pengisian kuesioner kelas X SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta dan wawancara dengan guru kelas X SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Model pembelajaran yang dipakai untuk mengembangkan silabus dan materi pembelajaran menulis narasi ini adalah model pembelajaran berdasarkan satu tuntutan kompetensi dasar secara utuh. Model ini dipilih karena kompetensi-kompetensi dasar yang akan dijabarkan tidak terlalu luas, sehingga memungkinkan untuk menguraikannya dalam satu unit pembelajaran. Teori-teori yang digunakan dalam pengembangan ini adalah teori pendekatan, metode, dan teknik, pendekatan komunikatif, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, silabus pembelajaran bahasa, materi pembelajaran bahasa, sumber penilaian, pengembangan kegiatan pembelajaran, pengembangan media pembelajaran bahasa, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan pembelajaran narasi berdasarkan pendekatan komunikatif.

Langkah- langkah pengembangan silabus meliputi: (1) mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) mengidentifikasi materi pokok, (3) mengembangkan kegiatan pembelajaran, (4) merumuskan indikator pencapaian kompetensi, (5) penentuan jenis penilaian, (6) menentukan alokasi waktu, dan (7) menentukan sumber belajar Sementara itu, pengembangan materi Meliputi: (1) memilih standar kompetensi dan indikator, (2) menguraikan materi berdasarkan indikator yang akan dicapai, (3) memilih media yang relevan, (4) menyusun aspek-aspek materi secara sistematis, (5) memberikan uraian singkat setiap aspek-aspek materi, (6) menyertakan aspek materi yang harus dipelajari siswa, dan (7) menyertakan beberapa kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa beraktivitas.

(9)

Sleman, Yogyakarta untuk mengetahui kualitas produk pengembangan dan nilainya 80%. Hal ini menunjukkan bahwa produk pengembangan ini sudah memenuhi kriteria kelayakan produk yang baik. Penilaian produk tersebut digunakan untuk merevisi produk silabus dan materi pembelajaran menulis narasi untuk siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.

(10)

ABSTRACT

Murni, 2008. Pengembangan Silabus dan Materi Pembelajaran Menulis Narasi untuk Siswa Kelas 1 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 Berdasarkan Pendekatan Komunikatif. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language, Letter, and Regional Language Study Program. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University.

This study was a kind of study development. The main objective of the study was to produce a syllabus and writing narration learning materials product through a kind of development process. The design was focused to fulfill the needs of the 10th grade of SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. It was related to the narration writing in the first semester.

At first, the study analyzed the student needs. Needs analysis was used to gather information about narration writing materials on the 10th grade of SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. The information was gathered from the tenth grade of SMU Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta by fill in the questionnaire and interview the Indonesian subject teacher for the tenth grade of SMU Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.

The learning model used was comprehensive learning model. It was chosen because of the basic competency is narrowed, so it is possible to explain it in one unit. Theories used were Theory of Approach, Method and Technique, Communicative Approach Theory, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Language Learning Syllabus, Language Learning Material, Grading Source, Learning Material Development, Language Learning Media Development, Lesson Plan, and Narration Learning based on Communicative Approach.

There were seven steps used in the syllabus development: (1) reciting the standard and basic competence, (2) identifying the main materials, (3) developing learning activities, (4) formulating the competence indicator achievement, (5) determining the assessment, (6) determining the time allotment, and (7) determining the learning source. Besides, the Developing Materials are as follows: (1) choosing the standard competency and indicator to achieve, (2) explaining the materials based on the achieving indicator, (3) choosing the relevant medias, (4) setting the aspect systematically, (5) explaining each aspect of the materials briefly, (6) enclosing each aspect of the materials to learn, and (7) enclosing some learning activities which enable to make activities for the students.

(11)
(12)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : MURNI

Nomor Mahasiswa : 031224067

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Uni-versitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGEMBANGAN SILABUS DAN MATERI PEMBELAJARAN MENULIS NARASI UNTUK SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008

BERDASARKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 15 Agustus 2008

Yang menyatakan

(13)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Silabus dan Materi Pembelajaran Menulis Narasi untuk Siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008

Berdasarkan Pendekatan Komunikatif. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah pada Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat dukungan, nasehat, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan penghargaan sebagai rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. J. Prapta Diharja, S.J. M.Hum., Selaku ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

2. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang sabar, teliti, dan pengertian memberikan bimbingan, pengaraha n, nasehat, dan koreksi dalam penyusunan skripsi ini.

(14)

4. Seluruh dosen PBSID yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis. 5. Yanik Kismanti, S.Pd., selaku guru kelas X SMA Negeri I Depok, Sleman

Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian. 6. Muhit dan Rufiah, terimakasih atas segalanya. Pengorbananmu itu tidak

akan pernah saya lupakan.

7. Adik saya yang lucu-lucu Nengsih, Gita Rahayu, Etika, dan Rama Ardiansyah, yang telah memberikan semangat, motivasi, dan keceriannya. 8. Giri Setyoko, yang telah banyak memberikan motivasi, dukungan,

semangat, dan cinta. Tanpamu mungkin hati ini sepi.

9. Flater Sipri yang telah banyak membantu dalam skripsi saya, terimakasih atas masukan saran, nasihat, dan motivasinya.

10.Sahabat-sahabat saya di STM Pembangunan, Santi, Fransiska Emi, Regina Elisabet Indriyani, terimakasih atas segala warna dan keceriannya, tanpa canda tawa kalian kos kita tidak akan ramai dan hidup.

11.Sahabatku Rosa Sidabutar, Rani, Arta Sitepu dan Fatoni, terimakasih atas doa dan motivasinya. Semoga persahabatan kita akan selalu abadi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Penulis

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

HALAMAN MOTO……… iv

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. vi

ABSTRAK……… .. vii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR………. xi

DAFTAR ISI……… xiii

DAFTAR BAGAN……….. xvi

DAFTAR TABEL……… xvii

DAFTAR GRAFIK………... xviii

DAFTAR GAMBAR……… .. xix

DAFTAR LAMPIRAN……… xx

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang………. 1

B. Rumusan Masalah……… 2

C. Tujuan Pengembangan………. 2

D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan……… 3

(16)

F. Batasan istilah……….. 4

G. Sistematika Penyajian………. 5

BAB II LANDASAN TEORI……… 7

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan……… 7

B. Kajian Teori……….. 8

1. Pendekatan, Metode, dan Teknik……… 9

2. Pendekatan Komunikatif………. 11

3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)………. 21

4. Silabus Pembelajaran Bahasa………. 23

5. Materi Pembelajaran Bahasa……… 33

6. Sumber Penilaian………. 36

7. Pengembangan Kegiatan pembelajaran……… 39

8. Pengembangan Media Pembelajaran………... 40

9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran……… 42

10.Pembelajaran Narasi berdasarkan Pendekatan Komunikatif…… 45

C. Kerangka Berpikir……… 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 52

A. Model Pengembangan………. 52

B. Prosedur Pengembangan………. 53

(17)

D. Prosedur Penilaian……….. 57

E. Jenis Data……… 58

F. Instrumen Pengumpulan Data………. 58

G. Teknik Analisis Data……… 60

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN………. 62

A. Paparan dan Analisis Data Hasil Analisis Kebutuhan……… 62

B. Hasil Penilaian Produk Pengembangan……… 70

BAB V PENUTUP……… 75

A. Kajian Produk yang Telah Direvisi………... 75

1. Kajian Produk Silabus Pembelajaran Menulis Narasi untuk Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta……… 75

2. Kajian Produk Materi Pembelajaran Menulis Narasi untuk Siswa Kela s X SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta……… 77

B. Saran……….. 78

1. Saran untuk Keperluan Pemanfaatan Produk ……….. 78

2. Saran untuk Keperluan Pengembangan Lebih Lanjut ……… 79

3. Saran untuk Para Penulis Materi Pembelajaran ……….. 79

DAFTAR PUSTAKA……….. 80

BIODATA PENULIS………. 82

(18)

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.1 Hierarki Pendekatan, Metode, dan Teknik………. 10 Bagan 2.2 Model Silabus Pembelajaran Berdasarkan Satu Tuntutan Kompetensi

Dasar Secara Utuh………. 31

Bagan 2.3 Model Silabus Pembelajaran Berdasarkan Satu atau Lebih Indikator dalam satu Kompetensi……….. 31 Bagan 2.4 Kerangka Berpikir……….. 51 Bagan 3.1 Model Silabus Pembelajaran Berdasarkan Satu Tuntutan Kompetensi

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Contoh Format Silabus Berdasarkan Pusat Kurikulum………. 26

Tabel 3.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Menulis Narasi……… 53

Tabel 3.2 Kisi-kisi Penilaian terhadap Produk Silabus dan Materi Pembelajaran Menulis Narasi………. 55

Tabel 3.3 Karakteristik Penilai……… 58

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa……… 59

Tabel 3.5 Kisi-kisi Pedoman Wawancara………. 60

Tabel 3.6 Kriteria Penilaian Produk Pengembangan……… 61

(20)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1 Minat Siswa Pada Pembelajaran Menulis Narasi……… 63

Grafik 4.2 Cara Penyampaian Materi oleh Guru………. 63

Grafik 4.3 Penggunaan Media oleh guru………. 63

Grafik 4.4 Penggunaan teknik oleh guru………. 63

Grafik 4.5 Pemberian Latihan oleh Guru……… 63

Grafik 4.6 Keterampilan Menulis Karangan oleh Siswa………. 64

Grafik 4.7 Kegiatan dalam Pembelajaran Narasi yang Disukai Siswa……….. 65

Grafik 4.8 Gaya Belajar yang Disukai Siswa……… 66

Grafik 4.9 Bentuk Pengerjaan Tugas yang Disukai Siswa……….. 66

Grafik 4.10 Teknik Penyampaian Materi yang Disukai Siswa………. 66

Grafik 4.11 Bentuk Penilaian yang Disukai Siswa ……….. 67

(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Silabus Struktural dan Fungsional……… 28

Gambar 2.2 Silabus Nosional-Fungsional……… 29

Gambar 2.3 Silabus Struktural dan Fungsional……… 30

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Produk Silabus Pembelajaran Menulis... 83 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 84 Lampiran 3 Pedoman Penilaian... 86 Lampiran 4 Produk Materi Menulis Narasi... 87 Lampiran 5 Lembar Penilaian Silabus dan Materi Pembelajaran Menulis Narasi oleh

Dosen Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah ... 98 Lampiran 6 Lembar Penilaian Silabus dan Materi Pembelajaran Menulis Narasi oleh

Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 104 Lampiran 7 Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Depok,

Sleman, Yogyakarta ... 107 Lampiran 8 Pedoman Wawancara untuk Guru Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia Kela s X SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta ... 109 Lampiran 9 Surat Permohonan Ijin Penelitian... 110

(23)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menulis merupakan salah satu wujud keterampilan produktif yang berkenaan dengan penggunaan bahasa. Menulis dipandang sebagai keterampilan yang sulit dimiliki oleh seseorang karena tidak ada sistem ortografis yang tidak dikuasai sejak lahir. Kemampuan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui pelatihan dan praktik yang banyak dan teratur (Tarigan, 1984:12).

Pembelajaran menulis sudah diajarkan kepada siswa sekolah dasar sejak kelas satu dan materi pembelajarannya disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Dalam pembelajaran menulis, guru sebagai fasilitator dan diharapkan dapat membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu mendesain materi yang menarik untuk siswa serta memilih bahan yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

(24)

kelas X SMA menggunakan pendekatan komunikatif karena pendekatan tersebut merupakan pendekatan yang berpusat pada siswa atau student centered.

Peneliti melakukan penelitian pengembangan silabus dan materi pembelajaran berdasarkan pendekatan komunikatif untuk siswa kelas X SMA, karena dapat digunakan sebagai salah satu contoh pengembangan silabus dan materi pembelajaran menulis narasi dan suatu usaha untuk meningkatkan kondisi belajar yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pengembangan silabus menulis narasi untuk siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 berdasarkan pendekatan komunikatif?

2. Bagaimanakah pengembangan materi pembelajaran menulis narasi untuk siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 berdasarkan pendekatan komunikatif?

C. Tujuan Pengembangan

(25)

1. Mengembangkan silabus dalam menulis narasi bagi siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 berdasarkan pendekatan komunikatif.

2. Mengembangkan materi pembelajaran menulis narasi bagi siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 berdasarkan pendekatan komunikatif.

D. Spesifikasi Produk

Spesifikasi Produk berupa silabus dan materi pembelajaran menulis narasi. Silabus dan materi di khususkan penggunaanya bagi siswa kelas X SMA. Komponen silabus ini mencakup: Standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (BSNP, 2006: 5).

Komponen materi mencakup: Standar kompetensi, indikator, uraian materi, pemilihan media yang relevan, uraian singkat setiap materi, aspek materi yang harus dipelajari, dan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa beraktivitas (Widharyanto, dkk., 2003: 51).

E. Pentingnya Pengembangan

(26)

dari upaya pembelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemamp uan siswa dalam menulis narasi, (2) pemerolehan pengalaman bagi siswa SMA dalam pembelajaran menulis narasi, dan (3) produk ini dapat dijadikan acuan bagi guru dalam mengembangkan silabus dan materi pembelajaran menulis narasi di jenjang SMA.

F. Batasan Istilah

Hal yang perlu didefinisikan untuk menghindari persepsi yang salah adalah sebagai berikut.

1. Pengembangan

Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan (Depdiknas, 2003: 538). Dapat dikatakan bahwa pengembangan adalah suatu proses yang sistematis dalam rangka menghasilkan produk berupa silabus dan materi pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa Indonesia.

2. Silabus

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dasar ke dalam materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (Puskur, 2006: 14)

3. Materi Pembelajaran

(27)

4. Menulis

Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif (Tarigan, 1984: 3- 4). 5. Narasi

Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan satu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu (Keraf, 1985: 136).

6. Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Dalam hal ini bahasa tidak dipandang sebagai seperangkat kaidah tetapi sebagai sarana untuk berkomunikasi (Widharyanto, 2006: 11).

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rencana kegiatan guru yang berupa skenario pembelajaran tahap demi tahap mengenai aktivitas yang akan dilakukan siswa bersama guru terkait dengan materi yang akan dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan (Wahab, dkk., 2007: 7).

G. Sistematika Penyajian

(28)

Bab I adalah pendahuluan. Bab ini berisi (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan pengembangan, (d) spesifikasi produk yang diharapkan, (e) pent ingnya pengembangan, (f) batasan istilah, dan (g) sistematika penyajian.

Bab II adalah landasan teori. Bab ini berisi (a) penelitian yang relevan, (b) kajian teori yang meliputi: pendekatan, metode, dan teknik, pendekatan komunikatif, Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP), silabus pembelajaran bahasa, materi pembelajaran bahasa, sumber penilaian, pengembangan kegiatan pembelajaran, pengembangan media dalam pembelajaran bahasa, rencana pelaksanaan pembelajaran, pembelajaran narasi berdasarkan pendekatan komunikatif, dan (c) kerangka berpikir.

Bab III adalah metodologi pengembangan. Bab ini berisi (a) model pengembangan, (b) prosedur pengembangan, (c) uji coba produk, (d) desain uji coba, (e) jenis data, (f) instrumen pengumpulan data, dan (g) teknik analisis data.

Bab IV adalah hasil Pengembangan. Bab ini berisi (a) paparan dan analisis data yang meliputi analisis kebutuhan berupa kuesioner dan wawancara, dan (b) hasil uji coba produk berdasarkan penilaian ahli perancangan silabus serta guru Bahasa dan Sastra Indonesia kelas X SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

Peneliti menemukan tiga penelitian sejenis yang berhubungan dengan pengembangan silabus dan materi pembelajaran. Ketiga penelitian tersebut dilakukan oleh Prasetyo (2003), Hestiningsih (2003), dan Cahyanto (2004).

Prasetyo (2003) meneliti ”pengembangan silabus dan materi pembelajaran mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berdasarkan Kurikulum Berbasis

Kompetensi untuk Siswa Kelas I Semester 1 SMU Pangudi Luhur Yogyakarta”.

Penelitian ini menghasilkan silabus dan buku teks yang diperuntukkan bagi siswa kelas X semester 1 SMU Pangudi Luhur Yogyakarta.

Hestiningsih (2003) meneliti ”Pengembangan Silabus dan Materi Pelajaran Bahasa indonesia Kelas 1 Semester 1 dan 11 SD Kanisius kota Baru 11

Yogyakarta”. Objek penelitiannya adalah siswa kelas X SD Kanisius Kota Baru 1

Yogyakarta. Data diperoleh dari pengamatan langsung di kelas dan wawancara dengan guru kelas 1 SD Kanisius Kota Baru 1 Yogyakarta. Penelitian ini menghasilkan silabus dan materi pembelajaran bahasa Indonesia dengan media gambar yang diperuntukkan bagi siswa kelas 1 SD kanisius Kota Baru Yogyakarta.

Cahyanto (2004) meneliti ”Pengembangan Silabus dan Materi Pembelajaran Keterampilan Berbicara Aspek Kemampuan Berbahasa untuk

(30)

tiga silabus pembelajaran dan tiga materi pembelajaran keterampilan berbicara yang diperuntukkan bagi siswa kelas V SD Kanisius Bantul Yogyakarta.

Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo, Hestiningsih, dan Cahyanto adalah penelitian tersebut dianggap sebagai dasar atau acuan bagi peneliti untuk mengembangkan silabus dan materi pembelajaran menulis narasi untuk siswa kelas X SMA, karena penelitian tersebut banyak memberikan gambaran bagi peneliti untuk mengembangkan silabus dan materi menulis narasi.

Penelitian pengembangan yang dilakukan oleh Prasetyo, Hestiningsih, dan Cahyanto berdasarkan KBK. Berdasarkan penelitian terdahulu ini, penelitian penulis merupakan penelitian yang sejenis. Dalam penelitian pengembangan silabus menulis narasi penulis menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan Demikian penelitian ini masih relevan untuk dikembangkan, karena KTSP ini merupakan pengembangan dari KBK 2004.

B. Kajian Teori

(31)

1. Pendekatan, Metode, dan Teknik

Nunan (via Widharyanto, dkk., 2003: 20) menjelaskan pendekatan sebagai asumsi, keyakinan, dan teori tentang bahasa dan pembelajaran bahasa yang akan menjiwai keseluruhan proses belajar bahasa dan berbahasa. Pendekatan dipergunakan guru dalam menciptakan berbagai aktivitas berbahasa pada siswa.

Menurut Zuchdi (2001: 34) memaparkan bahwa metode sebagai rencana pembelajaran, yang mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remedi dan cara pengembangannya. Metode mencakup pemilihan dan penentuan bahan ajar. Dalam hal ini guru menetapkan tujuan yang hendak dicapai dan memilih bahan ajar yang sesuai dengan tingkat usia, tingkat kemampuan, kebutuhan, serta latar belakang lingkungan siswa

(32)

Anthony via Tarigan (1991: 10) membedakan istilah pendekatan (approach), metode (method), dan teknik (technique). Pendekatan diartikan sebagai seperangkat asumsi korelatif yang menangani hakikat pengajaran dan pembelajaran bahasa. Metode diartikan sebagai rencana keseluruhan bagi bahan penyajian bahasa secara rapi dan tertib, yang tidak ada bagian-bagiannya yang berkontradiksi, dan semuanya itu didasarkan pada pendekatan terpilih. Jika pendekatan bersifat aksiomatis, maka metodenya bersifat prosedural. Dalam satu pendekatan, mungkin banyak terdapat metode yang digunakan.

Teknik dimaknai sebagai suatu muslihat, cara-cara, atau penemuan yang dipakai untuk menyelesaikan serta menyempurnakan suatu tujuan langsung. Teknik bersifat implementasional yang secara aktual berperan di dalam kelas. Selain harus konsisten dengan metode, teknik juga harus selaras dan serasi dengan pendekatan. Secara skematis, Anthony menggambarkan hierarki pendekatan, metode, dan teknik seperti bagan 2.1 di bawah ini.

Bagan 2.1 Hierarki Pendekatan, Metode, dan Teknik

Menurut Anthony

Metode

(33)

Dari bagan tersebut dapat dilihat bahwa istilah pendekatan, metode, dan teknik itu tidak sama. Hubungan antara pendekatan, metode dan teknik bersifat hierarkis. Pendekatan berada pada tataran tertinggi, kemudian disusul dengan metode, dan teknik berada pada tataran terendah. Dari perbedaan ketiga istilah tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan merupakan dasar metode dan teknik atau pendekatan membawahi metode dan teknik.

2. Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam hal ini, bahasa tidak dipandang sebagai seperangkat kaidah, tetapi sebagai sarana untuk berkomunikasi. Ini berarti, bahasa ditempatkan sesuai fungsinya, yaitu sebagai alat komunikasi (Widharyanto, 2006: 2). Peran guru sebagai fasilitator. Guru tidak lagi menguasai kelas dan materi dalam pembalajaran, karena yang dipentingkan dalam pembelajaran komunikatif ini berorientasi pada kemampuan berkomunikasi melalui bahasa.

Tiga teori yang melandasi pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa, yaitu teori kompetensi komunikatif, teori linguistik, dan teori belajar bahasa.

1) Teori Kompetensi Komunikatif

(34)

bahasa secara wajar dalam proses komunikasi atau interaksi dengan orang lain dalam kontak sosial. Seseorang dikatakan memiliki kompetensi komunikatif jika orang itu telah memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan bahasa dalam konteks komunikasi seutuhnya (Hymes via Prasetyo, 2003: 13). 2) Teori Linguistik

Dalam teori linguistik, pandangan yang mendasari pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa, yakni: (a) bahasa adalah suatu sistem yang dipakai untuk mengungkapkan arti, (b) fungsi utama bahasa adalah untuk mengungkapkan arti, (c) struktur bahasa memungkinkan pemakaian komunikatif dan fungsional bahasa, dan (d) satuan-satuan utama bahasa bukanlah ciri-ciri gramatikal tetapi kategori arti komunikatif dan fungsional (Richards dan Rodgers via Prasetyo, 2003: 13).

3) Teori Belajar Bahasa

Tiga prinsip yang mendasari teori belajar bahasa dalam pendekatan komunikatif, yaitu: (a) prinsip komunikasi, berorientasi pada kegiatan-kegiatan komunikasi yang dapat meningkatkan pembelajaran, (b) prinsip tugas, mengacu pada aktivitas-aktivitas pemakaian bahasa untuk melaksanakan tugas-tugas yang bermakna sehingga dapat meningkatkan pembelajaran, (c) prinsip kebermaknaan, menjadikan dasar bahwa bahasa yang bermakna akan menjadi pendorong siswa untuk mempelajari bahasa tersebut (Littlewood via Kurniasari, 2004: 16).

Pendekatan komunikatif menurut Finoccaro dan Brumfit (1983) dalam Sumardi (1992:100) mempunyai ciri-ciri pokok sebagai berikut.

(35)

(2) Belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi.

(3) Tujuan yang ingin dicapai adalah kemampuan komunikatif.

(4) Materi pelajaran disusun dan ditahapkan melalui pertimbangan isi dan fungsi bahasa.

(5) Siswa diharapkan dapat berinteraksi dengan orang lain melalui kerjasama berpasangan atau kelompok, baik secara langsung maupun tulisan.

Menurut Littlewood (1991) dalam buku Zuchdi (2001: 38) pemikiran pendekatan komunikatif didasarkan pada pemikiran berikut ini.

(1) Pendekatan komunikatif membuka diri pandangan yang lebih luas tentang bahasa. Hal ini terutama menyebabkan orang melihat bahwa bahasa tidak terbatas pada tata bahasa dan kosakata, tetapi juga pada fungsi komunikatif bahasa.

(2) Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam pembelajaran bahasa. Hal itu menimbulkan kesadaran bahwa mengajarkan bahasa tidak cukup dengan memberikan kepada siswa bentuk-bentuk bahasa asing, tetapi siswa harus mampu mengembangkan cara-cara menerapkan bentuk-bentuk itu sesuai dengan fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi dalam situasi dan waktu yang tepat.

Sehubungan dengan pendapat itu, Littlewood (1991) mengemukakan beberapa alternatif teknik pembelajaran bahasa. Dalam kegiatan belajar mengajar, kepada siswa diberikan latihan, antara lain seperti di bawah ini.

(1) Memberi informasi secara terbatas

(36)

pasangan yang cocok, dan menemukan informasi yang ditiadakan. (a) Mengidentifikasi gambar

Dua orang siswa ditugasi mengadakan percakapan (bertanya jawab) tentang benda-benda yang terdapat di dalam gambar yang disediakan oleh guru. Pertanyaan dapat mengenai warna, jumlah, bentuk, dan sebagainya.

(b) Menemukan/mencari pasangan yang cocok

Guru memberikan gambar kepada sekelompok siswa yang masing- masing mendapat sebuah gambar yang berbeda. Seorang siswa yang lain (diluar kelompok) diberi duplikat salah satu gambar yang telah dibagikan. Siswa ini harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada teman-temannya yang membawa gambar, dengan tujuan untuk mengetahui identifikasi atau ciri-ciri gambar yang mereka bawa. Dari hasil tanya jawab itu, siswa (pembawa duplikat) tersebut harus dapat menemukan siapa diantara teman-temannya itu yang membawa gambar yang cocok dekat duplikat yang dibawanya.

(c) Menemukan informasi yang ditiadakan

Guru memberi informasi, tetapi ada bagian-bagian yang sengaja ditiadakan. Siswa ditugasi mencari atau menemukan bagian yang tidak ada itu. Kemudian si A mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada si B, sehingga si (A) dapat mengetahui gambar mana yang tidak ada pada gambar milik B.

(37)

siswa, menentukan latihan, dan memberikan bimbingan (Littlewood melalui Sumardi, 1992: 102).

Selain pendekatan di atas terdapat beberapa pendekatan dalam pembelajaran bahasa yakni (1) pendekatan konstruktivisme, (2) pendekatan kooperatif, (3) pendekatan SAL, (4) pendekatan kontekstual, dan (5) pendekatan terpadu (Widharyanto, 2006: 7). Kelima pendekatan tersebut diuraikan di bawah ini.

1) Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menguasai pemahaman dan keterampilan baru melalui bekal awal pengetahuan yang sudah terbentuk dalam pemikirannya, yang sering disebut dengan istilah skemata atau jaringan (Widharyanto melalui Cahyanto, 2004: 24).

(38)

2) Pendekatan Kooperatif

Dalam pendekatan kooperatif, siswa perlu berkompetisi, bekerjasama, dan mengembangkan solidaritas. Pembelajaran bahasa perlu memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan semangat berkompetisi secara sehat, untuk memperoleh penghargaan, bekerjasama, dan solidaritas. Kegiatan pembelajaran juga perlu menyediakan tugas-tugas yang memungkinkan siswa bekerja secara mandiri dan bervariasi dengan kerja kelompok (Widharyanto, 2006: 8).

3)Pendekatan SAL (Student Active Learning)

Pendekatan Student Active Learning adalah pembelajaran yang mendasarkan diri pada prinsip bahwa pengetahuan itu ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa sendiri dan bukan merupakan transferan pengetahuan oleh guru kepada siswa, bukan sesuatu yang dilakukan oleh guru terhadap siswa. Student Active Learning mendasar ciri pada prinsip bahwa yang aktif dalam

proses belajar bukan hanya segi kognitif siswa saja melainkan juga segi emosional siswa, dan bahkan fisik siswa (Widharya nto, 2006: 8).

(39)

pembelajaran haruslah menyenangkan, santai, dan menarik hati, (9) rancangan fisik kelas yang bebas, leluasa, dan variatif, dan (10) pembelajaran dengan model berkreasi dan bukan mengkonsumsi.

Jadi, pendekatan SAL adalah pendekatan dalam pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa secara aktif belajar bahasa Indonesia melalui aktivitas berlatih, membahas, menelaah, dan memperbaiki keterampilan berbahasa.

4) Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang dikaji di kelas dengan situasi dunia nyata siswa. Siswa juga dibantu menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam konteks kehidupan sebayanya, keluarga, dan masyarakat (Depdiknas, 2006: 7).

Tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut (Depdiknas, 2006: 11–15). (1) Kontrukstivisme (Constructivism)

(40)

menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (c) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Jadi, bukan guru yang menjadi pusat kegiatan, melainkan siswa.

(2) Bertanya (Questioning)

Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru unt uk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Kegiatan ini sangat penting bagi siswa untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.

(3) Menemukan (Inquiry)

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.

Langkah- langkah kegiatan menemukan (inquiry) meliputi: (a) merumuskan masalah, (b) mengamati atau melakukan observasi, (c) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, tabel, dan karya lainnya, (d) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, atau guru.

(4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

(41)

mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, dan bekerja dengan masyarakat.

(5) Pemodelan (Modeling)

Dalam sebuah pembelajaran keterampilan maupun pengetahuan selalu ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melafalkan, dan sebagainya. Dalam hal ini, guru bukan satu-satunya model, tetapi bisa melibatkan siswa sebagai model atau mendatangkan model dari luar.

(6) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari, atau berpikir tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses pengetahuan yang dimiliki siswa, diperluas melalui konteks pembelajaran yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. (7) Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.

(42)

keterampilan dan performansi, (c) bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, (d) berkesinambungan, (e) terintegrasi, dan (f) dapat digunakan sebagai feed back.

5) Pendekatan Terpadu atau Integratif

Pendekatan ini memadukan empat keterampilan yaitu berbicara, menyimak, menulis, dan membaca, dengan aspek-aspek kebahasaan yaitu kemampuan berbahasa dan bersastra. Hal tersebut disebabkan pendekatan terpadu merupakan pendekatan dalam pembelajaran bahasa berdasarkan pada keutuhan dan totalitas yang tidak dapat dipisah-pisah atau diskret (Widharyanto melalui Cahyanto, 2004: 23).

Pendekatan terpadu dilandasi oleh munculnya dua fenomena komunikasi dalam pembelajaran bahasa. Seperti yang diungkapkan dalam Widharyanto (2003: 2) berikut ini.

Dalam komunikasi lisan, ketika satu orang berbicara, orang lainnya mendengarkan. Begitu untuk seterusnya dan terjadi secara bergantian sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Dalam komunikasi tulis, ketika seseorang menulis, tulisan itupun akan dibaca oleh orang lain. Begitu juga seterusnya dan terjadi secara bergantian sesuai dengan kebutuhan komunikasi.

(43)

3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tuj uan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai pendidikan tertentu (Puskur, 2006: 5). Standar Nasional pendidikan berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencakup Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar ISI. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) menurut puskur (2006: 6) yaitu kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikmotorik). Sedangkan standar isi adalah kompetensi minimal yang harus dicapai siswa yang terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar.

KTSP yang dikembangkan oleh satuan pendidikan harus memuat komponen-komponen sebagai berikut.

a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

Berikut ini adalah tujuan pendidikan dasar, menengah, dan kejuruan. 1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

(44)

3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. b. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Berisi subkomponen: (1) kelompok mata pelajaran, (2) mata pelajaran, (3) muatan lokal, (4) pengembangan diri, (5) pengaturan beban belajar, (6) ketentuan ketuntasan belajar, (7) ketentuan kenaikan kelas dan kelulusan, (8) ketentuan penjurusan, (9) pendidikan kecakapan hidup, dan (10) pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.

c. Kalender Pendidikan

Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana yang dimuat dalam Standar Isi.

Menurut BSNP (2006: 5–7) KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut.

(1) Berpusat pada kompetensi, perkembangan, dan kebutuhan siswa (2) Beragam dan terpadu.

(3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan.

(5) Menyeluruh dan berkesinambungan. (6) Belajar sepanjang hayat.

(45)

Adapun tujuan mata pelajaran untuk satuan pendid ikan menengah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.

(1) Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa dan sastra Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual.

(2) Siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi secara baik dan benar.

(3) Siswa memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif baik secara lisan dan tulisan.

4. Silabus Pembelajaran Bahasa

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (BSNP, 2006: 5).

Menurut BSNP (2006: 14–15) dalam mengembangkan silabus perlu memperhatikan delapan prinsip berikut ini.

a. Ilmiah

(46)

b. Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta siswa.

c. Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

d. Konsis ten

Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator materi, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.

e. Memadai

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

f. Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni muktahir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

g. Fleksibel

(47)

h. Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotorik).

Tujuh langkah yang harus ditempuh dalam pengembangan silabus (BSNP, 2006: 16) adalah sebagai berikut.

1) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada standar isi.

2) Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran

Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar.

3) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.

4) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

(48)

5) Penentuan Jenis Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. 6) Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar.

7) Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek, bahan ya ng digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

Tabel 2.1 Contoh Format Silabus

Indikator Penilaian Alokasi Waktu

(49)

a. Tipe -tipe Silabus Pembelajaran Bahasa

Silabus komunikatif mensyaratkan tiga unsur utama, yaitu (1) memperluas isi bahasa, (2) memperluas wilayah proses belajar bahasa, dan (3) memperluas wilayah hasil belajar. Ada tiga tipe silabus yang memberikan penekanan pada upaya peningkatan kemampuan berkomunikasi, yaitu (1) silabus struktural fungsional, (2) silabus nosional- fungsional, dan (3) silabus komunikatif

1) Silabus Struktural dan Fungsional

(50)

Gambar 2.1 Silabus Struktural dan Fungsional

2) Silabus Nosional dan Fungsional

Mills (melalui Werdiningsih, 1998: 31) menyatakan bahwa dalam silabus tipe ini, pengembangan materi didasarkan pada tujuan untuk menentukan nosi dan fungsi komunikasi yang perlu ditonjolkan. Selain itu, penggunaan bahasa lisan pada situasi bahasa yang lain juga dilibatkan, di samping penggunaan bahasa lisan untuk sehari- hari. Dalam pengembangan materi, unit organisasi komunikasi bersifat nosional- fungsional bagi proses komunikasi yang menjadi sasaran pembelajaran (Werdiningsih, 1998: 32). Silabus nosional- fungsional dijelaskan pada gambar 2 berikut ini.

Stage 1 Stage 2 Stage 3

4 5 6 7

grammar

(51)

Fungsi Nosi

Komunikasi

Gambar 2.2 Silabus Nosional-Fungsional

3) Silabus Komunikatif

(52)

Gambar 2.3 Silabus Komunikatif

Berdasarkan tipe-tipe silabus di atas penulis memilih silabus komunikatif sebagai dasar pengembangan. Adapun penulis memilih silabus komuikatif karena silabus komunikatif merupakan silabus yang berdasarkan pada fungsi, keseimbangan faktor- faktor komplementer, dan melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar.

b. Model Pengembangan Silabus Pembelajaran Bahasa

Berikut ini dipaparkan dua model pengembangan silabus berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Widharyanto, dkk., 2003: 42–43).

1) Model pengembangan silabus berdasarkan satu tuntutan kompetensi secara utuh.

2) Model pengembangan silabus berdasarkan satu atau lebih indikator dalam satu kompetensi.

Functions

Aptitudes Themes

Structures

(53)

Bagan 2.2 Model Silabus Pembelajaran

Berdasarkan Satu Tuntutan Kompetensi Dasar secara Utuh Kompetensi

Indikator Indikator

Pembelajaran ………

Model bagan di atas dirancang dan dikembangkan hanya berdasarkan satu tuntutan kompetensi dasar. Model ini dapat ditempuh oleh guru apabila cakupan materi yang terdapat dalam satu kompetens i dasar, berikut hasil belajar dan indikatornya, dianggap tidak terlalu luas dan dalam.

Bagan 2.3 Model Silabus Pembelajaran

Berdasarkan Satu atau Lebih Indikator dalam Satu Kompetensi

Kompetensi

Indikator Indikator Indikator Indikator

(54)

Model bagan tersebut dirancang dan dikembangkan dalam satu unit pembelajaran yang utuh. Model ini dapat pula terjadi, beberapa indikator yang saling berkaitan dan tidak terlalu luas dan dalam. Adapun cakupan materinya dikembangkan dalam satu unit pembelajaran sekaligus.

Adapun model pengembangan silabus dan materi menulis narasi untuk siswa kelas X berdasarkan pendekatan komunkatif yang dipilih peneliti, dari kedua model pengembangan tersebut adalah model pengembangan silabus berdasarkan satu tuntutan kompetensi secara utuh, karena model ini dapat ditempuh oleh guru apabila cakupan materi yang terdapat dalam satu kompetens i dasar, berikut hasil belajar dan indikatornya, dianggap tidak terlalu luas dan dalam.

Menurut Puskur via Widharyanto (2003: 43–44) penyusunan silabus harus melalui empat tahap berikut ini.

1) Tahap Perencanaan

(55)

2) Tahap Penyusunan

Dalam melaksanakan penyusunan silabus, perlu menganalisis seluruh perangkat KTSP, untuk menghasilkan pemahaman yang utuh tentang hakikat kurikulum, struktur kurikulum, dan pelaksanaan KTSP.

3) Tahap Perbaikan

Tahap ini untuk mengkaji ulang draft silabus yang selesai disusun. Pengkajian ulang ini didasarkan pada masukan, tanggapan, penilaian yang diberikan oleh pakar pendidikan yang kemudian digunakan untuk memperbaiki silabus. Silabus yang telah direvisi dapat dilaksanakan dalam pembelajaran di kelas.

4) Tahap Pemantapan

Sebagai suatu rangkaian yang utuh, silabus yang telah dilaksanakan perlu ditinjau kembali. Catatan-catatan mengenai berbagai komponen pembelajaran yang diperoleh berdasarkan pelaksanaan perlu direnungkan dan direfleksikan kembali. Hal ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen mana yang masih harus dikembangkan, diganti, atau dihilangkan.

5. Materi Pembelajaran Bahasa

Materi pembelajaran bahasa merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pembelajaran. Materi ini perlu dikembangkan sebelum dan setelah dilakukan pengkajian kurikulum dan silabus

(56)

Hestiningsih (2003: 43 – 44) ada lima kriteria yang diperlukan untuk menyeleksi materi yang akan diajarkan adalah sebagai berikut.

1. Sahih

Materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran hendaknya benar-benar telah teruji kesahihannya. Materi yang diberikan dalam pembelajaran tidak ketinggalan zaman dan memberi kontribusi untuk pemahaman ke depan. 2. Tingkat kepentingan

Dalam memilih materi pembelajaran perlu dipertimbangkan tiga hal, yakni sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari, penting unt uk siapa, dan mengapa penting, sehingga materi yang dipilih benar-benar diperlukan siswa. 3. Kebermanfaatan

Manfaat tersebut dilihat dari semua sisi, baik secara akademis (materi yang diajarkan memberi dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan) maupun non akademis (materi yang diajarkan dapat mengembangkan kecakapan dan sikap dalm kehidupan sehari- hari ).

4. Layak dipelajari

Materi harus layak dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya maupun dari aspek kelayakan terhadap pemanfaatan bahan ajar dan kondisi lingkungan siswa.

5. Menarik Minat

(57)

Adapun materi dalam pembelajaran bahasa harus berdasarkan pendekatan komunikatif. Ada tiga prinsip yang harus diperhatikan oleh guru jika ingin merancang materi berdasarkan pendekatan komunikatif. Prinsip tersebut tertulis sebagaimana kutipan berikut ini.

1. Materi harus terdiri dari bahasa sebagai alat komunikasi.

2. Desain materi harus lebih menekankan proses belajar mengajar dan bukan pokok bahasan (content),

3. Materi harus memberi dorongan kepada pelajar untuk berkomunikasi secara wajar (Siahaan,1987: 81).

Prinsip pertama menggambarkan bahwa materi yang diberikan kepada siswa tidak cukup untuk diketahui saja, tetapi materi harus dapat diterapkan siswa dalam berkomunikasi. Prinsip kedua, yaitu materi yang berdasarkan proses dan materi yang berdasarkan pokok bahasan. Materi yang berdasarkan proses menggambarkan bahwa materi lebih menekankan pada aktivitas berbahasa yang harus dijalani oleh siswa ketika proses belajar sedang berlangsung. Materi ini bertujuan untuk memupuk semangat siswa dalam berkomunikasi dengan orang lain. Prinsip ketiga, mengisyaratkan bahwa guru harus dapat mendorong siswa untuk aktif berkomunikasi melalui materi yang dipelajari. Dengan kata lain, guru dituntut untuk menyajikan materi yang merangsang siswa untuk menerapkan keterampilan- keterampilan yang telah dipelajarinya dalam situasi yang baru sesuai dengan perasaan dan pikirannya.

(58)

digunakan. Adapun dalam penggunaan materi pembelajaran itu disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Pada prinsipnya materi yang dipilih harus benar-benar mendukung tercapainya kompetensi dasar. Apabila kompetrensi dasar menggunakan kata operasinal seperti menyebutkan, menentukan, dan lain- lain, itu merupakan fakta. Jika guru ingin mengajarkan definisi, ciri-ciri, klasifikasi, identifikasi, dapat dipastikan guru tersebut menggunakan jenis konsep sebagai materi pelajaran. Apabila guru menentukan kompetensi siswa untuk mampu menerapkan suatu tujuan pembelajaran yang harus dikuasai dapat dipastikan itu menggunakan jenis prosedur sebagai materi pembelajarannya. Sementara itu, apabila guru menekankan pada penjelasan, hubungan, rumusan tertentu, dapat dipastikan guru mempergunakan prinsip sebagai materi pembelajarannya.

6. Sumber Penilaian

(59)

Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui perencanaan, pengumpulan informasi, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa. Sementara itu, Penilaian kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian keputusan terhadap hasil belajar siswa berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum (Puskur, 2006: 1).

Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian menurut BSNP (2006: 17–18) adalah sebagai berikut.

a. Penilaian diarahkan untuk menguk ur pencapaian kompetensi

b. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.

d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya.

e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran.

Menurut Puskur (2006: 3) persyaratan penilaian berbasis kelas, adalah sebagai berikut.

(60)

b. Strategi yang digunakan mencerminkan kemampuan anak secara autentik. c. Memanfaatkan berbagai jenis informasi.

d. Mempertimbangkan kebutuhan khusus siswa. e. Menggunakan sistem pencatatan yang bervariasi.

f. Keputusan tingkat pencapaian hasil belajar berdasarkan berbagai informasi. g. Guru harus berupaya seoptimal mungkin memanfaatkan berbagai bukti hasil

kerja siswa.

h. Keputusan tentang kemampuan siswa mempertimbangkan hasil kerja yang dikumpulkan.

Menurut Widharyanto (2006: 46) ada lima bentuk-bentuk penilaian berbasis kelas, yakni tes tertulis, kinerja, hasil karya, penugasan, dan portofolio. a. Tes tertulis merupakan penilaian yang menuntut siswa memberikan jawaban

tertulis atas sejumlah pertanyaan. Jawaban yang diberikan siswa dapat berupa jawaban memilih, mengisisi dengan singkat, maupun mengorganisasikan gagasanya melalui jawaban uraian.

b. Kinerja atau tes penampilan merupakan penilaian yang menuntut siswa melakukan tugas dalam bentuk perbuatan yang dia mati oleh guru.

c. Hasil karya merupakan penilaian yang menuntut siswa menghasilkan suatu produk berdasarkan pengetahuan dan kreativitasnya.

d. Penugasan (proyek) merupakan tugas yang dikerjakan siswa untuk jangka waktu yang relatif lama.

(61)

7. Pengembangan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarsiswa, siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada siswa BSNP (2006: 16).

Menurut BSNP (2006: 16) hal- hal yang harus dikembangkan dalam kegiatan belajar pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada siswa, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.

b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.

c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran ha rus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran.

d. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur ciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.

Dalam memilih kegiatan siswa yang akan digunakan dalam pembelajaran sebaiknya mempertimbangkan hal- hal sebagai berikut.

(62)

b. Disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana belajar yang tersedia. c. Bervariasi dengan mengkombinasikan antara kegiatan belajar perseorangan,

pasangan, dan kelompok.

Jadi, kegiatan pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, guru dan siswa hendaknya menyediakan berbagai sumber ragam belajar untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

8. Pengembangan Media dalam Pembelajaran Bahasa

Media adalah pembawa pesan yang berasal dari sumber pesan kepada penerima pesan (Farida Mukti via Widharyanto dkk., 2003: 52). Pesan yang dimaksud adalah materi pembelajaran yang disusun dan akan disampaikan kepada siswa. Media pembelajaran digunakan untuk membantu daya serap siswa dalam menerima materi pembelajaran. Pembelajaran dikatakan terserap oleh siswa secara optimal apabila tersimpan dalam ingatan jangka panjang.

Media sebagai alat bantu yang dipakai itu dapat berupa visual dan audio visual yaitu berupa radio, tape-recorder, laboratorium bahasa, film, dan video.

Menurut Widharyanto (2006: 53) ada enam syarat yang harus diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu :

1) media harus sesuai dengan kompetens i dasar yang ingin dikembangkan. 2) media harus sesuai dengan karakteristik siswa.

3) media harus disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia. 4) media harus disesuaikan dengan ketersediaan sumber.

(63)

6) media harus dipertimbangkan keluwesan, kepraktisan, dan daya tahan media. Menurut Widharyanto (2003: 54) mengemukakan ada berbagai wujud media pembelajaran, yaitu (a) media berupa garis, (b) media berupa gambar, (c) media berupa gerak, (d) media berupa tulisan, dan (e) media berupa suara. Masing- masing media ini dapat digabung satu dengan yang lain, tergantung pada kemampuan guru dan syarat-syarat lain yang memungkinkan pemanfaatan media tertentu. Sekarang ini, media yang banyak dikenal orang adalah (a) media auditif, (b) media visual, dan (c) media audio visual.

(64)

Gambar 2.4 Kerucut Pengalaman Edgar Dale

12 Lambang kata 11 Lambang visual

10 Gambar

9 Rekaman, radio, gambar tetap

8 Gambar hidup

7 Televisi

6 Pameran

5 Karyawisata

4 Demonstrasi

3 Pengalaman dramatisasi

2 Pengalaman tiruan yang diatur

1 Pengalaman langsung bertujuan

9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rencana kegiatan guru yang berupa skenario pembelajaran tahap demi tahap mengenai aktivitas yang akan dilakukan siswa bersama guru terkait materi yang akan dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan (Wahab, dkk., 2007: 7).

(65)

Rencana pelaksanaan pembelajaran mencakup: (1) Mencantumkan identitas, mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran, (3) mengembangkan kegiatan pembelajaran, (4) merumuskan indikator pencapaian kompetensi, (5) penentuan jenis penilaian dan (6) menentukan alokasi waktu, dan (8) sumber belajar (BSNP, 2006: 21 )

Mencantumkan identitas dan mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar. Mencantumkan identitas mencakup: Nama sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester. Standar kompetensi merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa dalam suatu mata pelajaran, sedangkan kompetensi dasar memberikan gambaran tentang sejauh mana target kompetensi yang harus dicapai.

Mengidentifikasi materi pokok. Materi pokok merupakan bagian dari struktur keilmuan suatu bahan kajian yang dapat berupa pengertian konseptual, konteks, proses, bidang ajar, dan keterampilan. Dalam mengidentifikasi materi pokok pembelajaran harus memperhatikan potensi siswa, tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, kebermanfaatan siswa, dan alokasi waktu.

(66)

Merumuskan indikator pencapaian kompetensi. Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan prilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indkator digunakan untuk menyusun alat penilaian.

Penentuan jenis penilaian. Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Menentukan alokasi waktu. Dalam merencanakan pembelajaran, lamanya waktu yang diperlukan untuk menguasai kompetensi dasar yang ingin dicapai perlu ditentukan alokasi waktunya. Penentuan besarnya alokasi waktu ini tergantung pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh siswa untuk menguasai satu kompetensi dasar.

(67)

10. Pembelajaran Narasi Berdasarkan Pendekatan Komunikatif

Menurut The Liang Gie (2002: 3) mengarang adalah sebagai segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Sementara itu, Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca.

Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi di dalam suatu kesatuan waktu atau dapat dirumuskan menjadi suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi (Keraf, 2001: 136). Dengan perkatan lain, karangan narasi dapat diartikan sebagai karangan yang menggambarkan kepada pembaca suatu peristiwa atau rangkaian kejadian yang terjadi dalam urutan waktu atau satu kesatuan waktu.

Karangan yang tergolong ke dalam jenis narasi adalah cerpen, novel, roman, dan semua karya prosa imajinatif. Karangan jenis narasi bermaksud menyajikan peristiwa atau mengisahkan apa yang telah terjadi dan bagaimana suatu peristiwa terjadi.

(68)

kejadian atau peristiwa yang berubah dari peristiwa yang satu ke peristiwa yang lain saling berkaitan dalam urutan waktu tertentu, (5) menyampaikan suatu tindakan atau peristiwa dengan tepat untuk memperluas pengetahuan pembaca.

Berdasarkan tujuannya narasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Pertama, narasi ekspositoris bertujuan untuk mengungkapkan pikiran pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat generalisasi. Narasi ekspositoris yang bersifat khas atau khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja. Sementara itu, narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang. Misalnya sesuatu wacana naratif yang menceritakan bagaimana seorang menyiapkan nasi goreng, bagaimana membuat roti, dan bagaimana membuat kapal.

(69)

dengan struktur yang kuat dan kekar, dengan muatan sekian bobot mati, dan dapat mengapung secara berimbang bila diluncurkan ke laut.

Kedua, narasi sugestif bertujuan bukan untuk memperluas pengetahuan seseorang, tetapi berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian itu sebagai suatu pengalaman. Narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal para pembaca. Pembaca menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara eksplisit. Makna yang baru akan jelas dipahami sesudah narasi selesai dibaca. Dengan demikian, narasi tidak bercerita atau memberikan komentar mengenai sebuah cerita, tetapi justru mengisahkan suatu cerita atau kisah. Sebuah novel, roman, dan cerpen sudah mengandung ciri narasi sugestif. Adapun kedua macam narasi tersebut memiliki perbedaan yang sangat penting, yaitu sebagai berikut.

Narasi Ekspositoris 1. Memperluas pengetahuan. 2. Menyampaikan suatu informasi

mengenai suatu kejadian.

3. Didasarkan pada penalaran untuk mencapai lesepakatan rasional. 4. Bahasanya lebih condong

kebahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif.

Narasi Sugestif

1. Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat. 2. Menimbulkan daya khayal. 3. Penalaran hanya berfungsi

sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar.

(70)

Adapun struktur narasi dapat dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya. Komponen-komponen itu adalah perbuatan, penokohan, latar (tempat), dan sudut pandang. Setiap narasi memiliki sebuah plot atau alur yang didasarkan pada kesinambungan peristiwa-peristiwa dalam narasi itu dalam hubungan sebab akibat (Keraf, 2003: 145).

Pembelajaran bahasa khususnya dalam pembelajaran narasi ini menggunakan pendekatan secara komunikatif. Adapun pembelajaran narasi sesuai dengan prinsip-prinsip pendekatan komunikatif (Marjono via Giasih, 2000: 64). Berikut ini prinsip-prinsip pendekatan komunikatif .

l. Pembelajaran bahasa diarahkan pada pemahaman dan pengunaan berbahasa. Dengan kata lain, siswa mampu memahami dan menggunakan bahasa Indonesia demi kepentingan hidupnya.

2. Model latihan berbahasa yang diberikan kepada siswa adalah model bahasa yang hidup dan terpakai. Ini berarti bentuk aktivitas berbahasa yang dikerjakan oleh siswa mencerminkan aktivitas sehari- hari dan dapat dipergunakan nantinya dalam konteks lain.

3. Adanya variasi berbahasa dalam pembelajaran. Prinsip ini menggambarkan bahwa dalam pembelajaran bahasa, guru harus mampu menciptakan variasi-variasi kegiatan berbahasa pada siswa.

Gambar

Tabel 2.1 Contoh Format Silabus Berdasarkan Pusat Kurikulum……………. 26
Gambar 2.1 Silabus Struktural dan Fungsional…………………………………… 28
gambar yang diperuntukkan bagi siswa kelas 1 SD kanisius Kota Baru
gambar yang mereka bawa. Dari hasil tanya jawab itu, siswa (pembawa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebenarnya mungkin umum saja jika terdapat beberapa bangunan tradisional di suatu daerah lain, namun dalam hal ini yang menjadi perhatian adalah bagaimana arsitektur yang selama ini

Dental record yang dapat digunakan dalam proses identifikasi adalah yang sesuai dengan Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi yaitu harus memuat data

Manajer Investasi dapat menghitung sendiri Nilai Pasar Wajar dari Efek tersebut dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab berdasarkan metode yang menggunakan asas konservatif

Bank Kustodian akan menerbitkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki serta Nilai Aktiva

(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas VIII.D SMP Negeri 4 Bandung Tahun Ajar

[r]

Dari seluruh paparan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial adalah aktivitas individu yang berkaitan atau berhubungan dengan nilai-nilai sosial

Dalam penelitian ini, meskipun partisipan mengung- kapkan bahwa dalam ajaran agama mereka (Islam dan Kristen) terdapat larangan yang keras dan berakibat dosa terhadap