• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.1. Model Pembelajaran

2.1.1.2. Model Siklus

tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Fungsi model pembelajaran menurut Joyce (dalam Suprijono 2011: 46) adalah membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterangan, cara berfikir, mengekspresikan ide dan sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus, yaitu: (1) rasional

teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya; (2) landasan tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang

akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur dalam Trianto 2007:6).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola tindakan yang akan dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran yang didalamnya ada kegiatan timbal balik antara guru dan siswa sebagai usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan berbagai fasilitas dan sumber belajar yang ada, sehingga pembelajaran dapat berlangsung optimal.

2.1.1.2. Model Siklus Belajar

Model siklus belajar pertama kali dikembangkan pada tahun 1970 dalam SCIS (Science Curriculum Improvement Study). Menurut Lawson (1994:168) The learning cycle is a method of instruction that consist of three

21

phase called exploration, term introduction and concept application. Maksud dari

pernyataan tersebut adalah model siklus belajar merupakan model pembelajaran yang terdiri dari tiga fase/ tahap yaitu eksplorasi, pengenalan konsep dan penerapan konsep. Dengan penjelasan sebagai berikut.

a. Eksplorasi (exploration); siswa melakukan eksplorasi bebas, sehingga dapat berinteraksi social dengan teman atau guru yang akan mendorong terjadinya asimilasi dan memunculkan pertanyaan.

b. Pengenalan konsep (concept introduction); guru menjelaskan konsep dan teori untuk menjawab pertanyaan/ permasalahan yang muncul dan menyusun gagasan siswa.

c. Penerapan konsep (concept application); siswa menggunakan konsep untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru (Samatowa 2010: 72).

Menurut Wena (2011: 170) pembelajaran siklus merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Baharudin dan Wahyuni (2012: 115-117) menjelaskan teori belajar konstruktivisme bahwa belajar adalah menciptakan makna dan pengalaman. Otak menyaring input dari dunia luar untuk menghasilkan realitas dunia itu sendiri. Siswa membangun interpretasi personal terhadap dunia luar berdasarkan atas pengalaman individual dan interaksi. Faktor yang mempengaruhi belajar yaitu antarsiswa dan lingkungan saling berinteraksi untuk menciptakan makna, pentingnya konteks, isi, pengetahuan harus dipasangakan dengan situasi dimana pengetahuan itu terjadi, belajar terjadi dalam

setting yang realistis, dan belajar harus terdiri dari aktivitas, konsep dan budaya.

22

pengetahuan, meningkatkan kerjasama, dan mendesain lingkungan yang autentik. Dalam teori belajar ini peran guru adalah mengajar siswa bagaimana membangun makna dan bagaimana secara selektif memonitor dan selalu mempengaruhi bangunan mereka; dan mengarahkan dan mendesain pengalaman bagi siswa sehingga autentik, konteks yang relevan yang dialami.

Lorsbach (dalam Wena 2011: 171), mengemukakan bahwa pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami pengembangan. Tiga tahap tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap yaitu:

1. Pembangkitan minat (engagement)

a. Guru membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan

(curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan.

b. Guru membangun keterkaitan atau perikatan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.

2. Eksplorasi (exploration)

a. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar.

b. Siswa berdiskusi membuat hipotesis dan menemukan ide baru. c. Siswa menunjukkan bukti hasil diskusi kelompok.

3. Penjelasan (explanation)

a. Siswa menjelaskan konsep atau hasil diskusinya menggunakan kalimatnya sendiri.

b. Guru membrikan definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu.

23

c. Siswa melakukan diskusi ulang untuk membenarkan konsep/ hasil diskusi sesuai dengan penjelasan guru.

4. Elaborasi (elaboration/ extention)

a. Siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari.

b. Guru membuka kesempatan bertanya dan mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, melakukan percobaan dan pengamatan.

5. Evaluasi (evaluation).

a. Guru mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru.

b. Siswa melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan kepada guru.

c. Siswa mengevaluasi diri untuk mengetahui kekurangan atau kemajuannya dalam proses pembelajaran.

Lawson (1994: 162) provide information that is:

Table 4.1 present adapted summaries that were initially created by BSCS of the instructional approaches used in recent curricular materials. These are clearly learning cycle approaches, although BSCS divides the exploration phase into engage and explore stage. The term introduction phase is referred to as the explain stage and the concept application phase as the elaboration stage. In addition to these three stage, BSCS includes another called evaluate----of course, student and teachers need to evaluate learning, so the addition of this stage is not unique.

Maksud dari keterangan yang diberikan oleh Lawson tersebut bahwa tabel 4.1 merupakan ringkasan yang awalnya diciptakan oleh BSCS dari pendekatan instruksional yang digunakan dalam bahan kurikulum. Ini merupakan model siklus belajar, meskipun BSCS membagi tahap eksplorasi ke tahap

24

pembangkitan minat dan mengeksplorasi. Tahap pengenalan istilah disebut sebagai tahap menjelaskan dan tahap aplikasi konsep sebagai tahap elaborasi. Tahap selanjutnya BSCS menyebutkan evaluasi, siswa dan guru perlu mengevaluasi pembelajaran, maka jika langkah pembelajaran ditambah dengan tahap ini akan lebih baik.

Peneliti memilih menggunakan model siklus belajar yang terdiri dari 5 tahap karena salah satu tahapnya yaitu pembangkitan minat sehingga sangat sesuai untuk mengatasi akar permasalahan penelitian ini bahwa minat siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS kurang. Selain itu terdapat juga tahap evaluasi, ini sangat diperlukan untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran dan mengetahui hasil belajar siswa sebagai variabel yang diteliti.

Penerapan model pembelajaran siklus ketika berada di kelas kegiatan guru dan aktivitas siswa sebagai berikut.

Tabel 2.1

Penerapan Model Siklus Belajar Menurut Lawson (1988: 164-167) Stage (Tahap) Teacher Action (Kegiatan Guru) Student Action (Kegiatan Siswa) Engagement (Pembangkitan minat)

creates interest, generates

curiosity, raises questions,

elicits responses that uncover what the student know about the

concept (membangkitkan minat,

menghasilkan rasa ingin tahu, memunculkan pertanyaan, sehingga diperoleh informasi yang diketahui siswa tentang materi yang akan disampaikan)

ask questions such as “why

did happen? Show interest

topic (mengajukan

pertanyaan seperti "mengapa terjadi?”

mengembangkan rasa ingin tahu)

25

(Eksplorasi) together without direct instruction, observes and listens to student interaction, ask probing question to redirect

student investigation when

necessary, provides time for

student to puzzle through

problem, act as consultant for

students (mendorong siswa

untuk bekerja sama tanpa instruksi langsung, mengamati dan mendengarkan interaksi siswa, mengajukan pertanyaan

untuk mengarahkan

penyelidikan siswa bila diperlukan, menyediakan waktu bagi siswa untuk menyelesaikan masalah, bertindak sebagai konsultan bagi siswa)

limits of activity, tes

prediction and hypotheses, form new prediction and hypotheses, tries discusses

with other, record

observation and ideas

suspends judgement

(berpikir bebas, tetapi dalam batas-batas kegiatan, prediksi tes dan hipotesis, bentuk prediksi baru dan hipotesis, mencoba membahas dengan lainnya,

mencermati dan

memahami penjelasan guru)

Explanation (Penjelasan)

encourages student to explain concept ang definitions in their own words, ask for justification and clarification from student, formally provides definitions explaination and new labels,

uses student previous

experiences as basis for

explaining concept (mendorong

siswa untuk menjelaskan konsep dan definisi dalam kata-kata mereka sendiri, meminta pembenaran dan klarifikasi dari siswa, secara resmi memberiikan penjelasan definisi dan label baru, menggunakan pengalaman siswa sebelumnya sebagai dasar untuk menjelaskan konsep)

explanations possible

solution or answer to

others explanations,

questions other

explanation, listen to and

tries to comprehend

explanation (menjelaskan

kemungkinan solusi atau jawaban untuk penjelasan lain, memberiikan pertanyaan kepada penjelasan teman, mendengarkan dan mencoba untuk memahami penjelasan)

26 Extention

(Elaborasi)

label, definitions and

explanations provided

previously, encourages student to apply or extend concept and skill in new situation, refers

student existing data and

evidence and ask

(mengharapkan siswa untuk menggunakan label formal, definisi dan penjelasan yang diberikan sebelumnya, mendorong siswa untuk menerapkan atau memperluas konsep dan keterampilan dalam situasi baru, meminta bukti dan klarifikasi penjelasan)

definitions, explanations

and skills in new but similar situations, draws

reasonable conclisions

from evidence, record

observations and

explaination, cheek for

understanding among

peers (menerapkan ide,

definisi, penjelasan dan keterampilan dalam situasi baru namun mirip dengan konsep yang ada, menarik kesimpulan yang wajar dari pengamatan rekaman bukti dan penjelasan, memeriksa pemahaman antara teman-teman yang lain)

Evaluation (Evaluasi)

observes student as they apply new concepts and skills, looks for evidence that student have

chaged their thinking or

behaviors, allows students to

assess their own learning

(mengamati siswa dalam menerapkan konsep dan keterampilan baru, mencari bukti bahwa siswa telah mengubah pemikiran atau

perilaku mereka,

memungkinkan siswa untuk menilai pembelajaran mereka sendiri)

answer open ended

question by using

observations, evidence,

and previously accepted explaination, demonstrates

understanding, evaluates

his or her own progress

and knowledge (menjawab

pertanyaan terbuka

berakhir dengan

menggunakan pengamatan, bukti, dan penjelasan yang sebelumnya diterima, mendemonstrasikan

pemahaman, mengevaluasi kemajuan nya sendiri dan pengetahuan)

27

Langkah pembelajaran secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran didalam kelas menggunakan model siklus belajar menurut Wena (2011: 173-175) adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2

Kegiatan Guru dan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Model Siklus Belajar Menurut Wena No. Tahap Siklus

Belajar Kegiatan guru Kegiatan Siswa 1. Tahap

pembangkitan minat

Membangkitkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa.

Mengembangkan minat/ rasa ingin tahu terhadap topik bahasan

Mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan).

Memberiikan respon terhadap pertanyaan guru.

Mengaitkan topik yang

dibahas dengan

pengalaman siswa. Mendorong siswa untuk mengingat pengalaman sehari-harinya dan menunjukkan

keterkaitannya dengan topik pembelajaran yang sedang dibahas.

Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan

dengan topik

pembelajaran yang akan dibahas.

2. Tahap Eksplorasi

Membentuk kelompok, memberii kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil secara mandiri.

Membentuk kelompok dan berusaha bekerja dalam kelompok.

Guru berperan sebagai fasilitator.

Membuat prediksi baru.

Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep

Mencoba alternatif pemecahan dengan teman

28

dengan kalimatnya sendiri. sekelompok, mencatat pengamatan, serta mengembangkan ide-ide baru.

Meminta bukti dan klarifikasi penjelasan siswa, mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa.

Menunjukkan bukti dan memberii klarifikasi terhadap ide-ide baru.

Memberii definisi dan penjelasan dengan memakai penjelasan siswa terlebih dahulu sebagai dasar diskusi.

Mencermati dan berusaha memahami penjelasan guru.

3. Tahap penjelasan

Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri.

Mencoba memberii penjelasan terhadap konsep yang ditemukan. Meminta bukti dan

klarifikasi penjelasan.

Menggunakan

pengamatan dan catatan

dalam memberii

penjelasan Mendengar secara kritis

penjelasan antarsiswa atau guru.

Melakukan pembuktian terhadap konsep yang diajukan.

Memandu diskusi. Mendiskusikan. 4. Tahap

elaborasi

Mengingkatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data/ bukti saat mereka mengeksplorasi situasi baru.

Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal.

Mendorong dan

memfasilitasi siswa mengaplikasi konsep/ keterampilan dalam setting

Bertanya, mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, melakukan

29

yang baru/ lain. pengamatan. 5. Tahap evaluasi Mengamati pengetahuan

atau pemahaman siswa dalam hal penerapan konsep baru.

Mengevaluasi belajarnya

sendiri dengan

mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari

jawaban yang

menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya.

Mendorong siswa

melakukan evaluasi diri.

Mengambil kesimpulan lanjut atas situasi belajar yang dilakukannya.

Mendorong siswa

memahami kekurangan/ kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran

Melihat dan menganalisis kekurangan/ kelebihannya

dalam kegiatan

pembelajaran.

Model siklus belajar ini mempunyai kelebihan sebagai berikut: (1) meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, (2) membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik, dan (3) pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain kelebihan, model pembelajaran siklus juga mempunyai kekurangan, yaitu: (1) efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran dan (2) memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi (Aritmaxx, 2010).

Guru dapat mengurangi kekurangan model siklus belajar dengan cara: (1) guru harus mempelajari terlebih dahulu materi yang akan disampaikan ke siswa dan memahami langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar

30

dan (2) guru harus menyusun rencana pembelajaran dan mengatur pengelolaan kelas agar kondisi kelas lebih terorganisasi dan kondusif.

Dokumen terkait