PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR
BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS
PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IVA
SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
FEBRIANA LUSI HAPSARI NIM. 1401409061
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Febriana Lusi Hapsari
NIM : 1401409061
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi : Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat atau tulisan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 13 Maret 2013
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi atas nama Febriana Lusi Hapsari, NIM 1401409061, dengan judul
“Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng
Kidul 01 Kota Semarang” telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan
ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:
hari : Rabu
tanggal : 13 Maret 2013
Semarang, 13 Maret 2013
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. H. Susilo, M.Pd. NIP. 19541206 198203 1 004
Drs. H. A. Busyairi, M.Ag. NIP. 19580105 198703 1 001
Mengetahui: Ketua Jurusan PGSD
iv
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi atas nama Febriana Lusi Hapsari, NIM 1401409061, dengan judul
“Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang”, telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:
hari : Senin
tanggal : 18 Maret 2013
Panitia Ujian Skripsi
Ketua, Sekretaris,
Drs. Hardjono, M.Pd. Dra. Hj. Hartati, M.Pd.
NIP. 19510801 197903 1 007 NIP. 19551005 198012 2 001 Penguji Utama,
Drs. Sukardjo, S.Pd. M.Pd. NIP. 19561201 198703 1 001
Penguji 1, Penguji 2,
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat”.(QS. Ibrahim, 14:7).
Salah satu unsure penting dalam kemajuan siswa adalah guru
yang betul-betul peduli terhadap anak didiknya dan terampil
merangkul serta terhubung dengan semua pembelajar yaitu guru
yang menciptakan lingkungan nyaman sehingga anak didiknya
senang belajar. (Bobbi DePoter)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, karya ini saya persembahkankepada:
Keluargaku tercinta, Ibu Tutik, Bapak Tono dan Ridwan Halim Khouf yang
senantiasa memberikan kasih sayang tulus serta dukungan baik spiritual, moral,
maupun material.
vi
PRAKATA
Puji syukur peneliti Panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang”. Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan ucapan terimakasih dan rasa hormat kepada semua pihak antara lain:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Satroatmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk belajar kepada peneliti. 2. Drs. Hardjono, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan fasilitas belajar di FIP.
3. Dra.Hj. Hartati, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan ijin penelitian.
4. Drs. H. Susilo, M.Pd. Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran, tanggung jawab, dan kesungguhan hati sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
5. Drs. H. A. Busyairi, M.Ag. Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran, tanggung jawab, dan kesungguhan hati sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
6. Drs. Sukardjo, S.Pd., M.Pd., Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama ujian skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
vii
8. Semua dosen jurusan PGSD FIP UNNES yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
9. M. L. Dyah K. Anggraini, S.Pd. SD. tim kolaborator yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama penelitian berlangsung.
10. Sahabat-sahabatku terkasih (Meila, Mbak Yuni, Ami, Monic, Nana, Diyah, Tika, Retno) yang selalu membantu, memberikan keceriaan dan semangat disaat suka maupun duka.
11. Sahabat Sub Gugus Latih PGSD, yang selalu memberikan kegembiraan. 12. Teman-teman PPL dan teman seperjuangan PGSD angkatan 2009 yang telah
membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian
13. Seluruh siswa kelas IVA, guru dan karyawan SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
Demikian yang dapat peneliti sampaikan, semoga semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal kebaikan dan mendapat berkah yang berlimpah dari Allah SWT.
Harapan peneliti, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semarang, 14 Maret 2013
Peneliti
viii
ABSTRAK
Hapsari, Febriana Lusi. 2013. Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa
Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Skrpsi. Sarjana
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. H. Susilo, M.Pd., Pembimbing II; Drs. H. A. Busyairi, M.Ag.. 375 halaman.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu yang mengkaji manusia dan interaksinya dengan lingkungan serta integrasi atau perpaduan dari ilmu-ilmu sosial. Mata pelajaran IPS wajib diajarkan di SD. Masalah dalam penelitian ini adalah terjadinya pembelajaran IPS yang belum optimal di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dikarenakan guru kurang bervariasi menggunakan model pembelajaran dan kurang optimal memanfaatkan media pembeljaran sehingga mengakibatkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil studi dokumentasi arsip nilai semester satu (2012-2013), hanya 45,45 % (20 dari 44 siswa) yang dapat mencapai KKM 70. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan kualitas pembelajaran IPS yaitu melalui penerapan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang?”. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dalam pembelajaran IPS melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang dilaksanakan dengan tiga siklus, setiap siklus terdiri dari satu pertemuan. Subjek penelitian ini adalah guru dan 44 siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes berupa observasi, dokumentasi, catatan lapangan dan wawancara. Teknik analisis data terdiri atas data kuantitatif dan data kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan keterampilan guru pada siklus 1 memperoleh nilai 33 (baik), siklus 2 nilai 37 (sangat baik) dan siklus 3 nilai 44 (sangat baik). Aktivitas siswa pada siklus 1 memperoleh nilai 21,7 (baik), siklus 2 nilai 26,6 (baik) dan pada siklus 3 nilai 28,1 (sangat baik). Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar pada siklus 1 memperoleh persentase 68,19%, siklus 2 memperoleh persentase 77,27% dan siklus 3 memperoleh persentase 88,63%.
Simpulan dari penelitian ini adalah model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Sebaiknya, guru harus lebih inovatif dan kreatif untuk menerapkan multimetode dan multimedia dalam pembelajaran.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
PERNYATAAN KEASLIAN... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
PENGESAHAN KELULUSAN... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v
PRAKATA... vi
ABSTRAK... viii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
i BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah... 8
1.2.1. Rumusan Masalah... 8
1.2.2. Pemecahan Masalah... 9
1.3. Tujuan Penelitian... 14
1.3.1. Tujuan Umum... 14
1.3.2. Tujuan Khusus... 14
1.4. Manfaat Penelitian... 15
1.4.1. Manfaat Teoritis... 15
1.4.2. Manfaat Praktis... 15
x 2.1. Kajian
Teori... 17 2.1.1. Model Pembelajaran... 17 2.1.1.1. Hakikat Model
Pembelajaran... 17 2.1.1.2. Model Siklus
Belajar…………... 18
2.1.2. Media Pembelajaran Audiovisual... 26 2.1.3. Kualitas Pembelajaran………... 32 2.1.3.1. Keterampilan
Guru………... 34
2.1.3.2. Aktivitas
Siswa………... 39
2.1.3.3. Hasil
Belajar………... 42
2.1.4. Hakikat Belajar dan Pembelajaran... 45 2.1.4.1. Pengertian
Belajar………... 45
2.1.4.2. Ciri-ciri
Belajar………... 46 2.1.4.3. Prinsip-prinsip
Belajar... 48 2.1.4.4. Pembelajaran………...
... 49
2.1.5. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial………... 50 2.1.5.1. Pengertian
IPS………. 50
2.1.5.2. Pembelajaran IPS di Sekolah
Dasar……… 52
2.1.5.3. Hakikat dan Tujuan
xi 2.1.5.4. Ruang Lingkup
IPS……….. 54
2.2. Kajian Empiris... 55
2.3. Kerangka Berpikir... 57
2.4. Hipotesis Tindakan... 60
BAB III METODE PENELITIAN... 61
3.1. Subyek Penelitian………... 61
3.2. Variabel Penelitian……… 61
3.3. Prosedur/ Langkah-langkah PTK……….. 61
3.3.1. Perencanaan………... 63
3.3.2. Pelaksanaan ………... 64
3.3.3. Observasi... 65
3.3.4. Refleksi... 65
3.4. Siklus Penelitian... 66
3.4.1. Siklus 1……... 66
3.4.1.1. Perencanaan... ... 66
3.4.1.2. Pelaksanaan ………... 67
3.4.1.3. Observasi... ... 69
3.4.1.4. Refleksi... ... 69
xii
3.4.2.1. Perencanaan...
... 69
3.4.2.2. Pelaksanaan
………... 70
3.4.2.3. Observasi...
... 72
3.4.2.4. Refleksi...
... 72
3.4.3. Siklus 3…….………... 72 3.4.3.1. Perencanaan...
... 72
3.4.3.2. Pelaksanaan………...
... 73
3.4.3.3. Observasi...
... 74
3.4.3.4. Refleksi...
... 75
3.5. Data dan Cara Pengumpulan
Data... 75 3.5.1. Sumber Data……... 75
3.5.2. Jenis Data………. 76
3.5.2.1. Data
Kuantitatif……… 76
3.5.2.2. Data
Kualitatif……….. 76
3.5.3. Teknik Pengumpulan Data………... 77 3.5.3.1. Teknik
Tes……… 77
3.5.3.2. Teknik
Nontes………. 78
xiii
Data………...
3.6.1. Data Kuantitatif... 80 3.6.1.1. Menentukan Nilai Berdasarkan Skor
Teoritis……….. 80
3.6.1.2. Menghitung Persentase Ketuntasan Belajar
Klasikal………... 80
3.6.1.3. Menghitung Mean atau Rerata
Kelas………... 81
3.6.2. Data Kualitatif... 82 3.7. Indikator
Keberhasilan…... 86 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 87 4.1. Hasil
Penelitian... 87 4.1.1. Deskripsi Data Prasiklus... 88 4.1.2. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 1... 88 4.1.2.1. Perencanaan Siklus
1... 88 4.1.2.2. Pelaksanaan Siklus
1... 89 4.1.2.3. Observasi Siklus
1... 95 4.1.2.4. Refleksi Siklus
1...
11 4 4.1.3. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 2... 12 0 4.1.3.1. Perencanaan Siklus
2...
12 0 4.1.3.2. Pelaksanaan Siklus
2...
12 1
xiv
2... 7 4.1.3.4. Refleksi Siklus
2...
14 7 4.1.4. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 3... 15 1 4.1.4.1. Perencanaan Siklus
3...
15 1 4.1.4.2. Pelaksanaan Siklus
3...
15 2 4.1.4.3. Oservasi Siklus
3...
15 8 4.1.4.4. Refleksi Siklus
3...
17 8 4.1.5. Rekapitulasi Prasiklus, Hasil Penelitian Siklus 1, Siklus 2, Siklus 3... 18 0 4.1.5.1. Keterampilan Guru………... 18 0 4.1.5.2. Aktivitas Siswa………. 18 1 4.1.5.3. Hasil Belajar………. 18 1 4.2. Pembahasan... ... 18 4 4.2.1. Pemaknaan Temuan Penelitian... 18 4 4.2.1.1. Hasil Observasi Keterampilan
Guru...
18 4 4.2.1.2. Hasil Observasi Aktivitas
Siswa...
19 1 4.2.1.3. Hasil Belajar
Siswa...
xv
4.2.2. Implikasi Hasil Penelitian... 19 7 4.2.2.1. Bagi
Peneliti……….
19 7 4.2.2.2. Bagi
Guru……….
19 7 4.2.2.3. Bagi
Siswa………
19 7 4.2.2.4. Bagi
Lembaga………..
19 8 BAB V PENUTUP... 19 9 5.1. Simpulan... 19 9 5.2. Saran... 20 0
5.2.1. Bagi Guru………... 20 0
5.2.2. Bagi Siswa………... 20 0
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Sintak Model Siklus Belajar Berbantuan Media
Audiovisual………... 9
Tabel 1.2 Penerapan Sintak Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual dalam Pembelajaran IPS Kelas IVA dengan Materi Permasalahan Sosial……... 11
Tabel 2.1 Penerapan Model Siklus Belajar Menurut Lawson……... 22
Tabel 2.2 Kegiatan Guru dan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Model Siklus Belajar Menurut Wena... 24
Tabel 2.3 Pengaplikasian Model Siklus BelajarBerbantuan Media Audiovisual dalam proses Pembeljaran IPS Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang………... 30
Tabel 3.1 Tingkat Ketuntasan Belajar Klasikal………... 81
Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Belajar………... 82
Tabel 3.3 Kriteria Ketuntasan Data Kualitatif……... 84
Tabel 3.4 Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru…... 85
Tabel 3.5 Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa…... 85
Tabel 4.1 Data hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 1…... 96
Tabel 4.2 Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru…... 97
Tabel 4.3 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1... 104
Tabel 4.4 Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa…... 105
Tabel 4.5 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus 1... 111
Tabel 4.6 Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa………... 111
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 1... 112
Tabel 4.8 Data hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 2... 127
Tabel 4.9 Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru…... 128
Tabel 4.10 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 2... 136
Tabel 4.11 Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa…... 137
xviii
Tabel 4.13 Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa………... 144
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 2... 145
Tabel 4.15 Data hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 3... 159
Tabel 4.16 Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru…... 160
Tabel 4.17 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 3... 167
Tabel 4.18 Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa…... 168
Tabel 4.19 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus 3... 175
Tabel 4.20 Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa………... 175
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir……….………….. 59 Gambar 3.1 Bagan Alur Langkah-langkah PTK “penerapan Model
Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa kelas IVA
SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang……….. 63 Gambar 4.1 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 1... 113 Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Siklus 1. 114 Gambar 4.3 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 2... 146 Gambar 4.4 Diagram Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Siklus 2. 146 Gambar 4.5 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 3... 177 Gambar 4.6 Diagram Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Siklus 3. 177 Gambar 4.7 Diagram Hasil Penelitian Keterampilan Guru... 180 Gambar 4.8 Diagram Hasil penelitian Aktivitas Siswa……... 181 Gambar 4.9 Diagram Hasil Penelitian Hasil Belajar Siswa…... 182 Gambar 4.10 Diagram Hasil Penelitian Persentase Ketuntasan Belajar
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian... 206
Lampiran 2 Instrumen Penelitian... 211
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 226
Lampiran 4 Data Hasil Penelitian Keterampilan Guru... 295
Lampiran 5 Data Hasil Penelitian Aktivitas Siswa... 298
Lampiran 6 Data Hasil Penelitian Hasil Belajar Siswa... 307
Lampiran 7 Catatan Lapangan... 312
Lampiran 8 Hasil Wawancara dengan Siswa……… 317
Lampiran 9 Surat Permohonan Ijin Penelitian... 319
Lampiran 10 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD... 321
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
3
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (BSNP 2007: 5-6).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa IPS adalah ilmu yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Serta mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis (BSNP 2007: 575).
Pasal 37 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menjelaskan bahwa mata pelajaran IPS merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Lebih lanjut dikemukakan pada bagian Penjelasan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 37 bahwa bahan kajian ilmu pengetahuan sosial, antara laian, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat.
4
logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional, dan global.
Badan Standar nasional Pendidikan (2007: 575) ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) manusia, tempat dan lingkungan; (2) waktu, keberlanjutan dan perubahan; (3) sistem sosial dan budaya; dan, (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Sardjiyo, dkk. (2008: 1.27) mengemukakan bahwa ruang lingkup IPS adalah hal-hal yang berkenaan dengan manusia dan kehidupannya meliputi semua aspek kehidupannya meliputi semua aspek kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat.
Berdasarkan naskah akademik kajian kebijakan kurikulum mata pelajaran IPS (2007: 5-7) ditemukan beberapa permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran IPS yaitu guru masih berorientasi pada buku teks, alokasi waktu yang diberikan cukup singkat sedangkan materi yang harus diberikan cukup banyak, pelajaran masih cenderung pada hafalan, metode yang diterapkan guru cenderung pada aktivitas guru bukan aktivitas siswa sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).
5
dalam pembelajaran IPS, guru kurang maksimal dalam memanfaatkan media pembelajaran yang telah tersedia. Ketika memberikan materi pembelajaran guru hanya menggunakan metode konvensional dan pembelajaran menekankan pada aspek hafalan yaitu guru dalam melaksanakan pembelajaran tidak menggunakan model pembelajaran yang inovatif, mencatatkan materi di papan tulis kemudian siswa menyalin dan menghafalkan materi pembelajaran IPS tersebut. Selain itu, guru masih berorientasi dari buku teks pegangan siswa saat menyampaikan materi pembelajaran dan belum memanfaatkan sumber belajar lain seperti buku pegangan guru, modul, dan bahan ajar lain. Oleh karena itu, minat siswa untuk mengikuti pembelajaran kurang. Apabila diadakan kerja kelompok beberapa siswa kurang dapat bekerja sama mereka masih bergantung pada siswa yang unggul.
Berdasarkan hasil studi dokumentasi arsip nilai semester satu tahun ajaran 2012-2013 hasil belajar siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang belum sepenuhnya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Hal ini ditunjukkan dengan data siswa sebanyak 54,54 % (24 dari 44 siswa) kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 memiliki nilai rata-rata yang rendah atau mengalami ketidaktuntasan. Siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 45,45% (20 dari 44 siswa) artinya siswa tersebut mengalami ketuntasan. Data hasil belajar ditunjukkan dengan nilai terendah 53 dan nilai tertinggi 87 dengan rata-rata nilai kelas 67,81 (dibawah KKM).
6
pembelajaran. Permasalahan yang terjadi di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 yaitu 8 keterampilan dasar guru rendah, aktivitas siswa rendah dan hasil belajar siswa rendah. Melihat pelaksanaan pembelajaran dan data hasil belajar tersebut, maka sangat perlu dilakukan kegiatan perbaikan pembelajaran agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS khususnya dalam hal keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa yaitu dengan melakukan penelitian tindakan kelas.
Pemecahan masalah pembelajaran IPS di atas, peneliti bersama tim kolaborasi menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dengan menggunakan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual.
Wena (2011: 170) mengemukakan pembelajaran siklus merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Menurut Lawson (1994: 168) The learning cycle is a method of instruction that consist of three
phase called exploration, term introduction and concept application. Maksud dari
7
akar permasalahan penelitian ini bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS kurang. Selain itu terdapat juga tahap evaluasi, ini sangat diperlukan untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran dan mengetahui hasil belajar siswa sebagai variabel yang diteliti. Langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual yaitu:
1) Pembangkitan minat (engagement) dengan menampilkan video. 2) Eksplorasi (exploration)
3) Penjelasan (explanation)
4) Elaborasi (elaboration/ extention) 5) Evaluasi (evaluation).
Media pembelajaran audiovisual adalah media penyaluran pesan dengan memanfaatkan indera pendengaran dan penglihatan (Sukiman, 2012: 184). Jenis media audiovisual yang dipilih dalam penelitian ini adalah video permasalahan sosial.
Model dan media pembelajaran yang dipilih digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis dosen, mahasiswa, kurikulum dan bahan belajar, media fasilitas dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler (Dikti 2004: 7). Kualitas pembelajaran yang dikaji dalam penelitian ini meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar.
8
pada jenjang sekolah dasar (SD), yang memperkuat keinginan peneliti untuk menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual, antara lain:
Penelitian yang dilakukan Puji Rahayu (2010) dengan judul “Penerapan model pembelajaran siklus belajar dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa tentang SDA pada siswa kelas V SDN Plosoharjo I Nganjuk”. Hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan rata-rata sebesar 7,32 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 60%. Jadi, hasil dari siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan. Hasil dari siklus II adalah nilai rata-rata 9,25 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 95% . Hasil dari siklus II ini telah melampaui kriteria ketuntasan belajar yang mensyaratkan rata- rata hasil tes minimal 7,5 dengan prosentase
ketuntasan ≥ 85 %.
Penelitian Eni Arifatun Ni'mah (2011) dengan judul “Penggunaan media audiovisual untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SDN Bakalan Krajan 1 kecamatan Sukun kota Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan media audio visual proses belajar siswa lebih efektif dan menyenangkan. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata aspek pengamatan proses belajar pratindakan 57,56 menjadi 79,36 pada siklus I dan 95,35 pada siklus II. Sedangkan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata pratindakan 48,14 menjadi 63,49 pada siklus I dan 80,93 pada siklus II.
9
siswa diharapkan akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran karena guru sudah menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dan menggunakan media yang menarik. Siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran karena dalam model siklus belajar siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan teman sekelompoknya, mengemukakan konsep, dan menyampaikan ide baru sebagai hasil diskusinya. Semua itu merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.
Ulasan latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang”.
1.2.
Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1.2.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang?
Rumusan masalah tersebut di atas dapat dirinci sebagai berikut.
10
(2) Apakah melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang?
(3) Apakah melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang?
1.2.2. Pemecahan Masalah
Berbagai rumusan masalah tersebut, maka alternatif tindakan yang dilakukan adalah menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. Langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar menurut Wena (2011: 173-175) yang dipadukan dengan media audiovisual adalah:
1. Pembangkitan minat (engagement) dengan menampilkan video. 2. Eksplorasi (exploration)
3. Penjelasan (explanation)
4. Elaborasi (elaboration/ extention) 5. Evaluasi (evaluation).
[image:31.595.110.514.265.549.2]Berdasarkan sintak tersebut di atas, secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran di dalam kelas dapat dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 1.1
Sintak Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual No
.
Tahap Siklus
Belajar Kegiatan guru Kegiatan Siswa
1. Tahap
pembangkitan
Membangkitkan minat dan keingintahuan (curiosity)
11
minat siswa dengan menampilkan video permasalahan sosial.
topik bahasan
Mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan).
Memberikan respon terhadap pertanyaan guru.
Mengaitkan topik yang
dibahas dengan
pengalaman siswa. Mendorong siswa untuk mengingat pengalaman sehari-harinya dan menunjukkan
keterkaitannya dengan topik pembelajaran yang ada dalam video.
Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan
dengan topik
pembelajaran yang akan dibahas.
2. Tahap Eksplorasi
Membentuk kelompok, memberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil secara mandiri.
Membentuk kelompok dan berusaha bekerja dalam kelompok.
Guru berperan sebagai fasilitator.
Membuat prediksi baru.
Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimatnya sendiri.
Mencoba alternatif pemecahan dengan teman sekelompok, mencatat pengamatan, atau mengembangkan ide-ide baru.
Meminta bukti dan klarifikasi penjelasan siswa, mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa.
12
Memberi definisi dan penjelasan dengan memakai penjelasan siswa terlebih dahulu sebagai dasar diskusi.
Mencermati dan berusaha memahami penjelasan guru.
3. Tahap penjelasan
Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri.
Mencoba memberi penjelasan terhadap konsep yang ditemukan. Meminta bukti dan
klarifikasi penjelasan.
Menggunakan
pengamatan dan catatan
dalam memberi
penjelasan Mendengar secara kritis
penjelasan antarsiswa atau guru.
Melakukan pembuktian terhadap konsep yang diajukan.
Memandu diskusi. Mendiskusikan. 4. Tahap
elaborasi
Mengingkatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data/ bukti saat mereka mengeksplorasi situasi baru.
Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal.
Mendorong dan
memfasilitasi siswa mengaplikasi konsep/ keterampilan dalam setting yang baru/ lain.
Bertanya, mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, melakukan
percobaan, dan
pengamatan. 5. Tahap
evaluasi
Mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam hal penerapan konsep baru.
Mengevaluasi belajarnya
sendiri dengan
mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari
jawaban yang
menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan
13
sebelumnya.
Mendorong siswa
melakukan evaluasi diri.
Mengambil kesimpulan lanjut atas situasi belajar yang dilakukannya.
Mendorong siswa
memahami kekurangan/ kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran
Melihat dan menganalisis kekurangan/
kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran.
[image:34.595.112.514.107.804.2]Sintak model pembelajaran siklus yang dikemukakan Wena dan dipadukan dengan media audiovisual maka dapat diaplikasikan dalam pembelajaran IPS kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 dengan materi permasalahan sosial sebagai berikut.
Table 1.2
Penerapan Sintak Model Siklus Belajar berbantuan Media Audiovisual dalam Pembelajaran IPS Kelas IVA dengan Materi Permasalahan Sosial
No. Tahap Siklus
Belajar Kegiatan guru Kegiatan Siswa
1. Tahap
pembangkitan minat
Membangkitkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa, berupa penayangan video permasalahan sosial.
Mengembangkan minat/ rasa ingin tahu terhadap topik bahasan
Mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar. Misalnya, apa sajakah yang termasuk permasalahan sosial itu? Siapa yang pernah
14
melihat seorang pengemis? Dimana kalian melihatnya? Mengaitkan permasalahan sosial dengan pengalaman siswa. Mendorong siswa untuk mengingat pengalaman sehari-harinya yang berhubungan dengan permasalahan sosial, misalnya kemiskinan, adanya gelandangan, rumah padat penduduk, dan menunjukkan keterkaitannya dengan topik pembelajaran yang sedang dibahas.
Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan
dengan topik
pembelajaran yang
akan dibahas.
Misalnya, pernah melihat pengemis, gelandangan, rumah padat penduduk.
2. Tahap Eksplorasi
Membentuk kelompok, memberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil secara mandiri. Tiap kelompok beranggotakan 4anak.
Membentuk kelompok sesuai arahan dari guru dan berusaha bekerja dalam kelompok.
Guru berperan sebagai fasilitator yaitu menyiapkan lembar kerja untuk siswa.
Mengerjakan lembar kerja yang telah diberikan oleh guru. Mendorong siswa untuk
menjelaskan konsep permasalahan sosial dengan kalimatnya sendiri.
Mencoba alternatif pemecahan dengan teman sekelompok, mencatat pengamatan, serta mengembangkan ide-ide baru yang berkaitan dengan permasalahan yang diajukan guru yaitu tentang permasalahan sosial.
Meminta bukti dan klarifikasi penjelasan siswa, mendengar
15
secara kritis penjelasan antarsiswa tentang permasalahan yang diajukan guru.
memperlihatkan hasil kerja kelompoknya dan memberi klarifikasi terhadap ide-ide baru. Memberi definisi dan
penjelasan tentang konsep permasalahan sosial.
Mencermati dan berusaha memahami penjelasan guru.
3. Tahap penjelasan
Menunjuk salah satu siswa untuk mengulangi penjelasan yang telah disampaikan oleh guru.
Mencoba memberi penjelasan terhadap konsep yang sudah dijelaskan oleh guru. Mendengar secara kritis
penjelasan antarsiswa atau guru.
Menggunakan
pengamatan dan catatan dalam memberi penjelasan
Mengklarifikasi penjelasan siswa.
Melakukan pembuktian terhadap konsep yang diajukan dengan cara mengaitkan teori dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.
Memandu diskusi. Mendiskusikan
pengaplikasian teori dalam kehidupan sehari-hari.
4. Tahap elaborasi
Mengingkatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data/ bukti saat mereka mengeksplorasi situasi baru.
Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal, yaitu menuliskan sikap yang harus dimiliki oleh
pelajar dalam
menghadapi
16
yang ada. Mendorong dan memfasilitasi
siswa mengaplikasi konsep dengan cara menyebutkan perilaku/ sikap yang harus dimiliki oleh seorang pelajar
dalam menghadapi
permasalahan sosial yang ada.
Bertanya dan
mengusulkan
pemecahan masalah terhadap permasalahan sosial yang ada dilingkungan sekitar.
5. Tahap evaluasi Mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam hal penerapan konsep baru yang sudah dikemukakan oleh siswa sebagai hasil dari diskusi kelompok
Mengevaluasi
belajarnya sendiri dengan mengajukan pertanyaan kepada guru apa yang belum paham.
Mendorong siswa melakukan evaluasi diri, dan menjawab/ memberikan ulasan terhadap pertanyaan yang diajukan siswa.
Mengambil kesimpulan atas situasi belajar yang dilakukannya.
Memberikan soal evaluasi sebagai alat untuk memahami kekurangan/ kelebihan siswa dalam kegiatan pembelajaran
Melihat dan
menganalisis kekurangan/
kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran dengan mengerjakan soal evaluasi dari guru.
1.3.
Tujuan Penelitian
17
Tujuan umum yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
(1) Mendeskripsikan dan menganalisis model siklus belajar berbantuan media audiovisual untuk meningkatkan keterampilan guru kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dalam pembelajaran IPS.
(2) Mendeskripsikan dan menganalisis model siklus belajar berbantuan media audiovisual untuk meningkatkan aktivitas siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dalam pembelajaran IPS.
(3) Mendeskripsikan dan menganalisis model siklus belajar berbantuan media audiovisual untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dalam pembelajaran IPS.
1.4.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut. 1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini akan memberi kontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan berupa penerapan model siklus belajar dengan media audiovisual pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar serta sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
18
a. Penerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS, sehingga IPS menjadi mata pelajaran yang menarik bagi siswa.
b. Model siklus belajar berbantuan media audiovisual juga mendorong keaktifan dan kreativitas siswa dalam pembelajaran karena siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat materi ajar yang diberikan guru saja melainkan harus melihat, mendengarkan, berdiskusi dan memunculkan ide-ide baru sehingga menjadikan belajar lebih bermakna bagi siswa.
1.4.2.2. Bagi Guru
a. Memberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang model siklus belajar berbantuan media audiovisual sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam mengelola kelas.
b. Sebagai sarana guru untuk melakukan perbaikan terhadap pembelajaran IPS yang sudah diberikan.
c. Memotivasi guru untuk menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual dalam kegiatan pembelajaran agar pembelajaran di kelas menjadi lebih bervariasi.
1.4.2.3. Bagi Sekolah
a. Penerapan model siklus belajar dengan media audiovisual dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
19
c. Melalui penggunaan model siklus belajar dengan media audiovisual ini akan dapat memberikan masukan bagi sekolah untuk menjadi lebih inovatif dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas khususnya untuk peningkatkan kualitas pembelajaran IPS di SD.
1.4.2.4. Bagi Peneliti
Peneliti akan mendapatkan pengetahuan baru bahwa model siklus belajar dengan media audiovisual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di sekolah dasar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Kajian Teori
2.1.1. Model Pembelajaran
2.1.1.1. Hakikat Model Pembelajaran
Peningkatan pembelajaran IPS di sekolah dasar dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang bervariasi.
tahap-20
tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Fungsi model pembelajaran menurut Joyce (dalam Suprijono 2011: 46) adalah membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterangan, cara berfikir, mengekspresikan ide dan sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus, yaitu: (1) rasional
teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya; (2) landasan tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang
akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur dalam Trianto 2007:6).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola tindakan yang akan dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran yang didalamnya ada kegiatan timbal balik antara guru dan siswa sebagai usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan berbagai fasilitas dan sumber belajar yang ada, sehingga pembelajaran dapat berlangsung optimal.
2.1.1.2. Model Siklus Belajar
21
phase called exploration, term introduction and concept application. Maksud dari
pernyataan tersebut adalah model siklus belajar merupakan model pembelajaran yang terdiri dari tiga fase/ tahap yaitu eksplorasi, pengenalan konsep dan penerapan konsep. Dengan penjelasan sebagai berikut.
a. Eksplorasi (exploration); siswa melakukan eksplorasi bebas, sehingga dapat berinteraksi social dengan teman atau guru yang akan mendorong terjadinya asimilasi dan memunculkan pertanyaan.
b. Pengenalan konsep (concept introduction); guru menjelaskan konsep dan teori untuk menjawab pertanyaan/ permasalahan yang muncul dan menyusun gagasan siswa.
c. Penerapan konsep (concept application); siswa menggunakan konsep untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru (Samatowa 2010: 72).
Menurut Wena (2011: 170) pembelajaran siklus merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Baharudin dan Wahyuni (2012: 115-117) menjelaskan teori belajar konstruktivisme bahwa belajar adalah menciptakan makna dan pengalaman. Otak menyaring input dari dunia luar untuk menghasilkan realitas dunia itu sendiri. Siswa membangun interpretasi personal terhadap dunia luar berdasarkan atas pengalaman individual dan interaksi. Faktor yang mempengaruhi belajar yaitu antarsiswa dan lingkungan saling berinteraksi untuk menciptakan makna, pentingnya konteks, isi, pengetahuan harus dipasangakan dengan situasi dimana pengetahuan itu terjadi, belajar terjadi dalam
setting yang realistis, dan belajar harus terdiri dari aktivitas, konsep dan budaya.
22
pengetahuan, meningkatkan kerjasama, dan mendesain lingkungan yang autentik. Dalam teori belajar ini peran guru adalah mengajar siswa bagaimana membangun makna dan bagaimana secara selektif memonitor dan selalu mempengaruhi bangunan mereka; dan mengarahkan dan mendesain pengalaman bagi siswa sehingga autentik, konteks yang relevan yang dialami.
Lorsbach (dalam Wena 2011: 171), mengemukakan bahwa pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami pengembangan. Tiga tahap tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap yaitu:
1. Pembangkitan minat (engagement)
a. Guru membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan
(curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan.
b. Guru membangun keterkaitan atau perikatan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.
2. Eksplorasi (exploration)
a. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar.
b. Siswa berdiskusi membuat hipotesis dan menemukan ide baru. c. Siswa menunjukkan bukti hasil diskusi kelompok.
3. Penjelasan (explanation)
a. Siswa menjelaskan konsep atau hasil diskusinya menggunakan kalimatnya sendiri.
23
c. Siswa melakukan diskusi ulang untuk membenarkan konsep/ hasil diskusi sesuai dengan penjelasan guru.
4. Elaborasi (elaboration/ extention)
a. Siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari.
b. Guru membuka kesempatan bertanya dan mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, melakukan percobaan dan pengamatan.
5. Evaluasi (evaluation).
a. Guru mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru.
b. Siswa melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan kepada guru.
c. Siswa mengevaluasi diri untuk mengetahui kekurangan atau kemajuannya dalam proses pembelajaran.
Lawson (1994: 162) provide information that is:
Table 4.1 present adapted summaries that were initially created by BSCS of the instructional approaches used in recent curricular materials. These are clearly learning cycle approaches, although BSCS divides the exploration phase into engage and explore stage. The term introduction phase is referred to as the explain stage and the concept application phase as the elaboration stage. In addition to these three stage, BSCS includes another called evaluate----of course, student and teachers need to evaluate learning, so the addition of this stage is not unique.
[image:44.595.117.516.243.638.2]24
pembangkitan minat dan mengeksplorasi. Tahap pengenalan istilah disebut sebagai tahap menjelaskan dan tahap aplikasi konsep sebagai tahap elaborasi. Tahap selanjutnya BSCS menyebutkan evaluasi, siswa dan guru perlu mengevaluasi pembelajaran, maka jika langkah pembelajaran ditambah dengan tahap ini akan lebih baik.
Peneliti memilih menggunakan model siklus belajar yang terdiri dari 5 tahap karena salah satu tahapnya yaitu pembangkitan minat sehingga sangat sesuai untuk mengatasi akar permasalahan penelitian ini bahwa minat siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS kurang. Selain itu terdapat juga tahap evaluasi, ini sangat diperlukan untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran dan mengetahui hasil belajar siswa sebagai variabel yang diteliti.
Penerapan model pembelajaran siklus ketika berada di kelas kegiatan guru dan aktivitas siswa sebagai berikut.
Tabel 2.1
Penerapan Model Siklus Belajar Menurut Lawson (1988: 164-167) Stage (Tahap) Teacher Action (Kegiatan Guru) Student Action (Kegiatan Siswa) Engagement (Pembangkitan minat)
creates interest, generates
curiosity, raises questions,
elicits responses that uncover what the student know about the
concept (membangkitkan minat,
menghasilkan rasa ingin tahu, memunculkan pertanyaan, sehingga diperoleh informasi yang diketahui siswa tentang materi yang akan disampaikan)
ask questions such as “why
did happen? Show interest
topic (mengajukan
pertanyaan seperti "mengapa terjadi?” mengembangkan rasa ingin tahu)
25
(Eksplorasi) together without direct instruction, observes and listens to student interaction, ask probing question to redirect
student investigation when
necessary, provides time for
student to puzzle through
problem, act as consultant for
students (mendorong siswa
untuk bekerja sama tanpa instruksi langsung, mengamati dan mendengarkan interaksi siswa, mengajukan pertanyaan
untuk mengarahkan
penyelidikan siswa bila diperlukan, menyediakan waktu bagi siswa untuk menyelesaikan masalah, bertindak sebagai konsultan bagi siswa)
limits of activity, tes
prediction and hypotheses, form new prediction and hypotheses, tries discusses
with other, record
observation and ideas
suspends judgement
(berpikir bebas, tetapi dalam batas-batas kegiatan, prediksi tes dan hipotesis, bentuk prediksi baru dan hipotesis, mencoba membahas dengan lainnya,
mencermati dan
memahami penjelasan guru)
Explanation (Penjelasan)
encourages student to explain concept ang definitions in their own words, ask for justification and clarification from student, formally provides definitions explaination and new labels,
uses student previous
experiences as basis for
explaining concept (mendorong
siswa untuk menjelaskan konsep dan definisi dalam kata-kata mereka sendiri, meminta pembenaran dan klarifikasi dari siswa, secara resmi memberiikan penjelasan definisi dan label baru, menggunakan pengalaman siswa sebelumnya sebagai dasar untuk menjelaskan konsep)
explanations possible
solution or answer to
others explanations,
questions other
explanation, listen to and
tries to comprehend
explanation (menjelaskan
kemungkinan solusi atau jawaban untuk penjelasan lain, memberiikan pertanyaan kepada penjelasan teman, mendengarkan dan mencoba untuk memahami penjelasan)
26 Extention
(Elaborasi)
label, definitions and
explanations provided
previously, encourages student to apply or extend concept and skill in new situation, refers
student existing data and
evidence and ask
(mengharapkan siswa untuk menggunakan label formal, definisi dan penjelasan yang diberikan sebelumnya, mendorong siswa untuk menerapkan atau memperluas konsep dan keterampilan dalam situasi baru, meminta bukti dan klarifikasi penjelasan)
definitions, explanations
and skills in new but similar situations, draws
reasonable conclisions
from evidence, record
observations and
explaination, cheek for
understanding among
peers (menerapkan ide,
definisi, penjelasan dan keterampilan dalam situasi baru namun mirip dengan konsep yang ada, menarik kesimpulan yang wajar dari pengamatan rekaman bukti dan penjelasan, memeriksa pemahaman antara teman-teman yang lain)
Evaluation (Evaluasi)
observes student as they apply new concepts and skills, looks for evidence that student have
chaged their thinking or
behaviors, allows students to
assess their own learning
(mengamati siswa dalam menerapkan konsep dan keterampilan baru, mencari bukti bahwa siswa telah mengubah pemikiran atau
perilaku mereka,
memungkinkan siswa untuk menilai pembelajaran mereka sendiri)
answer open ended
question by using
observations, evidence,
and previously accepted explaination, demonstrates
understanding, evaluates
his or her own progress
and knowledge (menjawab
pertanyaan terbuka
berakhir dengan
menggunakan pengamatan, bukti, dan penjelasan yang sebelumnya diterima, mendemonstrasikan
27
[image:48.595.113.511.236.805.2]Langkah pembelajaran secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran didalam kelas menggunakan model siklus belajar menurut Wena (2011: 173-175) adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2
Kegiatan Guru dan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Model Siklus Belajar Menurut Wena
No. Tahap Siklus
Belajar Kegiatan guru Kegiatan Siswa
1. Tahap
pembangkitan minat
Membangkitkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa.
Mengembangkan minat/ rasa ingin tahu terhadap topik bahasan
Mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan).
Memberiikan respon terhadap pertanyaan guru.
Mengaitkan topik yang
dibahas dengan
pengalaman siswa. Mendorong siswa untuk mengingat pengalaman sehari-harinya dan menunjukkan
keterkaitannya dengan topik pembelajaran yang sedang dibahas.
Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan
dengan topik
pembelajaran yang akan dibahas.
2. Tahap Eksplorasi
Membentuk kelompok, memberii kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil secara mandiri.
Membentuk kelompok dan berusaha bekerja dalam kelompok.
Guru berperan sebagai fasilitator.
Membuat prediksi baru.
Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep
28
dengan kalimatnya sendiri. sekelompok, mencatat pengamatan, serta mengembangkan ide-ide baru.
Meminta bukti dan klarifikasi penjelasan siswa, mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa.
Menunjukkan bukti dan memberii klarifikasi terhadap ide-ide baru.
Memberii definisi dan penjelasan dengan memakai penjelasan siswa terlebih dahulu sebagai dasar diskusi.
Mencermati dan berusaha memahami penjelasan guru.
3. Tahap penjelasan
Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri.
Mencoba memberii penjelasan terhadap konsep yang ditemukan. Meminta bukti dan
klarifikasi penjelasan.
Menggunakan
pengamatan dan catatan
dalam memberii
penjelasan Mendengar secara kritis
penjelasan antarsiswa atau guru.
Melakukan pembuktian terhadap konsep yang diajukan.
Memandu diskusi. Mendiskusikan. 4. Tahap
elaborasi
Mengingkatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data/ bukti saat mereka mengeksplorasi situasi baru.
Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal.
Mendorong dan
memfasilitasi siswa mengaplikasi konsep/ keterampilan dalam setting
Bertanya, mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, melakukan
29
yang baru/ lain. pengamatan. 5. Tahap evaluasi Mengamati pengetahuan
atau pemahaman siswa dalam hal penerapan konsep baru.
Mengevaluasi belajarnya
sendiri dengan
mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari
jawaban yang
menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya.
Mendorong siswa
melakukan evaluasi diri.
Mengambil kesimpulan lanjut atas situasi belajar yang dilakukannya.
Mendorong siswa
memahami kekurangan/ kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran
Melihat dan menganalisis kekurangan/ kelebihannya
dalam kegiatan
pembelajaran.
Model siklus belajar ini mempunyai kelebihan sebagai berikut: (1) meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, (2) membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik, dan (3) pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain kelebihan, model pembelajaran siklus juga mempunyai kekurangan, yaitu: (1) efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran dan (2) memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi (Aritmaxx, 2010).
30
dan (2) guru harus menyusun rencana pembelajaran dan mengatur pengelolaan kelas agar kondisi kelas lebih terorganisasi dan kondusif.
2.1.2. Media Pembelajaran Audiovisual
Menurut Sumiati dan Asra (2009: 160) media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Selanjutnya, Pribadi (2011: 85-86) menjelaskan bahwa media pembelajaran yaitu sesuatu yang digunakan untuk menjembatani proses penyampaian pesan dan pengetahuan antara sumber pesan dengan penerima pesan. Sejalan dengan pendapat Sumiati, Asra dan Pribadi, Sukiman (2012: 29) mengemukakan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.
Kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa komponen yang saling berhubungan dan mempunyai peranan masing-masing. Komponen tersebut dapat berupa komponen utama dan komponen pendukung. Salah satu komponen pendukung dalam pembelajaran yaitu media pembelajaran. Manfaat yang diperoleh dari media pembelajaran tersebut (Sumiati dan Asra 2009: 163-164) sebagai berikut.
31
2) Memberiikan pengalaman nyata dan langsung karena siswa dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan tempat belajarnya.
3) Mempelajari materi pembelajaran secara berulang-ulang.
4) Memungkinkan adanya persamaan pendapat dan persepsi yang benar terhadap suatu materi pembelajaran atau obyek.
5) Menarik perhatian siswa, sehingga membangkitkan minat, motivasi, aktivitas dan kreativitas belajar siswa.
6) Membantu siswa dalam belajar.
7) Materi pembelajaran lebih lama diingat dan mudah untuk diungkapkan kembali dengan cepat dan tepat.
8) Mempermudah dan mempercepat guru menyajikan materi pembelajaran dalam proses pembelajaran.
9) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan indera.
Media pembelajaran yang dapat digunakan sangat beranekaragam. Semua jenis media pembelajaran memberiikan bantuan sangat besar kepada siswa dalam proses pembelajaran. Ada 3 jenis media pembelajaran berdasarkan kemampuan indera, yaitu media audio, media visual dan media audiovisual.
32
Penelitian ini jenis media yang digunakan adalah audiovisual berupa video dan gambar. Video adalah seperangkat komponen atau media yang mampu menampilkan gambar sekaligus suara dalam waktu bersamaan. Pada dasarnya hakikat video adalah mengubah suatu idea tau gagasan menjadi sebuah tayangan gambar dan suara yang proses perekaman dan penayangannya melibatkan teknologi tertentu (Sukiman 2012: 188).
Alasan pemilihan media audiovisual berupa video karena beberapa kelebihan yang dimiliki oleh video, yaitu:
1) Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain.
2) Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu.
3) Video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok peserta didik.
4) Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung seperti lahar gunung berapi atau perilaku binatang buas.
5) Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen, maupun perorangan (Arsyad 2011: 49-50).
[image:53.595.113.515.278.580.2]33
[image:54.595.116.510.308.777.2]terdapat pengenalan peristiwa alam dan permasalahan sosial sehingga dengan bantuan video maka siswa akan seolah-olah melihat secara langsung peristiwa alam dan permasalahan sosial yang terjadi. Untuk itu, sintak model siklus belajar berbantuan media audiovisual yang diaplikasikan dalam pembelajaran IPS kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 dengan materi permasalahan sosial sebagai berikut.
Tabel 2.3
Pengaplikasian Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual dalam Proses Pembelajaran IPS Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang
No. Tahap Siklus
Belajar Kegiatan guru Kegiatan Siswa
1. Tahap
pembangkitan minat
Membangkitkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa, berupa penayangan video permasalahan sosial.
Mengembangkan minat/ rasa ingin tahu terhadap topik bahasan
Mengajukan pertanyaan tentang permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar yang berhubungan dengan video. Misalnya, apa sajakah yang
termasuk dalam
permasalahan sosial itu? Siapa yang pernah melihat pengemis? Dimana kalian melihatnya?
Memberiikan respon terhadap pertanyaan guru.
Mengaitkan topik yang
dibahas dengan
pengalaman siswa. Mendorong siswa untuk mengingat pengalaman sehari-harinya yang berhubungan dengan
Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan
dengan topik
34
permasalahan sosial, misalnya kemiskinan, adanya gelandangan, rumah padat penduduk,
dan menunjukkan
keterkaitannya dengan topik pembelajaran yang sedang dibahas.
2. Tahap Eksplorasi
Membentuk kelompok, memberii kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil secara mandiri. Tiap kelompok beranggotakan 4anak.
Membentuk kelompok sesuai arahan dari guru dan berusaha bekerja dalam kelompok.
Guru berperan sebagai fasilitator yaitu menyiapkan lembar kerja untuk siswa.
Mengerjakan lembar kerja yang telah diberikan oleh guru.
Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep permasalahan sosial dengan kalimatnya sendiri.
Mencoba alternatif pemecahan dengan teman sekelompok, mencatat pengamatan, serta mengembangkan ide-ide baru yang berkaitan dengan permasalahan yang diajukan guru yaitu tentang permasalahan sosial.
Meminta bukti dan klarifikasi penjelasan siswa, mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa tentang permasalahan yang diajukan guru.
Menunjukkan bukti dengan memperlihatkan hasil kerja kelompoknya dan memberii klarifikasi terhadap ide-ide baru.
Memberii definisi dan penjelasan tentang konsep
35
permasalahan sosial. guru. 3. Tahap
penjelasan
Menunjuk salah satu siswa untuk mengulangi penjelasan yang telah disampaikan oleh guru.
Mencoba memberii penjelasan terhadap konsep yang sudah dijelaskan oleh guru. Mendengar secara kritis
penjelasan antarsiswa atau guru.
Menggunakan
pengamatan dan catatan
dalam memberii
penjelasan Mengklarifikasi penjelasan
siswa.
Melakukan pembuktian terhadap konsep yang diajukan dengan cara mengaitkan teori dengan
kenyataan dalam
kehidupan sehari-hari. Memandu diskusi. Mendiskusikan
pengaplikasian teori dalam kehidupan sehari-hari.
4. Tahap elaborasi
Mengingkatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data/ bukti saat mereka mengeksplorasi situasi baru.
Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal, yaitu menuliskan sikap yang harus dimiliki oleh pelajar dalam menghadapi permasalahan sosial yang ada.
Mendorong dan
memfasilitasi siswa mengaplikasi konsep dengan cara menyebutkan perilaku/ sikap yang harus dimiliki oleh seorang pelajar dalam menghadapi permasalahan sosial yang
Bertanya dan
36 ada.
5. Tahap evaluasi Mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam hal penerapan konsep baru yang sudah dikemukakan oleh siswa sebagai hasil dari diskusi kelompok
Mengevaluasi belajarnya
sendiri dengan
mengajukan pertanyaan kepada guru apa yang belum paham.
Mendorong siswa
melakukan evaluasi diri,
dan menjawab/
memberiikan ulasan terhadap pertanyaan yang diajukan siswa.
Mengambil kesimpulan atas situasi belajar yang dilakukannya.
Memberiikan soal evaluasi sebagai alat untuk memahami kekurangan/ kelebihan siswa dalam kegiatan pembelajaran
Melihat dan menganalisis kekurangan/ kelebihannya
dalam kegiatan
pembelajaran dengan mengerjakan soal evaluasi dari guru.
2.1.3. Kualitas Pembelajaran
37
Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektifan. Efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran (Hamdani, 2011: 194).
Pencapaian efektivitas belajar menurut UNESCO (dalam Hamdani 2011: 194) menetapkan empat pilar pendidikan yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh pengelola dunia pendidikan, yaitu:
(1) learning to know (belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan);
(2) learning to do (belajar untuk menguasai keterampilan);
(3) learning to live together (belajar untuk hidup bermasyarakat);
(4) learning to be (belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal).
Learning to know artinya belajar untuk mengetahui; yang menjadi
target dalam belajar adalah adanya proses pemahaman sehingga belajar tersebut dapat mengantarkan siswa untuk mengetahui dan memahami subtansi yang dipelajarinya. Learning to do artinya belajar untuk berbuat; yang menjadi target belajar adalah adanya proses melakukan atau proses berbuat. Learning to live
together artinya belajar untuk hidup bersama; yang menjadi target dalam belajar
adalah siswa memiliki kemampuan untuk hidup bersama atau mampu berkelompok. Learning to be artinya belajar untuk menjadi; yang menjadi target dalam belajar adalah mengantarkan siswa menjadi individu yang utuh sesuai dengan potensi, bakat, minat, dan kemampuannya (Anitah W. dkk. 2008: 2.6).
38
bahan belajar, media fasilitas dan system pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler. Indicator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku pembelajaran dosen atau pendidik guru, perilaku dan dampak belajar mahasiswa calon guru, iklim pembelajaran dan system pembelajaran (Dikti 2004: 7).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran adalah suatu keadaan yang memperlihatkan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, pelaksanaannya didukung oleh komponen-komponen pembelajaran secara sistematik dan sinergik. Kualitas pembelajaran akan meningkat apabila pendidik dapat menciptakan pembelajaran yang mendidik, kompetensi yang dimiliki siswa meningkat, iklim pembelajaran kondusif, materi pembelajaran berkualitas, penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan materi, serta perencanaan pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menantang. Dalam penelitian ini indikator kualitas pembelajaran yang akan dikaji yaitu:
2.1.3.1. Keterampilan Guru
39
mengungkapkan ada 8 keterampilan dasar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu:
2.1.3.1.1. Keterampilan Memberii Penguatan
Keterampilan dasar penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberiikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan ata