I.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Manfaat Akademis
1.5 TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian E-Learning
1.5.2 Pemanfaatan Quipper School Ditinjau dari Model Unified Theory of
1.5.2.1 Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)
Pendekatan atau model Unified Theory of Acceptance and Use of Technologypertama kali dijelaskan oleh Viswanath Venkatesh, Michael G. Morris, Gordon B. Davis, dan Fred D. Davis pada tahun 2003 dalam sebuah artikel yang berjudul “User Acceptance of Information Technology: Toward a Unified View”.ModelUnified Theory of Acceptance and Use of Technologyini juga sering disebut dengan model UTAUT merupakan salah satu model penerimaan dan penggunaan teknologi terkini. Seringkali model UTAUT ini digunakan untuk menggambarkan penerimaan dan penggunaan teknologi baru.
Venkatesh et. al (dalam Taiwo and Alan, 2013) mengembangkan model UTAUT dengan mengombinasikan delapan teori dasar mengenai perilaku penggunaan teknologi dan teori penerimaan teknologi, antara lain: 1. Theory of Reasoned Action(TRA) dikembangkan oleh Martin Fishbein dan Icek Ajzen, yang merupakan model teori psikologi sosial yang secara fundamental menerangkan faktor-faktor yang mendorong perilaku manusia. Dalam model TRA dikembangkan suatu kontruksi bahwa perilaku suatu individu bergantung dari beberapa variabel yang saling berhubungan yaitu keyakinan (beliefs), sikap (attitudes), norma (norms), dan niat (intentions).
2. Technology Acceptance Model (TAM) dikembangkan oleh Fred D. Davis (1986) yang merupakan adaptasi dari TRA untuk konteks penerimaan (acceptance) pengguna terhadap sistem informasi. Pengembangan teori TAM bertujuan untuk memberikan penjelasan terhadap factor-faktor penentu penerimaan computer yang lebih umum sifatnya, sehingga mampu menjelaskan perilaku pengguna dari berbagai ragam teknologi komputasi.
3. Motivational Model(MM) dikembangkan oleh Davis et al. (1992) yang meneliti motivasi apa yang mendorong seseorang untuk menggunakan computer di tempat kerjanya. Teori MM menjelaskan bahwa minat seseorang untuk menggunakan computer di tempat kerjanya dipengaruhi oleh dua factor yaitu persepsi individu terhadap sejauhmana manfaat computer dapat meningkatkan kinerja pekerjaanya, dan sejauhmana dapat memberikan perasaan yang menyenangkan (enjoyment) pada saat menggunkan computer.
4. Theory of Planned Behavioral (TPB) merupakan teori pengembangan dan penyempurnaan keterbatasan dalam TRA. Perbedaan mendasar model teori TBC dengan TRA adalah adanya tambahan satu elemen dalam model konstruksi yang disebut sebagai persepsi terhadap kendali perilaku seseorang (Perceived Behavioral Control atau PBC). PBC
didefinisikan sebagai persepsi seseorang terhadap sejauhmana tingkat kemudahan atau kesulitan dalam melaksanakan suatu tindakan atau berperilaku.
5. Combined TAM and TPB (C-TAM-TPB) atau sering disebut sebagai Decomposed Theory of Planned Behavior yang menerangkan perilaku seseorang dengan kontruksi model multidimensional. Perbedaan teori ini dengan teori TRA terletak pada factor penentu sikap, dimana sikap tidak hanya tergantung pada persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan saja, melainkan juga dipengaruhi oleh kecocokan(Compatibility). Sedangakan perbedaan dengan model teori TPB yaitu pertama, pada norma-norma subyektif (SN) dipengaruhi oleh dua macam factor yaitu pengaruh rekan sejawat (Perr Influence) dan pengaruh atasan (Superior’s Influence); kedua, PBC dipengaruhi oleh tiga factor yaitu keefektivitasan atau persepsi kemampuan diri sendiri (Self Efficacy), kondisi sumber daya pendukung yang dimili (Resaource Facilitating Conditions) seperti waktu dan dana, serta kondisi teknologi pendukung yang dimiliki (Technology Facilitating Conditions).
6. Model of PC Utilization(MPCU) dikembangkan oleh Triandis (1980) yang dikembangkan dengan menggunakan pendekatan factor-faktor yang mempengaruhi sebuah perilaku dalam konteks sistem informasi untk meprediksi pemanfaatan PC (Personal Computer).
7. Innovation Diffusion Theory (IDT) dikembangkan berdasarkan teori Diffusion of Innovations yang secara popular dikembangkan oleh Everett M. Rogers yang diperkenalkan sejak tahun 1960 dengan mempelajari berbagai macam inovasi mulai dari peralatan pertanian sampai dengan inovasi organisasi. Menurut Rogers, terdapat beberapa kategori adopter terhadap inovasi teknologi baru yaitu Innovators (orang-orang yang pertama kali mau mengadopsi suatu inovasi), Early Adopters (kelompok kedua yang paling cepat mengadopsi adanya inovasi teknologi baru), Early Majority (kelompok orang yang
membutuhkan waktu yang lebih lama disbandingkan dua kelompok sebelumnya untuk mengadopsi inovasi teknologi baru), Late Majority (kelompok yang mengadopsi inovasi setelah rata-rata anggota masyarakat mau mengadopsi teknologi baru),danLaggards(kelompok yang terakhir mau mengadopsi inovasi teknologi baru).
8. Social Cognitive Theory (SCT) dikembangkan oleh Compeau dan Higgins (1995) yang menerapkan dan mengembangkan teori SCT ini ke dalam konteks penggunaan kompuer. Dalam penelitiannya, Compeau dan Higgins mengembangkan suatu model kontruksi untuk menerangkan peranan Self-Efficacy, yaitu penilaian tentang kemampuan seseorang untuk menggunakan suatu teknologi yang digunakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Dengan mengombinasikan kedelapan teori dasar tentang penerimaan dan penggunaan teknologi, model UTAUT ini dapat menunjukkan bahwa dalam tujuan berperilaku (behavioral intention) ditentukan oleh tiga faktor yaitu ekspektansi kinerja (performance expectancy), ekspektasi usaha (effort expectancy), dan pengaruh sosial (social influence), sedangkan dalam perilaku penggunaan teknologi (use behavior) ditentukan oleh dua faktor yaitu tujuan berperilaku (behavioral intention) dan kondisi fasilitas (facilitating conditions). Selain itu, juga terdapat karakteristik penggunanya yang berperan sebagai variabel moderator yaitu jenis kelamin (gender), usia (age), pengalaman (experience), dan kesukarelaan (voluntariness).
Untuk mendapatkan kejelasan dari model UTAUT ini dapat dikaji pada gambar yang disajikan oleh Venkatesh et al (2003), dibawah ini.
Gambar I.1. ModelUnified Theory of Acceptance and Use of
TechnologyVenkatesh (2003)
Dalam model UTAUT, untuk mengetahui dan menggambarkan perilaku pemanfaatan atau penggunaan suatu teknologi baru dapat di tentukan melalui dua hal yaitu behavioral Intention dan Facilitating Condition. Untuk mengetahuibehavioral Intentionatau minat pemanfaatan seseorang dalam menggunakan teknologi baru, dapat dilihat melalui tiga faktor yaitu ekspektasi kinerja (performance expectancy),ekspektasi usaha (effort expectancy), dan pengaruh sosial(social influence). Namun diantara minat pemanfaatan dan kondisi-konsisi (facilitating conditions) yang mendukung penggunaan di pengaruhi adanya faktor gender, usia, pengalaman, dan kesukarelaan sebagai karakteristik pengguna dalam menggunakan suatu teknologi. Berikut penjelasan lebih lanjut.
1. Behaviour Intention
Behaviour Intention atau tujuan perilaku, merupakan ukuran kekuatan niat seseoarang untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Dalam model UTAUT, seseorang akan berniat menggunakan atau memanfaatkan teknologi baru dalam hal ini Quipper School, apabila seseorang tersebut merasa yakin dengan menggunakan teknologi itu
dapat meningkatkan kinerjanya dan dapat dilakukannya dengan mudah, serta seseorang tersebut mendapatkan pengaruh dari lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, behavioral intention mempunyai peran penting dalam menentukan perilaku penggunaan (use behavior) suatu teknologi baru. Untuk menggambarkanbehavioral intentionseseoarang dalam memanfaatkan teknologi baru melalui tiga faktor dibawah ini. a. Performance Expectancy
Performance Expectancy atau ekspektansi kinerja merupakan tingkat kepercayaan seorang individu terhadap sejauh mana penggunaan sistem/teknologi baru akan membantu individu tersebut dalam mendapatkan keuntungan-keuntungan kinerja pada pekerjaannya. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Venkatesh et. al (2003) menemukan bahwa Performance Expectancy menjadi prediktor terkuat dalam menentukan behavioral intention, baik dalam keadaan mandatory (diperintahkan) maupun dalam kondisi voluntary (kesukarelaan). Disini, Performance Expectancy dalam menentukan behavioral intentionjuga di pengaruhi adanya faktor gender, dan usia.
b. Effort Expectancy
Effort Expectancy atau ekspektansi usaha merupakan tingkat kemudahan yang terkait dengan penggunaan sistem/teknologi tersebut. Dalam menentukan behavioral intention, Effort Expectancydipengaruhi oleh faktor gender, usia, dan pengalaman. c. Social Influence
Social Influence atau pengaruh sosial merupakan tingkat dimana seorang individu merasa bahwa orang-orang yang berada di dekatnya atau orang-orang yang dianggap penting baginya, percaya sebaiknya dia menggunakan sistem/teknologi baru tersebut. Social influence disini termasuk salah satu faktor yang menentukan behavioral intention seorang individu dalam memanfaatkan
teknologi baru yang di pengaruhi oleh gender, usia, pengalaman, dan kesukarelaan dalam menggunakan teknologi baru.
2. Facilitating Conditions
Facilitating Conditions atau kondisi-kondisi fasilitas yang mendukung merupakan tingkat kepercayaan seorang individu terhadap ketersediaan teknik infrastruktur dan organisasional untuk mendukung mereka dalam menggunakan sistem/teknologi tersebut. Menurut Venkatesh et. al (2003) facilitating conditions tidak menjadi faktor yang menetukan behavioral intention melainkan menjadi salah satu faktor yang menentukanuse behavioralseorang individu dalam memanfaatkan teknologi baru secara langsung. Dalam menentukan use behavior, facilitating conditions dipengaruhi oleh faktor usia dan pengalaman dari individu tersebut.
3. Use Behavior
Use behavior atau perilaku penggunaan teknologi dapat didefinisikan sebagai intensitas atau frekuensi seorang pengguna dalam menggunakan teknologi baru. Use behavior sangat bergantung pada evaluasi penggunaan sistem/teknologi tersebut. Seorang pengguna akan menggunakan suatu teknologi baru apabila orang tersebut mempunyai maksud atau tujuan dalam menggunakannya, karena orang tersebut mempunyai keyakinan bahwa dengan menggunakan teknologi tersebut dapat meningkatkan kinerjanya, meningkatkan kinerjanya dan dapat dilakukannya dengan mudah, serta seseorang tersebut mendapatkan pengaruh dari lingkungan sekitarnya. Selain itu,user behaviorjuga di pengaruhi oleh adanya kondisi yang memfasilitasi pengguna dalam menggunakan teknologi tersebut, karena apabila tidak
didukung dengan peralatan-peralatan dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan pengguna maka teknologi tersebut tidak akan berjalan.
Pada model UTAUT, dalam menggambarkan perilaku penggunaan teknologi juga terdapat empat variabel yang memoderatori perilaku penggunaan. Keempat variabel tersebut dapat di posisikan sebagai karakteristik pengguna dalam menggunakan sistem baru. Keempat variabel tersebut yaitu:
a. Gender(Jenis Kelamin)
Jenis kelamin merupakan variabel yang memoderatori faktor performance expectancy, effort expectancy,dansocial influence pengguna dalam menggunakan teknologi baru. Pada model UTAUT, jenis kelamin mempunyai pengaruh positif bagi pengguna laki-laki dan pengaruh negatif pada pengguna perempuan dalam membentuk penerimaan dan penggunaan teknologi (Venkatesh and Zhang, 2010). Dalam hal ini, antara laki-laki dan perempuan mempunyai ketertarikan tersendiri dalam menggunakan teknologi. Dalam kenyataannya kebanyakan laki-laki mempunyai rasa ketertarikan yang lebih besar untuk mendalami dan mencari tahu tentang teknologi baru dibandingkan perempuan.
b. Age(Usia)
Usia merupakan variabel yang memoderatori faktor performance expectancy, effort expectancy, social influencedan facilitating conditionspengguna dalam menggunakan teknologi baru. Seperti halnya dengan variabel jenis kelamin, variabel usia juga yang mempunyai pengaruh positif dalam penggunaan teknologi (Venkatesh and Zhang, 2010).
c. Experience(Pengalaman)
Pengalaman merupakan variabel yang memoderatori faktor effort expectancy, social influence dan facilitating conditions pengguna dalam menggunakan teknologi baru. Pengalaman dapat didefinisikan sebagai bentuk pengetahuan dari pengguna yang di perolehnya ketika mereka telah menggunakan sistem tersebut. Pada model UTAUT, juga ditemukan bahwa pengalaman mempunyai pengaruh yang positif dalam membentuk penerimaan dan penggunaan sistem (Venkatesh and Zhang, 2010). Dalam kenyataannya, telah di ketahui bahwa siapapun yang mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam memanfaatkan keberadaan teknologi baru maka pada umumnya mereka telah mempunyai pengalaman yang lebih dalam berinteraksi dengan teknologi yang serupa.
d. Voluntariness of Use(Kesukarelaan untuk menggunakan) Kesukarelaan untuk menggunakan merupakan variabel yang hanya memoderatori faktor social influence pengguna dalam menggunakan teknologi baru. Kesukarelaan ini dapat didefinisikan sebagai keputusan dalam menggunakan teknologi baru bukanlah suatu hal paksaan, melainkan karena keinginan pengguna yang timbul daru dalam dirinya sendiri.
1.6 DEFINISI KONSEPTUAL DAN DEFINISI OPERASIONAL