BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.3 Identitas Informan
Berikut adalah hasil data mengenai identitas informan dalam penelitian ini, yakni tiga belas (13) orang informan penelitian melalui wawancara:
1. Bapak Ahmad Rusli, S.H, selaku Kabid Perumahan Kabupaten Padang Lawas.
2. Bapak Safran Ilyas Nst, selaku Kabid Cipta Karya Kabupaten Padang Lawas.
3. Bapak Khoirul Anwar Nasution, selaku Kasubag Perencanaan dan Keuangan Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Padang Lawas .
4. Ibu Ertina, selaku Anggota KRPL KB Implan Kabupaten Padang Lawas.
5. Bapak Ali Amrin, selaku Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Padang Lawas.
6. Ibu Evridawati Sitompul, selaku Kasubag Perencanaan dan Keuangan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Padang Lawas.
7. Bapak Saifullah, selaku Kassubag Perencanaan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Padang Lawas.
8. Ibu Nova Harahap, selaku Kasi Jaminan BerKB Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Padang Lawas.
9. Bapak Rio Andhoko, selaku Kasubag Program Dinas Pertanian Kabupaten Padang Lawas.
10. Bapak Hasrul Sanif Siregar, S.H, selaku Kasubag Program Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Padang Lawas.
11. Ibu Wiwi Andriyani, selaku Kasi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Padang Lawas untuk mengimplementasikan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) di Kabupaten Padang Lawas.
12. Ibu Beni Fauziah, dan juga Kasi Kefarmasian Kabupaten Padang Lawas dalam perencanaan dan pengimplementasian instalasi farmasi.
13. Ibu Seri Juaniantin Harahap, selaku Kasubid Industri, Inovasi Sumber Daya Kabupaten Padang Lawas.
Dapat kita lihat di atas informan yang berasal dari berbagai dinas-dinas maupun SKPD di Kabupaten Padang Lawas terkait guna untuk mengimplemenasi pelaksanaan Program Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah agar dapat mempermudah pelaksanaan dilapangan. Dan untuk melancarkan Program Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah di Kabupaten Padang Lawas dapat dikelompokkan kedalam beberapa pilar, yaitu:
1. Perbaikan Gizi Masyarakat, melibatkan Dinas Kesehatan, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pengendalian Penduduk & keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan &Perlindungan Anak, Dinas Sosial.
2. Aksesibilitas Pangan yang Beragam, melibatkan Dinas Ketahanan Pangan, DinasPertanian, Dinas Perikanan dan Peternakan,
3. Peningkatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan, melibatkan Dinas Kesehatan,Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Koperasi UKM, Perindustrian dan Perdagangan.
4. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, melibatkan Dinas Kesehatan, DinasPerumahan Kawasan Permukiman dan Perhubungan, Dinas Pekerjaan Umum, DinasPendidikan dan Kebudayaan.
5. Kelembagaan Pangan dan Gizi, melibatkan Dinas Kesehatan, Dinas Ketahanan Pangan.
4.4 Standart dan Sasaran Kebijakan
Identifikasi indikator-indikator kinerja merupakan tahapan yang krusial dalam analisis implementasi kebijakan. Indikator-indikator kinerja ini menilai sejauh mana ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan telah direalisasikan. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan berguna dalam menguraikan tujuan-tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh.
4.4.1 Standart dan Sasaran Kebijakan terkait Program RAP-GD
Dalam pengimplementasian program Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah Kabupaten Padang Lawas, bertolak ukur pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi.
Berdasarkan peraturan tersebut program Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah diatur dalam peraturan tersebut untuk pemenuhanan ketahanan pangan dan gizi baik itu di Negara sampai dengan perseorangan serta status gizi dan ketersediaan pangan sudah dijamin oleh Negara.
Dapat dilihat dari situasi pangan dan gizi di Kabupaten Padang Lawas, peningkatan produksi pangan haruslah dikaitkan dengan program kecukupan pangan dan gizi bukan saja untuk memenuhi kecukupan nasional tetapi juga bagi
seluruhgolongan rawan pangan dan gizi. Permasalahan pangan didefinisikan sebagai suatu kondisiketidakmampuan untuk memperoleh pangan yang cukup dan sesuai untuk hidup sehatdan beraktivitas dengan baik untuk sementara waktu dalam jangka panjang.
Dalam Undang-Undang No 18 tahun 2012 menyatakan bahwa Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi Pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu denganmemanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal.
Tujuan penyelenggaraan pangan menurut UU No. 18 tahun 2012 adalah:
1. Meningkatkan kemampuan memproduksi Pangan secara mandiri,
2. Menyediakan Pangan yang beraneka ragam dan memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan Gizi bagi konsumsi masyarakat,
3. Mewujudkan tingkat kecukupan Pangan, terutama Pangan Pokok dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat;
4. Mempermudah atau meningkatkan akses pangan bagi masyarakat, terutama masyarakat. rawan Pangan dan Gizi;
5. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas Pangan di pasar dalam negeri dan luar negeri;
6. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang Pangan yang aman, bermutu, dan bergizi bagi konsumsi masyarakat;
7. Meningkatkan kesejahteraan bagi Petani, Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Pelaku Usaha Pangan; dan
8. Melindungi dan mengembangkan kekayaan sumberdaya Pangan nasional.
4.4.1.1 Ketersediaan Bahan Pangan
Produksi tanaman pangan merupakan hal paling penting untuk diperhatikan karenamenyangkut bahan makanan pokok masyarakat yang akan mempengaruhi tingkatketahanan pangan rumah tangga. Pemantauan sangat penting untuk dilakukan mengingatglobal warming yang terjadi pada saat ini menyebabkan pergeseran masa tanam disamping curah hujan yang tinggi.
Pemantauan produksi tanaman pangan dilakukan padatanaman sumber karbohidrat dan protein yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, antaralain padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai, ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau dan ubi jalar.
Gambar 4.3 : Grafik Produksi Tanaman Pangan (Ton) Kabupaten Padang Lawas
Tahun 2013-2016
Produksi tanaman pangan di Kabupaten Padang Lawas tahun 2016 tidak lebih baikdari tahun 2013. Seperti terlihat pada grafik diatas terjadi penurunan pada beberapakomoditi dalam 4 tahun terakhir. Persentase penurunan produksi
tanaman pangan yangpaling tinggi selama 4 tahun terakhir adalah pada produksi Ubi Jalar yakni mencapai42,67% (402 ton), lalu Kacang Hijau sebesar 35,53 % (54 ton), Kacang Tanah sebesar 21,99% (53 ton), Padi Sawah sebesar 17,02 % (11.344 ton) dan Jagung sebesar 7,12 % (150 ton).Sedangkan komoditi yang mengalami persentase peningkatan produksi dalam 4 tahunterakhir yaitu Padi Ladang sebesar 68 % (1.827 ton) dan Ubi Kayu sebesar 44 % (1.356 ton).
Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari 3 sumber, yaitu : 1. Produksi dalam negeri
2. Pemasokan pangan
3. Pengelolaan cadangan pangan
Penyediaan pangan yang sesuai dengan kebutuhan gizi penduduk, baik jumlahmaupun mutunya merupakan harapan setiap upaya pemenuhan kebutuhan pangan.Tujuan pertama penyelenggaraan pangan adalah penyediaan pangan bagi masyarakat.Berikut adalah ketersediaan pangan di Kabupaten Padang Lawas tahun 2015 – 2016.
Tabel 4.1: Ketersediaan Energi dan Protein Penduduk Padang Lawas Tahun 2013-2017
Ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan ketahanan pangan. Penyediaan pangan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pangan bagimasyarakat, rumah tangga, dan perseorangan secara berkelanjutan.
Untuk memenuhikebutuhan pangan masyarakat dan meningkatkan kuantitas serta kualitas konsumsipangan, diperlukan target pencapaian angka ketersediaan pangan per kapita per tahunsesuai dengan angka kecukupan gizinya. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIIITahun 2004 merekomendasikan kriteria ketersediaan energi ditetapkan minimal 2200kkal/kapita/hari untuk energi dan minimal 57 gram/kapita/hari untuk protein.
Ketersediaan energi total Kabupaten Padang Lawas tahun 2015 sebesar 1840 kkal/kap/hr terjadi penurunan pada tahun 2016 yakni 1464 kkal/kap/hr.
Sedangkan ketersediaan protein tahun 2015 sebesar 43.25 gr/kap/hr kemudian terjadi penurunan ditahun berikutnya yakni 35,06 gr/kap/hr. Capaian ketersediaan energi dan protein ini masih dibawah dari angka yang ditetapkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIIITahun 2004.
Sesuai dengan pedoman umum diversifikasi pangan yang dijadikan sebagai dasarpenyusunan Pola Pangan Harapan (PPH) Nasional maka kelompok pangan yang dibutuhkanmasyarakat terdiri dari:
1) Padi-padian 2) Umbi-umbian 3) Pangan hewani 4) Kacang-kacangan 5) Sayur dan buah 6) Biji berminyak 7) Lemak dan minyak 8) Gula serta
9) Kebutuhan lainnya seperti mineral
Tabel 4.2: Ketersediaan Bahan Pangan Strategis Kab Padang Lawas Tahun 2015-2016 (Ton)
Beberapa komoditas bahan pangan strategis mengalami penurunan yaitu padakomoditas Beras, Jagung, Kacang tanah dan Ubi jalar sedangkan komoditas lainnyamengalami peningkatan yaitu pada komoditi Kedelai, Ubi kayu, Daging, Telur dan Ikan.Komoditas yang paling tinggi persentase penurunannnya yaitu beras sebesar 68,56 % diikuti Jagung sebesar 35, 27 %. Sedangkan peningkatan ketersediaan bahan pangan yangpaling tinggi terdapat pada komoditas Kedelai sebesar 160, 22 % diikuti komoditas ikan23,98 %.
4.4.2 Tujuan Kebijakan
Dapat melihat perkembangan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang akan berdampak pada kualitas dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan amanditunjukkan dengan tingkat skor pola pangan harapan (PPH). PPH atau desirable dietarypattern diperkenalkan pertama kali oleh FAO-RAPA dalam pertemuan konsultasi FAORAPA di Bangkok pada tahun 1989. PPH disarankan untuk digunakan bagi setiap negaradikawasan Asia Pasifik yang dalam
penerapannya perlu diadaptasi sesuai pola konsumsipangan dan kebutuhan gizi setempat.
PPH berguna (1) sebagai alat atau instrumen perencanaan konsumsi pangan,ketersediaan pangan dan produksi pangan; (2) sebagai instrumen evaluasi tingkatpencapaian konsumsi pangan, penyediaan pangan dan produksi pangan, baik penyediaandan konsumsi pangan; (3) dapat pula digunakan sebagai basis pengukuran diversifikasi danketahanan pangan; (4) sebagai pedoman dalam merumuskan kebijakan pangan dan gizi.
PPH sebagai instrumen dan indikator penting dalam perencanaan pangan dan gizidi suatu wilayah diperlukan informasi tentang pola konsumsi energi dan konsumsi pangananjuran dengan mempertimbangkan:
1) Pola konsumsi pangan penduduk saat ini;
2) Kebutuhan gizi yang dicerminkan oleh pola kebutuhan energi (asumsi:
dengan makananekaragam pangan, kebutuhan akan zat gizi lain akan terpenuhi);
3) Mutu gizi makananyang dicerminkan oleh kombinasi makanan yang mengandung protein hewani, sayur dan buah;
4) Pertimbangan masalah gizi dan penyakit yang berhubungan dengan gizi;
5) Kecenderungan permintaan (daya beli);
6) Kemampuan penyediaan dalam konteksekonomi dan wilayah.
Badan Urusan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian dan sektor terkait sertapakar pangan dan gizi pada tanggal 31 Oktober 2000 menyepakati
penyempurnaankomposisi PPH untuk target perencanaan konsumsi penduduk pada tingkat nasional ditahun 2020 seperti disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3: Standart Ideal PPH Nasional Tahun 2020
Masing-masing daerah (kabupaten/kota) mengadaptasi pola ini, disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan masing-masing daerah dalam rangka mendukungpencapaian tujuan dan target pembangunan pangan nasional.
Patut dipahami pula bahwaPPH merupakan komposisi atau pola pangan dalam bentuk persentase konsumsi energiyang dianjurkan (harapan) untuk hidup sehat, tanpa memandang apakah pangan tersebutberasal dari produksi lokal (dalam negeri) atau didatangkan dari negara/daerah lain(impor).
Untuk konsumsi ikan (kg/kapita/tahun) di Kabupaten Padang Lawas terus mengalami peningkatan dari tahun 2013 sampai tahun 2016. Pada tahun 2013 konsumsi ikan sebesar 30,05 kg/kapita/tahun meningkat menjadi 38,4 kg/kapita/tahun seperti yangtertera pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.4 : Grafik Perkembangan Konsumsi Ikan (kg/kapita/tahun) Tahun 2013-2016
4.5 Sumber Daya Pendukung Program Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah
Untuk mendukung keberhasilan suatu program yang diimplementasikan, maka dibutuhkan sumber daya yang mendukung untuk mendorong pelaksanaan program tersebut agar dapat mencapai target yang sudah ditetapkan.Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi menuntut adanya sumber saya manusia yang berkualitas untuk mendukung pelaksanaan program dari kebijakan yang telah ditetapkan. Tetapi ketika kompetensi dan kapabilitas dari sumber-sumber daya itu nihil, maka kebijakan publik sangat sulit untuk diterapkan.
Dalam pengimplementasian program Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah Kab. Padang Lawas. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan beberapa informan terkait dukungan beberapa dinas ataupun SKPD-SKPD terhadap program Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah Kab. Padang Lawas.
Misalnya wawancara dengan informanBapak Saifullah, selaku Kassubag
Perencanaan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Padang Lawas:
“Secara Sumber Daya mungkin beberapa dinas mengakui kurangnya yang berkompeten dibidangnya serta kurangnya tenaga Ahli yang bergerak di bidangnya masing-masing.” (Saifullah, wawancara, 11 September 2019).
Sama seperti informan sebelumnya, Hasrul Sanif Siregar, S.H, selaku Kasubag Program Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Padang Lawas juga mengatakan hal yang serupa yaitu:
“Secara umum dapat dikatakan beberapa dinas masih kurangnya sumber daya atau tidak terserapnya beberapa orang yang berkompeten di bidangnya masing-masing sebagai Tenaga Suka Rela yang akan berdampak pada program itu sendiri.” (Hasrul Sanif Siregar, wawancara, 8 November 2019).
Dari hasil wawancara dua informan diatas, dapat diketahui bahwa sumber daya manusia di Kabupaten Padang Lawas masih kurang. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian pihak pemerintah atau tidak adanya dukungan khusus untuk program ini untuk mengelola pelaksanaan program Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah Kab. Padang Lawas.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan selama penelitian, peneliti dapat melihat masing pegawai mampu menjalankan tugasnya masing-masing. Para pegawai melakukan pembagian tugas sehingga sumber daya manusia yang ada dapat mengelola pelaksanaan program Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah dan dalam mengerjakan tugas dapat lebih efisien dari segi waktu.
4.6 Komunikasi Dalam Implementasi Program Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah
Komunikasi antar pihak dinas yang terkait merupakan hal penting untuk menunjang keberhasilan dari suatu kebijakan. Komunikasi dalam hal ini merupakan bagaimana pihak-pihak yang terlibat dalam menjalankan kebijakan berkoordinasi untuk mencapai tujuan atau pencapaian target dari kebijakan tersebut. Sama hal yang yang akan dipaparkan di bawah ini, dalam implementasi Program RAP-GD nantinya sangat penting dan perlu hubungan baik antar dinas maupun SKPD-SKPD yang terkait di lingkungan Kabupataen Padang Lawas yaitu dukungan komunikasi dan koordinasi. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan komunikasi serta kerjasama antar dinas maupun SKPD-SKPD yang terkait program RAP-GD Kabupaten Padang Lawas. Komunikasi dan koordinasi disini merupakan salah satu urat nadi dari sebuah instansi agar program-programnya tersebut dapat direalisasikan dengan tujuan serta tepat sasaran.
Untuk program percepatan dalam pengimplementasian RAP-GD Kabupaten Padang Lawas, dinas yang terkait seperti Dinas Komunikasi dan Informatika hanya sebatas publikasi saja. Pernyataan yang disebutkan oleh informan Bapak Khoirul Anwar Nasution:
“Dalam dua tahun ini, Program khusus Dinas Kominfo untuk mendukung RAP-GD itu tidak ada, hanya publikasi dan dokumetasi. Terkait dengan dinas-dinas lain untuk informasi pemberitaan Program RAP-GD kalau tidak dipermintakan tidak bisa dimasukkan dalam berita informasi.
Kominfo hanya sebatas publikasi oleh Team yang lain melalui website dinas terkait” (Khoirul Anwar Nasution, wawancara, 12 November 2019).
Gambar 4.5 : Wawancara dengan informan Bapak Khoirul Anwar Nasution Dinas Komunikasi dan Informatika Kab. Padang Lawas
Sumber : Dokumentasi Penelitian di Dinas Kominfo Kab. Padang Lawas, 2019
Kurang koperatifnya atau berperan aktif atau tidak terjalinnya koordinasi/
komunikasi diberbagai sektoryang akan menjadi kendala dalam pengimplementasian RAP-GD Kabupaten Padang Lawas. Misalnya pada Dinas Pertanian Kabupaten Padang Lawas, pernyataan yang disebutkan informan Bapak Rio Andhoko:
“Kurang koperatif salah satu Kepala Tim Teknis termasuk Kepala BAPEDDA Kabupaten Padang Lawas sebagai penyelenggara untuk evaluasi Program RAP-GD ini yangg hanya berjalan sesuai dengan Rencana Kerja (RENJA) saja” (Rio Andhoko, Wawancara, 4 November 2019).
Disini untuk pengimplementasian Program RAP-GD Kabupaten Padang Lawas untuk panduan RAP-GD hanya ada di Dinas Ketahana Pangan Kabupaten Padang Lawas, dan Di dinas-dinas terkait tidak ada sampai tidak tahu tentang
penyelenggaraan RAP-GD Kabupaten Padang Lawas yang tertuang dalam anggaran tahun 2015-2019.
Untuk penyataan informan Bapak Riswan Ali Syah Putra, Kasubag Perencanaan dan Keuangan Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Padang Lawas, melalui Program PKH untuk mendukung pencapaian penyelenggaraan RAP-GD Kabupaten Padang Lawas yang dialokasi melalui usulan maupun musyarawah seperti wawancara di bawah ini:
“Didaerah Padang Lawas ini di Kabupaten, ini baru 10 Desa dari 7 Kecamatan yang dibuat dan dialokasikan sebagai daerah stunting.
Penetapan daerah stunting ini, dari usulan ataupun musyawarah opini yang terkait ikut serta dalam stunting ini. Peran Dinas Sosial, melalui Kasubag Perencanaan dan Pelaporan seperti menaungi Kelompok Penerima Manfaat (KPM) jumlah masyarakat 8140 orang untuk Kab.
Padang Lawas yang dimasukkan dalam kegiatan stunting ini adalah 10 desa dari 7 kecamatan. Untuk penilaian dalam kegiatan stunting ini, diturunkan melalui Team seperti cek kelapangan, wajar untuk ditandaklanjutin melalui program PKH kita ambil langsung kelapangan melalui kerjasama dengan Kemensos yang berkaitan denganstunting.
(Riswan Ali Syah Putra, wawancara, 14 November 2019)”.
Namun kenyataannya dilapangan untuk pengimplementasian Program RAP-GD Kabupaten Padang Lawas ini hanya beberapa sektor yang menngetahuinya saja,dan menjadi salah satu kendala yang dihadapi persoalan Dana yang terkait dan SDM yang selama ini hanya sebagai wacana dalam pencapaaian target dalam program tersebut.
4.7 Karakteristik Instansi-instansi Pelaksana.
Karakteristik-karakteristik badan-badan atau instansi-instansi pelaksana menyangkut norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun
nyata dengan apa yang mereka miliki dengan menjalankan kebijakan yang terdiri dari ciri-ciri strukutur organisasi-organisasi dan atribut-atribut yang tidak formal dari personil mereka.
Dalam pelaksanaan program RAP-GD Kabupaten Padang Lawas, penyelenggaraan program Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah Kabupaten Padang Lawas, dalam upaya pengimpelentasian program tersebut beberapa dinas atau SKPD yang terait nyatanya di lapangan tidak mengetahui atau tidak adanya sebuah paduan RAD (Rencana Anggaran Dasar) Padang Lawas penyelenggaraan Program RAP-GD Kabupaten Padang Lawas. Yang tidak terlepas dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Padang Lawas 2009-2025. Dan termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Padang Lawas 2014-2019.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti di beberapa dinas yang terkait, pernyataan informan Bapak Ahmad Rusli, S.H, selaku Kabid Perumahan Kabupaten Padang Lawas:
“Tidak mengetahui sama sekali bahwa adanya paduan atau RAD Padang Lawas yang hanya ada di beberapa dinas saja, termasuk kami tidak mengetahui program apa saja yang akan dilakukan sebalai dinas terkait untuk penyelenggaraan RAP-GD Kabupaten Padang Lawas . (Ahmad Rusli, wawancara, 13 November 2019)”.
Gambar 4.6 : Wawancara dengan informan Bapak Ahmad Rusli, S.H Kabid Perumahan dan Permukiman Rakyat Kab. Padang Lawas
Sumber : Dokumentasi Penelitian di Dinas Perumahan dan Permukiman Rakyat.
Kab. Padang Lawas, 2019
Dengan penjelasan dari informan bahwasnya tidak efektif atau implementator kurang memahami secara signifikan program RAP-GD tersebut, tanpa adanya paduan mereka berfikir sama sekali tidak termasuk dalam penyelenggaraan tersebut. Dikarenakan Kepala BAPPEDA yang merupakan Kepala Tim Teknis tidak mampu untuk menjaalankan atau berkoordinasi dan hanya sebatas perencanaan atau wacana saja.
4.8 Kondisi Ekternal Pelaksana Program Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah
Kondisi eksternal cukup berpengaruh untuk mengetahui atau sangat terkait dengan kondisi dilapangan maupun kendala-kendala yang ada. Dimana dalam suatau organisasi atau instansi-instansi pelaksana terjalin suasana kerja yang baik akan sangat efektif dalam megimplementasian Program RAP-GD Kabupaten Padang Lawas. Begitu pula sebaliknya, dalam mengimplementasikan Pogram RAP-GD tersebut tidak terbangunnya suatu suasana yang baik maka tidak akan berjalan pula program tersebut secara maksimal.
Hal ini sesuai dengan wawancaradengan Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Lawas, pernyataan yang disebutkan informan Ibu Wiwi Andriyani, Kasi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat:
“Pengontrolan yang dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan terkait pengawasan tentang RAP-GD Kabupaten Padang Lawas itu sendiri, tidak terlepas dari anggota yang dilapangan yang selalu memantau perkembangan secara efektif dan selalu ditinjau ulang melalui data yang sudah ada. Dengan ini berjalannya sebuah program yang sedang dan akan berjalan tanpa adanya pengawasan nihil untuk dapat terealiasasi.”
(Wiwi Andriyani, Wawancara, 31 Oktober 2019).
Dijelaskan juga pengontrolan atau tindakan yang akan dilakukan dilapangan akan berdampak sangat signifikan dalam pengimplementasian program RAP-GD Kabupaten Padang Lawas, dikarenakan kurangnya SDM atau tidak mencukupi yang menjadi pendukung program tersebut untuk beberapa dinas atau SKPD-SKPD terkait dalam kondisi ekternal pelakasana dilapangan.
4.9 Kondisi Sosial, Ekonomi, dalam Pengimplementasian Program Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah
Pelaksanaan Program Rencana Aksi Daerah di Kabupaten Padang Lawas dilakukan di berbagai sektor (multisektor). Sangat pentingnya keterlibatan keseluruhan SKPD di lingkungan pemerintah Kabupaten Padang Lawas yang dibutuhkan dalam pencapaian Program Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah di Kabupaten Padang Lawas. Hal ini memberikan dampak yang baik bagi pemerintah Kabupaten Padang Lawas yang berkaitan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Padang Lawas tahun 2015-2019.
Implementasi Program Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah dilakukan melalui pendekatan multisektor seperti di bidang kesehatan yaitu, apabila intervensi spesifik gizi, melalui upaya sektor kesehatan, ditingkatkancakupannya menjadi 90 persen dari populasi, tingkat stunting hanya akan turun sebesar 30persen. Penurunan ini masih lebih rendah dari target yang ditetapkan WHO melaluiComprehensive Implementation Plan (CIP) untuk tahun 2025.
Gambar 4.7 : Kerangka Pedekatan Multisektor
Gambar di atas mengilustrasikan keterkaitan program spesifik dan sensitif gizi sertaperan masing-masing sektor terkait. Pada prinsipnya peran setiap sektor dikaitkan denganupaya untuk mengatasi penyebab langsung masalah gizi, yaitu konsumsi makanan yang cukup, pencegahan dan penanganan infeksi serta pelayanan kesehatan. Salah satu aksesterhadap layanan kesehatan dapat diintervensi melalui beberapa program seperti jaminankesehatan sosial, sanitasi dan lingkungan yang dapat menurunkan kejadian infeksi, aksesterhadap air bersih, dan akses terhadap pelayanan kesehatan, ketersediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang baik. Upaya perbaikan gizi melalui intervensi spesifik yang secaralangsung banyak diperankan oleh sektor kesehatan akan efektif apabila sasaran yangrawan dan cakupannya ditingkatkan. Untuk meningkatkan cakupan intervensi gizidiperlukan adanya dukungan dari sektor lainnya yang dalam hal ini disebut sebagaiintervensi sensitif yaitu akses terhadap pangan, pola asuh serta akses terhadap air bersih,sanitasi lingkungan yang baik dan diperankan
Gambar di atas mengilustrasikan keterkaitan program spesifik dan sensitif gizi sertaperan masing-masing sektor terkait. Pada prinsipnya peran setiap sektor dikaitkan denganupaya untuk mengatasi penyebab langsung masalah gizi, yaitu konsumsi makanan yang cukup, pencegahan dan penanganan infeksi serta pelayanan kesehatan. Salah satu aksesterhadap layanan kesehatan dapat diintervensi melalui beberapa program seperti jaminankesehatan sosial, sanitasi dan lingkungan yang dapat menurunkan kejadian infeksi, aksesterhadap air bersih, dan akses terhadap pelayanan kesehatan, ketersediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang baik. Upaya perbaikan gizi melalui intervensi spesifik yang secaralangsung banyak diperankan oleh sektor kesehatan akan efektif apabila sasaran yangrawan dan cakupannya ditingkatkan. Untuk meningkatkan cakupan intervensi gizidiperlukan adanya dukungan dari sektor lainnya yang dalam hal ini disebut sebagaiintervensi sensitif yaitu akses terhadap pangan, pola asuh serta akses terhadap air bersih,sanitasi lingkungan yang baik dan diperankan