• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODIFIKASI IKLIM MIKRO DENGAN MULSA A Pendahuluan

Dalam dokumen Laporan Praktikum Agroklim di indonesia (Halaman 40-43)

DAFTAR PUSTAKA

C. Hasil Pengamatan

III. MODIFIKASI IKLIM MIKRO DENGAN MULSA A Pendahuluan

1. Latar Belakang

Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu berkorelasi positif dengan radiasi matahari. Suhu tanah maupun udara di sekitar tajuk tanaman. Tinggi rendahnya suhu di sekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahri, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, kandungan lengas tanah.

Suhu mempengaruhi beberapa proses fisiologis penting: bukaan stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi peningkatan suhu sampai titik optimum akan diikuti oleh peningkatan proses di atas. Setelah melewati titik optimum, proses tersebut mulai dihambat baik secara fisik maupun kimia, menurunnya aktivitas enzim (enzim terdegradasi).

Pengukuran suhu tanah di stasiun klimatologi pertanian dilakukan pada berbagai kedalaman, yaitu 0 cm, 2 cm, 5 cm, 10 cm , 20 cm, 50 cm dan 100 cm dari permukaan tanah. Pengukuran dilakukan pada tanah yang tidak terdapat vegetasi yang tumbuh . Seperti diketahui bahwa suhu tanah berpengaruh terhadap penyerapan air. Semakin rendah suhu, semakin sedikit air yang diserap oleh akar, karena itu penurunan suhu tanah mendadak dapat menyebabkan kelayuan tanaman.

Peningkatan suhu di sekitar iklim mikro tanaman akan menyebabkan cepat hilangnya kandungan lengas tanah. Peranan suhu kaitannya dengan kehilangan lengas tanah melewati mekanisme transpirasi dan evaporasi. Peningkatan suhu terutama suhu tanah dan iklim mikro di sekitar tajuk tanman akan mempercepat kehilangan lengas tanah terutama pada musim kemarau.

Ketika musim kemarau, peningkatan suhu iklim mikro tanaman berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama pada daerah yang lengas tanahnya terbatas. Pengaruh negatif suhu pada lengas tanah dapat diatasi melalui perlakuan pemulsaan (mengurangi evaporasi dan transpirasi).

Sehingga pada praktikum kali ini, kita akan mencoba menggunakan mulsa dengan beberapa perlakuan. Sebagai langkah untuk memodifikasi iklim mikro dengan menggunakan mulsa. Praktikum kali yang akan diperhatikan adalah keadaan suhu tanah yang di tutupi mulsa.

Modifikasi iklim mikro adalah upaya untuk menciptakan lingkungan yang optimal atau tidak lebih baik untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam kegiatan pertanian. Pendekatan lain untuk memodifikasi iklim mikro yang dilakukan manusia diantaranya adalah dengan merubah kelembaban udara, dan temperatur. Oleh sebab itu perlu dilakukannya pengukuran unsur iklim mikro agar dapat mengetahui kondisi iklim mikro terbaik bagi tiap jenis tanaman.

2. Tujuan Praktikum

Praktikum Agroklimatologi acara pengaru suhu tanah ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui variasi suhu tanah dan kelembapan tanah pada beberapa perlakuan pemberian mulsa pada tanah.

4 1

3. Waktu dan Tempat Praktikum

Pada praktikum Agroklimatologi Acara 3 ini dilaksanakan pada tanggal 02 November 2013. Bertempat di halaman lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

B. Tinjauan Pustaka

Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang merupakankombinasi emisi panjang gelombang dan aliran panas dalam tanah. Suhutanah juga disebut intensitas panas dalam tanah dengan satuan derajadCelcius, derajad Fahrenheit, derajad Kelvin, dan lain-lain. Semua panas tanahberasal dari dua sumber yaitu radiasi matahari juga awan dan konduksi daribumi. Faktor eksternal (lingkungan) dan internal (tanah) menyumbang perubahan-perubahan suhu tanah (Cahya 2009).

Untuk mengatur suhu tanah bukanlah kemampuan manusia secara pribadi, tapi suhu tanah tersebut dapat di kontrol dengan dua cara yaitu dengan menutupi mulsa organik pada tanah, dan pengaturan tanaman residu yang keduanya dapat mempengaruhi implikasi biologi, juga bisa dengan mulsa plastik yang biasanya diberikan untuk perkebunan dan terakhir dapat dengan cara mengatur penguapan tanah (Brady and Weil 2000).

Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya, yaitu mulsa organik dan anorganik. Mulsa organik berasal dari bahan- bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa organik diberikan setelah tanaman /bibit ditanam. Keuntungan mulsa organik adalah dan lebih ekonomis (murah), mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik dalam tanah. Contoh mulsa organik adalah alang- alang atau jerami, ataupun cacahan batang dan daun dari tanaman jenis rumput-rumputan lainnya. Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis yang sukar/tidak dapat terurai. Contoh mulsa anorganik adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak atau karung. Mulsa anorganik dipasang sebelum tanaman/bibit ditanam, lalu dilubangi sesuai dengan jarak tanam. Mulsa anorganik ini harganya mahal, terutama mulsa plastik hitam perak yang banyak digunakan dalam budidaya cabai atau melon (Wikipedia 2013).

Mulsa dapat didefinisikan sebagai setiap bahan yang dihamparkan untuk menutup sebagian atau seluruh permukaan tanah dan mempengaruhi lingkungan mikro tanah yang ditutupi tersebut. Bahan-bahan dari mulsa dapat berupa sisa-sisa tanaman atau bagian tanaman yang lalu dikelompokkan sebagai mulsa organik, dan bahan-bahan sintetis berupa

plastik yang lalu dikelompokkan sebagai mulsa non-organik. Penggunaan mulsa plastik sudah menjadi standar umum dalam produksi tanaman sayuran yang bernilai ekonomis tinggi, baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bahan utama penyusun mulsa plastik adalah low-density polyethylene yang dihasilkan melalui proses polimerisasi etilen dengan menggunakan tekanan yang sangat tinggi. Pengaruh mulsa plastik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sayuran terutama ditentukan melalui pengaruhnya terhadap keseimbangan cahaya yang menerpa permukaan plastik yang digunakan. Secara umum seluruh cahaya matahari yang menerpa permukaan plastik, maka sebagian cahaya tersebut akan dipantulan kembali ke udara, dalam jumlah yang kecil diserap oleh mulsa plastik, dan diteruskan mencapai pemukaan tanah yang ditutupi mulsa plastik. Kemampuan optis mulsa plastik dalam memantulkan, menyerap dan melewatkan cahaya tersebut ditentukan oleh warna dan ketebalan mulsa plastik tersebut. Cahaya yang dipantulkan permukaan mulsa plastik ke amosfir akan mempengaruhi bagian atas tanaman, sedangkan cahaya yang diteruskan ke bawah permukaan mulsa plastik akan mempengaruhi kondisi fisik, biologis dan kimiawi rizosfir yang ditutupi. Cahaya matahari yang diteruskan melewati permukaan mulsa terjebak di permukaan tanah yang ditutupinya dan membentuk ‘efek rumah kaca’ dalam skala yang kecil (Fahrurozi 2009).

C. Alat dan Cara Kerja

Dalam dokumen Laporan Praktikum Agroklim di indonesia (Halaman 40-43)