2. Subjek Pajak badan dalam negri. 3. Penyelenggara kegiatan.
4. Bentuk usaha tetap.
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
6. Orang pribadi sebagai WP dalam negeri yang telah mendapat penunjukkan dari Dirjen Pajak untuk memotong pajak PPh-23 sesuai Keputusan DJP no. KEP-50/PJ/1994, maka WP orang pribadi dalam negeri yang sebagai pemotong PPh-23 meliputi :
a. Akuntan, arsitek, dokter, notaries, Pajak Pembuat Akta Tanah (PPAT), kecuali PPAT tersebut adalah Camat, pengacara dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas.
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan.
B. SUBJEK PEMUNGUTAN PAJAK
Yang dikenakan pemungutan atau pemotongan adalah WP dalam negeri atau bentuk usaha tetap yang memperoleh penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa atau penyelenggara kegiatan selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dalam Pasal-23.
C. OBJEK PEMUNGUTAN PAJAK
Objek dari pemungutan PPh Pasal 23 adalah : 1. Dividen
2. Bunga, termasuk premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian hutang.
3. Royalti
4. Hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong pajak sebagai mana dimaksud dalam pasal 21
6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa kontruksi, jasa konsultan dan jasa lain selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
7. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
D. PENGECUALIAN PPh PASAL 23
Yang tidak dikenakan pemungutan PPh Pasal 23 antara lain : 1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank
2. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan denggan sewa guna usaha dengan hak opsi
3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai WP dalam negeri, koperasi, yayasan atau organisasi sejenis, BUMN atau BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan & bertempat kedudukan di Indonesia
4. Bunga obligasi yang diterima perusahaan reksadana
5. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal adventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :
a. Merupakan perusahaan kecil, menengah atau menjalankan kegiatan dalam sektor usaha yang ditetapkan Menkeu RI
b. Sahamnya tidak terdaftar di bursa efek di Indonesia 6. Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggotanya
7.Bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan oleh Menkeu yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya berdasarkan Keputusan Menkeu No. 605/KMK 04/1994, batas seluruh bunga simpanan yang tidak dipotong PPh-23 adalah
dan Kep. Menkeu No. 520/KMK.04/1998, Tgl 18 Desember 1998 adalah tidak melebihi Rp. 240.000,- setiap bul
E. DASAR PEMOTONGAN PPh PASAL 23 Ada 2 dasar pemotongan, yaitu :
1. Dari jumlah bruto, untuk penghasilan berupa :
a. Dividen
b. Bunga, termasuk premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian hutang
c. Royalti
d. Hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud dengan PPh-21
2. Dari perkiraan penghasilan neto, untuk penghasilan berupa :
a. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
b. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan dan jasa lain selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud dalam PPh-21.
F. TARIF PEMOTONGAN PPh PASAL 23
1. 15 % dari jumlah bruto atas penghasilan berupa :
a. Dividen
b. Bunga, termasuk premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian hutang
c. Royalti
d. Hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud dengan PPh-21.
a. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
b. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan dan jasa lain selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud dalam PPh-21.
G. PERHITUNGAN PERKIRAAN PENGHASILAN NETO
1. Sewa penggunaan harta bagi WP orang pribadi. Perkiraan penghasilan neto sebesar 80 % dari jumlah bruto.
2. Sewa penggunaan harta bagi WP Badan dan BUT. Perkiraan penghasilan neto sebesar 40 % dari jumlah bruto.
3.Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen dan jasa konsultan. Perkiraan penghasilan neto sebesar 40 % dari jumlah bruto.
4.Imbalan sehubungan dengan jasa perancang bangunan, interior dan pertamanan, akuntansi dan pembukuan, pembersihan dan pembasmian hama & penebangan hutan. Perkiraan penghasilan neto sebesar 40 % dari jumlah bruto.
5. Imbalan sehubungan dengan jasa konstruksi atau pemborong bangunan Perkiraan penghasilan neto sebesar 10 % dari jumlah bruto.
Contoh Pembayaran Deviden :
Pada suatu kesempatan, Dodon membayarkan Rp. 2.000.000,- untuk mobil perusahaan. Harga yang dibayarkan tersebut sesuai dengan nilai sisanya, sedangkan harga pasar dari mobil tersebut Rp. 10.000.000,-.
Dodon merupakan pemegang saham pada perusahaan tersebut. Dari kasus ini besarnya deviden terselubung adalah Rp. 8.000.000,
(PPh-PPh-23 = 15% x Rp. 8.000.000,- = Rp.
1.200.000,-H. PEMOTONGAN PPh PASAL 23 ATAS BUNGA DITETAPKAN SEBAGAI BERIKUT :
- Dipotong PPh sebesar 15 % dari jumlah bruto (final), atas bunga dan diskonto yang terutang atau dibayarkan kepada penerima penghasilan baik orang pribadi maupun badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap.
- Dipotong PPh sebesar 20 % dari jumlah bruto (final), atas sesuai tarif yang ditetapkan dalam perjanjian penghindaran pajak berganda (tax treaty), atas bunga dan diskonto yang terutang atau dibayarkan kepada WP luar negeri, baik orang pribadi maupun badan selain bentuk usaha tetap.
Referensi : Kep. Dirjen Pajak No.KEP-50/PJ./1994; KEP-Menkeu No.650/KMK.04/1994; UU.No.10 tahun 1994; Kep. Dirjen Pajak No.KEP-10/PJ./95
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAKARTA
POKOK BAHASAN
KEBIJAKAN DAN TEKNIS PEMOTONGAN PPh PASAL 24
ADIYAS, SE, MM.
A. PENDAHULUAN
Untuk mendapatkan penghasilan baik dari maupun luar negeri, negara mengantisipasi bagaimana cara pemungutan pajak yang berkenan dengan pengadilan yang diterima dari dalam maupun dari luar negeri oleh WP dalam negeri. Dalam UU no. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, yang telah diubah terakhir kalinya dengan UU No.10 tahun 1993, ditentukan bahwa WP dalam negeri dikenakan Pajak Penghasilan atas seluruh penghasilan dimanapun penghasilan tersebut diterima atau diperoleh, baik di Indonesia maupun penghasilan tersebut diterima di luar Indonesia.
Dalam pelaksanaan pemungutannya harus dihindari masalah terjadinya pemungutan pajak berganda. Karena seperti diketahui bahwa setiap negara diluar Indonesia juga memiliki sistem pemungutan pajaknya