Perpajakan (3 SKS)
A. PENDAHULUAN
Objek Bea Materi dan tata cara pelunasannya yang sesuai dengan ketentuan UU No. 13 tahun 1995 tentang Bea Meterai dan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1995 tentang Tarif Bea Meterai dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 tahun 2000, tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan besarnya Pengenaan harga nominal yang dikenakan Bea Materi yang mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 2000.
Bea Meterai adalah salah satu pajak yang dipungut dan dikelola oleh negar. Pengertian Bea Materi itu sendiri sebenarnya adalah biaya pengesahan/penguatan secara umum atas suatu dokumen berharga dan pentingoleh negara. Bea Meterai dapat diartikan juga suatu pungutan atas dokumen-dokumen berharga.
B. DOKUMEN-DOKUMEN YANG DIKENAKAN BEA MATERAI
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 17 tentang Bea Meterai, dokumen-dokumen berharga yang dikenakan Bea Meterai adalah dokumen-dokumen sebagai berikut :
1. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
2. Akta-akta notaris termasuk salinannya
3. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangkapan-rangkapannya.
4. Surat yang memuat jumlah uang lebih dari 1.000.000,-- Yang menyebutkan penerimaan uang
- Menyatakan pembukuan uang atau penyimpan uang dalam rekening bank (R/K)
- Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
- Berisi pengakuan utang seluruhnya atau sebagian telah dilunasi.
5. Surat berharga, seperti : Wesel, Promes dan aksep yang berharga nominal lebih dari Rp. 1.000.000
6. Efek dengan nama dan alamat bentuk apapun, sepanjang harga nominalnya lebih dari Rp. 1.000.000
7. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian dimuka pengadilan :
- Surat-surat biasa dan surat ke rumah tanggaan,
- Surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuannya, tapi kemudian digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain dengan maksud yang lain.
C. DOKUMEN-DOKUMEN YANG TIDAK DIKENAKAN BEA MATERAI Sedangkan dokumen-dokumen yang tergolong tidak dikenakan bea materai adalah :
1. Surat penyimpanan barang, konosemen, surat angkutan penumpang dan barang, keterangan pemindahan yang dituliskan diatas dokumen, bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang, surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggunganpengirim dan surat-surat swejenis lainnya.
2. Segala bentuk Ijazah
3. Berbagai bentuk tanda terima yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran seperti : Gaji, Uang tunggu, Tunjangan dan pensiun.
4. Tanda bukti penerimaan uag negara dan kas negara dan kas negara, kas pemerintah daerah dan bank
5. Kwitansi untuk semua jenis pajak dari kas negara, kas pemerintah daerah dan bank
6. Tanda bukti penerimaan uang untuk keperluan intern organisasi 7. Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung bank, koperasi dan badan-badan lainnya
8. Surat gadai yang diberikan oleh perusahaan jawatan pengadaian 9. Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Pemungutan Bea Meterai yang berlaku sekarang adalah hasil penyederhanaan dari peraturan Bea Meterai 1921 (ABM 1921) dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang, karena terlalu rumit.
Perbandingan antara ABM 1921 dengan UU No. 13 tahun 1985 tentang Bea Meterai adalah sebagai berikut :
- Pada ABM 1921, jenis-jenis pemeteraian terdiri dari Bea Meterai Umum, Bea Meterai Luas Kertas, Bea Meterai Luar Biasa, Bea Meterai Tetap dan Bea Meterai Sebanding dengan penetapan tarif atas Bea Meterai sebanyak 167 macam.
- Pada UU No. 13 tahun 1985 tentang Be Meterai, jenis Bea Meterai hanya ada satu, yankni, Bea Meterai Tetap dengan 2 macam tarif.
- Pada UU No. 24 tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan besarnya batas Pengenaan harga Nominal yang dikenakan Bea Meterai dengan 2 macam tarif.
D. DASAR HUKUM PELAKSANAAN PEMUNGUTAN BEA MATERAI Yang menjadi dasar hukum pemungutan Bea Meterai adalah : 1. Undang-Undang No. 13 tahun 1985 tentang Bea Meterai
2. Paraturan Pemerintah No. 7 tahun 1995 tentang perubahan tarif Bea Meterai
3. Keputusn Menkeu RI No. 182/KMK.04/1995 tentang pelaksanaan peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1995 tentang Perubahan tarif Bea Meterai
4. Peraturan Pemerintah RI No. 24 tahun 2000 tentang perubahan tarif Bea Meterai dan besarnya batas pengenaan harga nominal yang dikenakan Bea Meterai
E. TARIF BEA MATERAI
1. Tarif untuk seluruh dokumen berharga yang terutang Bea Meterai dikenakan sebesar Rp.2000,-, sekarang Rp.6.000,- diatas Rp.1.000.000,-.
2. Tarif untuk dokumen yang nilai nominalnya lebih dari Rp. 250.000,-tetapi tidak lebih dari Rp. 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp. 1000 (Rp. 3.000) dan untuk dokumen yang nilai nominalnya dibawah Rp.250.000,- tidak terutang Bea Meterai.
3. Bea Meterai atas cek dan bilyet giro ditetapkan tarif sebesar Rp.1.000,- tanpa batas
4. Nominal dari cek dan bilyet giro tersebut (sekarang Rp.3.000,-). Selanjutnya lihat keterangan dalam lampiran Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2000, yang berlaku pada tanggal 1 Mei 2000.
F. SAAT TERUTANG, TATA CARA PENGGUNAAN SERTA PELUNASANNYA
Saat terutangnya bea meterai adalah pada saat dokumen itu diserahkan dari satu pihak,saat terutangnya adalah pada saat dokumen itu selesai dibuat, untuk diluar negeri adalah pada saat digunakan di Indonesia, pihak yang terutang adalah pihak yang mendapat manfaat dari dokumen,kecuali pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain.
Tata cara penggunaan dan pelunasannya bisa dilakukan dengan menggunakan benda meterai (kertas meterai dan meterai tempel) atau
dengan cara lain seperti dengan cap lunas pada dokumen yang bersangkutan,bisa juga denganmenggunakan mesin teraan meterai atau alat lain. Cara menempelkan meterai tempel dan penggunaan kertas Meterai dilakukan sebagai berikut :
1. Meterai tempel harus direkatkan seluruhnya pada tempat dimana tanda tangan akan dibubuhkan dengan utuh/tidak rusak diatas dokumen;
2. Ditanda tangani dengan tinta atau bahan sejenis, tanda tangan harus mengenai baik Meterai tempel maupun kertas yang bersangkutan; 3. Tanggal, bulan dan tahun harus diisi pada Meterai tempel pada
saat/setelah ditanda tangani;
4. Jika digunakan lebih dari satu Meterai tempel, tanda tangan itu harus, sebagian pada kertas dan sebagian lagi pada semua Meterai tempel yang digunakan;
5. Jika syarat diatas tidak dipenuhi untuk keperluan pelunasan dengan menggunakan Meterai tempel, sanksinya adalah dokumen itu dianggap tidak berMeterai, dan itu berarti harus dilakukan pemeteraian ulang ditambah denda 200%;
6. Kertas Meterai hanya boleh digunkan sekali. Jika satu lembar kertas Meterai tidak cukup untuk memuat seluruh isi dokumen, boleh ditambah dengan kertas lain tanpa penerimaan Meterai lagi.
G. SYARAT PELUNASAN
Ada dua macam syarat pelunasan bea materai yang dapat dilakukan, yaitu :
1. Syarat Pelunasan Dengan Cap Lunas :
- Harus mendapat izin dari Dirjen Pajak cq. Direktur PPN/PTLL; - Tempat pencentakannya secara lisan, belum ada surat edaran
khusus yang mengatur tentang hal ini ditetapkam di PERURI; - Bea Materai terutang dibayar terlebih dahulu dengan nominal
4. Syarat Pelunasan Dengan Mesin Teraan :
- Harus mendapat izin dari Dirjen pajak baik oleh direktur PPN/PTLL maupun kantor Pelayanan Pajak (KPP) masing-masing.
- Penggunaan dokumen minimal 50 lembar perhari.
- Harus melakukan pembayaran terlebih dahulu sebesar minimal Rp. 5 juta.
- Mesin teraan harus dibeli sendiri, setelah Bea Meterai dibayar, disegel oleh fiscus sampai jumlah depositnya.
- Bila telah habis sampai jumlah Bea Meterai yang disetor, perpanjangan dapat diajukan dan syarat pembayaran terlebih dahulu tetap berlaku.
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
PUSAT PENYULUHAN PERPAJAKAN PENGUMUMAN
NOMOR : PENG-02/PJ.08/2000
Dengan ditetapkannya peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2000, dengan ini diumumkan bahwa mulai 1 Mei 2000 semua dokumen yang tentang Bea Materai harus sudah dilunasi dengan tarif Rp. 3000,00 (tiga ribu rupiah) atau Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah) dengan perincian sebagai berikut ;
Dokumen yang dikenakan Bea Materai dengan tarif Rp. 6.000,00
Surat Perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata;
Akta-akta Notaris termasuk salinanya
Akta-akta yang dibuat oleh Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangkap-rangkapnya;
Surat yang memuat jumlah uang yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 1.000.000,0 (satu juta rupiah), yakni :
1). Yang menyebutkan penerimaan uang;
2). Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di Bank
3) Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di Bank ; atau
4) Yang berisi pengakuan bahwa hutang uang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi atau diperhitungkan;
Surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah);
Dokumen yang digunakan sebagai alat pembuktian di muka Pengadilan yaitu : 1). Surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan;
2). Surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea materai berdasarkan tujuannya; jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, selain dari maksud semula;
Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah);
Sekumpulan efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang tercantum dalam surat kolektif yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah).
1. Dokumen yang dikenakan Bea materai dengan tarif Rp. 3.000,00
a. Dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf dan huruf c, di atas yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah)
b. Dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf g dan huruf h diatas yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah);
c. Cek dan Bilyet Giro tanpa batas pengenaan besarnya harga nominal.
2. Dokumen yang dikenakan Bea Meterai
Dokumen sebagaimana dalam angka 1 huruf d dan huruf e diatas yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah), tidak dikenakan Bea Meterai.
Selain Benda Meterai baru desain tahun 2000 yang akan segera dicetak dan diedarkan. Benda Meterai cetak tindih tahun 2000 masih dapat digunakan untuk melunasi Bea Meterai yang terutang sesuai dengan tarif yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2000. D Demikian untuk diindahkan.
Referensi : UU.No.13 tahun 1985
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAl ”VETERAN” JAKARTA
POKOK BAHASAN
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN