• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI RSUP Dr MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2015 Ardiya Garini*, Witi Karwiti*, Delvi Permatasari**

*Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Palembang **Mahasiswa Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Palembang

ABSTRAK

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Pemeriksaan laboratorium yang dapat menunjang diagnosis DBD yaitu pemeriksaan nilai hematokrit (Ht) dan jumlah trombosit .Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hematologis (nilai hematokrit dan jumlah trombosit) pada penderita DBD di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 52 sampel (darah EDTA) dari pasien DBD yang diambil dengan accidental sampling. Pemeriksaan darah dilakukan dengan metode Blood Cell Counter Analyzer menggunakan alat Sysmex XT 4000i. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita DBD berusia 15 tahun adalah sebanyak 7,7% hemokonsentrasi; 66,7% hematokrit normal; 25,6% hemodilusi; dan semuanya (100%) trombositopenia. Sedangkan pasien dengan usia >15 tahun ditemukan 15,3% hemokonsentrasi; 46,2% hematokrit normal; dan 38,5% hemodilusi. Responden laki-laki 11,1% hemokonsentrasi; 48,2% hematokrit normal; 40,7% hemodilusi; dan semuanya (100%) trombositopenia. Sedangkan responden perempuan 8% hemokonsentrasi; 76% hematokrit normal; 16% hemodilusi; 84% trombositopenia; dan 16% trombosit normal. Responden dengan demam <3 hari sebanyak 50% hematokrit normal; 50% hemodilusi; dan semuanya memiliki trombosit normal. Sedangkan responden dengan demam >3 hari sebanyak 10,4% hemokonsentrasi; 62,5% hematokrit normal; 27,1% hemodilusi; dan semuanya trombositopenia. Bagi peneliti lanjutan untuk meneliti gambaran hematologis pada penderita DBD menggunakan sampel penderita DBD dengan syok.

Kata Kunci : nilai hematokrit, jumlah trombosit, penderita DBD

Pendahuluan

Demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamukAedes aegypti dan Aedes albopictus. Negara endemik dengue meliputi hampir semua daerah tropis dan sub

(1)

tropis di seluruh dunia.

Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita disebabkan karena curah hujan yang sangat tinggi terutama di Asia Timur dan Selatan. Tahun 1954, Kejadian Luar Biasa (KLB) pertama penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ditemukan di Manila. Di Indonesia, pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 1968 terdapat 58 kasus dengan 24 anak meninggal. Pada tahun 2012 jumlah penderita DBD di Sumatera Selatan mencapai

(2,3)

3.243 kasus dengan 24 kasus meninggal.

Di kota Palembang hingga bulan Oktober tercatat 443 kasus DBD. Angka ini meningkat dibanding tahun 2013, jika dibanding jumlahnya sampai Desember tercatat 434

(4)

kasus.

Diagnosis DBD didasarkan pada pedoman diagnosis menurut WHO 1997 yang terdiri dari diagnosa klinis dan laboratorium. Yang termasuk kriteria klinis yaitu demam tinggi yang berlangsung 2-7 hari disertai gejala pendarahan termasuk uji Rumple Leed positif, petekia, epiktasis, hematemesis, hepatomegali, syok yang ditandai nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi <20 mmHg, atau hipotensi disertai gelisah dan ujung jemari dingin. Sedangkan uji laboratorium, yaitu pemeriksaan nilai hematokrit (Ht) dan jumlah trombosit.

adalah peningkatan hematokrit (meningkat 20% dari Ht awal) disertai penurunan trombosit kurang dari 100.000/µL. Perubahan ini sering

(1,5,6)

terjadi pada hari ke-3 demam.

Hematokrit yang tinggi menjadi penanda adanya kebocoran plasma (plasma leakage) yang bisa berakibat fatal. Peningkatan nilai hematokrit selalu dijumpai pada kasus DBD merupakan manifestasi hemokonsentrasi yang terjadi akibat kebocoran plasma ke ruang ekstravaskuler disertai efusi cairan serosa, melalui kapiler yang rusak. Akibat kebocoran ini volume plasma menjadi berkurang yang dapat mengakibatkan terjadinya syok

(7,8)

hipovolemik dan kegagalan sirkulasi.

H e m o k o n s e n t r a s i m e n c e r m i n k a n peningkatan permeabilitas kapiler dan perembesan plasma. Hemokonsentrasi pada penyakit DBD tidak hanya disebabkan oleh perembesan plasma namun dapat juga disebabkan oleh demam dan juga kurangnya asupan cairan. Penelitian di Bangladesh (2006) menyatakan bahwa hematokrit yang tinggi merupakan salah satu prediktor utama

(6,7)

terjadinya syok.

Peningkatan hematokrit sangat banyak ditemukan pada kasus syok sehingga pemeriksaan nilai hematokrit perlu dilakukan dalam pemantauan kasus penyakit DBD.

Penelitian Taufik dkk (2007) menyatakan bahwa hanya 16% pasien DBD yang

(8,9)

mengalami hemokonsentrasi.

Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme supresi sumsung tulang, destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Penelitian Pusparini (2006) menyatakan sebanyak 70% pasien DBD mengalami trombositopenia. Dalam beberapa kasus DBD didapatkan jumlah trombosit yang tetap normal hingga hari ke-5 demam atau mengalami trombositopenia sejak hari ke-2

(10,11,12)

demam. Tujuan

Diketahuinya gambaran hematologis (nilai hematokrit dan jumlah trombosit) pada penderita Demam Berdarah Dengue.

Bahan dan Cara

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan teknik sampling secara accidental sebanyak 52 sampel. Pemeriksaan darah dilakukan dengan metode Blood Cell Counter Analyzer menggunakan alat Sysmex XT 4000i. Populasi penelitian adalah pasien Demam Berdarah Dengue di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015. Waktu penelitian dari bulan Februari-Juni

(13,14,15, 16)

2015.

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Nilai Hematokrit Penderita DBD

di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015 Berdasarkan Usia

Usia

Nilai Hematokrit

Jumlah Hemokonsentrasi Normal Hemodilusi

n % N % n % N %

<15 tahun 3 7,7 26 66,7 10 25,6 39 100

>15 tahun 2 15,3 6 46,2 5 38,5 13 100

Jumlah 5 9,6 32 61,5 15 28,9 52 100

Hasil Penelitian

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Nilai Hematokrit Penderita DBD

di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015 Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Nilai Hematokrit

Jumlah Hemokonsentrasi Normal Hemodilusi

n % N % n % N %

Laki-Laki 3 11,1 13 48,2 11 40,7 27 100

Perempuan 2 8 19 76 4 16 25 100

Jumlah 5 9,6 32 61,5 15 28,9 52 100

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Nilai Hematokrit Penderita DBD

di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015 Berdasarkan Fase Demam

Fase Demam

Nilai Hematokrit

Jumlah Hemokonsentrasi Normal Hemodilusi

N % N % n % N %

Hari ke <3 0 0 2 50 2 50 4 100

Hari ke 3 5 10,4 30 62,5 13 27,1 48 100

Jumlah 5 9,6 32 61,5 15 28,9 52 100

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Jumlah Trombosit Penderita DBD

di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015 Berdasarkan Usia

Usia

Jumlah Trombosit

Jumlah Trombositopenia Normal Trombositosis

N % N % n % N %

tahun 39 100 0 0 0 0 39 100

>15 tahun 9 69,2 4 30,8 0 0 13 100

Jumlah 48 92,3 4 7,7 0 0 52 100

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Jumlah Trombosit Penderita DBD

di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015 Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Jumlah Trombosit

Jumlah Trombositopenia Normal Trombositosis

n % N % n % N %

Laki-Laki 27 100 0 0 0 0 27 100

Perempuan 21 84 4 16 0 0 25 100

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Jumlah Trombosit Penderita DBD

di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015 Berdasarkan Fase Demam

Fase Demam

Jumlah Trombosit

Jumlah Trombositopenia Normal Trombositosis

N % N % n % N %

Hari ke <3 0 0 4 100 0 0 4 100

Hari ke 3 48 100 0 0 0 0 48 100

Jumlah 48 92,3 4 7,7 0 0 52 100

Pembahasan

Penelitian ini menyatakan bahwa lebih dari separuh responden trombositopenia memiliki nilai hematokrit normal. Penelitian ini sejalan dengan Rasyada dkk (2013) yang menunjukkan bahwa tidak semua penderita mengalami hemokonsentrasi.(17) Hasil ini juga sejalan dengan Subawa (2007) yang menyatakan trombositopenia terjadi pada hari ketiga atau keempat demam.(18) Tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan Taufik dkk (2007) yang menyatakan bahwa biasanya peningkatan hematokrit dan trombositopenia lebih sering ditemukan pada penderita yang berusia >15

(9)

tahun.

Banyaknya nilai hematokrit normal pada penderita DBD baik berusia >15 tahun ataupun 15 tahun dikarenakan pasien belum melalui masa kritis dimana biasanya pasien akan mengalami dehidrasi dan diare. Penanganan yang cepat dalam mendiagnosa DBD sehingga penderita tidak masuk ke dalam fase syok. Parameter kebocoran plasma tidak hanya peningkatan hematokrit saja, namun juga penurunan nilai hematokrit >20% setelah mendapat cairan terapi juga menjadi indikator diagnosis. Hematokrit dipakai untuk menentukan derajat hemokonsentrasi seorang penderita. Pada kasus-kasus berat umumnya nilai hematokrit tidak meningkat, bahkan

(19,20)

menurun.

Peningkatan agregasi trombosit tidak hanya dipengaruhi oleh peningkatan hematokrit saja. Berbagai faktor antara lain kompleks virus antobodi turut mempengaruhi agregasi t r o m b o s i t y a n g m e n g a k i b a t k a n trombositopenia. Penurunan jumlah trombosit disebabkan gangguan fungsi dan pembentukan ragam himpunan (kompleks) imun sebagai reaksi antigen virus dengue. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya trombositopenia pada penderita DBD yaitu adanya pelepasan sitokin ke dalam sirkulasi selama fase awal demam akut dari infeksi

(21)

dengue.

Kesimpulan

1. Penderita DBD berusia 15 tahun adalah sebanyak 7,7% hemokonsentrasi; 66,7% hematokrit normal; 25,6% hemodilusi; dan semuanya (100%) trombositopenia. Sedangkan pasien dengan usia >15 tahun ditemukan 15,3% hemokonsentrasi; 46,2% hematokrit normal; dan 38,5% hemodilusi. 2. P e n d e r i t a D B D l a k i - l a k i 11 , 1 %

hemokonsentrasi; 48,2% hematokrit normal; 40,7% hemodilusi; dan semuanya (100%) trombositopenia. Sedangkan perempuan 8% hemokonsentrasi; 76% hematokrit normal; 16% hemodilusi; 84% trombositopenia; dan 16% trombosit normal.

3. Penderita dengan demam <3 hari sebanyak Jurnal Kesehatan Volume X No. Desember 20152;

50% hematokrit normal; 50% hemodilusi; dan semuanya memiliki jumlah trombosit normal. Sedangkan yang demam >3 hari sebanyak 10,4% hemokonsentrasi; 62,5% hematokrit normal; 27,1% hemodilusi; dan semuanya trombositopenia.

Saran

Untuk peneliti selanjutnya agar memeriksa gambaran hematologis pada penderita DBD dengan syok.

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. 2009. Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control. Geneva.

2. Soegijanto, S. 2004. Demam Berdarah Dengue. Airlangga University Press : Surabaya.

3. Kemenkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2012. http://www.depkes.go.id/ resources/download/pusdatin/profil- kesehatan-indonesia/profil-kesehatan- indonesia-2012.pdf Diakses tanggal 17 Januari 2014

4. Damayanti, P. 2014. Warga Kota Palembang Diminta Waspadai Penyakit Demam Berdarah. Sripo : Palembang. http://palembang.tribunnews.com/2014/12 /01/warga-kota-palembang-diminta- waspadai-penyakit-demam-berdarah Diakses tanggal 14 Desember 2014

5. Aryati. 2004. Diagnosis Laboratorium DBD Terkini. Medical Journal Universitas Airlangga : Surabaya.

6. Gatot, D. 2000. Perubahan Hematologi Pada Infeksi Dengue. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

7. Shah GS, Islam S, Das BK. 2006. Clinical and Laboratory Profile of Dengue Infection in Children. Kathmandu University Medical Journal.

8. World Health Organization Regional Office for South-East Asia. 2011. Clinical M a n i f e s t a t i o n s a n d D i a g n o s i s . http://www.searo.who.int/en/Section10/Se ction332/Section554.htm Diakses tanggal 11 Februari 2015

9. Taufik A, Yudhanto, Didit, Farid W. 2007. Peranan Kadar Hematokrit, Jumlah Trombosit dan Serologi IgG-IgM antiDHF dalam Memprediksi Terjadinya Syok pada Pasien DBD di Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram. Jurnal Penyakit Dalam : Mataram.

10. Pusparini. 2004. Kadar Hematokrit dan Trombosit sebagai Indikator Diagnosis Infeksi Dengue Primer dan Sekunder. Jurnal. Universitas Kedokteran Trisakti : Jakarta.

11. Sutaryo, Hagung P, Mulatsih S. 2004.Trombositopenia dan Trombositopati pada Demam Berdarah Dengue. Dalam Tatalaksana Syok pada Perdarahan pada Demam Berdarah Dengue. Edisi Pertama. Medika FK UGM : Yogyakarta.

12. Suwandono dkk. 2011. Perbandingan Nilai Diagnostik Trombosit, Leukosit, Antigen NS1, dan Antibodi IgM AntiDengue. Jurnal Indonesian Medical Association.

13. Murti, B. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

14. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.

15. National Diagnostius Distributor. 2013. XT-4000i. PT SABA INDO/MEDIKA: Jakarta.

16. Lemeshow, S et al. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

17. Rasyada A, Ellyza, Edward Z. 2013. Hubungan Nilai Hematokrit terhadap Jumlah Trombosit pada Penderita Demam Berdarah Dengue. Jurnal. Kedokteran Universitas Andalas : Padang.

18. Subawa NAA, Yasa IWPS. 2007. Pola Jumlah Trombosit Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Anak-anak yang Petanda Serologinya Positif. Skripsi. Universitas Udayana : Denpasar.

19. Mayetti. 2010. Hubungan Gambaran Klinis dan Laboratorium Sebagai Faktor Risiko Syok pada Demam Berdarah Dengue. Jurnal Sari Pediatri Vol 11.

20. Sacher, RA and McPherson RA. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC : Jakarta.

21. Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologis Kedokteran Edisi 9. EGC : Jakarta.

KERJA PUSKESMAS SUMBER WARASA KOTA