• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Rambut Jagung

(Zea mays L.) TERHADAP BAKTERI Shigella sonnei Muhammad Nizar¹, Isra Tri Hardianti²

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

4. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Rambut Jagung

Media Mueller Hinton Agar (MHA) dituangkan ke dalam cawan petri masing- masing 10 ml dan biarkan hingga memadat sebagai lapisan dasar kemudian ambil suspensi bakteri Shigella sonnei sebanyak satu ose lalu torehkan pada permukaan media Mueller Hinton Agar (MHA) secara merata dan dibiarkan mengering. Masing-masing kertas cakram dicelupkan ke dalam ekstrak rambut jagung yang telah difraksinasi dengan n- heksan, etil asetat, dan air dengan berbagai konsentrasi dan dikering anginkan. Sebagai kontrol positif digunakan cakram ciprofloxacin dan sebagai kontrol negatif digunakan cakram yang dicelupkan n-heksan, etil asetat dan air. Kemudian seluruh cakram diletakkan di atas permukaan agar sambil sedikit ditekan. Kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24-48 jam, setelah itu lakukan pengamatan dan pengukuran terhadap zona hambat bakteri Shigella sonnei dengan menggunakan jangka sorong.

Cara Pengolahan dan Analisis Data

Cara pengolahan dan analisis data pada penelitian ini yaitu dengan menyajikan data dalam bentuk tabel yang dilakukan dengan cara melakukan pengukuran diameter hambat antibakteri ekstrak rambut jagung (Zea mays L.) fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air terhadap bakteri Shigella sonnei yang dibandingkan dengan kontrol positif dan kontrol negatif.

HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini, ekstraksi rambut jagung (Zea mays L.) dilakukan dengan metode maserasi menggunakan cairan penyari etanol 96% sebanyak 8 liter untuk merendam 680

gram sampel kering Rambut Jagung (Zea mays L.). Hasil penyarian kemudian didestilasi vakum untuk mendapatkan ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh sebanyak 47,92

gram. Ekstrak kental diambil secukupnya untuk uji identifikasi senyawa aktif yang terkandung dalam rambut jagung (Zea mays L.) dan telah diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Identifikasi Senyawa Aktif yang Terkandung dalam Ekstrak Kental Rambut Jagung (Zea mays L.) fraksi n-heksan, fraksi etil setat dan fraksi air

Keterangan : (+) : Terdeteksi (-) : Tidak Terdeteksi

Dari penelitian uji aktivitas antibakteri fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air ekstrak rambut jagung (Zea mays L.) terhadap

bakteri Shigella sonnei setelah diinkubasi selama 1 x 24 jam diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksan, Fraksi Etil Asetat dan Fraksi Air Dari Ekstrak Rambut Jagung (Zea mays L.)

Terhadap Bakteri Shigella sonnei

PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan ekstrak rambut jagung (Zea mays L.) yang masih segar dan dirajang halus untuk mempermudah cairan penyari menarik zat aktif kemudian dikeringkan selanjutnya ditimbang dan dicatat. Metode penyarian yang digunakan adalah maserasi karena metode ini paling sederhana dengan peralatan yang mudah diperoleh, mudah dikerjakan dan simplisia dapat terhindar dari pemanasan yang kemungkinan akan merusak zak aktif didalamnya (Voight, 1995).

Maserasi dilakukan sebanyak satu kali, cairan penyari yang digunakan adalah etanol 96% karena bersifat netral dan dapat melarutkan banyak senyawa aktif yang terkandung dalam tumbuhan (Voight, 1995). Etanol 96% yang digunakan sebanyak 8 liter. Maserasi dilakukan dengan merendam 680 gram rambut jagung (Zea mays L.) di dalam botol maserasi yang ditambahkan cairan penyari sampai pelarut selapis diatasnya. Setelah itu didiamkan selama 5 hari dan disimpan di dalam tempat yang terlindung dari cahaya sambil sesekali dikocok. Setelah 5 hari disaring dan diendaptuangkan dan ampas diperas. Hasil penyarian dipekatkan dengan destilasi vakum dan diperoleh ekstrak kental sebanyak 47,92 gram.

Ekstrak kental rambut jagung (Zea mays L.) dilakukan fraksinasi dengan menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, dan air. Fraksinasi dilakukan sebanyak 3 kali lalu dicuci dengan NaCl jenuh kemudian dipekatkan dengan destilasi vakum. Hasil ekstrak kental yang diperoleh adalah fraksi n-heksan sebanyak 3,23 gram , fraksi etil asetat sebanyak 0,58 gram, dan fraksi air sebanyak 24,23 gram. Dari ketiga fraksi yang diperoleh dilakukan uji identifikasi senyawa aktif dan uji aktivitas antibakteri untuk menentukan zona hambat yang terbentuk.

Identifikasi senyawa aktif yang terkandung di dalam fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air dari ekstrak rambut jagung (Zea mays L.) dilakukan dengan menambahkan pereaksi- pereaksi. Pada fraksi n-heksan senyawa aktif yang terdeteksi yaitu steroid. Pada fraksi etil asetat senyawa aktif yang terdeteksi yaitu alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid. Pada fraksi air senyawa aktif yang terdeteksi yaitu alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid.

Penetapan diameter hambat antibakteri menggunakan metode difusi agar sebagai mikroba uji digunakan bakteri Shigella sonnei yang disuspensikan pada media Mueller Hinton Agar (MHA) sehingga apabila bakteri diinokulasikan dapat menyebar dengan luas ke seluruh media dan berkembang biak dengan

baik. Sebagai pencadang larutan antibakteri digunakan kertas cakram (paper disk), karena jumlah larutan antibakteri yang diserap kertas cakram dapat diatur homogen sesuai dengan kapasitas daya serap kertas cakram tersebut.

Fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air dilakukan pengenceran fraksi dan konsentrasi 50%. Dibuat pengenceran 0,09% b/v, 0,19% b/v, 0,39% b/v, 0,78% b/v, 1,56% b/v, 3,125% b/v, 6,25% b/v, 12,5% b/v, 25% b/v. Sebagai pembanding digunakan ciprofloxacin sebagai kontrol positif. Ciprofloxacin dipilih karena merupakan obat pilihan pertama pada penyakit disentri sedangkan sebagai kontrol negatif digunakan n-heksan, etil asetat, dan air sehingga dapat dilihat apakah pelarut yang digunakan memberikan efek antibakteri atau tidak.

Menurut David Stout, bahwa ketentuan

antibakteri adalah jika daerah hambatnya 20 mm atau lebih berarti mempunyai daya

hambat antibakteri sangat kuat. Jika daerah hambatnya 10-20 mm berarti mempunyai daya hambat antibakteri kuat. Jika daerah hambatnya 5-10 mm berarti mempunyai daya hambat antibakteri sedang dan jika daerah hambatnya kurang dari 5 mm berarti mempunyai daya hambat antibakteri lemah.

Dari hasil uji aktivitas antibakteri fraksi n- heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air ekstrak rambut jagung (Zea mays L.) terhadap bakteri Shigella sonnei setelah diinkubasi selama 1 x 24 jam terlihat di tabel 2. untuk fraksi n-heksan pada konsentrasi 0,09% b/v, 0,19% b/v, 0,39% b/v, 0,78% b/v, 1,56% b/v, 3,125% b/v, 6,25% b/v sampai 12,5% b/v pada P1 dan P2 tidak menunjukkan aktivitas antibakteri, tetapi pada konsentrasi 25% b/v sampai 50% b/v pada P1 dan P2 sudah menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dengan rata-rata diameter zona hambat dengan masing-masing konsentrasi adalah 6,65 mm dan 6,8 mm. Ini menunjukkan bahwa fraksi n-heksan memiliki kekuatan daya

hambat bakteri kategori sedang. Kemampuan fraksi n-heksan ekstrak rambut jagung (Zea mays L.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Shigella sonnei diduga disebabkan karena zat kimia yang terkandung di dalamnya yaitu steroid yang berfungsi sebagai antibakteri. Dari hasil pada fraksi n-heksan menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi pula kemampuan aktivitas antibakteri terlihat dari diameter zona hambat yang semakin besar.

Untuk fraksi etil asetat pada konsentrasi 0,09% b/v, 0,19% b/v, 0,39% b/v, 0,78% b/v, 1,56% b/v, 3,125% b/v, 6,25% b/v, 12,5% b/v, 25% b/v, sampai 50% b/v pada P1 dan P2 menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dengan rata-rata diameter zona hambat dengan masing-masing konsentrasi adalah 6,62 mm, 6,72 mm, 6,77 mm, 6,83 mm, 7,03 mm, 7,28 mm, 7,5 mm, 7,8 mm, 7,93, mm, dan 9,65 mm. Ini menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memiliki kekuatan day hambat bakteri kategori sedang. Kemampuan fraksi etil asetat ekstrak rambut jagung (Zea mays L.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Shigella sonnei diduga disebabkan karena zat kimia yang terkandung di dalamnya yaitu alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid yang berfungsi sebagai antibakteri. Dari hasil pada fraksi etil asetat juga menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi pula kemampuan aktivitas antibakteri terlihat dari diameter zona hambat yang semakin besar.

Untuk fraksi air pada konsentrasi 0,09% b/v, 0,19% b/v, 0,39% b/v, 0,78% b/v, 1,56% b/v pada P1 dan P2 tidak menunjukkan aktivitas antibakteri, tetapi pada konsentrasi 3,125% b/v, 6,25% b/v, 12,5% b/v, 25% b/v, sampai 50% b/v pada P1 dan P2 menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dengan rata-rata diameter zona hambat hambat masing-masing konsentrasi adalah 6,7 mm, 6,72 mm, 6,75 mm, 7,06 mm, dan 7,13 mm. Ini menunjukkan bahwa fraksi air Jurnal Kesehatan Volume X No. Desember 20152;

memiliki kekuatan daya hambat bakteri kategori sedang. Kemampuan fraksi air ekstrak rambut jagung (Zea mays L.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Shigella sonnei diduga disebabkan karena zat kimia yang terkandung di dalamnya yaitu alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid yang berfungsi sebagai antibakteri. Dari hasil pada fraksi air juga menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi pula kemampuan aktivitas antibakteri terlihat dari diameter zona hambat yang semakin besar.

Ciprofloxacin sebagai kontrol positif menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dengan diameter zona hambat sebesar 39,6 mm sedangkan n-heksan, etil asetat, dan air sebagai kontrol negatif tidak menunjukkan adanya aktivitas antibakteri. Ini membuktikan bahwa ekstrak rambut jagung (Zea mays L.) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Shigella sonnei bukan dikarenakan oleh pelarut dari kontrol negatif.

Semakin meningkat nya konsentrasi setiap fraksi terlihat daya hambat semakin tinggi, diduga kenaikan konsentrasi berkorelasi dengan daya hambat tinggi atau konsentrasi sebanding lurus dengan daya hambat sedangkan kontrol positif memiliki daya hambat yang lebih besar daripada fraksi n- heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air dikarenakan kontrol positif lebih murni.

Penentuan ada tidaknya daya hambat yang bermakna menggunakan statistik tidak bisa dilakukan karena data penelitian tidak memenuhi syarat untuk dilakukan analisa statistik.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian uji aktivitas antibakteri fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air dari ekstrak rambut jagung (Zea mays L.) dapat diambil kesimpulan:

1. Ekstrak rambut jagung (Zea mays L.) fraksi

nheksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Shigella sonnei.

2. Fraksi n-heksan dari ekstrak rambut jagung (Zea mays L.) pada konsentrasi 25 % b/v dan 50% b/v memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Shigella sonnei. Fraksi etil asetat dari ekstrak rambut jagung (Zea mays L.) pada konsentrasi 0,09% b/v, 0,19% b/v, 0,39% b/v, 0,78% b/v, 1,56% b/v, 3,125% b/v, 6,25% b/v, 12,5% b/v, 25% b/v, dan 50% b/v memiliki aktivitas antibakteri. Sedangkan fraksi air dari ekstrak rambut jagung (Zea mays L.) pada konsentrasi 3,125% b/v, 6,25% b/v, 12,5% b/v, 25% b/v, dan 50% b/v menunjukkan aktivitas antibakteri.

3. Kategori kekuatan antibakteri fraksi n- heksan dari ekstrak rambut jagung termasuk kategori sedang dengan rata-rata diameter zona hambat 6,65 mm dan 6,8 mm. Kategori kekuatan antibakteri fraksi etil asetat dari ekstrak rambut jagung termasuk kategori sedang dengan rata-rata diameter zona hambat 6,62 mm, 6,72 mm, 6,77 mm, 6,83 mm, 7,03 mm, 7,28 mm, 7,5 mm, 7,8 mm, 7,93 mm, dan 9,65 mm. Dan kategori kekuatan antibakteri fraksi air dari ekstrak rambut jagung termasuk kategori sedang dengan rata-rata diameter zona hambat 6,7 mm, 6,72 mm, 6,75 mm, 6,06 mm, dan 7,13 mm.

4. Kekuatan daya hambat Ciprofloxacin sebagai kontrol positif lebih besar daripada daya hambat fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air dari ekstrak rambut jagung yaitu sebesar 39,6 mm

SARAN

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut dan identifikasi secara spesifik untuk mengetahui jenis senyawa yang berfungsi sebagai senyawa aktif antibakteri yang

terdapat dalam rambut jagung (Zea mays L.)

2. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai potensi rambut jagung (Zea mays L.) sebagai tanaman berkhasiat obat lainnya 3. Dilakukan penelitian dengan menggunakan

metode ekstraksi atau menggunakan bakteri yang berbeda

DAFTAR PUSTAKA

Adam, S.1992. Dasar-Dasar Mikrobiologi Parasitologi Untuk Perawat.Penerbit

B u k u K e d o k t e r a n E G C , J a k a r t a , Indonesia, hal. 17-19.

A n o n i m . 2 0 0 9 , D i s e n t r i . (http://id.wikipedia.org/wiki/disentri). Diakses tanggal 14 februari 2015

Ardiansyah, 2005. Daun Beluntas Sebagai Bahan Antibakteri dan Antioksidan. Berita

IPTEK.com. diakses pada 19 februari 2015

A t l a s , R . M . ( 2 0 0 4 ) . H a n d b o o k o f Microbiological Media. London: CRC

Press. Halaman 1226. ISBN 0849318181 Atmawijaya, S. 1984. Teknik Penetapan

Potensi Antibiotik. Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta, Halaman 1-6

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV

Departemen Kesehatan RI

Dwi Djoseputra, D. 1987. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta. Foye,

william. 1995. Prinsip-prinsip kimia medicinal. Universitas gajah mada press. Yogyakarta

Ebrahimzadeh MA, Pourmorad F, Hafezi S.

Antioxidant activities of Iranian corn silk.

Turk J Biol 2008; 32: 43-9

Harborne, J. B. 1987 Metode Fitokimia Tumbuh-tumbuhan, (Penerjemah Kosasih

Padmawinata dan Iwang Soediro). 1987. Terbitan kedua. Penerbit ITB: Bandung.

Harbourne, J. B. 1996. Metode Fitokimia Edisi 2. Penerbit ITB. Bandung, Indonesia. Irianto, Koes., 2006. Mikrobiologi: Menguak

Dunia Mikroorganisme. Jilid 22. Penerbit

Yrama Widya.Bandung.

Jawetz, et al., 2001. Mikrobiologi kedokteran. Salemba medical Surabaya Hal 362

Kasshara, S,. 1995, Medicinal Herb Index in Indonesia, edisi 2, PT Eisai Indonesia, Jakarta. Hal 329 Dalam dalam Rahmayani, Annisa. 2007. Telaah Kandungan Kimia Rambut Jagung (Zea mays L.).

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Pengobatan Alternatif dengan Tanaman Obat. UPT Balai Informasi Teknologi

LIPI. 2009; 11-12

Nathania, Devi. 2008. Shigella dysentriae (http://mikroba.files.wordpress.com / 2 0 0 8 . 0 5 / d e v i - N a t h a n i a 07881141271.pdf) diakses tanggal 15 februari 2015

Nessa, F., Ismail, Z., Mohamed, N. 2012. Antimicrobial Activities of Extracts and Flavonoid Glycosides of Corn Silk (Zea mays L). International Journal of Biotechnology for Wellness Industries. 1.

115-121

Pradhika, E. Indra. 2008. Mengembangkan P o t e n s i A n t i b a k t e r i B a b a n d o t a n (http://digilib.itb.ac.id) diakses tanggal 20 februari 2015

Pratiwi, S.T. 2008.Mikrobiologi farmasi.

Penerbit Erlangga, Jakarta, Indonesia. Purwono, dan Rudi Hartono. 2008. Bertanam

Jagung Unggul. Penebar Swadaya.

Jakarta,. Hal 10

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan D e p a r t e m e n K e s e h a t a n , 1 9 8 9 .

Bakteriologi Umum. Jakarta. Hal 30-32

Robinson, T. 1995. Kandungan Kimia Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB, Bandung,

Indonesia. Hal 71, 191

Sastrohamidjojo, hardjono, 1996, Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press. Halaman 210

Satya, Bayu. 2013. Koleksi Tumbuhan Berkhasiat. Hal 89-90

Sya’roni A., Hoesadha Y., 2006. Disentri Basiler. Buku Ajar Penyakit Dalam.

FKUI:Jakarta. Dalam Agil, 2009. Referat D i s e n t r i . ( w w w. s c r i b d . c o m / d o c / 21393467/referatdisentri) Diakses tanggal 13 februari 2015

Thiel, T, 1999, Science in the Real World: Microbes in Action Bubbly Yeast.

University of Missouri

Tjay, T. H, Rahardja, K. 2007. Obat-obat Penting : Khasiat Penggunaan dan Efek- efek Sampingnya. Gramedia. Jakarta,

Indonesia,. Hal 294

Voight, R. 1995. Buku Pendidikan Teknologi Farmasi Edisi ke 5. Gadja Mada University Press, Yogyakarta, Indonesia. Yuniarti, titin. 2008. Ensiklopedia Tanaman

Obat Tradisional. Medpress. Yogyakarta,.