• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekes Kemenkes Palembang

ABSTRAK

Saliva adalah cairan dalam rongga mulut yang dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva besar, yaituparotis, submandubularis, dansublingualis, kelenjar saliva minor dancairan gingival. Di dalam saliva terdapat efek buffer dan derajat keasaman saliva.Derajat keasaman saliva di dalam rongga mulut tentu mempengaruhi keadaan gigi dan mulut, diantaranya adalah hubungan antara derajat keasaman saliva terhadap karies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran derajat keasaman saliva, DMF-T dandef-t pada anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Deskriptif , populasi dalam penelitian ini adalah Anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang yang berjumlah 677 orang, pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling dengan jumlah sampel 433 orang. Dari hasil penelitian Persentase derajat keasaman saliva sebanyak 16 ( 3,70% ) anak tergolong memiliki kriteria pH asam, 278 ( 64,20% ) anak tergolong memiliki kriteria pH normal, 139 ( 32,10% ) anak tergolong memiliki kriteria pH basa. Rata-rata skor DMF-T yaitusebesar 1,3 yang dikategorikan dalam kriteria rendah. Sedangkan rata-rata skordef-t yaitusebesar 2,7 yang dikategorikan dalam kriteria sedang atau normal. Hal ini karena anak yang mengalami karies lebih memlilih membiarkan gigi tetap berlubang dibandingkan menambal gigi pada Dokter Gigi atau Puskesmas serta kurangnya pengetahuan tentang pentingnya cara menjaga kesehatan gigi dan mulut. Untuk itu diharapkan, bagi pihak terkait seperti tenaga puskesmas untuk melakukan upaya promotif.

Kata Kunci :DerajatKeasaman Saliva, DMF-T dan def-t PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sehat secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua menginginkan anaknya bisa tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini dapat dicapai jika tubuh mereka sehat. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan mulut, karena kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh. Dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum (Soebroto, 2009).

Didalam mulut manusia terdapat air liur (Saliva) yang merupakan campuran berbagai cairan yang terdapat dalam rongga mulut. Cairan ini berasal dari kelenjar saliva mayor dan minor. Saliva berfungsi sebagai cairan pembentuk dalm mulut. Sehingga diperlukan dalam jumlah yang sangat cukup. Kekurangan

saliva akan membuat tinggi jumlah plak dalam mulut. Tingkat keasaman saliva juga berpengaruh terhadap timbulnya lubang gigi atau karies. Semakin asam semakin mudah terjadinya karies (Pratiwi, 2007).

Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di Indonesia. Berdasarkan survey dari RISKESDAS pada tahun 2013 indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6 dengan nilai masing-masing D (1,6), M (2,9), F (0,8), dimana pada Provinsi Sumatera Selatan terdapat indeks DMF-T sebesar (5,3) dengan nilai masing-masing D (1,9), M (3,3), F(0,09). Hal ini menunjukkan suatu keadaan kerusakan gigi yang hampir tanpa penanganan (RISKESDAS, 2013).

Hasil penelitian Sutrisman tahun 2006 dimana ia telah melakukan pengukuran p e n g a l a m a n k a r i e s , p e n y a k i t y a n g berhubungan, frekuensi makan, banyaknya plak, program fluor, pH saliva, dan volume saliva. Peluang untuk menghindari terjadinya karies baru adalah 59%.Urutan faktor penyebab

karies gigi adalah faktor bakteri (18%), faktor pola makan (13%), faktor keadaan sekresi saliva yang berpengaruh (6%), dan faktor kerentanan (4%) (sutrisman, 2006).

Prevalensi karies anak SD di Palembang tahun 2005 adalah sebesar 92,43% (wahyuni, 2007). Angka ini tergolong tinggi dan yang sangat penting untuk diketahui dalam hubungan saliva dengan terjadinya karies adalah kecepatan sekresi, yang juga akan mempengaruhi pH dan kapasitas buffernya (Sundoro, 2005). Karies gigi merupakan proses patologi yang terjadi karena adanya interaksi faktor-faktor di dalam mulut antara lain struktur gigi, morfologi gigi, susunan gigi geligi, derajat keasaman (pH) saliva, kebersihan mulut serta jumlah dan frekuensi makanan kariogenik. Faktor-faktor tersebut berkaitan dan mempunyai peran yang besar.Maka dari itu peneliti berkeinginan untuk mengetahui gambaran pH saliva dan karies gigi.

Berangkat dari kondisi tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengambil judul Karya Tulis Ilmiah : “Gambaran Derajat Keasaman Saliva dan Karies Gigi pada Anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015” adapun yang melatar belakangi penulis mengambil judul ini adalah karena pada Sekolah Dasar Negeri 194 dan Sekolah Dasar Negeri 106 belum pernah dilakukan penelitian mengenai karies gigi dan program UKGS yang dijalankan pada sekolah tersebut belum dilaksanakan dengan maksimal..

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Deskriptif yaitu metode penelitian yang di gunakan jika keadaan yang ingin dijelaskan tersebut berasal dari suatu populasi tanpa menghubungkannya dengan keadaan lain yang juga di temukan pada populasi tersebut (Azwar, 2014). Untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan data primer yaitu pengambilan data yang langsung didapat dari survey dan pemeriksaan terhadap sampel.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2015. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015.

Populasi penelitian ini adalah anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang tahun 2015 yang berjumlah 677 orang. Teknik pengambilan sampel ini adalah Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan sifat- sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoadmodjo, 2010). Sampel yang di ambil dari penelitian ini adalah anak kelas II sampai V Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015 yang berjumlah 433 orang.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang pada bulan Maret 2015 dengan sampel 433 orang. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut

Tabel.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Derajat KeasamanSaliva Pada AnakSekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015 Kriteria Saliva pH Saliva Frekuensi Jumlah

Saliva Persentase <4 0 0 0% Rendah 4-5 16 74 3,70% Sedang 6 –7 278 1868 64,20% Tinggi 8-10 139 1121 32,10% Jumlah Siswa 433 3063 100% Sangat Rendah

Berdasarkan tabel.1 diatas menunjukkan bahwa anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015 sebagian besar

mempunyai pH salivasedang atau normalyaitu sebesar 64,20%.

Tabel.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Karies Pada Anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015

Kejadian Karies Gigi Jumlah Persentase

Karies 339 78,3%

Tidak Karies 94 21,7%

Total 433 100%

Sumber : Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel.2 diatas menunjukkan bahwa anak Sekolah Dasar Negeri 154

Palembang Tahun 2015 sebanyak 78,3% mengalami karies.

Tabel.3 Distribusi Rata-rata DMF-T dan def-t pada Anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015

N INDEKS DMF-

T

INDEKS def-t S def-t

D M F d e f

339 558 10 2 570 1,3 1104 85 7 1196 2,8

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2015 Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukkan bahwa anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015 memiliki rata-rata

DMF-T 1,3 (kategori rendah) dan rata-rata def-t 2,8 (kategori sedang).

Tabel.4 Distribusi Frekuensi Kriteria Rata-rata DMF-T dan def-t pada Anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015

Kriteria Angka N DMF-T ÓDMF-T N def-t Ódef-t

Sangat Rendah 0,0 –1,1 255 201 0, 8 160 176 1,1 Rendah 1,2 –2,6 101 122 1,2 73 156 2,1 Sedang 2,7 –4,4 62 168 2,7 104 365 3,5 Tinggi 4,5 –6,5 15 67 4,5 96 499 5,2 Jumlah 433 (100%) 570 (1,3) 433 (100%) 1196 (2,8)

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2015 Berdasarkan tabel 4 di atas menunjukkan bahwa Anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015 yaitu sebanyak 101 (29,8%) anak memiliki gigi tetap yang rusak

dengan kriteria rendah, sedangkan sebanyak 104 (30,7%) anak memiliki gigi susu yang rusak dengan kriteria sedang.

Tri Syahniati. Gambaran Derajat Keasaman Saliva Dan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015

Tabel.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Derajat Keasaman Saliva, DMF-T dan def-t pada Anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015

Kejadian

Karies Kriteria

Jumlah

Saliva Persentase DMF-T Persentase def-t Persentase

Karies Sangat Rendah 0 0% 192 56,6% 140 41,3% Rendah 12 3,5% 83 24,5% 60 17,7% Sedang 210 61,9% 52 15,4% 59 17,4% Tinggi 117 34,6% 12 3,5% 80 23,6% Jumlah 339 100% 339 100% 339 100% Tidak Karies Sangat Rendah 0 0% 0 0% 0 0% Rendah 4 4,3% 0 0% 0 0% Sedang 68 72,3% 0 0% 0 0% Tinggi 22 23,4% 0 0% 0 0% Jumlah 94 100 % 0 0% 0 0%

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2015 Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan bahwa Anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015 yaitu sebanyak 210 (61,9%) anak memiliki kriteria ph saliva sedang, 192(56,6%) anak memiliki kriteria DMF-T sangat rendah dan 140(41,3%) anak memiliki kriteria def-t sangat rendah. Jadi, apabila pH saliva normal(sedang) maka semakin rendah angka kejadian karies.

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian diatas maka didapatkan bahwa pH saliva pada anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang tahun 2015, sebanyak 16 ( 3,70% ) anak tergolong memiliki kriteria pH rendah , 278 ( 64,20%) anak tergolong memiliki kriteria pH normal, 139( 32,10%) anak tergolong memiliki kriteria pH tinggi dan tidak ada atau tidak ditemukan anak yang tergolong memiliki kriteria pH sangat rendah. Menurut Brathal, dkk (2004) dapat disimpulkan bahwa dengan sampel 433 anak didapatkan pH saliva pada anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang tersebut termasuk kriteria sedang atau normal.

Kejadian angka karies padaAnak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015menunjukkan bahwa sebanyak 78,3% mengalami karies dan 21,7% anak tidak mengalami karies.Dari hasil penelitian diatas didapatkan bahwa rata-rata DMF-T 1,3 (kategori rendah) dan rata-rata def-t 2,8 (kategori sedang) , sebanyak 101 (29,8%) anak memiliki gigi tetap yang rusak dengan kriteria rendah, sedangkan sebanyak 104 (30,7%) anak memiliki gigi susu yang rusak dengan kriteria sedang.

Sedangkan Frekuensi pH saliva, DMF-T dan def-t pada Anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015 yaitu sebanyak 210(61,9%) anak memiliki kriteria ph saliva sedang, 192(56,6%) anak memiliki kriteria DMF-T sangat rendah dan 140(41,3%) anak memiliki kriteria def-t sangat rendah. Jadi, apabila pH saliva normal(sedang) maka semakin rendah angka kejadian karies.

Secara teori, saliva dapat mempengaruhi proses terjadinya karies dalam berbagai cara, antara lain aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi, aliran

saliva dapat menaikkan tingkat pembersihan permukaan gigi dari karbohidrat dalam rongga mulut sehingga plak tidak mudah terbentuk, Selain itu, difusi komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion OH–, dan fluor ke dalam plak dapat menurunkan kelarutan email dan meningkatkan remineralisasi gigi sehingga setidaknya dapat menghambat proses demineralisasi gigi. Bukan hanya aliran saliva yang mempengaruhi proses demineralisasi tetapi derajat keasaman saliva juga sangat mempengaruhi terjadinya proses karies dimana pada saat ph rendah atau asam terjadi proses demineralisasi gigi atau karies gigi. Saliva juga mampu melakukan aktivitas antibakterial karena mengandung beberapa komponen yang a n t a r a l a i n a d a l a h l i s o s i m , s i s t e m laktoperoksidase-isitiosianat, laktoferin, dan imunoglobulin ludah (Soesilo dkk, 2005).

Saliva berperan penting dalam proses karies dimana pada saat ph rendah atau asam terjadi proses demineralisasi gigi atau karies gigi. Salah satu fungsi saliva yaitu kemampuan buffer, dimana kemampuan buffer ini dapat menahan turunnya pH atau meningkatnya pH mulut hal ini juga berkaitan dengan viskositas atau yang disebut volum karies yaitu penyakit jaringan keras yang disebabkan oleh hasil interaksi bakteri dipermukaan gigi, plak atau biofilm dan diet khususnya komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat. Buffer saliva juga dapat menetralisir asam dan alkali sehingga pH dalam mulut tetap konstan atau normal.

Pada proses terjadinya karies gigi, saliva merupakan salah satu faktor penyebab. Menurut Sutrisman (2006), salah satu penyebab utama karies gigi adalah faktor derajat keasaman saliva. Ini artinya banyak faktor lain yang dapat menyebabkan karies gigi namun saliva tetap memiliki pengaruh besar dengan didukung faktor lain seperti makanan yang

dapat membuat pH saliva menjadi asam, walaupun saliva sedikit tetapi keadaan saliva yang sangat asam maka karies akan tetap terjadi. Disamping itu juga kurangnya menjaga kesehatan gigi dan mulut karena sangat mempengaruhi tingkat kebersihan di dalam mulut, apabila kesehatan gigi dan mulut maka cepat terjadinya proses demineralisasi maupun remineralisasi yang menyebabkan terjadinya karies gigi dan kalkulus. Pada anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang sangat perlu dilakukan upaya promotif, preventif dan kuratif agar kesadaran akan perlunya menjaga kesehatan gigi tumbuh sehingga anak akan timbul keinginan untuk mencegah serta mengatasi penyakit gigi dan mulut seperti penyakit karies gigi.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran derajat keasaman dan karies gigi pada anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015, maka peneliti menyimpulkan bahwa :

1. pH saliva pada anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang yaitu 64,20%yang di kategorikan dalam kriteria sedang atau normal.

2. Anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015 sebanyak 78,3% mengalami kariesdan 21,7% anak tidak mengalami karies.

3. Anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015 memiliki rata-rata DMF-T 1,3 (kategori rendah) dan rata-rata def-t 2,8 (kategori sedang).

4. Anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015 yaitu sebanyak 101 (29,8%) anak memiliki gigi tetap yang rusak dengan kriteria rendah, sedangkan sebanyak 104 (30,7%) anak memiliki gigi susu yang rusak dengan kriteria sedang. Tri Syahniati. Gambaran Derajat Keasaman Saliva Dan Karies Gigi

5. Frekuensi pH saliva, DMF-T dan def-t pada Anak Sekolah Dasar Negeri 154 P a l e m b a n g T a h u n 2 0 1 5 y a i t u sebanyak210(61,9%)anak memiliki kriteria ph saliva sedang, 192(56,6%) anak memiliki kriteria DMF-T sangat rendah dan 140(41,3%) anak memiliki kriteria def-t sangat rendah. Jadi, apabila pH saliva normal(sedang) maka semakin rendah angka kejadian karies.

Saran

1. Perlu diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut tentang cara menjaga kebersihan gigi dan mulut.

2. Diperlukan upaya terpadu dalam pencegahan karies gigi pada anak usia sekolah dasar serta peran orang tua untuk megontrol anak dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.

3. Dianjurkan kepada anak-anak Sekolah Dasar Negeri 154 palembang untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara meyikat gigi 3 kali sehari yakni pada pagi hari setelah sarapan, siang setelah makan siang dan malam sebelum tidur. 4. Diharapkan petugas kesehatan atau

puskesmas terdekat tetap mengadakan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut khususnya di sekolah melalui UKGS untuk mencegah dan mengurangi terjadinya penyakit gigi yang lebih meluas terutama karies gigi yang bisa disebabkan oleh derajat keasaman dalam keadaan tidak normal , oleh karena itu sebagai petugas kesehatan untuk lebih memperhatikan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah dasar supaya anak dapat mempertahankan gigi agar tetap sehat dengan memberikan penyuluhan dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara rutin

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul dan Joedo Prihartono. 2014. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Binarupa Aksara Publisher.

Bahar, Armasastra. 2011. Paradigma Baru Pencegahan Karies Gigi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Bratthal dkk. 2014. Cariogram internet version 2004. Sweden.

Hanapi, Arya. 2013. Lebih Baik Sakit Hati D a r i p a d a S a k i t Gigi.http://kaskushootthreads.com/2013/1 2/lebih-baik-sakit-hati-daripada-sakit- gigi.html. Diakses 29 Desember 2014. Hermawan, Rudi. 2010. Menyehatkan Daerah

Mulut. Yogyakarta : Buku Biru.

Irma, Indah dan Ayu Intan. 2013. Penyakit Gigi, Mulut dan THT. Yogyakarta : Nuha Medika Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar

2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kemenkes RI.

Kidd, Edwina dan Sally Joyston Bechal. 2012. D a s a r - D a s a r K a r i e s d a n Penanggulangannya. Jakarta : EGC.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Pintauli, Sondang dan Taizo Hamada. 2008. Menuju Gigi dan Mulut Sehat Pencegahan dan Pemeliharaan. Medan : USU Press. Pratama, Adi. 2009. Klasifikasi Karies Gigi

G.V Black. http://www.doktergigi.net/ 2013/08/klasifikasi-karies-gigi-menurut- gv-black.html. Diakses : 19 januari 2015. Pratiwi, Donna. 2007. Gigi Sehat. Jakarta : PT

Kompas Media Nusantara.

Pratiwi, Donna. 2009. Gigi Sehat dan Cantik. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara. Putri, dkk, 2010. Ilmu Pencegahan Penyakit

Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta : EGC.

Ramadhan, Ardyan Gilang. 2010. Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta : Bukune

Sariningsih, Endang. 2012. Merawat Gigi Anak Sejak Usia Dini. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Situmorang, Nurmala. 2005. Dampak Karies Gigi dan Penyakit Periodontal terhadap Kualitas Hidup. Medan : USU.

Soebroto, Ikhsan. 2009. Apa yang Tidak Dikatakan Dokter Tentang Kesehatan Gigi. Yogyakarta : Bookmarks.

Sriyono, Niken. 2011. Pedoman Perawatan Restoratif Atraumatik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Sriyono, Niken dan Sudibyo. 2011. Seri II Ilmu Kesehatan Oral. Yogyakarta : Badan Penerbit FKIK.

Sundoro, Edi Hartini. 2005. Serba Serbi Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta : UI-Press.

Sutrisman, Agus. 2006. Prediksi Terjadinya Karies Baru Berdasarkan Kariogram pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan A m p e n a n N u s a Te n g g a r a B a r a t . Yogyakarta : UGM.

Suwelo, Suharsono Ismu. 1992. Karies Gigi pada Anak dengan Pelbagi Faktor Etiologi. Jakarta : EGC.

Wahyuni, Sri dkk. 2013. Pengaruh Penambahan Leno-weave Fiber Terhadap Kekuatan Tekanan Restorasi Resin Komposit. Palembang : Poltekkes Palembang.

Tri Syahniati. Gambaran Derajat Keasaman Saliva Dan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015