• Tidak ada hasil yang ditemukan

G. Definisi Operasional

1. Montessori

BAB II

KAJIAN TEORI

Bab II akan menguraikan beberapa seperti, kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan.

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka yang dipaparkan dalam penelitian ini adalah Montessori, Matematika, Alat peraga, Alat peraga Bangu Datar, dan Kepuasan.

1. Montessori

Kajian teori Montessori membahas tentang riwayat Montessori, teori perkembangan Montessori, metode pembelajaran Montessori dan karakteristik alat peraga Montessori.

a. Riwayat Montessori

Maria Montessori lahir pada tanggal 31 Agustus 1870 di kota Chiaravalle, provinsi Ancona, Italia Utara. Usia 26 tahun, Montessori menjadi dokter wanita pertama di dalam sejarah Italia (Crain 2007: 97). Lulus dari sekolah kedokteran, Montessori bekerja di sebuah klinik psikiatrik Universitas Roma dan pekerjaannya yang berhubungan dengan masalah cacat mental sangat membantunya dalam menuangkan gagasan-gagasan pendidikan pada masa-masa yang akan datang. Montessori merupakan ilmuan yang memperjuangkan hak-hak perempuan.

Tahun 1907, Montessori mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama “Casa Dei Bambini” berarti rumah anak. Montessori memiliki sekitar 50 peserta didik yang

berasal dari lingkungan kumuh di Lorenzo, Belanda. Tahun 1913 ide-ide Montessori berkembangan dan mengubah arah pendidikan di seluruh dunia. Lima tahun berikutnya Montessori mulai dilupakan karena ide-idenya terlalu ekstrim bagi arus utama paham pendidikan. Tahun 1960-an, karya Montessori di bidang pendidikan menarik perhatian para psikolog, pendidik dan masyarakat umum (Lillard dalam Crain, 2007: 99). Montessori meninggal di Belanda tahun 1952 pada umur 81 tahun.

b. Teori Perkembangan Montessori

Montessori membagi tahap-tahap perkembangan anak menjadi tiga tahapan yaitu usia 0-6 tahun, 6-12 tahun dan 12–18 tahun (Montessori, 2008: xii). Setiap tahap memiliki karakteristik dan perkembangan yang berbeda. Tahap pertama pada rentang usia 0-6 tahun, tahap ini anak sedang berada pada tahap periode sensitif yaitu masa peka di mana pikiran anak mudah sekali menyerap apa pun yang berada dalam lingkungannya. Tahap ini kecerdasan anak mengalami pembentukan. Keberhasilan dalam tahap ini sangat berpengaruh terhadap tahap berikutnya. Tahap kedua berada pada rentang usia 6-12 tahun, tahap ini anak berada pada periode sensitif pada logika dan pembenaran, imajinasi anak mulai berkembang, kekuatan fisik berkembang secara luas. Tahap ketiga pada rentang usia 12-18 tahun, tahap ini perkembangan anak mengarah pada kematangan fisik. Anak akan berkembang secara bebas dan mandiri untuk mencari tempat dalam lingkup sosial. Lingkup sosial mengajarkan mencari nilai-nilai spriritual yang akan dijadikan sebagai landasan hidup.

Siswa SD menurut teori perkembangan Montessori berapa pada tahap kedua dengan rentan usia 6-12 tahun. Siswa berapa pada periode sensitif dimana mereka sangat peka dengan apa yang ada dilingkungan sekitar. Rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada disekitarnya sangat besar. Siswa mulai dapat berimajinasi dan mampu memanipulasi simbol-simbol dalam pembelajaran matematika dengan melihat alat peraga.

c. Metode Montessori

Metode pengajaran Montessori dibagi menjadi tiga bagian yaitu, pendidikan motorik, sensorik dan bahasa (Montessori, 1965: 50-51). 1) Pendidikan motorik dilatih dengan melakukan gerakan-gerakan seperti berjalan di atas garis, penggunaan kamar mandi, dan penggunaan alat makan (Magini, 2013: 31). 2) Pendidikan sensorial dilatih untuk mengoptimalkan indera penglihatan, penciuman dan perabaan. Indera penglihatan dilatih dengan memperlihatkan anak berbagai jenis bentuk, warna dan ukurannya seperti melihat berbagai warna bunga, jenis bunga dan bentuk bunga. Indera penciuman dilatih dengan berbagai macam pembauan seperti, membaui berbagai macam jenis bunga. Indera perabaan dilatih dengan mengenalkan berbagai objek dengan tekstur yang berbeda. Pendidikan Montessori mengoptimalkan perkembangan panca indera (Magini, 2013: 32). 3) Pendidikan bahasa sangat mungkin dilatihkan kepada anak sejak dini. Kemampuan anak untuk memahami bahasa begitu besar. Anak lebih cepat dalam menguasai bahasa asing.

Penelitian ini menggunakan alat peraga Bangun Datar untuk melatih anak dalam mengoptimalkan indera penglihatan dan indera peraba. Siswa dapat mengamati

berbagai macam bentuk bangun datar yang berada dalam rak-rak alat peraga. Siswa dapat mengamati berbagai macam sifat bangun datar yang ada dalam rak alat peraga. Indera perabaan dapat dioptimalkan ketika siswa merasakan perbedaan atau persamaan dari sisi-sisi yang dimiliki bangun datar. Siswa dapat menggabungkan antara bangun datar satu dengan yang lainnya sehingga dapat membentuk suatu bangun datar baru.

d. Karakteristik Alat Peraga Montessori

Montessori mengembangkan berbagai alat peraga dengan beberapa karakteristik. Karakteristik alat peraga Montessori yaitu, menarik, bergradasi, auto-correction,

auto-education (Montessori, 2002 : 170-176). Menarik, alat peraga Montessori dibuat dengan memperhatikan pemilihan warna. Alat peraga Montessori dicat dengan warna yang cerah sehingga anak-anak secara spontan anak-anak ingin menyentuh, meraba dan menggunakan alat perga tersebut dalam proses pembelajaran. Alat peraga Montessori juga didisain dengan tujuan mengembangkan potensi anak melalui panca indera (Montessori, 2002: 174).

Bergradasi, alat peraga memiliki gradasi rangsangan yang rasional dengan melibatkan penggunaan panca indera (Montessori, 2002: 175). Misalnya balok silinder bergradasi, anak dapat memasukkan balok tersebut dari yang paling kecil hingga paling besar dengan melibatkan indera peraba dan penglihatan. Auto-correction, alat peraga Montessori memiliki pengendali kesalahan. Anak dapat mengetahui ketika telah menggunakan alat peraga dengan benar atau telah melakukan kesalahan tanpa adanya bantuan dari orang lain. Sebagai contoh ketika anak

mengangkat kursi dan terdengar suara berderit maka mereka akan segera mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan salah (Montessori, 2002: 170-171).

Auto-education, alat peraga Montessori dibuat dan dirancang untuk menumbuhkan kemandirian anak tanpa ada campur tangan dari orang dewasa. Direktris hanya sebagai pengamat dan memberikan pengarahan karena setiap alat sudah mempunyai pengendali kesalahan (Montessori, 2002: 172). Webster’s New

World Distionary mengatakan kontekstual berasal dari kata kerja Latin “contexere” yang berarti jalin bersama. Kata “konteks” merujuk pada “keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan” yang berhubungan dengan diri sendiri yang terjalin

bersama (Johnson, Contextual Teaching & Learning, terjemahan Ibnu, 2010: 83). Alat peraga Montessori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan bahan-bahan yang berada di lingkungan sekitar sehingga peneliti menambahkan karakteristik kontekstual.

Karakteristik yang dimiliki alat peraga Montessori dijadikan landasan utama sebagai indikator dalam pembuatan kuesioner tingkat kepuasan siswa dan guru. Alat peraga bangun datar yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dengan memperhatikan kelima karakteristik alat peraga Montessori. Alat peraga bangun datar dicat dengan berbagai macam warna yang cerah. Alat peraga bangun datar dibuat menggunakan kayu dan triplek yang banyak dijumpai di lingkungan sekitar. Alat peraga bangun datar memiliki pengendali kesalahan berupa kartu kunci jawaban. Alat peraga bangun datar juga memiliki gradasi materi. Alat peraga bangun datar bisa digunakan dikelas rendah maupun kelas atas yang memiliki materi bangun datar.

Dokumen terkait