• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian dan Jenis NAPZA a. Narkotika

Narkotika berasal dari bahasa Inggris “Narcotics” yang berarti

obat yang menidurkan atau obat bius.48 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Narkotika adalah “Obat untuk menenangkan syaraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa ngantuk atau ransangan

(opium, ganja,dsb).”49

Dan menurut Pasal 1 butir (1) Undang-undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika (UU No.22/1997): “Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan

dapat menimbulkan ketergantungan”.50

47

HR. Bukhari, Kitab ad-Da’awa,t Bab at-Taubah, dalam Ibnu Taimiyah, Mutiara Taubah, (Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2004), h. 26.

48

Echols, M. John.,, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, (Jakarta: Penerbit. PT. Gramedia, t.t), h.390.

49

Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 1988), h. 609.

50

Selanjutnya dalam Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang No.22 tahun 1997, Narkotika dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu:

1) Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sanggan tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya: Opium, Ganja, Heroin, Kokain, dan lain-lain.

2) Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan yang digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Benzetidin, Betametadol, Difenoksilat, Hidromorfinal, Metadon, Morfin, Petidin, dan turunannya dan lain-lain.

3) Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya: Kodein, Norkodina, Propiran, dan lain-lain.51

Berdasarkan cara pembuatannya, Narkotika dibedakan ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu :

51

1) Narkotika Alami

Adalah Narkotika yang zat aktifnya diambil dari tumbuh-tumbuhan (alam), contohnya adalah: Ganja, Hasis, Coca, Opium.

2) Narkotika Semi Sintetik

Adalah Narkotika alami yang diolah, diambil zat adiktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat lebih kuat sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kedokteran. Contohnya: Morfin, Codein, Heroin, Cocaine.

3) Narkotika Sintetik

Adalah Narkotika palsu yang dibuat dari bahan kimia, digunakan untuk pembiusan dan untuk pengobatan bagi orang yang menderita ketergantungan Narkoba sebagai Narkoba pengganti (Subssitusi), seperti: Petidine, Methadone, dan Naltrexon.52

b. Psikotropika

Psikotropika menurut Pasal 1 butir (1), Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika (UU No. 5/1997): “Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif

52

Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba & Musuhi Penyalahgunaannya, (T. tp.: LKP Yayasan Karya Bhakti, 2004), h.13-15.

pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada

aktivitas mental dan perilaku”.53

Jenis-jenis dari psikotropika yang berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1997 psikotropika dibedakan menjadi empat golongan, yaitu :

1) Psikotropika Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya: LSD (Lysergic Acid Diethyltamide), MDMA (Shabu/SS atau Ekstacy).

2) Psikotropika Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya: Amfetamin, Metamfetamin, Metakulon.

3) Psikotrapika Golongan IV adalah psikotrapika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengatahuan serta mempunyai

53

potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya: Diazepam, Lefetamina, Nitrazepm.54

Berdasarkan Ilmu Farmakologi, Psikotropika dikelompokan kedalam tiga golongan : 55

1) Kelompok Deressant/Penekan Saraf Pusat/Penenang/Obat Tidur; Bila diminum memberikan rasa tenang, mengantuk, tentram, damai, menghilangkan rasa takut, was-was, dan gelisah. Contoh: Valium, Rohipnol, Mogadon.

2) Kelompok Stimulan/Peransang Saraf Pusat/Anti tidur; Bila diminum mendatangkan rasa riang gembira, hilang rasa bermusuhan, hilang rasa marah, ingin selalu aktif, dan badan merasa fit tidak terasa lapar. Daya kerja otak menjadi serba cepat namun kurang terkendali., kurang terkontrol. Contoh: Amfetamin, Estasy, Shabu.

3) Kelompok Halusinogen; Halusinogen adalah obat atau zat atau tanaman atau makanan atau minuman yang dapat menimbulkan khayalan. Bila diminum dapat mendatangkan ilusi atau khayalan tentang peristiwa-peristiwa yang mengerikan, menakutkan kadang-kadang khayalan nikmat, seks, dan sebagainya. Contoh: LSD (Lysergic Acid

54

Ibid., h. 17. 55

Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba & Musuhi Penyalahgunaannya, (T. tp. : LKP Yayasan Karya Bhakti,2004), h. 17.

Diethyltamide), Getah Tanaman Kaktus, Kecubung, Jamur tertentu (Misceline), Ganja.56

c. Zat Adiktif

Adalah zat-zat selain narkotika dan selain psikotrapika yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contoh:

1) Rokok.

2) Kelompok alkohol dan minum lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.

3) Thynner dan zat-zat lain seperti lem kayu, pelarut Type Ex, Acetone, Cat, Bensin, yang bila dihisap, dihirup, dicium dapat memabukkan.

2. Korban Penyalahgunaan NAPZA

Orang yang telah mengkonsumsi NAPZA dalam hidupnya, bukanlah tanpa alasan yang jelas. Menurut Dadang Hawari dalam bukunya yang berjudul Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif). Menyatakan bahwa terdapat tiga faktor penyebab penyalahgunaan NAZA yang ditinjau dari sudut pandang Psikodinamik.57 Diantaranya yaitu:

56

Ibid., h. 18. 57

Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA: Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif, (Jakarta: FKUI, 2006), h. 24.

a. Faktor Predisposisi

Adalah gangguan kejiwaan yaitu gangguan kepribadian (antisosial). Seseorang dengan gangguan kepribadian tidak mampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif dalam menjalani kehidupan sehari-hari atau bergaul dengan lingkungan sosial. Untuk mengatasi ketidakmampuan berfungsi secara wajar dan untuk menghilangkan kecemasan dan atau depresinya itu; maka orang cenderung menyalahgunakan NAZA. Upaya ini dimaksudkan untuk mencoba mengobati dirinya sendiri atau sebagai reaksi pelarian.

b. Faktor Kontribusi

Adalah kondisi keluarga yang terdiri dari tiga komponen, yaitu keutuhan keluarga, kesibukan keluarga, dan hubungan interpersonal antar keluarga. Seseorang yang berada dalam kondisi keluarga yang tidak baik (disfungsi keluarga) akan merasa tertekan, dan ketertekanan yaitu dapat merupakan faktor penyerta bagi dirinya terlibat dalam penyalahgunaan atau ketergantungan NAZA.

Kondisi keluarga yang tidak baik atau disfungsi keluarga yang dimaksud adalah sebagai berikut:58

1) Keluarga tidak utuh, misalnya salah seorang dari orang tua meninggal, kedua orang tua bercerai atau berpisah. Dan kesibukan

58

Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA: Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif, h. 26.

orang tua sehingga tidak adanya waktu luang untuk berkumpul dengan anggota keluarga yang lain.

2) Hubungan interpersonal yang tidak baik, yaitu hubungan antara anak dengan kedua orang tuanya, anak dengan sesama saudaranya (anak sesama anak), dan hubungan antara ayah dan ibu yang ditandai dengan sering cek-cok, bertengkar, dingin, masing-masing acuh tak acuh dan lain sebagainya sehingga suasana rumah menjadi tegang dan kurang kehangatan.

c. Faktor Pencetus

Adalah pengaruh teman kelompok sebaya dan NAZA-nya itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Hawari menyebutkan bahwa pengaruh teman kelompok sebaya mempunyai andil 81,3% bagi seseorang terlibat penyalahgunaan atau ketergantungan NAZA. Sedangkan tersedianya dan mudahnya NAZA diperoleh mempunyai andil 88% bagi seseorang terlibat penyalahgunaan atau ketergantungan NAZA.59

Ditinjau dari pendekatan kesehatan jiwa, pemakai zat dibagi menjadi beberapa golongan:60

1) Experimental Use yaitu pemakaian zat yang tujuannya ingin mencoba, sekedar memenuhi rasa ingin tahu.

59

Ibid., h. 29. 60

Satya Joewana, Gangguan Penggunaan Zat: Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif lain,

2) Sosial Use, atau disebut juga recreational use yaitu penggunaan zat-zat tertentu pada waktu resepsi (minum whisky) atau untuk mengisi waktu senggang (merokok) atau pada waktu pesta ulang tahun atau waktu berkemah (mengisap ganja bersama-sama teman). 3) Situasional Use yaitu penggunaan zat pada saat mengalami ketegangan, kekecewaan, kesedihan, dan sebagainya dengan maksud menghilangkan perasaan-perasaan tersebut.

4) Abuse atau penyalahgunaan, yaitu suatu pola penggunaan zat yang bersifat patologik, paling sedikit satu bulan lamanya, sehingga menimbulkan gangguan fungsi sosial.

5) Dependent Use yaitu bila sudah dijumpai toleransi dan gejala putus zat bila pemakaian zat dihentikan atau dikurangi dosisnya.61

3. Ciri-ciri Pengguna NAPZA

Segala sesuatu yang pernah dilakukan oleh seseorang baik itu perbuatan yang benar maupun perbuatan yang salah. Setidaknya dapat dikenali atau dapat diketahui oleh orang lain, walaupun pada akhirnya memakan waktu yang lama. Sama halnya dengan seseorang yang telah menggunakan NAPZA dalam hidupnya, maka dengan sendirinya hal tersebut dapat diketahui oleh orang lain.

Kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai orang tua yang tidak mengetahui dan tidak menyadari bahwa anaknya telah

61

terlibat penyalahgunaan atau ketergantungan NAPZA. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sudah sepantasnya semua orang memiliki ilmu pengetahuan tentang seluk-beluk NAPZA.62

Oleh karena itu, Dr. Subagyo Partodiharjo dalam bukunya yang berjudul Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya, menyebutkan ciri-ciri pengguna NAPZA utnuk memberikan kemudahan kepada orang lain untuk mengetahuinya. Adapun ciri-cirinya terdiri dari empat tahap, yaitu sebagai berikut:63

a. Tahap Awal: Coba-coba, Eksperimen. 1) Gejala Psikologi:

Terjadi perubahan pada sikap anak. Orang tua peka dapat merasakan adanya sedikit perubahan perilaku pada anak yaitu timbulnya rasa takut dan malu, yang disebabkan karena ia merasa bersalah ia merasa berdosa. Anak menjadi lebih sensitif, jiwanya resah dan gelisah akan mengaku terus terang takut; akan terus merahasiakan, merasa berdosa, ia bingung. Kemesraan dan kemanjaannya hilang atau berkurang.

2) Pada Fisik:

Tidak nampak adanya perubahan pada tubuh anak. Belum terlihat adanya tanda perubahan pada tubuh sebagai dampak

62

Dadang Hawari, Konsep Agama Islam Menanggulangi NAZA, (Jakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2002), h. 18.

63

Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba & Musuhi Penyalahgunaanny, (T. tp.: LKP Yayasan Karya Bhakti, 2004), h. 98.

pemakaian NAPZA. Bila sedang memakai psikotrapika stimulans atau ecstacy atau shabu ia nampak riang, gembira, aktif, bahkan hiper aktif, murah senyum, dan ramah.

b. Tahap Kedua, adalah Pemula, Instrumen, Insidentil.64

1) Gejala Psikologi:

Sikap anak lebih menjadi tetutup, banyak hal yang tadinya terbuka menjadi rahasia. Jiwanya resah, gelisah, kurang tenang, dan lebih sensitif. Mulai semakin renggang hubungannya dengan orang tua dan saudara-saudaranya, tidak lagi riang gembira, cerah dan ceria. Ia mulai nampak seperti menyimpan rahasia, dan memiliki satu atau beberapa teman akrab.

2) Pada Fisik:

Tidak manpak perubahan yang nyata, gejala pemakaian berbeda sesuai jenis NAPZA yang dipakainya. Bilamana sedang memakai ia menjadi lebih lincah, lebih riang, lebih percaya diri berarti ia memakai (psikotropika, stimulant, shabu, ecstasy). Bilamana tampak lebih tenang, mengantuk berarti ia memakai penenang, ganja, putao. Untuk mengelabuhi orang tua dan teman bahwa ia memakai kadang-kadang ia menutupi kekurangannya dengan rajin berolah raga dan makan, sehingga tampak sehat dan energik. Seperti orang normal.

64

c. Tahap Ketiga, adalah Tahap Berkala:65 1) Ciri Mental:

Sulit bergaul dengan teman baru. Pribadinya lebih menjadi tetutup, lebih sensitif mudah tersinggung. Sering bangun siang, agak malas, mulai gemar berbohong. Keakraban dengan orang tua dan saudara sangat merosot berkurang. Kalau sedang memakai NAPZA penampilannya: riang (minum stimulans) atau tenang (minum depresan). Kalau sedang tidak memakai NAPZA, sikap dan penampilannya murung, gelisah, kurang percaya diri (PD).

2) Ciri Fisik:

Terjadi gejala sebaliknya dari tahap kesatu dan tahap kedua. Bila sedang memakai nampak normal, tidak nampak tanda-tanda yang jelas, biasa saja. Bila sedang tidak memakai, malah nampak kurang sehat, kurang percaya diri, murung, gelisah, malas. Tanda-tanda pada fisik semakin lebih jelas bila dibandingkan dengan tahap kedua.

Tanda yang spesifik tergantung jenis obat NAPZA yang dipakainya. Kadang-kadang malah tampak gemuk atau sehat karena usaha menutupi atau kompensasi, agar tidak diduga

65

memakai nampak kurang percaya diri, bahkan nampak tidak sehat, karena sakao.

d. Tahap Keempat, adalah Tahap Tetap (madat).66 1) Tanda-tanda Psikis:

Sulit bergaul dengan teman baru, eksklusif tertutup, sensitif, mudah tersinggung, egois mau menang sendiri, malas, sering bangun siang, lebih nikmat hidup di malam hari. Pandai berbohong, gemar menipu. Sering mencuri atau merampas. Tidak malu menjadi pelacur (pria maupun wanita). Demi memperoleh uang untuk mendapatkan NAPZA, tidak merasa berat untuk berbuat jahat, bahkan membunuh orang lain, termasuk membunuh orang tuanya sendiri, demi uang atau NAPZA.

2) Tanda-tanda Fisik:

Biasanya kurus atau lemah (loyo). Tetapi ada juga yang dapat menutupi diri dengan membuat dirinya gemuk ataupun fit atau sehat, karena melakukan kompensasi banyak makan, minum food supplement dan berolah raga. Mata sayu, gemar memakai kacamata gelap, gigi menguning kecoklatan dan sering kali keropos. Biasanya kulit agak jorok karena malas mandi. Sering nampak tanda bekas sayatan atau bekas tusukan jarum suntik di lengan, atau kaki, atau dada, atau di lidah, atau di kemaluan, dan lain-lain.

66

Tanda-tanda ini tidak khas bila pemakai NAPZA mengkonsumsi beberapa jenis NAPZA sekaligus.67

Dengan adanya ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, dapat mempermudah diri kita untuk mengenal ciri-ciri tersebut pada orang lain. Dan membuat kita lebih peka lagi terhadap lingkungan sekitar.

4. Dampak Buruk NAPZA dalam Tubuh Manusia

Heriady Willy dalam bukunya yang berjudul Berantas Narkoba tak Hanya Cukup Bicara, menjelaskan bahwa ada berbagai dampak buruk NAPZA dalam tubuh manusia sebagai berikut:68

a. Penyalahgunaan pada Heroin (Putaw), terjadi infeksi (abses) pada kulit akibat bekas suntikan, infeksi pada paru (bronchitis), paru-paru basah, infeksi pada jantung, gangguan otak, gangguan pada fungsi hati, tertular hepatitis B dan C, HIV/AIDS, gangguan pencernaan, badan semakin kurus dan kotor, gigi keropos, gangguan menstruasi pada wanita dan dapat terjadi impotensi pada pria.

b. Penyalahgunaan pada Marijuana atau Ganja atau Cimeng (Cannabis). Terjadi gangguan pada fungsi paru (TBC, Bronchitis), hipertensi, denyut jantung yang tidak teratur, kekebalan tubuh menurun, mata

67

Ibid., h.102. 68

Heriadi Willy, Berantas Narkoba Tak Cukup Hanya Bicara: Tanya Jawab dan Opini,

rabun, kerusakan otak pada sistem limbic dan gangguan menstruasi pada wanita dan kemandulan pada laki-laki maupun wanita.

c. Penyalahgunaan pada pengguna Inhalansia (jenis lem, thiner, aseton, dan lain-lain), dapat terjadi kekakuan pada pembuluh paru, penekanan pernafasan, denyut jantung tidak teratur, meracuni hati, gangguan ginjal, dan mata kabur hingga dapat terjadi kematian yang mendadak.69

Dan dampak buruk bagi penyalahgunaan NAPZA terhadap mental, pada umumnya terjadi gangguan psikotik, gangguan tidur, depresi berat, cemas (curiga berlebihan), gangguan tingkah laku, gangguan fungsi seksual, gampang tersinggung, defresi atau hiperaktif atau sering murung, terjadi paranoid hingga gangguan jiwa yang sulit disembuhkan.

Selain itu dampak terhadap sosial, lebih menonjol menjadikan pelaku penyalahgunaan menjadi anti sosial (jarang berkumpul dengan keluarga atau keluarga), motivasi belajar kurang bahkan sampai hilang, cenderung melakukan perbuatan kriminal sebagai dampak lainnya. Lebih jauh lagi akibat yang terparah dari semua itu adalah kematian yang sia-sia (baik karena over dosis maupun penyakit) dan tidak berartinya atau disingkirkan pecandu tersebut di dalam masyarakat.70

69

Ibid., h. 59. 70

Demikianlah dampak-dampak yang mungkin saja terjadi pada diri seseorang, apabila mereka telah menggunakan atau memakai NAPZA dalam hidupnya. Karena hal itu tidak hanya dapat menghancurkan diri sendiri, akan tetapi dapat menghancurkan segala sesuatu yang ada di sekitar kehidupan kita

Dokumen terkait