• Tidak ada hasil yang ditemukan

kata “tobat” yang sudah menjadi kosa kata bahasa Indonesia berasal

dari kata bahasa Arab. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “tobat” mengandung dua pengertian. Pertama, tobat berarti sadar dan menyesali dosanya (perbuatan salah atau jahat) dan berniat untuk memperbaiki tingkah laku dan perbuatannya. Kedua, kata “tobat” berarti

kembali kepada agama (jalan, hal) yang benar. “Bertobat” berarti

menyadari, menyesali, dan berniat hendak memperbaiki (perbuatan yang salah).5 Dalam Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, tâba berarti tobat, bertobat.6

Dalam bahasa Arab kata “tobat” itu adalah bentuk dasar (mashdar) dari

kata ( ت ), ( وتي ), ( ةبوت ). Kata “tobat” berarti kembali ke jalan yang

benar”. Secara istilah, tobat berarti kembali kepada Allah dengan

melepaskan segala ikatan penyimpangan yang pernah dilakukan, kemudian bertekad untuk melaksanakan segala hak-hak Allah.7

Dalam Tafsir Al-Mishbah, bertobat atau menyucikan diri dari kotoran bathin, sedang menyucikan dari kotoran lahir adalah mandi atau

5

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar bahasa Indonesia, edisi ke. 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1202.

6

Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer; Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit Multi Karya Grafika, 1998), h. 98.

7

Yahya Jaya, Peranan Tobat dan Maaf Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Ruhama, 1995), h. 9.

berwudhu.8 Lain halnya istilah tobat yang dijelaskan dalam Ensiklopedia Tasawuf yang mengartikan tobat yaitu kembali dari sesuatu yang dicela

oleh syara’ menuju sesuatu yang dipuji.9

Bila penulis melihat kedua penjelasan di atas, maka tampak adanya perbedaan konteks. Namun, pada dasarnya kedua istilah tersebut memiliki satu makna yaitu kembali kepada jalan Allah.

Sebelum penulis membicarakan tentang macam-macam tobat, syarat dan etika tobat, serta perintah tobat. Maka setidaknya kita harus mengetahui terlebih dahulu tentang apa yang dimaksud dengan tobat. Maka di sini akan dijelaskan pengertian tobat menurut beberapa para ahli, diantaranya adalah:

Dalam buku Menembus Dosa; Makna dan Tatacara Bertobat, Saifuddin Zuhri menjelaskan bahwa tobat merupakan ungkapan dari suatu pengertian yang tersusun dari tiga unsur secara berurutan, yaitu diantaranya: ilmu, kondisi, dan perbuatan. Ilmu akan menghasilkan kondisi, kondisi akan menghasilkan perbuatan.10

Ilmu di sini adalah pengetahuan seorang hamba tentang besarnya bahaya yang diakibatkan oleh dosa-dosanya. Sehingga dosa tersebut menjadi penghalang antara dirinya dengan Allah (objek yang dicintainya).

8

Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan, Keserasian, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 480.

9

UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Tasawuf Jilid 3, (Bandung: Penerbit Angkasa, 2008), h. 1337.

10

Imam Abū Hāmid, Menebus Dosa; Makna dan Tatacara Bertobat. Penerjemah Saifuddin Zuhri (Bandung: Pustaka Hidayah, 2008), h. 21.

Dengan begitu, timbullah perasaan sedih, dan sakit karena objek yang dicintainya hilang. Selanjutnya, apabila rasa sakit itu telah mendominasi hati dan menguasainya, maka perasaan itu akan menyadarkannya akan masa kini, masa lalu, dan masa yang akan datang.11

Bila penulis melihat penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan. Bahwa orang yang melakukan tobat pada dasarnya mereka mengetahui tentang apa yang dilakukannya. Sehingga mereka dapat merasakan bahwa apa yang mereka lakukan telah bertentangan dengan apa yang menjadi aturan Allah.

Kaitannya dengan masa kini, masa lalu, dan masa mendatang adalah bahwa masa kini tercermin melalui tindakan segera meninggalkan dosa yang sedang dikerjakannya; korelasinya dengan masa yang akan datang tercermin melalui tekad untuk menjauhi setiap dosa yang dapat menyebabkan hilangnya objek yang dicintai sampai akhir hayat; sementara korelasinya dengan masa lalu dilakukan dengan segera mengganti apa-apa yang pernah terlewatkan dengan kebaikan dengan mengerjakan ulang jika hal tersebut dapat diperbaiki.12

Menurut Abu Abdillah Sofyan Chalid Ruray menjelaskan dalam tulisannya.13 Bahwa Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-„Utsaimin rahimahullah menerangkan, Makna taubat secara bahasa adalah

11 Ibid., h. 22. 12 Ibid., h. 23. 13

Chalid Ruray, “Kapan Itu Dilaksanakan” Artikel ini diakses pada 15 Februari 2011 dari http://mediasalaf.com/aqidah/taubat-muara-terindah-bagi-seorang-hamba/.

kembali, sedangkan menurut perngertian syar’i taubat adalah kembali

dari maksiat kepada Allah Ta’ala menuju ketaatan kepada-Nya. Dan

taubat yang paling agung serta paling wajib adalah taubat dari kekafiran kepada keimanan.

Dalam buku Menembus Dosa dengan Tobat menyatakan bahwa Sahal bin Abdullah At-Tustari, tobat adalah penggantian gerak-gerik yang tercela dengan gerak-gerik terpuji.14

Bila penulis melihat dari kedua pengertian di atas. Maka dapat diartikan bahwa tobat di sini hanya kembalinya seseorang ke jalan Allah dari kemaksiatan dan perubahan yang dilakukan ialah dengan mengganti perbuatannya yang dulu dengan kebaikan. Lain halnya dengan pengertian tobat di bawah ini.

Menurut H. Mahmus dalam bukunya Terjemahan Irsyadul Ibad, menyatakan bahwa Al-Qadhi Husain, Abutthoyyib Imam Mawardi dan Ulama yang lainnya berpendapat bahwa tobat masih perlu diisyaratkan lagi yaitu membaca istigfar dengan lidahnya, hatinya menyesal atas perbuatan yang dilakukan.15

Penulis melihat bahwa tobat yang dijelaskan di atas, adalah tobat yang mengharuskan seseorang melafalkan kata istighfar yang disertai dengan penyesalan. Namun tidak adanya penjelasan tentang apa yang harus

14Imam Abū Hāmid Muhammad bin Muhammad al-Ghazālī, Menebus Dosa; Makna dan Tatacara Bertobat. Penerjemah Saifuddin Zuhri (Bandung: Pustaka Hidayah, 2008), h. 23.

15

dilakukan oleh seseorang setelah bertobat. Berbeda dengan penjelasan tobat di bawah ini.

Dalam buku Kajian Lengkap Penyucian Jiwa: Tazkiyatun Nafs, Sa’id Hawwa menyatakan bahwa tobat dari dosa dengan cara kembali kepada Allah merupakan jalan pembuka bagi orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan, modal bagi orang-orang yang beruntung, langkah awal para murid, kunci istiqamah orang-orang yang condong kepada Allah, teropong bagi orang-orang pilihan dan orang-orang yang dekat kepada-Nya, yang dilakukan oleh para Nabi, mulai dari Adam dan umat para Nabi, termasuk kita sebagai umat Nabi Muhammad, adalah sangat layak dilakukan. Bertobat berarti mengikuti Sunnah para Nabi dan Rasulullah.16

Menurut Sudirman Tebba dalam bukunya Meraih dan Bahagia dengan Istighfar, tobat adalah kembali ke jalan yang benar, maka kesuburan akan berlipat dan kekuatan akan berlimpah dari yang selama ini, dan dosa-dosa yang lama itu dengan sendirinya akan diampuni oleh Allah dan mereka akan dapat menempuh jalan yang benar dan terang menderang dari hidayah Allah.17

Penulis melihat dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tobat merupakan tempat pertama yang harus dilakukan oleh

16 Sa’id Hawwa, Kajian Lengkap Penyucian Jiwa: Tazkiyatun Nafs, (Jakarta: Penerbit Pena Pundi Aksara, 2007), h. 414.

17

Sudirman Tebba, Meraih dan Bahagia Dengan Istighfar, (Banten: Penerbit Pustaka Irvan, 2008), h.193.

seseorang untuk kembali ke jalan Allah. Karena selain dihapuskannya dosa-dosa yang lalu, tobat pun dapat mendatangkan hidayah Allah dalam kehidupan seseorang.

Adapun tobat yang diperintahkan kepada orang-orang Mukmin adalah tobat nashuha. Allah SWT., berfirman: Hai orang-orang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat nashuha (tobat yang semurni-murninya) (QS Al-Tahrim [66]: 8).18 Lalu, apa yang dimaksud dengan tobat nasuha?.

Al-Nasûh itu merupakan sîghah mubâlaghah (bentuk yang menunjukakan lebih) dari kata nâsih. Sebagaimana kata syakûr dan sabûr merupakan bentuk mubalaghah dari kata syâkir dan sâbir. Dalam bahasa arab, kata nasûh yang berasal dari huruf nûn, sâd, dan hâ itu, mengisyaratkan ungkapan bebas atau ikhlas (al-khulûs). Disebutkan, nasaha al-„asal (madu itu bersih), idzâ khalâ min al-ghisysy (jika kosong dari campuran). Dengan demikian, al-nush (bebas/ikhlas) dalam tobat itu layaknya al-nush dalam ibadah. Adapun al-nush dalam musyawarah, berarti membebaskan musyawarah itu dari bentuk penipuan, pengurangan, pengrusakan, dan melakukannya dalam kerangka yang paling sempurna. Al-nus (bersih/ikhlas) itu adalah lawan dari kata al-ghisysy (tipu/curang).19

18

Dapertemen Agama RI, Al-Qur`an Terjemahan, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2004), h. 561.

19

Yusuf Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat; Kembali ke Cahaya Allah, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2008), h.62.

Dalam buku Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, telah dikeluarkan oleh Ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas, telah berkata bahwa tobat nasuha adalah bila seseorang hamba menyesali perbuatan yang telah dilakukannya, sehingga ia memohon maaf kepada Allah, kemudian tidak melakukan dosa itu lagi untuk selamanya, sebagaimana susu yang telah menetes tidak akan kembali kepada sumbernya.20

Menurut Sudirman Tebba dalam bukunya Nikmatnya Tobat. Menyatakan bahwa Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin

Ka’/ab, dan Mu’adz bin Jabal sependapat bahwa tobat nashuha ialah tobat

yang tidak mau lagi kembali kepada kesalahan.21

Dari kedua pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwasannya tobat nashuhah merupakan kemantapan hati seseorang untuk tidak kembali kepada perbuatan-perbuatan yang salah. Berbeda dengan pengertian tobat nashuhah di bawah ini.

Menurut Said bin Jabair berpendapat bahwa tobat nashuha ialah tobat yang diterima oleh Allah. Untuk diterima tobat itu hendaklah memenuhi tiga syarat, yaitu takut tobatnya tidak akan diterima, mengharap agar tobatnya diterima, dan mulai saat itu memenuhi hidup dengan taat. Sedangkan Said bin al-Musyyab berpendapat bahwa tobat

20

Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Penerjemah Bahrun Abu Bakar, Lc., dkk., (Semarang: PT. CV Toha Putra, 1993), h. 265.

21

nashuha ialah menasehati diri, karena telah bersalah dan patuh menuruti nasehat itu. 22

Al-Quraizhiy berkata bahwa untuk mencapai tobat nashuha diperlukan empat hal, yaitu memohon ampun dengan lidah, berhenti dari dosa itu dengan badan, berjanji dengan diri sendiri tidak akan mengulangi lagi kesalahan dan dosa itu, dan menjauhkan diri dari teman-teman yang hanya akan membawa terperosok kepada yang buruk saja.23

Bila penulis melihat kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tobat nashuhah adalah tobat yang sebenar-benarnya tobat yang tidak hanya beristighfar dengan lisan, dan berhenti untuk tidak mengulangi kesalahan yang lalu. Namun kehidupannya selalu dipenuhi dengan ketaatannya kepada Allah, serta meninggalkan semua yang akan memicu timbulnya kemaksiatan.

Dokumen terkait