• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode tobat untuk penangan korban NAPZA dalam pembentukan kesalehan invidu di Yayasan Pesantren Nurul Jannah Kebon Kopi Cikarang Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metode tobat untuk penangan korban NAPZA dalam pembentukan kesalehan invidu di Yayasan Pesantren Nurul Jannah Kebon Kopi Cikarang Utara"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi ini diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Najwa Balqies

NIM: 107052002008

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juni 2011

(5)

i

membutuhkan terapi di suatu rehabilitasi, bukannya hukum. Adapun penanganan yang diberikan suatu tempat rehabilitasi untuk para korban NAPZA yaitu dengan menggunakan pendekatan Psikoreligius, karena hal tersebut bukan hanya dapat mencegah tetapi juga dapat menyembuhkan para korban penyalahgunaan NAPZA. Dengan pernyataan tersebut penulis memutuskan untuk melakukan penelitian di suatu Yayasan yang khusus diperuntukan untuk korban NAPZA yaitu di Yayasan Pesantren Nurul Jannah Kebon Kopi Cikarang-Utara yang penanganannya dengan cara metode tobat.

Dari asumsi dan penjelasan di atsa, kemudian timbul pertanyaan. Bagaimana cara pelaksanaan metode tobat bagi korban NAPZA sehingga dapat membentuk kesalehan individu?. Dan apa yang menjadi factor penghambat dan penunjang dalam penerapan metode tobat?.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Adapun teknik pengumpulan datanya dengan 3 cara yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sehingga dengan begitu penulis dapat mendeskripsikannya.

Penelitian ini menemukan, bahwa metode tobat yang diberikan kepada korban penyalahgunaan NAPZA itu terdiri dari 4 tahapan, diantaranya: tahap detoxifikasi (pen, pengukupan, dan obat herbal), pembinaan total mental spiritual, peningkatan materi katauhidan Allah SWT, dan bimbingan lanjut dengan cara uji coba pulang. Adapun faktor penghambatnya terletak pada residen (korban) yang sudah lupa ingatan, dan latar belakang residen yang tidak berpendidikan agama. Sedangkan faktor penunjangnya adalah diikut sertakannya seluruh residen dalam semua kegiatan yang ada dalam Yayasan, dan melakukan pembinaan ulang bagi residen yang yang kembali kambuh.

(6)

ii

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

limpahan rahmat dan karunianya kepada penulis sehinggga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “METODE TOBAT UNTUK PENANGANAN

KORBAN NAPZA DALAM MEMBENTUK KESALEHAN INDIVIDU DI

YAYASAN PESANTREN NURUL JANNAH KEBON KOPI CIKARANG-UTARA” sebagai bagian dari tugas penulis sebagai akademisi di Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya di program studi Bimbingan

Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula shalawat dan

salam yang tidak henti-hentinya dan selalu tercurah limpahkan kehadirat baginda

besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari

zaman yang intelektualitas dan modern seperti sekarang ini.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak yang selama ini telah banyak sekali membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini sampai akhir. Sebagai bentuk penghargaan yang tak

terhingga kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis dalam

merampungkan skripsi ini, maka izinkanlah penulis mengungkapkan ucapan

terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Orang tua tercinta, yaitu Bapak H. Mukhtar Ghozaly Syah dan Ibunda

(7)

iii

Azkiyah serta my lovely H. M. Salafudin Istikhori yang telah

memberikan do’a dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

3. Kepada Dr. Arief Subhan MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi. Drs. Wahidin Saputra MA, sebagai Pembantu

Dekan Bidang Akademik. Drs. Mahmud Djalal MA, sebagai Pembantu

Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan. Dan Drs. Study

Rizal, LK. MA, sebagai Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

4. Kepada Dra. Rini Laili Prihatini M. Si, sebagai Ketua Jurusan

Bimbingan Penyuluhan Islam, dan Drs. Sugiharto MA, sebagai

Sekretaris Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI), yang telah

membantu memberikan informasi akademik dan penyusunan transkip

nilai penulis.

5. Kapada dosen pembimbing, yaitu DR. Suparto, M. Ed. MA, yang telah

banyak meluangkan waktunya untuk membantu, mengarahkan,

membimbing, memberi masukan, saran dan kritikan yang membangun

dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Pimpinan dan seluruh Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif

(8)

iv

Miarsa beserta istri, dan seluruh pengurus Yayasan terima kasih atas

bantuan kalian yang telah mengizinkan penulis untuk merampungkan

skripsi di Yayasan.

8. Untuk teman-teman penulis yaitu BPI angkatan 2007 dan Al-Atsya

2007, khususnya Gonnah, Imung, Chien-me, tante Nurul, Votek dan

yang lainnya. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kalian

semua yang sudah banyak membantu dan men-support penulis.

Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya, hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah

SWT yang akan membalas semua kebaikan kalian semua. Amin ya Robbal

Alamin.

Ciputat, Juni 2011

(9)

v PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………...8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….9

D. Tinjauan Pustaka………10

E. Metodologi Penelitian………12

1. Metode Penelitian………...12

2. Penempatan Lokasi dan Waktu Penelitian……….13

3. Subyek dan Obyek………..14

4. Teknik Pengumpulan Data……….14

5. Teknik Analisis Data………..16

6. Teknik Penulisan………16

F. Sistematika Penulisan……….17

BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Tobat………...19

1. Pengertian Metode………19

2. Pengertian Tobat………...21

3. Macam-macam Tobat………...28

4. Syarat dan Etika Tobat……….31

5. Ciri-ciri Pertobatan yang Diterima………...35

6. Perintah Tobat………..36

4. Dampak Buruk NAPZA dalam Tubuh Manusia………..53

C. Kesalehan Individu………55

(10)

vi

B. Visi dan Misi………..62

C. Struktur dan Organisasi dan Pengelolaan………..62

D. Sarana dan Prasarana………..64

E. Persyaratan……….65

F. Proses Pertobatan………...67

BAB IV ANALISIS METODE TOBAT BAGI PENANGANAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DALAM PEMBENTUKAN KESALEHAN INDIVIDU DI YAYASAN PESATREN NURUL JANNAH A. Pelaksanaan Metode Tobat……….69

1. Waktu Pelaksanaan………...69

2. Pelaksanaan Metode Tobat dan Materi………70

a. Pelaksanaan Metode Tobat………70

b. Materi Metode Tobat………..71

3. Tahap Pelaksanaan Metode Tobat………72

a. Tajap Detoxifikasi………..72

b. Tahap Pembinaan Total Mental spiritual………...73

c. Tahap Peningkatan Materi dalam Hal Ketauhidan kepada Allah………...74

d. Tarapi Air Laut………...75

e. Tahap Bimbingan Lanjut………75

B. Analisis Metode Tobat bagi Penanganan Korban Penyalahgunaan NAPZA dalam Membentuk Kesalehan Individu………...76

1. Pelaksanaan Metode Tobat bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA dalam Pembentukan Kesalehan Individu…………...76

2. Faktor Penghambat dan Penunjang dalam Penerapan Metode Tobat………78 A. Lampiran 1 : Materi Tobat Bagi Residen………88

B. Lampiran 2 : Wirid Al-Hasyr………...92

C. Lampiran 3 : Daftar Ayat-ayat………...97

D. Lampiran 4 : Susunan Organisasi………..104

E. Lampiran 5 : Jadwal Kegiatan………...105

F. Lampiran 6 : Data Residen………106

(11)

1 A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan oleh Allah dengan sebaik-baik ciptaan. Akan

tetapi dibalik kesempurnaan itu manusia juga merupakan makhluk yang

lemah, yang tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa. Karena manusia

merupakan anak dan cucu Nabi Adam a.s. yang dalam sejarahnya telah

melakukan dosa sehingga dia diturunkan oleh Allah ke bumi. Dan dari sinilah

permulaan perjalanan manusia dimulai.

Apabila manusia tergelincir dalam perbuatan dosa, maka itu

merupakan turunan dari perbuatan Nabi Adam. Namun sesungguhnya Nabi

Adam telah menambal setelah memecahkan, membangun setelah

menghancurkan, dan bertobat setelah berbuat dosa. Maka orang yang bertobat

sesungguhnya telah menegakkan argumentasi atas keabsahan garis

keturunannya Nabi Adam dengan cara tetap berpegang pada batas sebagai

manusia. Sementara itu orang yang terus menerus berkubang dalam dosa dan

kezhaliman berarti mencatatkan dirinya pada garis keturunan setan.1

1

(12)

Oleh karena itu Allah selalu memerintahkan kepada kita semua untuk

bertobat memohon ampunan kepada-Nya. Sesuai dengan firman-Nya dalam

surat Ali-Imran ayat 133 yang berbunyi:

Yang artinya: “Dan bersegeralah kamu mencari Ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan Syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa”. 2

Dalam Al-Qur`an dan Sunnah terdapat begitu banyak istilah dan

perintah untuk bertobat. Dan Rasulullah pun bersabda:

Yang artinya: “Barang siapa yang bertobat sebelum matahari terbit

dari barat niscaya Allah akan mengampuninya”.3

Pengertian tobat itu sendiri menurut Sudirman Tebba dalam bukunya

yang berjudul “Meraih Sukses dan Bahagia dengan Istighfar” adalah

kembalinya seseorang ke jalan yang benar, sehingga kesuburan akan berlipat

dan kekuatan akan bertambah lebih dari yang sebelumnya, sedangkan

dosa-dosa yang lama dengan sendirinya akan diampuni oleh Allah dan

mereka akan dapat menempuh jalan yang benar dan terang menderang dari

2

Dapertemen Agama RI, Al-Qur`an Terjemahan, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2004), h.67

3

HR. Muslim, Kitab ad-Dzikr Wa ad-Du’a, dalam Ibnu Taimiyah, Mutiara Taubah,

(13)

hidayah Allah.4 Karena mengingat tak seorang pun yang dapat terhindar dari

perbuatan dosa, maka tobat merupakan jalan yang wajib ditempuh oleh setiap

manusia.

Di Era Globalisasi ini banyak orang terpukau di dalamnya, karena

mereka menyangka bahwa dengan modernisasi itu serta merta akan

membawa mereka kepada kesejahteraan. Akan tetapi mereka lupa bahwa

dibalik modernisasi yang serba gemerlap yang memukau itu ada gejala yang

dinamakan the agony of modernization, yaitu dampak sengsara karena

modernisasi.5

Hal ini dikemukakan oleh Prof. Nugroho Notosusanto pada pidato Dies Natalis Universitas Indonesia 1982 yang berjudul “Mengenali Medan

Pengabdian”. Gejala the agony of modernization merupakan ketegangan

psikososial itu dapat disaksikan oleh masyarakat, yaitu semakin

meningkatnya angka-angka kriminalitas yang disertai dengan tindak

kejahatan. Dikemukakan oleh para ahli bahwa gejala psikososial di atas,

disebabkan karena semakin modern suatu masyarakat semakin bertambah

intensitas dan eksistensi dari berbagai disorganisasi dan disintegrasi sosial di

masyarakat.6

4

Sudirman Tebba, Meraih Sukses dan Bahagia dengan Istighfar, (Banten: Penerbit Pustaka Irvan, 2008), h. 193.

5

Dadang Hawari, Al-Qur`an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, edisi ke-3, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h. 2.

6

(14)

Terjadinya fenomena di atas dalam kehidupan sehari-hari, maka

masyarakat luas menjadi mudah terprovokasi melakukan kegiatan-kegiatan

negatif, seperti halnya sekarang banyak orang yang mudah terjerumus kepada

gaya hidup hedonis, yaitu kehidupan yang semata-mata memuja kenikmatan

dunia, sehingga mereka mengenal bahkan akrab dengan salah satu barang

terlarang yakni NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif).

Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat bahwa, pada tahun 2008

terdapat 3,6 juta orang Indonesia yang mengkonsumsi narkoba. Sekitar 1,355

juta adalah pelajar dan mahasiswa. Di DKI Jakarta terdapat 6.980.700 butir

narkoba yang telah dikonsumsi oleh para pemakai, di Yogyakarta yang

jumlahnya mencapai 2.537.000, dan di Maluku 968.900 butir.7

Dan untuk daerah Jawa Timur kasus penyalahgunaan narkoba

pada tahun 2008, di mana tersangka kasus narkoba menyangkut

PNS/TNI/Polri sebanyak 216 kasus, swasta sebanyak 2.517 kasus, mahasiswa

44 kasus dan pelajar 31 kasus.8 Berdasarkan jenjang pendidikan, pengguna

narkoba yang terbanyak adalah remaja dengan jenjang pendidikan

SMA sebanyak 2.586 kasus, SLTP 555 kasus, SD 85 kasus dan Perguruan

Tinggi 61 kasus. Sedangkan di tahun 2009 terdapat 2.048 kasus dengan 2.650

7 Koran Jakarta, “Angka Penyalahgunaan Narkoba di Jakarta”, Artikel ini diakses pada 08 April 2011 dari http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=38603.

8

(15)

tersangka. Dan untuk daerah Jawa Barat kasus narkoba pada tahun 2009

mencapai 5.254 kasus.9

Pada tahun 2009 Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat

pengguna narkoba di Indonesia sekitar 3,2 juta orang, atau sekitar 1,5 persen

dari jumlah penduduk Negeri ini. Dari jumlah tersebut sebanyak 8.000 orang

menggunakan narkotika dengan alat bantu berupa jarum suntik, dan 60%

terjangkit HIV/AIDS, serta sekitar 15.000 orang meninggal setiap tahunnya

karena menggunakan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif).10

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hawari pada tahun 1990

telah dapat dibuktikan bahwa sebenarnya seorang pecandu NAPZA adalah

seorang yang mengalami gangguan kejiwaan, orang yang sakit, atau seorang

pasien yang memerlukan pertolongan terapi serta rehabilitasi, bukannya

hukum. Adapun perbuatan penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA dengan

segala dampaknya itu (kriminalitas dan perilaku anti sosial lainnya) adalah

merupakan perkembangan lanjut dari gangguan kejiwaan. Oleh karena itu

seharusnya penanganan terhadap mereka yang mengidap ketergantungan

NAPZA adalah rehabilitasi.11

9 BPS, “Data Kasus Narkoba”, Artikel ini diakses pada 08 April 2011 dari

http://www.bnpjabar.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=328:data-ungkap-kasus-narkoba-tahun-2009&catid=52:hasil-operasi&Itemid=182.

10

Vera Farah Bararah, “Banyak Orang yang Memakai Narkoba.” Artikel ini diakses pada 12 Februari 2011 dari http://health.detik.com/read/2009/07/13/103136/1163810/763/36-juta-orang-indonesia-pakai-narkoba-di- 2008?ld991107763.

11

Dadang Hawari, Psikiater, Al-Qur`an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,

(16)

Untuk dapat menanggulangi permasalahan ini, maka kita harus peka

untuk berupaya menyembuhkan dan menanggulangi para korban pecandu

NAPZA. Salah satu caranya yaitu dengan mendirikan tempat rehabilitasi,

yang di dalamnya terdapat terapi psikoreligius untuk memulihkan kesehatan

baik fisik maupun mental bagi mereka yang menyalahgunakan NAPZA.

Salah satu jalannya adalah adanya konsep pertobatan dalam

menangani pecandu NAPZA, untuk memperbaiki akidah dan meningkatkan

keimanan serta tauhid kepada Allah, sehingga seseorang dapat mengetahui

dan memahami dosa, kesalahan, dan kelalaiannya yang bertentangan dengan

nilai-nilai ajaran agama.

Dalam buku Al-Qur`an; Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa,

Dadang Hawari menyatakan bahwa pendekatan psikoreligius sangat penting

bagi upaya pencegahan, pengobatan, dan pemulihan. Karena ada kaitannya

antara peran agama dengan penangulangan NAZA, Hawari telah menemukan

sistem terpadu yaitu integrasi antara terapi medik, psikologik, dan agama,

dengan filosofi berobat dan bertobat. Dengan metode ini angka rawat inap

dapat ditekan dari 43,9% menjadi 12,21%. Kaitannya dengan ketaatan

beribadah maka penderita NAZA yang telah menjalani terapi dengan metode

berobat dan bertobat, bila penderita rajin menjalankan ibadah maka resiko

kekambuhan hanya 6,83%. Sedangkan yang bersangkutan tidak menjalankan

ibadah sama sekali resiko kambuh 71,67%.12

12

(17)

Dari pernyataan di atas, menggambarkan bahwa pentingnya

psikoreligius untuk penanganan korban penyalahgunaan NAPZA. Adapun

salah satu tempat rehabilitasi yang menggunakan psikoreligius adalah

Yayasan Pesantren Nurul Jannah.

Yayasan ini merupakan salah satu tempat rehabilitasi korban

penyalahgunaan NAPZA yang terletak di Kawasan Kebon Kopi, No.65 RT.

03/06, Desa Karang Asih, Cikarang Utara, Bekasi, Jawa Barat. Yayasan ini

menggunakan metode tobat dalam upaya penyembuhan korban

penyalahgunaan NAPZA, baik secara jasmani maupun rohani,13 dan

menyembuhkan akhlak pribadi.

Sesuai dengan Visi Yayasan yang menyatakan bahwa melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia bebas dari pengaruh penyalahgunaan NAPZA (narkoba) dan mengupayakan penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS menuju masyarakat yang sehat dan berkualitas, yaitu masyarakat yang beriman dan bertaqwa.14

Dari pernyataan di atas, penulis melihat bahwa yang menjadi tujuan

utama dari Yayasan ini adalah membentuk keimanan dan ketaqwaan

(kesalehan individu) para pengguna NAPZA. Sehingga mereka dapat menata

kembali kehidupannya.

Penulis meneliti di Yayasan Pesantren Nurul Jannah adalah

karena upaya penanganan korban penyalahgunaan NAPZA, yaitu dengan

suatu metode tobat. Hingga kaitannya antara tobat dengan korban NAPZA

13

Sehat jasmani adalah sehat jiwa, sehat rohani adalah orang yang tidak sakit karena selalu berpegang teguh kepada Al-Qur`an dan Hadits.

14

(18)

adalah memohon ampunan dan kesembuhan kepada Allah SWT. Oleh

karena itu, berdasarkan latar belakang di atas penulis merasa tertantang

untuk meneliti metode tobat bagi para penyalahguna NAPZA dengan

memberi judul: “METODE TOBAT UNTUK PENANGANAN KORBAN

NAPZA DALAM PEMBENTUKAN KESALEHAN INDIVIDU DI

YAYASAN PESANTREN NURUL JANNAH KEBON KOPI CIKARANG UTARA”

Adapun penting dan menariknya dari penelitian ini adalah metode

yang digunakan dalam penanganan korban penyalahgunaan NAPZA yaitu

dengan metode tobat, sehingga membuat kita yang mengetahuinya menjadi

penasaran. Bagaimana metode tersebut dapat diterapkan pada korban

penyalahgunaan NAPZA. Karena yang kita ketahui bahwa melaksanakan

tobat itu sendiri harus berdasarkan atas keinginan atau kemauan hati kita, dan

tanpa adanya hidayah Allah seseorang tidak akan tobat.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas dan berdasarkan hasil

survei awal. Pimpinan Yayasan Pesantren Nurul Jannah menjelaskan bahwa

terapi atau metode yang digunakan bagi penanganan korban NAPZA adalah

metode tobat.15

Dengan demikian penulis memfokuskan pembahasan ini dengan

membatasi masalah pada pelaksanaan metode tobat bagi para korban/pasien

15

(19)

penyalahgunaan NAPZA dalam membentuk kesholehan individu. Dan apa

yang menjadi faktor hambatan serta apa yang menjadi faktor pendukung

dalam pelaksanaan metode tobat. Dengan adanya batasan dalam masalah ini

untuk dapat mempermudah dan menghindari salah pengertian serta

mempertegas ruang lingkup pembahasan.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana cara pelaksanaan metode tobat bagi korban penyalahgunaan

NAPZA yang dilakukan oleh Yayasan Nurul Jannah sehingga

membentuk kesholehan individu?

2. Apa yang menjadi faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan

metode tobat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui, memaparkan, dan menganalisis pelaksanaan metode tobat

bagi korban penyalahgunaan NAPZA.

2. Menyebutkan faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung

dalam proses penerapan metode tobat.

(20)

1. Ilmu pengetahuan, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan

baru pada mata kuliah Ilmu Dakwah, Psikologi Konseling, dan Bimbingan

Punyuluhan/Konseling Islam.

2. Akademis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang dapat

dijadikan bahan acuan dalam menangani korban/pasien penyalahgunaan

NAPZA yang semakin meningkat dari tahun ke tahun bagi Universitas dan

Jurusan khususnya jurusan BPI (Bimbingan dan Penyuluhan Islam).

3. Lembaga, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan

konstruktif dalam menangani para korban NAPZA. Seperti: membangun

tempat-tempat rehabilitasi yang di dalamnya terdapat psikoreligius.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan suatu bagian dari penelitian yang

memuat tinjauan atas kepustakaan (literatur) yang berkaitan dengan topik

pembahasan, atau bahkan yang memberikan inspirasi dan mendasari

dilakukannya penelitian.16

Tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah :

1. Pengaruh Pelaksanaan Dzikir Syifa’ Terhadap Kesehatan Mental Korban

Pecandu Narkotika, Psikotrapika dan Zat Adiktif (NAPZA) Di Yayasan

16

(21)

Nurus Syifa’ Kelapa Dua Jakarta Barat. Oleh Tini Aulawiyah Komba,

104052002000, tahun 1429 H / 2008. Adapun kelebihan di dalam

penelitian tersebut adalah mengetahui bagaimana pengaruh terapi dzikir

terhadap kesehatan mental korban pecandu NAPZA. Sedangkan

kekurangan di dalam penelitian ini adalah tidak terlalu jelas bagaimana

pengaruh dzikir tersebut terhadap kesehatan pecandu NAPZA, karena

penelitian ini lebih memaparkan bagaimana pelaksanaannya.

2. Pelaksanaan Terapi Seni Dalam Pengembangan Kreatifitas Pasien NAZA

(Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif) Di Rumah Sakit Ketergantungan

Obat (RSKO) Cibubur Jakarta Timur. Oleh Siti Mutmainah,

104052001996, tahun 1430 H / 2009. Penelitian ini menggambarkan

macam-macam pelaksanaan terapi seni dalam mengembangkan kreativitas

pasien NAZA. Sayangnya kekurangan dari penelitian ini tidak

mengungkap segi religius yang ditonjolkan dalam penanganan pasien

NAPZA.

Skripsi ini penulis beri judul “Metode Tobat untuk Penanganan

Korban NAPZA dalam Membentuk Kesalehan Individu di Yayasan Pesantren

Nurul Jannah Kebon Kopi Cikarang Utara”. Penulis merasa bahwa penelitian

ini dengan penelitian yang sebelumnya sangatlah berbeda dalam penanganan

korban NAPZA. Karena penanganan yang diberikan kepada korban NAPZA

(22)

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti yang

dikutif Lexy J. Maleong yaitu, “Sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati. 17

Adapun sifat utama penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan

untuk mendeskripsikan apa-apa yang berlaku. Di dalamnya terdapat upaya

mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan menginterprestasikan

kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain, penelitian

deskriptif bertujuan memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan

saat ini.

Dalam hal ini, penulis melakukan observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Data yang diperoleh akan dianalisa serta disajikan dalam

suatu pandangan yang utuh. Dan penelitian ini bermaksud mengungkapkan

fakta-fakta yang tampak di lapangan dan digambarkan sebagaimana

adanya dengan berupaya memahami sudut pandang responden dan konteks

subjek penelitian secara mendalam, sehingga dipergunakan metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

17

(23)

2. Penempatan Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Pesantren Nurul Jannah yang

bertempat di Kawasan Kebon Kopi, No.65 RT. 03/06, Desa Karang Asih,

Cikarang Utara, Bekasi, Jawa Barat.

Alasan pemilihan lokasi penelitian ini didasari oleh

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

a. Yayasan ini merupakan tempat rehabilitas korban penyalahgunaan

NAPZA dengan menggunakan metode tobat. Oleh karena itu menarik

perhatian bagi yang para pembaca, karena ini merupakan hal yang baru

yang telah ditemukan oleh penulis dan belum banyak dikaji oleh

penulis-penulis yang lain.

b. Yayasan ini, merupakan Yayasan yang banyak dikenal oleh orang

banyak. Siswa-siswa yang ada di dalamnya pun berasal dari berbagai

macam tempat tinggal. Tidak hanya berasal dari lingkungan sekitar,

akan tetapi ada juga berasal dari luar pulau Jawa lainnya.

c. Yayasan ini merupakan tempat lembaga yang resmi tercatat di

Pemerintah. Di bawah naungan BNN (Badan Narkotika Nasional)

yang tiap 3 (tiga) bulan sekali dari pihak Yayasan harus mengirimkan

laporan.

(24)

3. Subyek dan Obyek

Adapun subjeknya adalah korban penyalahgunaan NAPZA.

Sedangkan objeknya adalah metode tobat yang digunakan di Yayasan

Pesantren Nurul Jannah Kebon Kopi Cikarang Utara.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik

dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Dan sesuai dengan

permasalahan penelitian dan data-data yang dibutuhkan. Maka penelitian

ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara menggunakan

teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi adalah teknik yang diarahkan pada kegiatan

memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan

mempertimbangkan hubungan antara aspek tersebut.18 Selama

observasi, penulis dibantu dengan alat-alat observasi seperti kamera,

buku catatan, dan alat tulis.

18

(25)

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan

mempergunakan tanya jawab antar pencari informasi dengan sumber

informasi.19

Dalam hal ini, penulis akan mewawancara informan dengan

teknik snow ball (bola salju). Dengan mewawancara beberapa orang

secara acak yang benar-benar menguasai permasalahan dalam

penelitian ini, kemudian penulis meminta rujukan untuk mendapatkan

informasi dari informasi lainnya, begitu seterusnya sampai sekiranya

sudah tidak muncul lagi informasi-informasi baru yang bervariasi.

Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi data

yang akurat tentang waktu dan kegiatan pelaksanaan metode tobat

yang dilakukan di Yayasan Nurul Jannah. Untuk itu, penulis

melakukan Tanya jawab langsung secara lisan dan face to face dengan

para pembimbing (guru/ustadz) dan para korban/pasien

penyalahgunaan NAPZA.

Dan banyaknya informan yang diwawancarai oleh penulis

yaitu berjumlah 4 orang. Adapun informannya adalah bapak K.H.

Adang Miarsa yaitu sebagai ketua pimpinan Yayasan sekaligus

pembina spiritual, bapak Jaja Tarsija yaitu sebagai asisten dari bapak

19

(26)

K.H Adang Miarsa, dan 2 residen laki-laki yaitu Yusuf dan Isa (bukan

nama yang sebenarnya).

5. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui

peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga

buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan

lainnya yang berhubungan dengan masalah metode tobat.20

6. Teknik Analisis Data

Pengelolaan data yang dilakukan dengan pendekatan deskriftif

kualitatif, yaitu menggunakan data secara verbal dan kualifikasi bersifat

teoritis. Tujuannya untuk menggambarkan pelaksanaan metode tobat yang

digunakan pembimbing (guru/ustadz) dalam menangani korban

penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Pesantren Nurul Jannah. Penelitian

kualitatif ini menghasilkan transkip wawancara, catatan lapangan, gambar,

dan yang lainnya.

7. Teknik Penulisan

Penelitian ini penulis berpedoman dan mengacu kepada buku

“Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan oleh CeQDA, April 2007,

20

(27)

cet. Ke-2. Selain itu penulis menggunakan buku-buku yang berhubungan

dengan metode penelitian dan Kamus Bahasa Indonesia.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini sangat diperlukan yang baik, benar, dan tepat

melalui aturan atau tata cara penulisan. Untuk dijadikan sebagai bahan acuan,

maka penulis memasukkan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Mengemukakan tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian

dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI. Meliputi Pengertian Metode, Pengertian Tobat, Macam-Macam Tobat, Syarat dan Etika

Tobat, Ciri-Ciri Pertobatn yang Diterima, Perintah Tobat,

Pengertian dan Jenis NAPZA, Korban Penyalahgunaan

NAPZA, Ciri-ciri Pengguna NAPZA, Dampak Buruk NAPZA

Dalam Tubuh Manusia, Pengertian Kesalehan Individu,

Ciri-ciri Kesalehan Individu, Tujuan Kesalehan Individu.

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN NURUL JANNAH

(28)

jannah, Strutur dan Organisasi dan Pengelola, Saran dan

Prasarana, Persyaratan, Proses Pertobatan.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA. Menjelaskan tentang Analisis Metode Tobat Bagi Penanganan Korban NAPZA dalam

Pembentukan Kesalehan Individu yang meliputi; Pelaksanaan

Metode Tobat dan Materi Metode Tobat, Tahapan

Pelaksanaan, Analisis Metode Tobat bagi Penanganan Korban

NAPZA dalam Pembentukan Kesalehan Individu.

BAB V PENUTUP. Merupakan bab terakhir yang menguraikan tentang Kesimpulan Penelitian ini dan Saran-saran yang

(29)

19

A. Metode Tobat

1. Pengertian Metode

Pada dasarnya semua manusia memiliki tujuan dalam hidupnya. Dan

untuk mencapai semua itu, maka dibutuhkannya suatu metode atau cara.

Sedangkan secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani, yang

terdiri dari penggalan kata “meta” yang berarti “melalui” dan “hedos

berarti “jalan”. Dalam pengertian yang lebih luas, metode bisa pula

diartikan sebagai “segala sesuatu atau cara yang digunakan untuk

mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan”.1

Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia metode ialah “cara

teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai

sesuai dengan yang dikehendaki atau cara kerja yang bersistem untuk

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang

ditentukan”.2 Sedangkan menurut Kamus Manajemen Metode ialah “cara

melaksanakan pekerjaan”3

1

M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h.120.

2

Depdiknas, Kamus Besar bahasa Indonesia, edisi ke-3, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 740.

3

(30)

Penulis melihat dari ketiga pengertian di atas, maka bisa disimpulkan

bahwa metode adalah jalan atau cara yang sudah diatur untuk

mempermudah pelaksanaan seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang

diinginkan. Selain berbicara tentang metode ada pula kata yang sering

orang banyak katakan yaitu kata teknik dan pendekatan. Dari ketiga kata

ini kedengarannya seperti memiliki makna dan kegunaan yang sama antara

kata yang satu dengan kata yang lainnya dalam melakukan suatu

pekerjaan.

Sesungguhnya ada perbedaan antara teknik daan metode pada sisi

fungsionalisnya. Metode merupakan unsur penggunaan yang bersifat

teoritis dan lebih luas dari sebagai bagian dari upaya ilmiah. Sedangkan

teknik dan atau pendekatan lebih bersifat teknis dan sesuatu yang empiris

serta spesifik yang terjadi pada penerapan suatu pekerjaan tertentu.

Dengan kata lain, teknik atau pendekatan bisa digunakan karena

dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang ditentukan pada saat melakukan

pekerjaan.4

Dalam pelayanan bimbingan dan penyuluhan (konseling) pada

umumnya penggunaan istilah metode dan teknik kadang kala dipakai

berganti-gantian tergantung kepada obyek yang sedang dilayani. Hal ini

perlu dikemukakan untuk memberikan wacana yang lebih luas dan

fleksibel mengenai berbagai metode dan teknik serta pendekatan yang

4

(31)

digunakan dalam memberikan pelayanan bimbingan penyuluhan dan

konseling.

2. Pengertian Tobat

kata “tobat” yang sudah menjadi kosa kata bahasa Indonesia berasal

dari kata bahasa Arab. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “tobat” mengandung dua pengertian. Pertama, tobat berarti sadar dan

menyesali dosanya (perbuatan salah atau jahat) dan berniat untuk

memperbaiki tingkah laku dan perbuatannya. Kedua, kata “tobat” berarti

kembali kepada agama (jalan, hal) yang benar. “Bertobat” berarti

menyadari, menyesali, dan berniat hendak memperbaiki (perbuatan yang

salah).5 Dalam Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, tâba berarti tobat,

bertobat.6

Dalam bahasa Arab kata “tobat” itu adalah bentuk dasar (mashdar) dari

kata ( ت ), ( وتي ), ( ةبوت ). Kata “tobat” berarti kembali ke jalan yang

benar”. Secara istilah, tobat berarti kembali kepada Allah dengan

melepaskan segala ikatan penyimpangan yang pernah dilakukan, kemudian

bertekad untuk melaksanakan segala hak-hak Allah.7

Dalam Tafsir Al-Mishbah, bertobat atau menyucikan diri dari kotoran

bathin, sedang menyucikan dari kotoran lahir adalah mandi atau

5

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar bahasa Indonesia, edisi ke. 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1202.

6

Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer; Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit Multi Karya Grafika, 1998), h. 98.

7

(32)

berwudhu.8 Lain halnya istilah tobat yang dijelaskan dalam Ensiklopedia

Tasawuf yang mengartikan tobat yaitu kembali dari sesuatu yang dicela

oleh syara’ menuju sesuatu yang dipuji.9

Bila penulis melihat kedua penjelasan di atas, maka tampak adanya

perbedaan konteks. Namun, pada dasarnya kedua istilah tersebut memiliki

satu makna yaitu kembali kepada jalan Allah.

Sebelum penulis membicarakan tentang macam-macam tobat, syarat

dan etika tobat, serta perintah tobat. Maka setidaknya kita harus

mengetahui terlebih dahulu tentang apa yang dimaksud dengan tobat.

Maka di sini akan dijelaskan pengertian tobat menurut beberapa para ahli,

diantaranya adalah:

Dalam buku Menembus Dosa; Makna dan Tatacara Bertobat,

Saifuddin Zuhri menjelaskan bahwa tobat merupakan ungkapan dari suatu

pengertian yang tersusun dari tiga unsur secara berurutan, yaitu

diantaranya: ilmu, kondisi, dan perbuatan. Ilmu akan menghasilkan

kondisi, kondisi akan menghasilkan perbuatan.10

Ilmu di sini adalah pengetahuan seorang hamba tentang besarnya

bahaya yang diakibatkan oleh dosa-dosanya. Sehingga dosa tersebut

menjadi penghalang antara dirinya dengan Allah (objek yang dicintainya).

8

Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan, Keserasian, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 480.

9

UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Tasawuf Jilid 3, (Bandung: Penerbit Angkasa, 2008), h. 1337.

10

(33)

Dengan begitu, timbullah perasaan sedih, dan sakit karena objek yang

dicintainya hilang. Selanjutnya, apabila rasa sakit itu telah mendominasi

hati dan menguasainya, maka perasaan itu akan menyadarkannya akan

masa kini, masa lalu, dan masa yang akan datang.11

Bila penulis melihat penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan.

Bahwa orang yang melakukan tobat pada dasarnya mereka mengetahui

tentang apa yang dilakukannya. Sehingga mereka dapat merasakan bahwa

apa yang mereka lakukan telah bertentangan dengan apa yang menjadi

aturan Allah.

Kaitannya dengan masa kini, masa lalu, dan masa mendatang adalah

bahwa masa kini tercermin melalui tindakan segera meninggalkan dosa

yang sedang dikerjakannya; korelasinya dengan masa yang akan datang

tercermin melalui tekad untuk menjauhi setiap dosa yang dapat

menyebabkan hilangnya objek yang dicintai sampai akhir hayat; sementara

korelasinya dengan masa lalu dilakukan dengan segera mengganti apa-apa

yang pernah terlewatkan dengan kebaikan dengan mengerjakan ulang jika

hal tersebut dapat diperbaiki.12

Menurut Abu Abdillah Sofyan Chalid Ruray menjelaskan dalam

tulisannya.13 Bahwa Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-„Utsaimin

rahimahullah menerangkan, Makna taubat secara bahasa adalah

11

Ibid., h. 22. 12

Ibid., h. 23. 13

(34)

kembali, sedangkan menurut perngertian syar’i taubat adalah kembali

dari maksiat kepada Allah Ta’ala menuju ketaatan kepada-Nya. Dan

taubat yang paling agung serta paling wajib adalah taubat dari

kekafiran kepada keimanan.

Dalam buku Menembus Dosa dengan Tobat menyatakan bahwa Sahal

bin Abdullah At-Tustari, tobat adalah penggantian gerak-gerik yang tercela

dengan gerak-gerik terpuji.14

Bila penulis melihat dari kedua pengertian di atas. Maka dapat

diartikan bahwa tobat di sini hanya kembalinya seseorang ke jalan Allah

dari kemaksiatan dan perubahan yang dilakukan ialah dengan mengganti

perbuatannya yang dulu dengan kebaikan. Lain halnya dengan pengertian

tobat di bawah ini.

Menurut H. Mahmus dalam bukunya Terjemahan Irsyadul Ibad,

menyatakan bahwa Al-Qadhi Husain, Abutthoyyib Imam Mawardi dan

Ulama yang lainnya berpendapat bahwa tobat masih perlu diisyaratkan lagi

yaitu membaca istigfar dengan lidahnya, hatinya menyesal atas perbuatan

yang dilakukan.15

Penulis melihat bahwa tobat yang dijelaskan di atas, adalah tobat yang

mengharuskan seseorang melafalkan kata istighfar yang disertai dengan

penyesalan. Namun tidak adanya penjelasan tentang apa yang harus

14Imam Abū Hāmid Muhammad bin Muhammad al

-Ghazālī, Menebus Dosa; Makna dan Tatacara Bertobat. Penerjemah Saifuddin Zuhri (Bandung: Pustaka Hidayah, 2008), h. 23.

15

(35)

dilakukan oleh seseorang setelah bertobat. Berbeda dengan penjelasan

tobat di bawah ini.

Dalam buku Kajian Lengkap Penyucian Jiwa: Tazkiyatun Nafs, Sa’id

Hawwa menyatakan bahwa tobat dari dosa dengan cara kembali kepada

Allah merupakan jalan pembuka bagi orang-orang yang sedang

mengadakan perjalanan, modal bagi orang-orang yang beruntung, langkah

awal para murid, kunci istiqamah orang-orang yang condong kepada

Allah, teropong bagi orang-orang pilihan dan orang-orang yang dekat

kepada-Nya, yang dilakukan oleh para Nabi, mulai dari Adam dan umat

para Nabi, termasuk kita sebagai umat Nabi Muhammad, adalah sangat

layak dilakukan. Bertobat berarti mengikuti Sunnah para Nabi dan

Rasulullah.16

Menurut Sudirman Tebba dalam bukunya Meraih dan Bahagia dengan

Istighfar, tobat adalah kembali ke jalan yang benar, maka kesuburan akan

berlipat dan kekuatan akan berlimpah dari yang selama ini, dan dosa-dosa

yang lama itu dengan sendirinya akan diampuni oleh Allah dan mereka

akan dapat menempuh jalan yang benar dan terang menderang dari

hidayah Allah.17

Penulis melihat dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan

bahwa tobat merupakan tempat pertama yang harus dilakukan oleh

16 Sa’id

Hawwa, Kajian Lengkap Penyucian Jiwa: Tazkiyatun Nafs, (Jakarta: Penerbit Pena Pundi Aksara, 2007), h. 414.

17

(36)

seseorang untuk kembali ke jalan Allah. Karena selain dihapuskannya

dosa-dosa yang lalu, tobat pun dapat mendatangkan hidayah Allah dalam

kehidupan seseorang.

Adapun tobat yang diperintahkan kepada orang-orang Mukmin adalah

tobat nashuha. Allah SWT., berfirman: Hai orang-orang beriman,

bertobatlah kepada Allah dengan tobat nashuha (tobat yang

semurni-murninya) (QS Al-Tahrim [66]: 8).18 Lalu, apa yang dimaksud dengan

tobat nasuha?.

Al-Nasûh itu merupakan sîghah mubâlaghah (bentuk yang

menunjukakan lebih) dari kata nâsih. Sebagaimana kata syakûr dan sabûr

merupakan bentuk mubalaghah dari kata syâkir dan sâbir. Dalam bahasa

arab, kata nasûh yang berasal dari huruf nûn, sâd, dan hâ itu,

mengisyaratkan ungkapan bebas atau ikhlas (al-khulûs). Disebutkan,

nasaha al-„asal (madu itu bersih), idzâ khalâ min al-ghisysy (jika kosong

dari campuran). Dengan demikian, al-nush (bebas/ikhlas) dalam tobat itu

layaknya al-nush dalam ibadah. Adapun al-nush dalam musyawarah,

berarti membebaskan musyawarah itu dari bentuk penipuan, pengurangan,

pengrusakan, dan melakukannya dalam kerangka yang paling sempurna.

Al-nus (bersih/ikhlas) itu adalah lawan dari kata al-ghisysy (tipu/curang).19

18

Dapertemen Agama RI, Al-Qur`an Terjemahan, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2004), h. 561.

19

(37)

Dalam buku Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, telah dikeluarkan oleh

Ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas, telah berkata bahwa tobat nasuha adalah

bila seseorang hamba menyesali perbuatan yang telah dilakukannya,

sehingga ia memohon maaf kepada Allah, kemudian tidak melakukan dosa

itu lagi untuk selamanya, sebagaimana susu yang telah menetes tidak akan

kembali kepada sumbernya.20

Menurut Sudirman Tebba dalam bukunya Nikmatnya Tobat.

Menyatakan bahwa Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin

Ka’/ab, dan Mu’adz bin Jabal sependapat bahwa tobat nashuha ialah tobat

yang tidak mau lagi kembali kepada kesalahan.21

Dari kedua pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwasannya tobat nashuhah merupakan kemantapan hati seseorang untuk

tidak kembali kepada perbuatan-perbuatan yang salah. Berbeda dengan

pengertian tobat nashuhah di bawah ini.

Menurut Said bin Jabair berpendapat bahwa tobat nashuha ialah

tobat yang diterima oleh Allah. Untuk diterima tobat itu hendaklah

memenuhi tiga syarat, yaitu takut tobatnya tidak akan diterima,

mengharap agar tobatnya diterima, dan mulai saat itu memenuhi hidup

dengan taat. Sedangkan Said bin al-Musyyab berpendapat bahwa tobat

20

Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Penerjemah Bahrun Abu Bakar, Lc., dkk., (Semarang: PT. CV Toha Putra, 1993), h. 265.

21

(38)

nashuha ialah menasehati diri, karena telah bersalah dan patuh menuruti

nasehat itu. 22

Al-Quraizhiy berkata bahwa untuk mencapai tobat nashuha diperlukan

empat hal, yaitu memohon ampun dengan lidah, berhenti dari dosa itu

dengan badan, berjanji dengan diri sendiri tidak akan mengulangi lagi

kesalahan dan dosa itu, dan menjauhkan diri dari teman-teman yang hanya

akan membawa terperosok kepada yang buruk saja.23

Bila penulis melihat kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan

bahwa tobat nashuhah adalah tobat yang sebenar-benarnya tobat yang

tidak hanya beristighfar dengan lisan, dan berhenti untuk tidak mengulangi

kesalahan yang lalu. Namun kehidupannya selalu dipenuhi dengan

ketaatannya kepada Allah, serta meninggalkan semua yang akan memicu

timbulnya kemaksiatan.

3. Macam-macam Tobat

Tobat itu pada hakikatnya tidak hanya terkait dengan permohonan

ampunan dosa yang pernah dilakukan, tetapi juga termasuk permohonan

ampun yang bukan karena dosa. Imam al-Ghazali membagi tobat itu atas

tiga macam, yaitu: 24

22

Sudirman Tebba, Nikmatnya Tobat, (Jakarta: Pustaka Irvan, 2007), h. 143. 23

Ibid., h. 144. 24

(39)

a. Tobat (kembali), yaitu permohonan ampun dari segala dosa yang

sudah dilakukan disertai tekad untuk tidak kembali dari kemaksiatan

menuju kepada ketaatan kepada Allah SWT, tidak kembali dari

perbuatan dosa menuju kepada perbuatan kebajikan.

b. Firar (lari, meninggalkan), yaitu permohonan ampun dengan tekad

meninggalkan kemaksiatan menuju kepada kebijakkan, atau tekad

untuk meningkatkan amal kebajikan, dari yang baik menuju kepada

yang lebih baik, dari yang sempurna menuju kepada yang lebih

sempurna.

c. Niyabat, yaitu permohonan ampun yang dilakukan secara terus

menerus sekalipun tidak berdosa.

Penulis melihat penjelasan dari ketiga macam-macam bentuk tobat di

atas, maka dapat memberikan gambaran kepada kita semua. Bahwa kita

sebagai umat manusia merupakan termasuk dari golongan apa ketika

melaksanaan tobat.

Sedangkan menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan

dalam bukunya Mutiara Tobat, telah membagi tobat menjadi dua macam,

yaitu wajib dan sunnah.25 Pertama, tobat wajib adalah bertobat dari

meninggalkan kewajiban atau melakukan larangan. Tobat ini wajib

25

(40)

dilakukan oleh setiap hamba sebagaimana perintah Allah SWT dalam

kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya.

Kedua, tobat sunah adalah bertobat dari meninggalkan amalan-amalan

sunah atau melakukan amalan makruh. Orang yang hanya melakukan tobat

jenis pertama termasuk golongan moderat ( دصتقملا رارباا ), dan orang yang

melakukan kedua jenis tobat di atas termasuk golongan yang berlomba

dalam berbuat kebajikan ( ةيريخلا قب س ), sedangkan yang tidak melakukan

keduanya termasuk golongan yang zhalim ( سف ل مل ظ ), mungkin kafir

atau fasik.26

Penjelasan untuk kedua macam tobat di atas, sebelumnya telah

dipertegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya Surat Al-waqiah ayat

7-12, yang berbunyi:

Yang artinya: “Dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). Mereka itulah orang

yang didekatkan (kepada Allah).berada dalam surga kenikmatan”.27

26

Ibid., h. 29. 27

(41)

4. Syarat dan Etika Tobat

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang ketika

melakukan tobat. Syarat-syarat itu akan sangat terkait dengan dosa-dosa

yang dilakukan karena pelanggaran terhadap hak-hak Allah atau terhadap

hak-hak manusia.

Terhadap hak-hak Allah, syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah

sebagai berikut:28

a. Menyadari dan mengakui adanya perbuatan dosa yang dilakukan.

b. Menyesali dari dari perbuatan maksiat yang dilakukan. c. Bertekad untuk tidak akan mengulangi lagi perbuatan seperti

itu.

d. Setelah bertobat, memperbanyak dan meningkatkan amal kebajikan, tidak hanya dari segi kuantitasnya, tetapi juga kualitasnya, tidak hanya yang wajib, tetapi juga yang sunah. Terhadap hak-hak manusia, syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah

sebagai berikut:29

a. Menyadari dan mengakui adanya perbuatan dosa yang dilakukan terhadap sesama.

b. Memohon maaf kepada yang bersangkutan, jika dosa itu menyangkut kehormatan orang lain.

c. Mengembalikan harta kepada pemiliknya, jika itu menyangkut pengambilan harta benda orang lain tanpa hak. d. Menyesali diri dari perbuatan maksiat yang telah dilakukan. e. Setelah bertobat, memperbanyak dan meningkatkan amal

kebajikan, tidak hanya dari segi kuantitas, tetapi juga kualitasnya, tidak hanya yang wajib, tetapi juga yang sunah.

28

Chalid Ruray, “Taubat Muara Terindah Bagi Seorang Hamba”, Artikel ini diakses pada 23 Februari 2011 pada http://mediasalaf.com/aqidah/taubat-muara-terindah-bagi-seorang-hamba/.

29

Ibid., “Taubat Muara Terindah Bagi Seorang Hamba”, Artikel ini diakses pada 23 Februari 2011 pada http://mediasalaf.com/aqidah/taubat-muara-terindah-bagi-seorang-hamba/.

(42)

Dalam buku Kitab Petunjuk Tobat, Yusuf Qardhawi menyatakan ada

beberapa syarat dan etika yang harus dipenuhi agar tobatnya yang kita

lakukan diterima di sisi Allah, 30 antara lain:

a. Niat yang ikhlas dan mengharap ridha Allah dalam melakukannya.

Sesungguhnya Allah SWT tidak akan menerima amal apapun, kecuali

jika dilakukan secara ikhlas untuk mengharap keridhaan-Nya.

Rasulullah bersabda:

Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niat. Dan seseorang

itu hanya akan mendapatkan pahala dari niat yang dia miliki” (HR. Al-Bukhari).31

b. Hati menyertai lisan sewaktu melakukan tobat. Oleh karena itu, jangan pernah seseorang berkata, “Aku memohon ampunan kepada Allah,

sedangkan hatinya terus-menerus berbuat maksiat. Diriwayatkan dari

Ibn „Abbas, dia berkata, “Orang yang memohon ampunan kepada

Allah, tetapi berbuat maksiat, maka ia seperti orang yang

mengolok-olok Tuhannya”.32

c. Etika yang harus diperhatikan dalam tobat adalah seseorang yang

mesti melakukannya dalam keadaan suci, sehingga ia sedang

30

Yusuf Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat; Kembali Ke Cahaya Allah, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2000), h. 109.

31

Abu Abdullah Al-Bukhori, Shohih Bukhori, (Bairut: Daar Ibnu Katsir, 1987), Jilid 1, h. 1.

32

(43)

benar berada dalam kondisinya yang paling baik, lahir maupun bathin. Sebagaimana dalam riwayat Ali ibn Abu Thalib, dia berkata, “Abu

Bakar r.a. menceritakan kepadaku dan dia adalah seorang yang jujur,

bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak ada seorangpun yang melakukan satu perbuatan dosa, lalu

dia segera bangkit dan bersuci, alangkah baiknya aktivitas bersuci yang dia lakukan, dan kemudian dia memohon ampun kepada Allah Azza wa Jalla, kecuali dia akan diampuni oleh-Nya”, lalu beliau membaca firman Allah, dan (juga) orang-orang yang apabila menegrjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka (segera) ingat akan Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui (QS: Ali Imram [3]: 135).33

d. Di antara etika tobat yang harus dijalani seseorang adalah memiliki

perasaan takut dan harapan sewaktu meminta ampunan kepada Allah.

Sungguh Allah telah menyifati diri-Nya dengan firman-Nya, Yang

mengampuni dosa dan menerima tobat lagi keras hukuman-Nya (QS.

Al-Mukmin [40]: 3); Ketahuilah, sesungguhnya Allah amat keras

33

(44)

siksaan-Nya, dan sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang (QS. Al-Maidah [5]: 98).34

Oleh karena itu tidak seharusnya orang yang berbuat maksiat

meninggalkan tobat, bagaimanapun besarnya dosa yang telah ia

lakukan. Sebab, sesungguhnya ampunan Allah itu lebih besar dari

pada dosanya, rahmat-Nya Maha luas, dan pemaafan-Nya lebih

banyak.

e. Dalam tobat, seseorang juga harus memilih waktu-waktu yang utama.

Misalnya waktu sahur, sebagaimana Allah SWT berfirman: Dan yang

memohon ampunan pada waktu pagi sebelum sahur (sebelum fajar).

(QS. Ali „Imran [3]: 17); Dan selalu memohon ampunan pada waktu

pagi sebelum fajar (akhir malam). (QS. Al-Dzariyat [51]: 18).35

f. Di antara etika tobat berdoa dan beristigfar dengan rangkaian doa

yang disebutkan dalam Al-Qur`an dan Sunnah. Sesungguhnya doa

yang diajarkan Al-Qur`an dan Sunnah sangat jelas, seimbang, lugas,

teratur, dan memiliki pengaruh yang besar pada hati. Lain halnya

dengan doa yang dibuat-buat oleh manusia dari rangkaian kata yang

dipilih dan disusunnya, Karena ia tidak memiliki keindahan yang

34

Dapertemen Agama RI, Al-Qur`an Terjemahan, (Bandung ,PT. Syaamil Cipta Media: 2004), h. 124.

35

(45)

dimiliki kalimat Al-Qur`an, dan tidak mempunyai keluhuran yang

tersimpan dalam rangkaian doa-doa Nabi.36

Di antara rangkaian doa-doa yang diajarkan dalam Al-Qur`an

adalah doa-doa yang disebutkan Al-Qur`an dari Adam, Nuh, Ibrahim,

dan yang lainnya dari pada Nabi, Rasul, dan orang-orang yang shaleh,

diantaranya sebagai berukut:

Yang artinya: Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (QS. Ali Imran [3]: 147).37

5. Ciri-ciri Pertobatan yang Diterima

Pertobatan yang diterima memiliki beberapa ciri, dan berbeda dari

pada pertobatan yang ditolak oleh Allah SWT. Adapun ciri-ciri

pertobatan yang diterima menurut Yusuf Qordhawi dalam bukunya

yang bejudul Kitab Petunjuk Tobat; Kembali ke Cahaya Allah,

diantaranya adalah:38

a. Setelah melakukan pertobatan, seseorang menjadi lebih baik dari

pada sebelumnya.

36

Yusuf Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat; Kembali Ke Cahaya Allah, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2000), h. 114.

37

Dapertemen Agama RI, Al-Qur`an Terjemahan, (Bandung ,PT. Syaamil Cipta Media: 2004), h. 68.

38

(46)

b. Perasaan takut selalu menyertai pelaku pertobatan. Ia tidak pernah

merasa aman dari makar Allah, sekalipun hanya sekedip mata.

c. Terkoyak-koyak hati karena rasa penyesalan dan rasa takut yang

mendalam. Hal ini sesuai dengan kadar besar dan kecilnya

perbuatan buruk yang telah ia lakukan.

d. Keterkoyakan hati, tidak ada sesuatu pun yang menyerupainya,

tidak ada pada orang yang tidak berdosa, bukan karena lapar,

bukan karena berolahraga, dan bukan hanya karena cinta.

Sesungguhnya ia merupakan sesuatu yang ada dibalik semua hal

tersebut, yang akan menghancurkan hati di hadapan Sang Tuhan.39

Ini semua merupakan pengaruh dari pertobatan yang diterima oleh

Allah. Dan apabila seseorang telah melakukan tobat, namun tidak

menemukan atau merasakan pengaruh dan perubahan dari tobat

tersebut di dalam hatinya, maka seharusnya kita harus mencurigai

pertobatan kita.

6. Perintah Tobat

Tobat merupakan salah satu bentuk kebajikan yang harus

dilakukan oleh setiap manusia, baik yang merasa dirinya berdosa

maupun tidak. Tobat bagi orang-orang yang berdosa merupakan jalan

yang wajib di lalui untuk memohon ampunan kepada Allah agar

39

(47)

dosanya di ampunkan oleh Allah, sedangkan tobat bagi orang-orang

yang merasa tidak berdosa merupakan jalan yang baik untuk memupuk

pahala. Oleh karena itu, tobat merupakan salah satu perintah agama

yang harus dilakukan oleh seluruh umat manusia.

Di dalam Al-Qur`an terdapat ayat yang memerintahkan untuk

melakukan tobat, demikian pula di dalam haditsnya, Rasulullah

memerintahkan dan memberikan pujian kepada orang-orang yang

melakukan tobat.40 Adapun ayat-ayat yang memerintahkan tentang

tobat, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. QS. Tahrim (66): 8:

Yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada

Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan:

”Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan

ampunilah kami, Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatunya”.41

40

Yusuf, Mutiara Taubat, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2006), h. 28-29. 41

(48)

b. QS. An-Nur: 31

Yang artinya: ”Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai

orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.42 c. QS. Hud: 52

Yang artinya: Dan (dia berkata): “Hai kaum-Ku, mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu

berpaling dengan berbuat dosa”.43 d. QS. Hud: 61

Yang artinya: “karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian

bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa-Nya)”.44

Di antara hadits Nabi yang memerintahkan tobat ialah:

a. Dan dalam Shahih Muslim dari Abi Burdah dari al-Aghar dari Ibnu

Umar r.a. dari Nabi SAW bersabda:

42

Ibid., 353. 43

Ibid., h. 228. 44

(49)

Yang artinya: “Wahai sekalian manusia, bertobatlah kalian kepada Allah, sesungguhnya aku bertobat kepada-Nya dalam sehari seratus kali”.45

b. Dari Abu Burdah dari al-aghar al-Muzani berkata: Rasulullah SAW

bersabda:

Yang artinya: “Sesungguhnya hatiku-terkadang-lalai, dan

sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah dalam sehari

seratus kali”.46

c. Diriwayatkan dari Nabi SAW oleh Ibnu Mas’ud, al-Bara ibn „Azib,

an-Nu’man ibn Basyir, Abu Hurairah dan Anas ibn Malik r.a.

Dalam ash-Shahihain dari Ibnu Mas’ud r.a. berkata: Rasulullah

SAW bersabda:

Yang artinya: “Sesungguhnya Allah benar-benar lebih gembira

dengan tobat salah seorang diantara kalian dari pada seseorang yang bepergian di padang pasir nan tandus, ia membawa serta unta dengan makanan, minuman, pembekalan, dan barang-barang kebutuhannya, kemudian ia kehilangan unta tersebut, ia lalu

45

HR. Muslim, Kitab ad-Dzikru Wa ad-Du’a Wa at-Taubah wal Istigfar, Bab Istihbab al-Istighfar Wal Istiktsar Minhu, dalam Ibnu Taimiyah, Mutiara Taubah, (Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2004), h. 22.

46

(50)

keluar untuk mencarinya sampai hampir matti tapi tetap tidak

menemukannya, ia lalu berkata: “Aku akan kembali ke tempat

pertama kali aku kehilangan untaku biar aku mati di sana”, ia lalu kembali ke tempat semula, kemudian ia tertidur dan ketika bangun ia dapati untanya berada di hadapannya bersama dengan makanan, minuman, pembekalan, dan barang-barang

kebutuhannya”.47

B. NAPZA

1. Pengertian dan Jenis NAPZA a. Narkotika

Narkotika berasal dari bahasa Inggris “Narcotics” yang berarti

obat yang menidurkan atau obat bius.48 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Narkotika adalah “Obat untuk menenangkan syaraf,

menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa ngantuk atau ransangan

(opium, ganja,dsb).”49

Dan menurut Pasal 1 butir (1) Undang-undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika (UU No.22/1997): “Narkotika adalah zat atau

obat yang berasal dari tanaman atau sintesis maupun semi sintesis

yang dapat menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan

dapat menimbulkan ketergantungan”.50

47

HR. Bukhari, Kitab ad-Da’awa,t Bab at-Taubah, dalam Ibnu Taimiyah, Mutiara Taubah, (Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2004), h. 26.

48

Echols, M. John.,, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, (Jakarta: Penerbit. PT. Gramedia, t.t), h.390.

49

Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 1988), h. 609.

50

(51)

Selanjutnya dalam Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang No.22 tahun

1997, Narkotika dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu:

1) Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat

digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak

digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sanggan tinggi

mengakibatkan ketergantungan. Contohnya: Opium, Ganja, Heroin,

Kokain, dan lain-lain.

2) Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk

pengobatan yang digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat

digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan

ketergantungan. Contoh: Benzetidin, Betametadol, Difenoksilat,

Hidromorfinal, Metadon, Morfin, Petidin, dan turunannya dan

lain-lain.

3) Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak dalam terapi dan/atau tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan. Contohnya: Kodein, Norkodina,

Propiran, dan lain-lain.51

Berdasarkan cara pembuatannya, Narkotika dibedakan ke dalam

3 (tiga) golongan, yaitu :

51

(52)

1) Narkotika Alami

Adalah Narkotika yang zat aktifnya diambil dari

tumbuh-tumbuhan (alam), contohnya adalah: Ganja, Hasis, Coca, Opium.

2) Narkotika Semi Sintetik

Adalah Narkotika alami yang diolah, diambil zat adiktifnya

(intisarinya) agar memiliki khasiat lebih kuat sehingga dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan kedokteran. Contohnya: Morfin,

Codein, Heroin, Cocaine.

3) Narkotika Sintetik

Adalah Narkotika palsu yang dibuat dari bahan kimia,

digunakan untuk pembiusan dan untuk pengobatan bagi orang yang

menderita ketergantungan Narkoba sebagai Narkoba pengganti

(Subssitusi), seperti: Petidine, Methadone, dan Naltrexon.52

b. Psikotropika

Psikotropika menurut Pasal 1 butir (1), Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika (UU No. 5/1997): “Psikotropika

adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan

narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif

52

(53)

pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada

aktivitas mental dan perilaku”.53

Jenis-jenis dari psikotropika yang berdasarkan

Undang-Undang No. 5 tahun 1997 psikotropika dibedakan menjadi empat

golongan, yaitu :

1) Psikotropika Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat

digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan

dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya: LSD

(Lysergic Acid Diethyltamide), MDMA (Shabu/SS atau

Ekstacy).

2) Psikotropika Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat

untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau

untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya:

Amfetamin, Metamfetamin, Metakulon.

3) Psikotrapika Golongan IV adalah psikotrapika yang berkhasiat

untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan ilmu pengatahuan serta mempunyai

53

(54)

potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Contohnya: Diazepam, Lefetamina, Nitrazepm.54

Berdasarkan Ilmu Farmakologi, Psikotropika dikelompokan

kedalam tiga golongan : 55

1) Kelompok Deressant/Penekan Saraf Pusat/Penenang/Obat

Tidur; Bila diminum memberikan rasa tenang, mengantuk,

tentram, damai, menghilangkan rasa takut, was-was, dan

gelisah. Contoh: Valium, Rohipnol, Mogadon.

2) Kelompok Stimulan/Peransang Saraf Pusat/Anti tidur; Bila

diminum mendatangkan rasa riang gembira, hilang rasa

bermusuhan, hilang rasa marah, ingin selalu aktif, dan badan

merasa fit tidak terasa lapar. Daya kerja otak menjadi serba

cepat namun kurang terkendali., kurang terkontrol. Contoh:

Amfetamin, Estasy, Shabu.

3) Kelompok Halusinogen; Halusinogen adalah obat atau zat atau

tanaman atau makanan atau minuman yang dapat

menimbulkan khayalan. Bila diminum dapat mendatangkan

ilusi atau khayalan tentang peristiwa-peristiwa yang

mengerikan, menakutkan kadang-kadang khayalan nikmat,

seks, dan sebagainya. Contoh: LSD (Lysergic Acid

54

Ibid., h. 17. 55

Gambar

GAMBARAN UMUM YAYASAN PESANTREN NURUL JANNAH
GAMBARAN UMUM YAYASAN NURUL JANNAH
GAMBARAN UMUM YAYASAN PESANTREN NURUL JANNAH

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi rantai pemasaran dan faktor yang mempengaruhi kinerja kelembagaan pemasaran ikan komoditas utama di

Analisis Curah Hujan Bulan Februari 2017 Analisis Sifat Hujan Bulan Februari 2017 Umumnya curah hujan pada bulan Februari 2017 berkisar antara 100 - 300 mm/bln

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum jumlah folikel dominan dan corpus luteum pada ovarium kiri babi betina baik babi ras maupun babi bali lebih banyak dibandingkan

Analisis wacana lazim digunakan untuk menemukan makna wacana yang persis sama atau paling tidak sangat ketat dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan, atau

Hasil penelitian ini menemukan bahwa dari 9 (sembilan) variabel yang diuji, hanya 4 (empat) variabel independen yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan

Therefore, by knowing common background about Saudi Arabia culture and society condition, I get wider insights that are useful in analyzing the roles of family

Dalam melakukan tata kelola teknologi informasi pada penelitian ini digunakan standar kerangka kerja COBIT 4.1 karena dapat memberikan gambaran yang detail

[r]