Skripsi ini diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
Najwa Balqies
NIM: 107052002008
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juni 2011
i
membutuhkan terapi di suatu rehabilitasi, bukannya hukum. Adapun penanganan yang diberikan suatu tempat rehabilitasi untuk para korban NAPZA yaitu dengan menggunakan pendekatan Psikoreligius, karena hal tersebut bukan hanya dapat mencegah tetapi juga dapat menyembuhkan para korban penyalahgunaan NAPZA. Dengan pernyataan tersebut penulis memutuskan untuk melakukan penelitian di suatu Yayasan yang khusus diperuntukan untuk korban NAPZA yaitu di Yayasan Pesantren Nurul Jannah Kebon Kopi Cikarang-Utara yang penanganannya dengan cara metode tobat.
Dari asumsi dan penjelasan di atsa, kemudian timbul pertanyaan. Bagaimana cara pelaksanaan metode tobat bagi korban NAPZA sehingga dapat membentuk kesalehan individu?. Dan apa yang menjadi factor penghambat dan penunjang dalam penerapan metode tobat?.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Adapun teknik pengumpulan datanya dengan 3 cara yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sehingga dengan begitu penulis dapat mendeskripsikannya.
Penelitian ini menemukan, bahwa metode tobat yang diberikan kepada korban penyalahgunaan NAPZA itu terdiri dari 4 tahapan, diantaranya: tahap detoxifikasi (pen, pengukupan, dan obat herbal), pembinaan total mental spiritual, peningkatan materi katauhidan Allah SWT, dan bimbingan lanjut dengan cara uji coba pulang. Adapun faktor penghambatnya terletak pada residen (korban) yang sudah lupa ingatan, dan latar belakang residen yang tidak berpendidikan agama. Sedangkan faktor penunjangnya adalah diikut sertakannya seluruh residen dalam semua kegiatan yang ada dalam Yayasan, dan melakukan pembinaan ulang bagi residen yang yang kembali kambuh.
ii
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan karunianya kepada penulis sehinggga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “METODE TOBAT UNTUK PENANGANAN
KORBAN NAPZA DALAM MEMBENTUK KESALEHAN INDIVIDU DI
YAYASAN PESANTREN NURUL JANNAH KEBON KOPI CIKARANG-UTARA” sebagai bagian dari tugas penulis sebagai akademisi di Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya di program studi Bimbingan
Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula shalawat dan
salam yang tidak henti-hentinya dan selalu tercurah limpahkan kehadirat baginda
besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari
zaman yang intelektualitas dan modern seperti sekarang ini.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak yang selama ini telah banyak sekali membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini sampai akhir. Sebagai bentuk penghargaan yang tak
terhingga kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
merampungkan skripsi ini, maka izinkanlah penulis mengungkapkan ucapan
terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Orang tua tercinta, yaitu Bapak H. Mukhtar Ghozaly Syah dan Ibunda
iii
Azkiyah serta my lovely H. M. Salafudin Istikhori yang telah
memberikan do’a dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
3. Kepada Dr. Arief Subhan MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi. Drs. Wahidin Saputra MA, sebagai Pembantu
Dekan Bidang Akademik. Drs. Mahmud Djalal MA, sebagai Pembantu
Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan. Dan Drs. Study
Rizal, LK. MA, sebagai Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
4. Kepada Dra. Rini Laili Prihatini M. Si, sebagai Ketua Jurusan
Bimbingan Penyuluhan Islam, dan Drs. Sugiharto MA, sebagai
Sekretaris Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI), yang telah
membantu memberikan informasi akademik dan penyusunan transkip
nilai penulis.
5. Kapada dosen pembimbing, yaitu DR. Suparto, M. Ed. MA, yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk membantu, mengarahkan,
membimbing, memberi masukan, saran dan kritikan yang membangun
dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Pimpinan dan seluruh Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif
iv
Miarsa beserta istri, dan seluruh pengurus Yayasan terima kasih atas
bantuan kalian yang telah mengizinkan penulis untuk merampungkan
skripsi di Yayasan.
8. Untuk teman-teman penulis yaitu BPI angkatan 2007 dan Al-Atsya
2007, khususnya Gonnah, Imung, Chien-me, tante Nurul, Votek dan
yang lainnya. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kalian
semua yang sudah banyak membantu dan men-support penulis.
Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya, hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah
SWT yang akan membalas semua kebaikan kalian semua. Amin ya Robbal
Alamin.
Ciputat, Juni 2011
v PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………...1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………...8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….9
D. Tinjauan Pustaka………10
E. Metodologi Penelitian………12
1. Metode Penelitian………...12
2. Penempatan Lokasi dan Waktu Penelitian……….13
3. Subyek dan Obyek………..14
4. Teknik Pengumpulan Data……….14
5. Teknik Analisis Data………..16
6. Teknik Penulisan………16
F. Sistematika Penulisan……….17
BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Tobat………...19
1. Pengertian Metode………19
2. Pengertian Tobat………...21
3. Macam-macam Tobat………...28
4. Syarat dan Etika Tobat……….31
5. Ciri-ciri Pertobatan yang Diterima………...35
6. Perintah Tobat………..36
4. Dampak Buruk NAPZA dalam Tubuh Manusia………..53
C. Kesalehan Individu………55
vi
B. Visi dan Misi………..62
C. Struktur dan Organisasi dan Pengelolaan………..62
D. Sarana dan Prasarana………..64
E. Persyaratan……….65
F. Proses Pertobatan………...67
BAB IV ANALISIS METODE TOBAT BAGI PENANGANAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DALAM PEMBENTUKAN KESALEHAN INDIVIDU DI YAYASAN PESATREN NURUL JANNAH A. Pelaksanaan Metode Tobat……….69
1. Waktu Pelaksanaan………...69
2. Pelaksanaan Metode Tobat dan Materi………70
a. Pelaksanaan Metode Tobat………70
b. Materi Metode Tobat………..71
3. Tahap Pelaksanaan Metode Tobat………72
a. Tajap Detoxifikasi………..72
b. Tahap Pembinaan Total Mental spiritual………...73
c. Tahap Peningkatan Materi dalam Hal Ketauhidan kepada Allah………...74
d. Tarapi Air Laut………...75
e. Tahap Bimbingan Lanjut………75
B. Analisis Metode Tobat bagi Penanganan Korban Penyalahgunaan NAPZA dalam Membentuk Kesalehan Individu………...76
1. Pelaksanaan Metode Tobat bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA dalam Pembentukan Kesalehan Individu…………...76
2. Faktor Penghambat dan Penunjang dalam Penerapan Metode Tobat………78 A. Lampiran 1 : Materi Tobat Bagi Residen………88
B. Lampiran 2 : Wirid Al-Hasyr………...92
C. Lampiran 3 : Daftar Ayat-ayat………...97
D. Lampiran 4 : Susunan Organisasi………..104
E. Lampiran 5 : Jadwal Kegiatan………...105
F. Lampiran 6 : Data Residen………106
1 A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan oleh Allah dengan sebaik-baik ciptaan. Akan
tetapi dibalik kesempurnaan itu manusia juga merupakan makhluk yang
lemah, yang tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa. Karena manusia
merupakan anak dan cucu Nabi Adam a.s. yang dalam sejarahnya telah
melakukan dosa sehingga dia diturunkan oleh Allah ke bumi. Dan dari sinilah
permulaan perjalanan manusia dimulai.
Apabila manusia tergelincir dalam perbuatan dosa, maka itu
merupakan turunan dari perbuatan Nabi Adam. Namun sesungguhnya Nabi
Adam telah menambal setelah memecahkan, membangun setelah
menghancurkan, dan bertobat setelah berbuat dosa. Maka orang yang bertobat
sesungguhnya telah menegakkan argumentasi atas keabsahan garis
keturunannya Nabi Adam dengan cara tetap berpegang pada batas sebagai
manusia. Sementara itu orang yang terus menerus berkubang dalam dosa dan
kezhaliman berarti mencatatkan dirinya pada garis keturunan setan.1
1
Oleh karena itu Allah selalu memerintahkan kepada kita semua untuk
bertobat memohon ampunan kepada-Nya. Sesuai dengan firman-Nya dalam
surat Ali-Imran ayat 133 yang berbunyi:
Yang artinya: “Dan bersegeralah kamu mencari Ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan Syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa”. 2
Dalam Al-Qur`an dan Sunnah terdapat begitu banyak istilah dan
perintah untuk bertobat. Dan Rasulullah pun bersabda:
Yang artinya: “Barang siapa yang bertobat sebelum matahari terbit
dari barat niscaya Allah akan mengampuninya”.3
Pengertian tobat itu sendiri menurut Sudirman Tebba dalam bukunya
yang berjudul “Meraih Sukses dan Bahagia dengan Istighfar” adalah
kembalinya seseorang ke jalan yang benar, sehingga kesuburan akan berlipat
dan kekuatan akan bertambah lebih dari yang sebelumnya, sedangkan
dosa-dosa yang lama dengan sendirinya akan diampuni oleh Allah dan
mereka akan dapat menempuh jalan yang benar dan terang menderang dari
2
Dapertemen Agama RI, Al-Qur`an Terjemahan, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2004), h.67
3
HR. Muslim, Kitab ad-Dzikr Wa ad-Du’a, dalam Ibnu Taimiyah, Mutiara Taubah,
hidayah Allah.4 Karena mengingat tak seorang pun yang dapat terhindar dari
perbuatan dosa, maka tobat merupakan jalan yang wajib ditempuh oleh setiap
manusia.
Di Era Globalisasi ini banyak orang terpukau di dalamnya, karena
mereka menyangka bahwa dengan modernisasi itu serta merta akan
membawa mereka kepada kesejahteraan. Akan tetapi mereka lupa bahwa
dibalik modernisasi yang serba gemerlap yang memukau itu ada gejala yang
dinamakan the agony of modernization, yaitu dampak sengsara karena
modernisasi.5
Hal ini dikemukakan oleh Prof. Nugroho Notosusanto pada pidato Dies Natalis Universitas Indonesia 1982 yang berjudul “Mengenali Medan
Pengabdian”. Gejala the agony of modernization merupakan ketegangan
psikososial itu dapat disaksikan oleh masyarakat, yaitu semakin
meningkatnya angka-angka kriminalitas yang disertai dengan tindak
kejahatan. Dikemukakan oleh para ahli bahwa gejala psikososial di atas,
disebabkan karena semakin modern suatu masyarakat semakin bertambah
intensitas dan eksistensi dari berbagai disorganisasi dan disintegrasi sosial di
masyarakat.6
4
Sudirman Tebba, Meraih Sukses dan Bahagia dengan Istighfar, (Banten: Penerbit Pustaka Irvan, 2008), h. 193.
5
Dadang Hawari, Al-Qur`an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, edisi ke-3, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h. 2.
6
Terjadinya fenomena di atas dalam kehidupan sehari-hari, maka
masyarakat luas menjadi mudah terprovokasi melakukan kegiatan-kegiatan
negatif, seperti halnya sekarang banyak orang yang mudah terjerumus kepada
gaya hidup hedonis, yaitu kehidupan yang semata-mata memuja kenikmatan
dunia, sehingga mereka mengenal bahkan akrab dengan salah satu barang
terlarang yakni NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif).
Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat bahwa, pada tahun 2008
terdapat 3,6 juta orang Indonesia yang mengkonsumsi narkoba. Sekitar 1,355
juta adalah pelajar dan mahasiswa. Di DKI Jakarta terdapat 6.980.700 butir
narkoba yang telah dikonsumsi oleh para pemakai, di Yogyakarta yang
jumlahnya mencapai 2.537.000, dan di Maluku 968.900 butir.7
Dan untuk daerah Jawa Timur kasus penyalahgunaan narkoba
pada tahun 2008, di mana tersangka kasus narkoba menyangkut
PNS/TNI/Polri sebanyak 216 kasus, swasta sebanyak 2.517 kasus, mahasiswa
44 kasus dan pelajar 31 kasus.8 Berdasarkan jenjang pendidikan, pengguna
narkoba yang terbanyak adalah remaja dengan jenjang pendidikan
SMA sebanyak 2.586 kasus, SLTP 555 kasus, SD 85 kasus dan Perguruan
Tinggi 61 kasus. Sedangkan di tahun 2009 terdapat 2.048 kasus dengan 2.650
7 Koran Jakarta, “Angka Penyalahgunaan Narkoba di Jakarta”, Artikel ini diakses pada 08 April 2011 dari http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=38603.
8
tersangka. Dan untuk daerah Jawa Barat kasus narkoba pada tahun 2009
mencapai 5.254 kasus.9
Pada tahun 2009 Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat
pengguna narkoba di Indonesia sekitar 3,2 juta orang, atau sekitar 1,5 persen
dari jumlah penduduk Negeri ini. Dari jumlah tersebut sebanyak 8.000 orang
menggunakan narkotika dengan alat bantu berupa jarum suntik, dan 60%
terjangkit HIV/AIDS, serta sekitar 15.000 orang meninggal setiap tahunnya
karena menggunakan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif).10
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hawari pada tahun 1990
telah dapat dibuktikan bahwa sebenarnya seorang pecandu NAPZA adalah
seorang yang mengalami gangguan kejiwaan, orang yang sakit, atau seorang
pasien yang memerlukan pertolongan terapi serta rehabilitasi, bukannya
hukum. Adapun perbuatan penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA dengan
segala dampaknya itu (kriminalitas dan perilaku anti sosial lainnya) adalah
merupakan perkembangan lanjut dari gangguan kejiwaan. Oleh karena itu
seharusnya penanganan terhadap mereka yang mengidap ketergantungan
NAPZA adalah rehabilitasi.11
9 BPS, “Data Kasus Narkoba”, Artikel ini diakses pada 08 April 2011 dari
http://www.bnpjabar.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=328:data-ungkap-kasus-narkoba-tahun-2009&catid=52:hasil-operasi&Itemid=182.
10
Vera Farah Bararah, “Banyak Orang yang Memakai Narkoba.” Artikel ini diakses pada 12 Februari 2011 dari http://health.detik.com/read/2009/07/13/103136/1163810/763/36-juta-orang-indonesia-pakai-narkoba-di- 2008?ld991107763.
11
Dadang Hawari, Psikiater, Al-Qur`an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,
Untuk dapat menanggulangi permasalahan ini, maka kita harus peka
untuk berupaya menyembuhkan dan menanggulangi para korban pecandu
NAPZA. Salah satu caranya yaitu dengan mendirikan tempat rehabilitasi,
yang di dalamnya terdapat terapi psikoreligius untuk memulihkan kesehatan
baik fisik maupun mental bagi mereka yang menyalahgunakan NAPZA.
Salah satu jalannya adalah adanya konsep pertobatan dalam
menangani pecandu NAPZA, untuk memperbaiki akidah dan meningkatkan
keimanan serta tauhid kepada Allah, sehingga seseorang dapat mengetahui
dan memahami dosa, kesalahan, dan kelalaiannya yang bertentangan dengan
nilai-nilai ajaran agama.
Dalam buku Al-Qur`an; Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa,
Dadang Hawari menyatakan bahwa pendekatan psikoreligius sangat penting
bagi upaya pencegahan, pengobatan, dan pemulihan. Karena ada kaitannya
antara peran agama dengan penangulangan NAZA, Hawari telah menemukan
sistem terpadu yaitu integrasi antara terapi medik, psikologik, dan agama,
dengan filosofi berobat dan bertobat. Dengan metode ini angka rawat inap
dapat ditekan dari 43,9% menjadi 12,21%. Kaitannya dengan ketaatan
beribadah maka penderita NAZA yang telah menjalani terapi dengan metode
berobat dan bertobat, bila penderita rajin menjalankan ibadah maka resiko
kekambuhan hanya 6,83%. Sedangkan yang bersangkutan tidak menjalankan
ibadah sama sekali resiko kambuh 71,67%.12
12
Dari pernyataan di atas, menggambarkan bahwa pentingnya
psikoreligius untuk penanganan korban penyalahgunaan NAPZA. Adapun
salah satu tempat rehabilitasi yang menggunakan psikoreligius adalah
Yayasan Pesantren Nurul Jannah.
Yayasan ini merupakan salah satu tempat rehabilitasi korban
penyalahgunaan NAPZA yang terletak di Kawasan Kebon Kopi, No.65 RT.
03/06, Desa Karang Asih, Cikarang Utara, Bekasi, Jawa Barat. Yayasan ini
menggunakan metode tobat dalam upaya penyembuhan korban
penyalahgunaan NAPZA, baik secara jasmani maupun rohani,13 dan
menyembuhkan akhlak pribadi.
Sesuai dengan Visi Yayasan yang menyatakan bahwa melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia bebas dari pengaruh penyalahgunaan NAPZA (narkoba) dan mengupayakan penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS menuju masyarakat yang sehat dan berkualitas, yaitu masyarakat yang beriman dan bertaqwa.14
Dari pernyataan di atas, penulis melihat bahwa yang menjadi tujuan
utama dari Yayasan ini adalah membentuk keimanan dan ketaqwaan
(kesalehan individu) para pengguna NAPZA. Sehingga mereka dapat menata
kembali kehidupannya.
Penulis meneliti di Yayasan Pesantren Nurul Jannah adalah
karena upaya penanganan korban penyalahgunaan NAPZA, yaitu dengan
suatu metode tobat. Hingga kaitannya antara tobat dengan korban NAPZA
13
Sehat jasmani adalah sehat jiwa, sehat rohani adalah orang yang tidak sakit karena selalu berpegang teguh kepada Al-Qur`an dan Hadits.
14
adalah memohon ampunan dan kesembuhan kepada Allah SWT. Oleh
karena itu, berdasarkan latar belakang di atas penulis merasa tertantang
untuk meneliti metode tobat bagi para penyalahguna NAPZA dengan
memberi judul: “METODE TOBAT UNTUK PENANGANAN KORBAN
NAPZA DALAM PEMBENTUKAN KESALEHAN INDIVIDU DI
YAYASAN PESANTREN NURUL JANNAH KEBON KOPI CIKARANG UTARA”
Adapun penting dan menariknya dari penelitian ini adalah metode
yang digunakan dalam penanganan korban penyalahgunaan NAPZA yaitu
dengan metode tobat, sehingga membuat kita yang mengetahuinya menjadi
penasaran. Bagaimana metode tersebut dapat diterapkan pada korban
penyalahgunaan NAPZA. Karena yang kita ketahui bahwa melaksanakan
tobat itu sendiri harus berdasarkan atas keinginan atau kemauan hati kita, dan
tanpa adanya hidayah Allah seseorang tidak akan tobat.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas dan berdasarkan hasil
survei awal. Pimpinan Yayasan Pesantren Nurul Jannah menjelaskan bahwa
terapi atau metode yang digunakan bagi penanganan korban NAPZA adalah
metode tobat.15
Dengan demikian penulis memfokuskan pembahasan ini dengan
membatasi masalah pada pelaksanaan metode tobat bagi para korban/pasien
15
penyalahgunaan NAPZA dalam membentuk kesholehan individu. Dan apa
yang menjadi faktor hambatan serta apa yang menjadi faktor pendukung
dalam pelaksanaan metode tobat. Dengan adanya batasan dalam masalah ini
untuk dapat mempermudah dan menghindari salah pengertian serta
mempertegas ruang lingkup pembahasan.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana cara pelaksanaan metode tobat bagi korban penyalahgunaan
NAPZA yang dilakukan oleh Yayasan Nurul Jannah sehingga
membentuk kesholehan individu?
2. Apa yang menjadi faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan
metode tobat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui, memaparkan, dan menganalisis pelaksanaan metode tobat
bagi korban penyalahgunaan NAPZA.
2. Menyebutkan faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung
dalam proses penerapan metode tobat.
1. Ilmu pengetahuan, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan
baru pada mata kuliah Ilmu Dakwah, Psikologi Konseling, dan Bimbingan
Punyuluhan/Konseling Islam.
2. Akademis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang dapat
dijadikan bahan acuan dalam menangani korban/pasien penyalahgunaan
NAPZA yang semakin meningkat dari tahun ke tahun bagi Universitas dan
Jurusan khususnya jurusan BPI (Bimbingan dan Penyuluhan Islam).
3. Lembaga, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan
konstruktif dalam menangani para korban NAPZA. Seperti: membangun
tempat-tempat rehabilitasi yang di dalamnya terdapat psikoreligius.
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan suatu bagian dari penelitian yang
memuat tinjauan atas kepustakaan (literatur) yang berkaitan dengan topik
pembahasan, atau bahkan yang memberikan inspirasi dan mendasari
dilakukannya penelitian.16
Tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah :
1. Pengaruh Pelaksanaan Dzikir Syifa’ Terhadap Kesehatan Mental Korban
Pecandu Narkotika, Psikotrapika dan Zat Adiktif (NAPZA) Di Yayasan
16
Nurus Syifa’ Kelapa Dua Jakarta Barat. Oleh Tini Aulawiyah Komba,
104052002000, tahun 1429 H / 2008. Adapun kelebihan di dalam
penelitian tersebut adalah mengetahui bagaimana pengaruh terapi dzikir
terhadap kesehatan mental korban pecandu NAPZA. Sedangkan
kekurangan di dalam penelitian ini adalah tidak terlalu jelas bagaimana
pengaruh dzikir tersebut terhadap kesehatan pecandu NAPZA, karena
penelitian ini lebih memaparkan bagaimana pelaksanaannya.
2. Pelaksanaan Terapi Seni Dalam Pengembangan Kreatifitas Pasien NAZA
(Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif) Di Rumah Sakit Ketergantungan
Obat (RSKO) Cibubur Jakarta Timur. Oleh Siti Mutmainah,
104052001996, tahun 1430 H / 2009. Penelitian ini menggambarkan
macam-macam pelaksanaan terapi seni dalam mengembangkan kreativitas
pasien NAZA. Sayangnya kekurangan dari penelitian ini tidak
mengungkap segi religius yang ditonjolkan dalam penanganan pasien
NAPZA.
Skripsi ini penulis beri judul “Metode Tobat untuk Penanganan
Korban NAPZA dalam Membentuk Kesalehan Individu di Yayasan Pesantren
Nurul Jannah Kebon Kopi Cikarang Utara”. Penulis merasa bahwa penelitian
ini dengan penelitian yang sebelumnya sangatlah berbeda dalam penanganan
korban NAPZA. Karena penanganan yang diberikan kepada korban NAPZA
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti yang
dikutif Lexy J. Maleong yaitu, “Sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. 17
Adapun sifat utama penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan
untuk mendeskripsikan apa-apa yang berlaku. Di dalamnya terdapat upaya
mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan menginterprestasikan
kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain, penelitian
deskriptif bertujuan memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan
saat ini.
Dalam hal ini, penulis melakukan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Data yang diperoleh akan dianalisa serta disajikan dalam
suatu pandangan yang utuh. Dan penelitian ini bermaksud mengungkapkan
fakta-fakta yang tampak di lapangan dan digambarkan sebagaimana
adanya dengan berupaya memahami sudut pandang responden dan konteks
subjek penelitian secara mendalam, sehingga dipergunakan metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
17
2. Penempatan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Pesantren Nurul Jannah yang
bertempat di Kawasan Kebon Kopi, No.65 RT. 03/06, Desa Karang Asih,
Cikarang Utara, Bekasi, Jawa Barat.
Alasan pemilihan lokasi penelitian ini didasari oleh
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
a. Yayasan ini merupakan tempat rehabilitas korban penyalahgunaan
NAPZA dengan menggunakan metode tobat. Oleh karena itu menarik
perhatian bagi yang para pembaca, karena ini merupakan hal yang baru
yang telah ditemukan oleh penulis dan belum banyak dikaji oleh
penulis-penulis yang lain.
b. Yayasan ini, merupakan Yayasan yang banyak dikenal oleh orang
banyak. Siswa-siswa yang ada di dalamnya pun berasal dari berbagai
macam tempat tinggal. Tidak hanya berasal dari lingkungan sekitar,
akan tetapi ada juga berasal dari luar pulau Jawa lainnya.
c. Yayasan ini merupakan tempat lembaga yang resmi tercatat di
Pemerintah. Di bawah naungan BNN (Badan Narkotika Nasional)
yang tiap 3 (tiga) bulan sekali dari pihak Yayasan harus mengirimkan
laporan.
3. Subyek dan Obyek
Adapun subjeknya adalah korban penyalahgunaan NAPZA.
Sedangkan objeknya adalah metode tobat yang digunakan di Yayasan
Pesantren Nurul Jannah Kebon Kopi Cikarang Utara.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik
dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Dan sesuai dengan
permasalahan penelitian dan data-data yang dibutuhkan. Maka penelitian
ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara menggunakan
teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi adalah teknik yang diarahkan pada kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan
mempertimbangkan hubungan antara aspek tersebut.18 Selama
observasi, penulis dibantu dengan alat-alat observasi seperti kamera,
buku catatan, dan alat tulis.
18
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan
mempergunakan tanya jawab antar pencari informasi dengan sumber
informasi.19
Dalam hal ini, penulis akan mewawancara informan dengan
teknik snow ball (bola salju). Dengan mewawancara beberapa orang
secara acak yang benar-benar menguasai permasalahan dalam
penelitian ini, kemudian penulis meminta rujukan untuk mendapatkan
informasi dari informasi lainnya, begitu seterusnya sampai sekiranya
sudah tidak muncul lagi informasi-informasi baru yang bervariasi.
Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi data
yang akurat tentang waktu dan kegiatan pelaksanaan metode tobat
yang dilakukan di Yayasan Nurul Jannah. Untuk itu, penulis
melakukan Tanya jawab langsung secara lisan dan face to face dengan
para pembimbing (guru/ustadz) dan para korban/pasien
penyalahgunaan NAPZA.
Dan banyaknya informan yang diwawancarai oleh penulis
yaitu berjumlah 4 orang. Adapun informannya adalah bapak K.H.
Adang Miarsa yaitu sebagai ketua pimpinan Yayasan sekaligus
pembina spiritual, bapak Jaja Tarsija yaitu sebagai asisten dari bapak
19
K.H Adang Miarsa, dan 2 residen laki-laki yaitu Yusuf dan Isa (bukan
nama yang sebenarnya).
5. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga
buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan
lainnya yang berhubungan dengan masalah metode tobat.20
6. Teknik Analisis Data
Pengelolaan data yang dilakukan dengan pendekatan deskriftif
kualitatif, yaitu menggunakan data secara verbal dan kualifikasi bersifat
teoritis. Tujuannya untuk menggambarkan pelaksanaan metode tobat yang
digunakan pembimbing (guru/ustadz) dalam menangani korban
penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Pesantren Nurul Jannah. Penelitian
kualitatif ini menghasilkan transkip wawancara, catatan lapangan, gambar,
dan yang lainnya.
7. Teknik Penulisan
Penelitian ini penulis berpedoman dan mengacu kepada buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan oleh CeQDA, April 2007,
20
cet. Ke-2. Selain itu penulis menggunakan buku-buku yang berhubungan
dengan metode penelitian dan Kamus Bahasa Indonesia.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini sangat diperlukan yang baik, benar, dan tepat
melalui aturan atau tata cara penulisan. Untuk dijadikan sebagai bahan acuan,
maka penulis memasukkan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN. Mengemukakan tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian
dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI. Meliputi Pengertian Metode, Pengertian Tobat, Macam-Macam Tobat, Syarat dan Etika
Tobat, Ciri-Ciri Pertobatn yang Diterima, Perintah Tobat,
Pengertian dan Jenis NAPZA, Korban Penyalahgunaan
NAPZA, Ciri-ciri Pengguna NAPZA, Dampak Buruk NAPZA
Dalam Tubuh Manusia, Pengertian Kesalehan Individu,
Ciri-ciri Kesalehan Individu, Tujuan Kesalehan Individu.
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN NURUL JANNAH
jannah, Strutur dan Organisasi dan Pengelola, Saran dan
Prasarana, Persyaratan, Proses Pertobatan.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA. Menjelaskan tentang Analisis Metode Tobat Bagi Penanganan Korban NAPZA dalam
Pembentukan Kesalehan Individu yang meliputi; Pelaksanaan
Metode Tobat dan Materi Metode Tobat, Tahapan
Pelaksanaan, Analisis Metode Tobat bagi Penanganan Korban
NAPZA dalam Pembentukan Kesalehan Individu.
BAB V PENUTUP. Merupakan bab terakhir yang menguraikan tentang Kesimpulan Penelitian ini dan Saran-saran yang
19
A. Metode Tobat
1. Pengertian Metode
Pada dasarnya semua manusia memiliki tujuan dalam hidupnya. Dan
untuk mencapai semua itu, maka dibutuhkannya suatu metode atau cara.
Sedangkan secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani, yang
terdiri dari penggalan kata “meta” yang berarti “melalui” dan “hedos”
berarti “jalan”. Dalam pengertian yang lebih luas, metode bisa pula
diartikan sebagai “segala sesuatu atau cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan”.1
Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia metode ialah “cara
teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai
sesuai dengan yang dikehendaki atau cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan”.2 Sedangkan menurut Kamus Manajemen Metode ialah “cara
melaksanakan pekerjaan”3
1
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h.120.
2
Depdiknas, Kamus Besar bahasa Indonesia, edisi ke-3, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 740.
3
Penulis melihat dari ketiga pengertian di atas, maka bisa disimpulkan
bahwa metode adalah jalan atau cara yang sudah diatur untuk
mempermudah pelaksanaan seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan. Selain berbicara tentang metode ada pula kata yang sering
orang banyak katakan yaitu kata teknik dan pendekatan. Dari ketiga kata
ini kedengarannya seperti memiliki makna dan kegunaan yang sama antara
kata yang satu dengan kata yang lainnya dalam melakukan suatu
pekerjaan.
Sesungguhnya ada perbedaan antara teknik daan metode pada sisi
fungsionalisnya. Metode merupakan unsur penggunaan yang bersifat
teoritis dan lebih luas dari sebagai bagian dari upaya ilmiah. Sedangkan
teknik dan atau pendekatan lebih bersifat teknis dan sesuatu yang empiris
serta spesifik yang terjadi pada penerapan suatu pekerjaan tertentu.
Dengan kata lain, teknik atau pendekatan bisa digunakan karena
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang ditentukan pada saat melakukan
pekerjaan.4
Dalam pelayanan bimbingan dan penyuluhan (konseling) pada
umumnya penggunaan istilah metode dan teknik kadang kala dipakai
berganti-gantian tergantung kepada obyek yang sedang dilayani. Hal ini
perlu dikemukakan untuk memberikan wacana yang lebih luas dan
fleksibel mengenai berbagai metode dan teknik serta pendekatan yang
4
digunakan dalam memberikan pelayanan bimbingan penyuluhan dan
konseling.
2. Pengertian Tobat
kata “tobat” yang sudah menjadi kosa kata bahasa Indonesia berasal
dari kata bahasa Arab. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “tobat” mengandung dua pengertian. Pertama, tobat berarti sadar dan
menyesali dosanya (perbuatan salah atau jahat) dan berniat untuk
memperbaiki tingkah laku dan perbuatannya. Kedua, kata “tobat” berarti
kembali kepada agama (jalan, hal) yang benar. “Bertobat” berarti
menyadari, menyesali, dan berniat hendak memperbaiki (perbuatan yang
salah).5 Dalam Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, tâba berarti tobat,
bertobat.6
Dalam bahasa Arab kata “tobat” itu adalah bentuk dasar (mashdar) dari
kata ( ت ), ( وتي ), ( ةبوت ). Kata “tobat” berarti kembali ke jalan yang
benar”. Secara istilah, tobat berarti kembali kepada Allah dengan
melepaskan segala ikatan penyimpangan yang pernah dilakukan, kemudian
bertekad untuk melaksanakan segala hak-hak Allah.7
Dalam Tafsir Al-Mishbah, bertobat atau menyucikan diri dari kotoran
bathin, sedang menyucikan dari kotoran lahir adalah mandi atau
5
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar bahasa Indonesia, edisi ke. 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1202.
6
Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer; Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit Multi Karya Grafika, 1998), h. 98.
7
berwudhu.8 Lain halnya istilah tobat yang dijelaskan dalam Ensiklopedia
Tasawuf yang mengartikan tobat yaitu kembali dari sesuatu yang dicela
oleh syara’ menuju sesuatu yang dipuji.9
Bila penulis melihat kedua penjelasan di atas, maka tampak adanya
perbedaan konteks. Namun, pada dasarnya kedua istilah tersebut memiliki
satu makna yaitu kembali kepada jalan Allah.
Sebelum penulis membicarakan tentang macam-macam tobat, syarat
dan etika tobat, serta perintah tobat. Maka setidaknya kita harus
mengetahui terlebih dahulu tentang apa yang dimaksud dengan tobat.
Maka di sini akan dijelaskan pengertian tobat menurut beberapa para ahli,
diantaranya adalah:
Dalam buku Menembus Dosa; Makna dan Tatacara Bertobat,
Saifuddin Zuhri menjelaskan bahwa tobat merupakan ungkapan dari suatu
pengertian yang tersusun dari tiga unsur secara berurutan, yaitu
diantaranya: ilmu, kondisi, dan perbuatan. Ilmu akan menghasilkan
kondisi, kondisi akan menghasilkan perbuatan.10
Ilmu di sini adalah pengetahuan seorang hamba tentang besarnya
bahaya yang diakibatkan oleh dosa-dosanya. Sehingga dosa tersebut
menjadi penghalang antara dirinya dengan Allah (objek yang dicintainya).
8
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan, Keserasian, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 480.
9
UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Tasawuf Jilid 3, (Bandung: Penerbit Angkasa, 2008), h. 1337.
10
Dengan begitu, timbullah perasaan sedih, dan sakit karena objek yang
dicintainya hilang. Selanjutnya, apabila rasa sakit itu telah mendominasi
hati dan menguasainya, maka perasaan itu akan menyadarkannya akan
masa kini, masa lalu, dan masa yang akan datang.11
Bila penulis melihat penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan.
Bahwa orang yang melakukan tobat pada dasarnya mereka mengetahui
tentang apa yang dilakukannya. Sehingga mereka dapat merasakan bahwa
apa yang mereka lakukan telah bertentangan dengan apa yang menjadi
aturan Allah.
Kaitannya dengan masa kini, masa lalu, dan masa mendatang adalah
bahwa masa kini tercermin melalui tindakan segera meninggalkan dosa
yang sedang dikerjakannya; korelasinya dengan masa yang akan datang
tercermin melalui tekad untuk menjauhi setiap dosa yang dapat
menyebabkan hilangnya objek yang dicintai sampai akhir hayat; sementara
korelasinya dengan masa lalu dilakukan dengan segera mengganti apa-apa
yang pernah terlewatkan dengan kebaikan dengan mengerjakan ulang jika
hal tersebut dapat diperbaiki.12
Menurut Abu Abdillah Sofyan Chalid Ruray menjelaskan dalam
tulisannya.13 Bahwa Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-„Utsaimin
rahimahullah menerangkan, Makna taubat secara bahasa adalah
11
Ibid., h. 22. 12
Ibid., h. 23. 13
kembali, sedangkan menurut perngertian syar’i taubat adalah kembali
dari maksiat kepada Allah Ta’ala menuju ketaatan kepada-Nya. Dan
taubat yang paling agung serta paling wajib adalah taubat dari
kekafiran kepada keimanan.
Dalam buku Menembus Dosa dengan Tobat menyatakan bahwa Sahal
bin Abdullah At-Tustari, tobat adalah penggantian gerak-gerik yang tercela
dengan gerak-gerik terpuji.14
Bila penulis melihat dari kedua pengertian di atas. Maka dapat
diartikan bahwa tobat di sini hanya kembalinya seseorang ke jalan Allah
dari kemaksiatan dan perubahan yang dilakukan ialah dengan mengganti
perbuatannya yang dulu dengan kebaikan. Lain halnya dengan pengertian
tobat di bawah ini.
Menurut H. Mahmus dalam bukunya Terjemahan Irsyadul Ibad,
menyatakan bahwa Al-Qadhi Husain, Abutthoyyib Imam Mawardi dan
Ulama yang lainnya berpendapat bahwa tobat masih perlu diisyaratkan lagi
yaitu membaca istigfar dengan lidahnya, hatinya menyesal atas perbuatan
yang dilakukan.15
Penulis melihat bahwa tobat yang dijelaskan di atas, adalah tobat yang
mengharuskan seseorang melafalkan kata istighfar yang disertai dengan
penyesalan. Namun tidak adanya penjelasan tentang apa yang harus
14Imam Abū Hāmid Muhammad bin Muhammad al
-Ghazālī, Menebus Dosa; Makna dan Tatacara Bertobat. Penerjemah Saifuddin Zuhri (Bandung: Pustaka Hidayah, 2008), h. 23.
15
dilakukan oleh seseorang setelah bertobat. Berbeda dengan penjelasan
tobat di bawah ini.
Dalam buku Kajian Lengkap Penyucian Jiwa: Tazkiyatun Nafs, Sa’id
Hawwa menyatakan bahwa tobat dari dosa dengan cara kembali kepada
Allah merupakan jalan pembuka bagi orang-orang yang sedang
mengadakan perjalanan, modal bagi orang-orang yang beruntung, langkah
awal para murid, kunci istiqamah orang-orang yang condong kepada
Allah, teropong bagi orang-orang pilihan dan orang-orang yang dekat
kepada-Nya, yang dilakukan oleh para Nabi, mulai dari Adam dan umat
para Nabi, termasuk kita sebagai umat Nabi Muhammad, adalah sangat
layak dilakukan. Bertobat berarti mengikuti Sunnah para Nabi dan
Rasulullah.16
Menurut Sudirman Tebba dalam bukunya Meraih dan Bahagia dengan
Istighfar, tobat adalah kembali ke jalan yang benar, maka kesuburan akan
berlipat dan kekuatan akan berlimpah dari yang selama ini, dan dosa-dosa
yang lama itu dengan sendirinya akan diampuni oleh Allah dan mereka
akan dapat menempuh jalan yang benar dan terang menderang dari
hidayah Allah.17
Penulis melihat dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa tobat merupakan tempat pertama yang harus dilakukan oleh
16 Sa’id
Hawwa, Kajian Lengkap Penyucian Jiwa: Tazkiyatun Nafs, (Jakarta: Penerbit Pena Pundi Aksara, 2007), h. 414.
17
seseorang untuk kembali ke jalan Allah. Karena selain dihapuskannya
dosa-dosa yang lalu, tobat pun dapat mendatangkan hidayah Allah dalam
kehidupan seseorang.
Adapun tobat yang diperintahkan kepada orang-orang Mukmin adalah
tobat nashuha. Allah SWT., berfirman: Hai orang-orang beriman,
bertobatlah kepada Allah dengan tobat nashuha (tobat yang
semurni-murninya) (QS Al-Tahrim [66]: 8).18 Lalu, apa yang dimaksud dengan
tobat nasuha?.
Al-Nasûh itu merupakan sîghah mubâlaghah (bentuk yang
menunjukakan lebih) dari kata nâsih. Sebagaimana kata syakûr dan sabûr
merupakan bentuk mubalaghah dari kata syâkir dan sâbir. Dalam bahasa
arab, kata nasûh yang berasal dari huruf nûn, sâd, dan hâ itu,
mengisyaratkan ungkapan bebas atau ikhlas (al-khulûs). Disebutkan,
nasaha al-„asal (madu itu bersih), idzâ khalâ min al-ghisysy (jika kosong
dari campuran). Dengan demikian, al-nush (bebas/ikhlas) dalam tobat itu
layaknya al-nush dalam ibadah. Adapun al-nush dalam musyawarah,
berarti membebaskan musyawarah itu dari bentuk penipuan, pengurangan,
pengrusakan, dan melakukannya dalam kerangka yang paling sempurna.
Al-nus (bersih/ikhlas) itu adalah lawan dari kata al-ghisysy (tipu/curang).19
18
Dapertemen Agama RI, Al-Qur`an Terjemahan, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2004), h. 561.
19
Dalam buku Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, telah dikeluarkan oleh
Ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas, telah berkata bahwa tobat nasuha adalah
bila seseorang hamba menyesali perbuatan yang telah dilakukannya,
sehingga ia memohon maaf kepada Allah, kemudian tidak melakukan dosa
itu lagi untuk selamanya, sebagaimana susu yang telah menetes tidak akan
kembali kepada sumbernya.20
Menurut Sudirman Tebba dalam bukunya Nikmatnya Tobat.
Menyatakan bahwa Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin
Ka’/ab, dan Mu’adz bin Jabal sependapat bahwa tobat nashuha ialah tobat
yang tidak mau lagi kembali kepada kesalahan.21
Dari kedua pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwasannya tobat nashuhah merupakan kemantapan hati seseorang untuk
tidak kembali kepada perbuatan-perbuatan yang salah. Berbeda dengan
pengertian tobat nashuhah di bawah ini.
Menurut Said bin Jabair berpendapat bahwa tobat nashuha ialah
tobat yang diterima oleh Allah. Untuk diterima tobat itu hendaklah
memenuhi tiga syarat, yaitu takut tobatnya tidak akan diterima,
mengharap agar tobatnya diterima, dan mulai saat itu memenuhi hidup
dengan taat. Sedangkan Said bin al-Musyyab berpendapat bahwa tobat
20
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Penerjemah Bahrun Abu Bakar, Lc., dkk., (Semarang: PT. CV Toha Putra, 1993), h. 265.
21
nashuha ialah menasehati diri, karena telah bersalah dan patuh menuruti
nasehat itu. 22
Al-Quraizhiy berkata bahwa untuk mencapai tobat nashuha diperlukan
empat hal, yaitu memohon ampun dengan lidah, berhenti dari dosa itu
dengan badan, berjanji dengan diri sendiri tidak akan mengulangi lagi
kesalahan dan dosa itu, dan menjauhkan diri dari teman-teman yang hanya
akan membawa terperosok kepada yang buruk saja.23
Bila penulis melihat kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa tobat nashuhah adalah tobat yang sebenar-benarnya tobat yang
tidak hanya beristighfar dengan lisan, dan berhenti untuk tidak mengulangi
kesalahan yang lalu. Namun kehidupannya selalu dipenuhi dengan
ketaatannya kepada Allah, serta meninggalkan semua yang akan memicu
timbulnya kemaksiatan.
3. Macam-macam Tobat
Tobat itu pada hakikatnya tidak hanya terkait dengan permohonan
ampunan dosa yang pernah dilakukan, tetapi juga termasuk permohonan
ampun yang bukan karena dosa. Imam al-Ghazali membagi tobat itu atas
tiga macam, yaitu: 24
22
Sudirman Tebba, Nikmatnya Tobat, (Jakarta: Pustaka Irvan, 2007), h. 143. 23
Ibid., h. 144. 24
a. Tobat (kembali), yaitu permohonan ampun dari segala dosa yang
sudah dilakukan disertai tekad untuk tidak kembali dari kemaksiatan
menuju kepada ketaatan kepada Allah SWT, tidak kembali dari
perbuatan dosa menuju kepada perbuatan kebajikan.
b. Firar (lari, meninggalkan), yaitu permohonan ampun dengan tekad
meninggalkan kemaksiatan menuju kepada kebijakkan, atau tekad
untuk meningkatkan amal kebajikan, dari yang baik menuju kepada
yang lebih baik, dari yang sempurna menuju kepada yang lebih
sempurna.
c. Niyabat, yaitu permohonan ampun yang dilakukan secara terus
menerus sekalipun tidak berdosa.
Penulis melihat penjelasan dari ketiga macam-macam bentuk tobat di
atas, maka dapat memberikan gambaran kepada kita semua. Bahwa kita
sebagai umat manusia merupakan termasuk dari golongan apa ketika
melaksanaan tobat.
Sedangkan menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan
dalam bukunya Mutiara Tobat, telah membagi tobat menjadi dua macam,
yaitu wajib dan sunnah.25 Pertama, tobat wajib adalah bertobat dari
meninggalkan kewajiban atau melakukan larangan. Tobat ini wajib
25
dilakukan oleh setiap hamba sebagaimana perintah Allah SWT dalam
kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya.
Kedua, tobat sunah adalah bertobat dari meninggalkan amalan-amalan
sunah atau melakukan amalan makruh. Orang yang hanya melakukan tobat
jenis pertama termasuk golongan moderat ( دصتقملا رارباا ), dan orang yang
melakukan kedua jenis tobat di atas termasuk golongan yang berlomba
dalam berbuat kebajikan ( ةيريخلا قب س ), sedangkan yang tidak melakukan
keduanya termasuk golongan yang zhalim ( سف ل مل ظ ), mungkin kafir
atau fasik.26
Penjelasan untuk kedua macam tobat di atas, sebelumnya telah
dipertegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya Surat Al-waqiah ayat
7-12, yang berbunyi:
Yang artinya: “Dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). Mereka itulah orang
yang didekatkan (kepada Allah).berada dalam surga kenikmatan”.27
26
Ibid., h. 29. 27
4. Syarat dan Etika Tobat
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang ketika
melakukan tobat. Syarat-syarat itu akan sangat terkait dengan dosa-dosa
yang dilakukan karena pelanggaran terhadap hak-hak Allah atau terhadap
hak-hak manusia.
Terhadap hak-hak Allah, syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah
sebagai berikut:28
a. Menyadari dan mengakui adanya perbuatan dosa yang dilakukan.
b. Menyesali dari dari perbuatan maksiat yang dilakukan. c. Bertekad untuk tidak akan mengulangi lagi perbuatan seperti
itu.
d. Setelah bertobat, memperbanyak dan meningkatkan amal kebajikan, tidak hanya dari segi kuantitasnya, tetapi juga kualitasnya, tidak hanya yang wajib, tetapi juga yang sunah. Terhadap hak-hak manusia, syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah
sebagai berikut:29
a. Menyadari dan mengakui adanya perbuatan dosa yang dilakukan terhadap sesama.
b. Memohon maaf kepada yang bersangkutan, jika dosa itu menyangkut kehormatan orang lain.
c. Mengembalikan harta kepada pemiliknya, jika itu menyangkut pengambilan harta benda orang lain tanpa hak. d. Menyesali diri dari perbuatan maksiat yang telah dilakukan. e. Setelah bertobat, memperbanyak dan meningkatkan amal
kebajikan, tidak hanya dari segi kuantitas, tetapi juga kualitasnya, tidak hanya yang wajib, tetapi juga yang sunah.
28
Chalid Ruray, “Taubat Muara Terindah Bagi Seorang Hamba”, Artikel ini diakses pada 23 Februari 2011 pada http://mediasalaf.com/aqidah/taubat-muara-terindah-bagi-seorang-hamba/.
29
Ibid., “Taubat Muara Terindah Bagi Seorang Hamba”, Artikel ini diakses pada 23 Februari 2011 pada http://mediasalaf.com/aqidah/taubat-muara-terindah-bagi-seorang-hamba/.
Dalam buku Kitab Petunjuk Tobat, Yusuf Qardhawi menyatakan ada
beberapa syarat dan etika yang harus dipenuhi agar tobatnya yang kita
lakukan diterima di sisi Allah, 30 antara lain:
a. Niat yang ikhlas dan mengharap ridha Allah dalam melakukannya.
Sesungguhnya Allah SWT tidak akan menerima amal apapun, kecuali
jika dilakukan secara ikhlas untuk mengharap keridhaan-Nya.
Rasulullah bersabda:
”Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niat. Dan seseorang
itu hanya akan mendapatkan pahala dari niat yang dia miliki” (HR. Al-Bukhari).31
b. Hati menyertai lisan sewaktu melakukan tobat. Oleh karena itu, jangan pernah seseorang berkata, “Aku memohon ampunan kepada Allah,
sedangkan hatinya terus-menerus berbuat maksiat. Diriwayatkan dari
Ibn „Abbas, dia berkata, “Orang yang memohon ampunan kepada
Allah, tetapi berbuat maksiat, maka ia seperti orang yang
mengolok-olok Tuhannya”.32
c. Etika yang harus diperhatikan dalam tobat adalah seseorang yang
mesti melakukannya dalam keadaan suci, sehingga ia sedang
30
Yusuf Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat; Kembali Ke Cahaya Allah, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2000), h. 109.
31
Abu Abdullah Al-Bukhori, Shohih Bukhori, (Bairut: Daar Ibnu Katsir, 1987), Jilid 1, h. 1.
32
benar berada dalam kondisinya yang paling baik, lahir maupun bathin. Sebagaimana dalam riwayat Ali ibn Abu Thalib, dia berkata, “Abu
Bakar r.a. menceritakan kepadaku dan dia adalah seorang yang jujur,
bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak ada seorangpun yang melakukan satu perbuatan dosa, lalu
dia segera bangkit dan bersuci, alangkah baiknya aktivitas bersuci yang dia lakukan, dan kemudian dia memohon ampun kepada Allah Azza wa Jalla, kecuali dia akan diampuni oleh-Nya”, lalu beliau membaca firman Allah, dan (juga) orang-orang yang apabila menegrjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka (segera) ingat akan Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui (QS: Ali Imram [3]: 135).33
d. Di antara etika tobat yang harus dijalani seseorang adalah memiliki
perasaan takut dan harapan sewaktu meminta ampunan kepada Allah.
Sungguh Allah telah menyifati diri-Nya dengan firman-Nya, Yang
mengampuni dosa dan menerima tobat lagi keras hukuman-Nya (QS.
Al-Mukmin [40]: 3); Ketahuilah, sesungguhnya Allah amat keras
33
siksaan-Nya, dan sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (QS. Al-Maidah [5]: 98).34
Oleh karena itu tidak seharusnya orang yang berbuat maksiat
meninggalkan tobat, bagaimanapun besarnya dosa yang telah ia
lakukan. Sebab, sesungguhnya ampunan Allah itu lebih besar dari
pada dosanya, rahmat-Nya Maha luas, dan pemaafan-Nya lebih
banyak.
e. Dalam tobat, seseorang juga harus memilih waktu-waktu yang utama.
Misalnya waktu sahur, sebagaimana Allah SWT berfirman: Dan yang
memohon ampunan pada waktu pagi sebelum sahur (sebelum fajar).
(QS. Ali „Imran [3]: 17); Dan selalu memohon ampunan pada waktu
pagi sebelum fajar (akhir malam). (QS. Al-Dzariyat [51]: 18).35
f. Di antara etika tobat berdoa dan beristigfar dengan rangkaian doa
yang disebutkan dalam Al-Qur`an dan Sunnah. Sesungguhnya doa
yang diajarkan Al-Qur`an dan Sunnah sangat jelas, seimbang, lugas,
teratur, dan memiliki pengaruh yang besar pada hati. Lain halnya
dengan doa yang dibuat-buat oleh manusia dari rangkaian kata yang
dipilih dan disusunnya, Karena ia tidak memiliki keindahan yang
34
Dapertemen Agama RI, Al-Qur`an Terjemahan, (Bandung ,PT. Syaamil Cipta Media: 2004), h. 124.
35
dimiliki kalimat Al-Qur`an, dan tidak mempunyai keluhuran yang
tersimpan dalam rangkaian doa-doa Nabi.36
Di antara rangkaian doa-doa yang diajarkan dalam Al-Qur`an
adalah doa-doa yang disebutkan Al-Qur`an dari Adam, Nuh, Ibrahim,
dan yang lainnya dari pada Nabi, Rasul, dan orang-orang yang shaleh,
diantaranya sebagai berukut:
Yang artinya: Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (QS. Ali Imran [3]: 147).37
5. Ciri-ciri Pertobatan yang Diterima
Pertobatan yang diterima memiliki beberapa ciri, dan berbeda dari
pada pertobatan yang ditolak oleh Allah SWT. Adapun ciri-ciri
pertobatan yang diterima menurut Yusuf Qordhawi dalam bukunya
yang bejudul Kitab Petunjuk Tobat; Kembali ke Cahaya Allah,
diantaranya adalah:38
a. Setelah melakukan pertobatan, seseorang menjadi lebih baik dari
pada sebelumnya.
36
Yusuf Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat; Kembali Ke Cahaya Allah, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2000), h. 114.
37
Dapertemen Agama RI, Al-Qur`an Terjemahan, (Bandung ,PT. Syaamil Cipta Media: 2004), h. 68.
38
b. Perasaan takut selalu menyertai pelaku pertobatan. Ia tidak pernah
merasa aman dari makar Allah, sekalipun hanya sekedip mata.
c. Terkoyak-koyak hati karena rasa penyesalan dan rasa takut yang
mendalam. Hal ini sesuai dengan kadar besar dan kecilnya
perbuatan buruk yang telah ia lakukan.
d. Keterkoyakan hati, tidak ada sesuatu pun yang menyerupainya,
tidak ada pada orang yang tidak berdosa, bukan karena lapar,
bukan karena berolahraga, dan bukan hanya karena cinta.
Sesungguhnya ia merupakan sesuatu yang ada dibalik semua hal
tersebut, yang akan menghancurkan hati di hadapan Sang Tuhan.39
Ini semua merupakan pengaruh dari pertobatan yang diterima oleh
Allah. Dan apabila seseorang telah melakukan tobat, namun tidak
menemukan atau merasakan pengaruh dan perubahan dari tobat
tersebut di dalam hatinya, maka seharusnya kita harus mencurigai
pertobatan kita.
6. Perintah Tobat
Tobat merupakan salah satu bentuk kebajikan yang harus
dilakukan oleh setiap manusia, baik yang merasa dirinya berdosa
maupun tidak. Tobat bagi orang-orang yang berdosa merupakan jalan
yang wajib di lalui untuk memohon ampunan kepada Allah agar
39
dosanya di ampunkan oleh Allah, sedangkan tobat bagi orang-orang
yang merasa tidak berdosa merupakan jalan yang baik untuk memupuk
pahala. Oleh karena itu, tobat merupakan salah satu perintah agama
yang harus dilakukan oleh seluruh umat manusia.
Di dalam Al-Qur`an terdapat ayat yang memerintahkan untuk
melakukan tobat, demikian pula di dalam haditsnya, Rasulullah
memerintahkan dan memberikan pujian kepada orang-orang yang
melakukan tobat.40 Adapun ayat-ayat yang memerintahkan tentang
tobat, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. QS. Tahrim (66): 8:
Yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada
Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan:
”Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan
ampunilah kami, Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatunya”.41
40
Yusuf, Mutiara Taubat, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2006), h. 28-29. 41
b. QS. An-Nur: 31
Yang artinya: ”Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.42 c. QS. Hud: 52
Yang artinya: Dan (dia berkata): “Hai kaum-Ku, mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu
berpaling dengan berbuat dosa”.43 d. QS. Hud: 61
Yang artinya: “karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian
bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa-Nya)”.44
Di antara hadits Nabi yang memerintahkan tobat ialah:
a. Dan dalam Shahih Muslim dari Abi Burdah dari al-Aghar dari Ibnu
Umar r.a. dari Nabi SAW bersabda:
42
Ibid., 353. 43
Ibid., h. 228. 44
Yang artinya: “Wahai sekalian manusia, bertobatlah kalian kepada Allah, sesungguhnya aku bertobat kepada-Nya dalam sehari seratus kali”.45
b. Dari Abu Burdah dari al-aghar al-Muzani berkata: Rasulullah SAW
bersabda:
Yang artinya: “Sesungguhnya hatiku-terkadang-lalai, dan
sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah dalam sehari
seratus kali”.46
c. Diriwayatkan dari Nabi SAW oleh Ibnu Mas’ud, al-Bara ibn „Azib,
an-Nu’man ibn Basyir, Abu Hurairah dan Anas ibn Malik r.a.
Dalam ash-Shahihain dari Ibnu Mas’ud r.a. berkata: Rasulullah
SAW bersabda:
Yang artinya: “Sesungguhnya Allah benar-benar lebih gembira
dengan tobat salah seorang diantara kalian dari pada seseorang yang bepergian di padang pasir nan tandus, ia membawa serta unta dengan makanan, minuman, pembekalan, dan barang-barang kebutuhannya, kemudian ia kehilangan unta tersebut, ia lalu
45
HR. Muslim, Kitab ad-Dzikru Wa ad-Du’a Wa at-Taubah wal Istigfar, Bab Istihbab al-Istighfar Wal Istiktsar Minhu, dalam Ibnu Taimiyah, Mutiara Taubah, (Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2004), h. 22.
46
keluar untuk mencarinya sampai hampir matti tapi tetap tidak
menemukannya, ia lalu berkata: “Aku akan kembali ke tempat
pertama kali aku kehilangan untaku biar aku mati di sana”, ia lalu kembali ke tempat semula, kemudian ia tertidur dan ketika bangun ia dapati untanya berada di hadapannya bersama dengan makanan, minuman, pembekalan, dan barang-barang
kebutuhannya”.47
B. NAPZA
1. Pengertian dan Jenis NAPZA a. Narkotika
Narkotika berasal dari bahasa Inggris “Narcotics” yang berarti
obat yang menidurkan atau obat bius.48 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Narkotika adalah “Obat untuk menenangkan syaraf,
menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa ngantuk atau ransangan
(opium, ganja,dsb).”49
Dan menurut Pasal 1 butir (1) Undang-undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika (UU No.22/1997): “Narkotika adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau sintesis maupun semi sintesis
yang dapat menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan”.50
47
HR. Bukhari, Kitab ad-Da’awa,t Bab at-Taubah, dalam Ibnu Taimiyah, Mutiara Taubah, (Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2004), h. 26.
48
Echols, M. John.,, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, (Jakarta: Penerbit. PT. Gramedia, t.t), h.390.
49
Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 1988), h. 609.
50
Selanjutnya dalam Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang No.22 tahun
1997, Narkotika dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu:
1) Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sanggan tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contohnya: Opium, Ganja, Heroin,
Kokain, dan lain-lain.
2) Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk
pengobatan yang digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Benzetidin, Betametadol, Difenoksilat,
Hidromorfinal, Metadon, Morfin, Petidin, dan turunannya dan
lain-lain.
3) Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak dalam terapi dan/atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Contohnya: Kodein, Norkodina,
Propiran, dan lain-lain.51
Berdasarkan cara pembuatannya, Narkotika dibedakan ke dalam
3 (tiga) golongan, yaitu :
51
1) Narkotika Alami
Adalah Narkotika yang zat aktifnya diambil dari
tumbuh-tumbuhan (alam), contohnya adalah: Ganja, Hasis, Coca, Opium.
2) Narkotika Semi Sintetik
Adalah Narkotika alami yang diolah, diambil zat adiktifnya
(intisarinya) agar memiliki khasiat lebih kuat sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan kedokteran. Contohnya: Morfin,
Codein, Heroin, Cocaine.
3) Narkotika Sintetik
Adalah Narkotika palsu yang dibuat dari bahan kimia,
digunakan untuk pembiusan dan untuk pengobatan bagi orang yang
menderita ketergantungan Narkoba sebagai Narkoba pengganti
(Subssitusi), seperti: Petidine, Methadone, dan Naltrexon.52
b. Psikotropika
Psikotropika menurut Pasal 1 butir (1), Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika (UU No. 5/1997): “Psikotropika
adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
52
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku”.53
Jenis-jenis dari psikotropika yang berdasarkan
Undang-Undang No. 5 tahun 1997 psikotropika dibedakan menjadi empat
golongan, yaitu :
1) Psikotropika Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya: LSD
(Lysergic Acid Diethyltamide), MDMA (Shabu/SS atau
Ekstacy).
2) Psikotropika Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat
untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya:
Amfetamin, Metamfetamin, Metakulon.
3) Psikotrapika Golongan IV adalah psikotrapika yang berkhasiat
untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengatahuan serta mempunyai
53
potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contohnya: Diazepam, Lefetamina, Nitrazepm.54
Berdasarkan Ilmu Farmakologi, Psikotropika dikelompokan
kedalam tiga golongan : 55
1) Kelompok Deressant/Penekan Saraf Pusat/Penenang/Obat
Tidur; Bila diminum memberikan rasa tenang, mengantuk,
tentram, damai, menghilangkan rasa takut, was-was, dan
gelisah. Contoh: Valium, Rohipnol, Mogadon.
2) Kelompok Stimulan/Peransang Saraf Pusat/Anti tidur; Bila
diminum mendatangkan rasa riang gembira, hilang rasa
bermusuhan, hilang rasa marah, ingin selalu aktif, dan badan
merasa fit tidak terasa lapar. Daya kerja otak menjadi serba
cepat namun kurang terkendali., kurang terkontrol. Contoh:
Amfetamin, Estasy, Shabu.
3) Kelompok Halusinogen; Halusinogen adalah obat atau zat atau
tanaman atau makanan atau minuman yang dapat
menimbulkan khayalan. Bila diminum dapat mendatangkan
ilusi atau khayalan tentang peristiwa-peristiwa yang
mengerikan, menakutkan kadang-kadang khayalan nikmat,
seks, dan sebagainya. Contoh: LSD (Lysergic Acid
54
Ibid., h. 17. 55