• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

4. Syarat dan Etika Tobat

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang ketika melakukan tobat. Syarat-syarat itu akan sangat terkait dengan dosa-dosa yang dilakukan karena pelanggaran terhadap hak-hak Allah atau terhadap hak-hak manusia.

Terhadap hak-hak Allah, syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:28

a. Menyadari dan mengakui adanya perbuatan dosa yang dilakukan.

b. Menyesali dari dari perbuatan maksiat yang dilakukan. c. Bertekad untuk tidak akan mengulangi lagi perbuatan seperti

itu.

d. Setelah bertobat, memperbanyak dan meningkatkan amal kebajikan, tidak hanya dari segi kuantitasnya, tetapi juga kualitasnya, tidak hanya yang wajib, tetapi juga yang sunah. Terhadap hak-hak manusia, syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:29

a. Menyadari dan mengakui adanya perbuatan dosa yang dilakukan terhadap sesama.

b. Memohon maaf kepada yang bersangkutan, jika dosa itu menyangkut kehormatan orang lain.

c. Mengembalikan harta kepada pemiliknya, jika itu menyangkut pengambilan harta benda orang lain tanpa hak. d. Menyesali diri dari perbuatan maksiat yang telah dilakukan. e. Setelah bertobat, memperbanyak dan meningkatkan amal

kebajikan, tidak hanya dari segi kuantitas, tetapi juga kualitasnya, tidak hanya yang wajib, tetapi juga yang sunah.

28

Chalid Ruray, “Taubat Muara Terindah Bagi Seorang Hamba”, Artikel ini diakses pada 23 Februari 2011 pada http://mediasalaf.com/aqidah/taubat-muara-terindah-bagi-seorang-hamba/.

29

Ibid., “Taubat Muara Terindah Bagi Seorang Hamba”, Artikel ini diakses pada 23 Februari 2011 pada http://mediasalaf.com/aqidah/taubat-muara-terindah-bagi-seorang-hamba/.

Dalam buku Kitab Petunjuk Tobat, Yusuf Qardhawi menyatakan ada beberapa syarat dan etika yang harus dipenuhi agar tobatnya yang kita lakukan diterima di sisi Allah, 30 antara lain:

a. Niat yang ikhlas dan mengharap ridha Allah dalam melakukannya. Sesungguhnya Allah SWT tidak akan menerima amal apapun, kecuali jika dilakukan secara ikhlas untuk mengharap keridhaan-Nya. Rasulullah bersabda:

Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niat. Dan seseorang

itu hanya akan mendapatkan pahala dari niat yang dia miliki” (HR. Al-Bukhari).31

b. Hati menyertai lisan sewaktu melakukan tobat. Oleh karena itu, jangan pernah seseorang berkata, “Aku memohon ampunan kepada Allah, sedangkan hatinya terus-menerus berbuat maksiat. Diriwayatkan dari

Ibn „Abbas, dia berkata, “Orang yang memohon ampunan kepada

Allah, tetapi berbuat maksiat, maka ia seperti orang yang

mengolok-olok Tuhannya”.32

c. Etika yang harus diperhatikan dalam tobat adalah seseorang yang mesti melakukannya dalam keadaan suci, sehingga ia sedang

30

Yusuf Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat; Kembali Ke Cahaya Allah, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2000), h. 109.

31

Abu Abdullah Al-Bukhori, Shohih Bukhori, (Bairut: Daar Ibnu Katsir, 1987), Jilid 1, h. 1.

32

benar berada dalam kondisinya yang paling baik, lahir maupun bathin. Sebagaimana dalam riwayat Ali ibn Abu Thalib, dia berkata, “Abu Bakar r.a. menceritakan kepadaku dan dia adalah seorang yang jujur, bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak ada seorangpun yang melakukan satu perbuatan dosa, lalu

dia segera bangkit dan bersuci, alangkah baiknya aktivitas bersuci yang dia lakukan, dan kemudian dia memohon ampun kepada Allah Azza wa Jalla, kecuali dia akan diampuni oleh-Nya”, lalu beliau membaca firman Allah, dan (juga) orang-orang yang apabila menegrjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka (segera) ingat akan Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui (QS: Ali Imram [3]: 135).33

d. Di antara etika tobat yang harus dijalani seseorang adalah memiliki perasaan takut dan harapan sewaktu meminta ampunan kepada Allah. Sungguh Allah telah menyifati diri-Nya dengan firman-Nya, Yang mengampuni dosa dan menerima tobat lagi keras hukuman-Nya (QS. Al-Mukmin [40]: 3); Ketahuilah, sesungguhnya Allah amat keras

33

Abu Isa At-Turmudzi, Sunan At-Turmudzi,(Bairut: Daar Ihya’ At-Turats Al-„Arabi, 1999), Jilid 1, h. 257.

siksaan-Nya, dan sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al-Maidah [5]: 98).34

Oleh karena itu tidak seharusnya orang yang berbuat maksiat meninggalkan tobat, bagaimanapun besarnya dosa yang telah ia lakukan. Sebab, sesungguhnya ampunan Allah itu lebih besar dari pada dosanya, rahmat-Nya Maha luas, dan pemaafan-Nya lebih banyak.

e. Dalam tobat, seseorang juga harus memilih waktu-waktu yang utama. Misalnya waktu sahur, sebagaimana Allah SWT berfirman: Dan yang memohon ampunan pada waktu pagi sebelum sahur (sebelum fajar).

(QS. Ali „Imran [3]: 17); Dan selalu memohon ampunan pada waktu

pagi sebelum fajar (akhir malam). (QS. Al-Dzariyat [51]: 18).35

f. Di antara etika tobat berdoa dan beristigfar dengan rangkaian doa yang disebutkan dalam Al-Qur`an dan Sunnah. Sesungguhnya doa yang diajarkan Al-Qur`an dan Sunnah sangat jelas, seimbang, lugas, teratur, dan memiliki pengaruh yang besar pada hati. Lain halnya dengan doa yang dibuat-buat oleh manusia dari rangkaian kata yang dipilih dan disusunnya, Karena ia tidak memiliki keindahan yang

34

Dapertemen Agama RI, Al-Qur`an Terjemahan, (Bandung ,PT. Syaamil Cipta Media: 2004), h. 124.

35

dimiliki kalimat Al-Qur`an, dan tidak mempunyai keluhuran yang tersimpan dalam rangkaian doa-doa Nabi.36

Di antara rangkaian doa-doa yang diajarkan dalam Al-Qur`an adalah doa-doa yang disebutkan Al-Qur`an dari Adam, Nuh, Ibrahim, dan yang lainnya dari pada Nabi, Rasul, dan orang-orang yang shaleh, diantaranya sebagai berukut:

Yang artinya: Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (QS. Ali Imran [3]: 147).37

Dokumen terkait