• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKH AL-QUR'AN DENGAN AS-SUNNAH

Dalam dokumen KULIAH ULUMUL QUR’AN (Halaman 196-200)

n âsiKh m ansûKh

D. NASKH AL-QUR'AN DENGAN AS-SUNNAH

Di samping naskh Al-Qur'an dengan Al-Qur'an, para ulama juga membahas naskh Al-Qur'an dengan as-Sunnah, naskh As-Sunnah dengan Al-Qur'an dan naskh as-Sunnah dengan as-Sunnah. Untuk naskh Al-Qur'an dengan Al-Qur'an tidak perlu lagi dibahas pada fasal ini, karena sudah dibahas sebelumnya. Yang perlu dibahas adalah tiga macam naskh yang lainnya.

1. Naskh Al-Qur'an dengan As-Sunnah

Dalam hal ini dibagi dalam dua kategori, pertama, naskh Al-Qur'an dengan hadits âhâd, dan kedua, naskh Al-Qur'an dengan hadits mutawâtir. Untuk yang pertama, jumhur ulama berpendapat Al-Qur'an tidak boleh dinasakh oleh hadits âhâd, karena kedudukannya tidak seimbang. Al-Qur'an bersifat mutawâtir, menunjukkan yakin, sedangkan hadits âhâd, zhanni,

16 Az-Zarqâni, Manâhil al-‘Irfân i ‘Ulûm Al-Qur’an…, II: 110-111.. 17 Mannâ’ al-Qaththân, Mabâhits fî ‘Ulûm Al-Qur’an…, hlm.239.

tidak boleh menghapus sesuatu yang yakin dengan sesuatu yang zhanni.

Kedua, naskh Al-Qur'an dengan hadits mutawâtir, dalam hal ini para ulama berpeda pendapat. Imâm Mâlik, Abu Hanîfah dan Ahmad dalam suatu riwayat membolehkannya karena keduanya adalah wahyu sebagaimana dinyatakan oleh Allah SWT:

)4( َحوُي ٌ ْيَو اِإ َوُه ْنِإ )3( ىَوَها

ْلا ِنَع ُقِطْنَي اَمَو

"Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." (Q.S. An-Najm 53: 3-4)

Dan juga berdasarkan irman Allah SWT:

ْمُهالَعَلَو ْمِهْ

َلِإ َلِزُن اَم ِساانلِل َ ِنَبُ ِت َرْكِذا َكْ َلِإ اَ ْنَزْنَأَو

)44( َنوُراكَفَتَي

"…. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan." (Q.S. An-Nahl 16: 44)

Menurut mereka, naskh termasuk dalam bagian al-bayân seperti yang disebutkan dalam ayat di atas.

Imâm Syâi'i, ahli Zhâhir, dan Imâm Ahmad dalam riwayat

lain, tidak membolehkan naskh Al-Qur'an dengan as-Sunnah karena naskh Al-Qur'an hanya boleh dengan Al-Qur'an juga sebagaimana ditegaskan dalam ayat:

)106( ... اَهِلْثِم ْوَأ اَهْنِم ٍ ْرَ ِب ِتْأَن اَه ِسْنُن ْوَأ ٍةَيآ ْنِم ْخ َسْنَن اَم

"Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya…" (Q.S. Al-Baqarah 2: 106)

2. Naskh As-Sunnah dengan Al-Qur'an

Jumhur ulama membolehkan naskh as-Sunnah dengan Al- Qur'an. Shalat menghadap Baitul Maqdis ditetapkan dengan as-Sunnah, lalu dinasakh oleh Al-Qur'an:

اَها َضْرَت ًةَلْبِق َكانَلَوُنَلَف ِءاَم اسلا ِف َكِهْجَو َبِ

ُلَقَت ىَرَن ْدَق

اوُلَوَف ْمُتْنُك اَم ُثْيَحَو ِماَرَحا ِدِجْسَمْ

ْلا َرْطَش َكَهْجَو ِلَوَف

)144( ... ُهَر ْط َش ْمُكَهوُجُو

"Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Maka palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya ..." (Q.S. Al-Baqarah 2:144)

3. Naskh As-Sunnah dengan As-Sunnah

Ada empat macam naskh as-Sunnah dengan as-Sunnah: a. Naskh mutawâtir dengan mutawâtir; b. Nasakh âhâd dengan âhâd ; c. Naskh âhâd dengan mutawâtir; dan d. Naskh mutawâtir dengan âhâd. Tiga bentuk pertama dibolehkan. Sedangkan bentuk keempat, jumhur ulama tidak membolehkannya. 18

E. URGENSI DAN HIKMAH NÂSIKH MANSÛKH

Kajian tentang nâsikh mansûkh sangat penting sekali dalam

kajian Islam, terutama dalam bidang iqh karena menyangkut

ketetapan hukum. Lebih-lebih lagi dalam menyelesaikan kasus ayat-ayat yang terdapat pertentangan satu sama lain, dan tidak ada cara untuk menyelesaikannya kecuali dengan meneliti kronologi turunnya, mana yang lebih dahulu turun dibandingkan dengan yang lain, sehingga dapat ditentukan mana yang nâsikh dan mana

yang mansûkh. Itulah sebabnya kenapa para ulama pada masa yang lalu sangat memperhatikan hal ini. Betapa pentingnya ilmu ini dapat dilihat dari penafsiran Ibn 'Abbâs tentang makna al-hikmah pada ayat berikut ini:

)269( ... اًرِثَك اً ْرَخ َ ِتوُأ ْدَقَف َةَمْكِْحا َتْؤُي ْنَمَو

"… dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak..." (Q.S. Al-Baqarah 269)

Menurut Ibn 'Abbâs, yang dimaksud dengan hikmah dalam ayat ini adalah "pengetahuan tentang nâsikh mansûkh, muhkam mutasyâbih, kronologi turunnya ayat-ayat Al-Qur'an dan pengetahuan tentang halal dan haram dalam Al-Qur'an".19

Diceritakan pada suatu hari 'Ali ibn Abi Thâlib masuk ke masjid dan menemukan seseorang sedang memberikan taushiyah kepada orang banyak, lalu 'Ali memanggilnya dan menanyakan: "Apakah anda tahu tentang nâsikh mansûkh?" Tatkala orang itu menjawab tidak tahu, maka 'Ali langsung menyuruhnya pergi dan melarangnya memberikan taushiyah. Diriwayatkan juga 'Ali pernah menanyakan kepada seorang qâdhi, apakah dia tahu tentang nâsikh mansûkh. Tatkala djawab tidak tahu, 'Ali langsung mengatakan kepadanya: "Engkau telah binasa dan membinasakan orang lain".20

Nâsikh mansûkh ini memberikan gambaran bagaimana

perkembangan tasyrî' menuju kesempurnaan sesuai dengan

perkembangan dakwah dan perkembangan kondisi umat manusia.

Adanya nâsikh mansûkh ini juga memberikan keuntungan

kepada umat Islam. Jika pengganti hukum yang dihapus ternyata lebih berat daripada yang diganti akan memberikan tambahan pahala kepada umat yang melaksanakannya. Jika pengganti lebih ringan akan memberikan kemudahan dan keringanan kepada umat.21

19 Az-Zarqâni, Manâhil al-‘Irfân i ‘Ulûm Al-Qur’an…, II: hlm. 70. 20 Az-Zarqâni, Manâhil al-‘Irfân i ‘Ulûm Al-Qur’an…, II: hlm. 70-71. 21 Mannâ’ al-Qaththân , Mabâhits fî ‘Ulûm Al-Qur’an…, hlm. 240.

Nâsikh mansûkh juga menjadi batu ujian bagi bagi umat Islam. Contohnya adalah perubahan Qiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah di Makkah. Bagi kaum Muslimin sendiri, perpindahan kiblat ini juga merupakan ujian keimanan, siapa yang betul-betul patuh mengikuti Rasulullah SAW, dan siapa yang kemudian berpaling gara-gara perpindahan kiblat ini. Bagi orang-orang yang tidak mendapatkan petunjuk dari Allah, memang perpindahan kiblat ini akan terasa berat. 

Dalam dokumen KULIAH ULUMUL QUR’AN (Halaman 196-200)