5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.4 Neraca Moneter Tegakan dan Karbon Tersimpan di Hutan 1 Neraca Moneter Tegakan
5.4.2 Neraca Moneter Karbon Tersimpan di Hutan
Meskipun komunitas ilmiah telah lama menyadari perihal peranan hutan dalam penambatan dan penyimpanan karbon, namun jasa ekologis yang penting dari sumberdaya hutan ini baru mendapat perhatian yang lebih besar ketika dilangsungkan konferensi dunia mengenai pembangunan dan lingkungan di Rio de Janeiro, Brasil tahun 2002, kemudian mengemuka kembali dengan lahirnya Protokol Kyoto (1997) dan ratifikasinya oleh beberapa negara.
Terdapat sejumlah metode penilaian manfaat hutan sebagai penyimpan karbon, baik yang berbasis pasar maupun non-pasar. Lange (2004) diacu dalam Goio (2008) menyatakan bahwa nilai per unit atau unit value dari karbon umumnya didasarkan kepada salah satu dari 5 (lima) alternatif berikut:
a) Pajak emisi karbon, di mana alternatif ini dapat digunakan sebagai dasar penilaian moneter di negara-negara yang memperlakukannya
b) Harga pasar karbon untuk emisi karbon yang dapat diperjualbelikan (emission permit).
c) Biaya kerusakan yang merupakan estimasi dari kerusakan di tingkat global yang diakibatkan dari perubahan iklim.
d) Emisi yang ditimbulkan per unit karbon yang didasarkan pada penelitian mengenai permodelan perubahan iklim
e) Biaya penghindaran kerusakan (damage avoidance cost) yaitu biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk mengurangi emisi karbon.
Penilaian fungsi hutan sebagai penambat dan penyimpan karbon di dalam penelitian ini didasarkan pada alternatif yang ketiga yaitu berdasarkan biaya kerusakan di tingkat global sebagai akibat adanya perubahan iklim. Merujuk kepada hasil studi Toll (2003) estimasi kerusakan yang diakibatkan adanya perubahan iklim pada tingkat global berada pada kisaran $10/tC sampai dengan $20/tC. Sedangkan menurut Atkinson dan Gundimeda (2006) besaran nilai karbon adalah $20/tC.
Berdasarkan kedua hasil studi tersebut maka dalam penelitian ini neraca moneter karbon yang tersimpan di dalam tegakan hutan menggunakan harga $15/tC sebagai basis penilaian dan kemudian dilakukan analisis sensitifitas dengan harga terendah $10/tC dan harga tertinggi sebesar $20/tC. Dengan menggunakan harga karbon sebesar $15/tC dan kurs sebesar Rp 9.200/$, maka nilai moneter sediaan karbon di dalam hutan pada tahun 2003 adalah sebesar Rp 133.410.719.727,30 dan kemudian nilai ini menurun menjadi sebesar Rp 111.584.139.215,10 pada tahun 2010, atau perubahan nilai moneter neto sebesar Rp. 21.826.580.512,20. Nilai moneter stok karbon tersimpan di dalam hutan selama periode waktu tersebut rata-rata mengalami penurunan atau depresiasi sebesar Rp 3.233.567.444,03.
Tabel 5.22 Neraca Moneter Akumulatif Karbon Tersimpan di Hutan Menurut Jenis Tegakan di Kabupaten Blora 2003-2010
Uraian Jenis Tegakan
Jati Mahoni
Stok Awal 126.395.080.267,50 3.449.826.927,30
Perubahan Karena Kegiatan Perekonomian
Pemanenan 28.274.723.400,00 647.284.977,30
Pencurian dan Perusakan Hutan 1.754.864.925,00 44.243.483,10
Penggembalaan 154.559.724,00 4.077.189,30
Perubahan Karena Penyebab Alami
Riap/Pertumbuhan 23.565.415.302,00 2.309.737.063,80
Bencana Alam 135.898.570,50 3.584.957,10
Perubahan Karena Penyebab Lain
Kebakaran Hutan 992.571.244,50 26.183.022,90
Lain-lain dan Penyesuaian 12.596.699.098,50 2.236.668.741,00
Perubahan Neto -20.343.901.281,00 -652.304.941,20
Tabel 5.22 (lanjutan)
Uraian Jenis Tegakan Jumlah
Sonokeling Rimba Campur
Stok Awal 663.403.432,50 2.902.409.100,00 133.410.719.727,30
Perubahan Karena Kegiatan Perekonomian
Pemanenan 284.223.937,50 1.017.042.750,00 30.223.275.064,80
Pencurian dan Perusakan Hutan 4.682.340,00 40.581.832,50 1.844.372.580,60
Penggembalaan 412.447,50 3.574.372,50 162.623.733,30
Perubahan Karena Penyebab Alami
Riap/Pertumbuhan 355.789.012,50 771.294.937,50 27.002.236.315,80
Bencana Alam 362.767,50 3.142.777,50 142.989.072,60
Perubahan Karena Penyebab Lain
Kebakaran Hutan 2.648.565,00 22.953.712,50 1.044.356.544,90
Lain-lain dan Penyesuaian 443.894.422,50 133.938.315,00 15.411.200.577,00
Perubahan Neto 380.435.467,50 -449.938.822,50 -21.826.580.512,20
Stok Akhir 282.968.482,50 2.452.469.760,00 111.584.139.215,10
Sumber : Rekapitulasi Lampiran 8
Dengan menggunakan kerja kerja SNA yang ada saat ini, nilai manfaat hutan yang berfungsi sebagai layanan ekologis seperti penagturan siklus hidrologi, pencegahan erosi, penyerapan dan penyimpanan karbon, tidak akan pernah terlihat karena ketiadaan harga pasar untuk menilai manfaat tersebut. Manfat tersebut sangat penting dan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, sehingga apabila hanya melihat kontribusi sektor kehutanan yang hanya mencakup produk atau hasil hutan yang memiliki harga pasar nilai layanan ekologis tersebut oleh Hasan dan Ngwenya (2006) diistilahkan dengan manfaat yang hilang dari akun pendapatan nasional (missing value from national account).Dengan memasukkan nilai moneter stok karbon yang tersimpan di dalam hutan pada setiap akhir tahun, maka kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB akan meningkat rata-rata sebesar 3,36% dibandingkan dengan perhitungan PDRB konvensional sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 5.23 berikut ini.
Tabel 5.23 Kontribusi Sektor Kehutanan ”Tanpa” dan ”Dengan” Memasukkan Nilai Penyimpanan Karbon
Tahun Total PDRB Blora (Rp) PDRB Kehutanan (Rp) Nilai Karbon (Rp) 2003 2.278.000.000.000 2.278.000.000.000 131.223.298.926,71 2004 2.253.838.000.000 2.253.838.000.000 127.499.141.488,08 2005 2.555.232.000.000 2.555.232.000.000 123.978.144.878,97 2006 2.873.718.000.000 2.873.718.000.000 121.023.261.230,28 2007 3.145.489.000.000 3.145.489.000.000 118.012.343.356,92 2008 3.636.798.000.000 3.636.798.000.000 115.832.118.348,39 2009 3.993.824.000.000 3.993.824.000.000 114.016.333.637,77 2010 4.472.315.180.000 4.472.315.180.000 111.584.139.550,81
Tabel 5.23 (lanjutan)
Tahun PDRB Kehutanan (Rp)
SharePDRB Kehutanan Dengan Karbon Tanpa karbon 2003 509.873.298.927 21,16% 12,84% 2004 454.160.141.488 19,07% 13,31% 2005 494.255.144.879 18,45% 13,93% 2006 529.721.261.230 17,69% 13,56% 2007 544.654.343.357 16,69% 14,22% 2008 622.463.118.348 16,59% 14,49% 2009 645.480.333.638 15,71% 14,49% 2010 685.818.779.551 14,96% 16,62% Rerata 17,54% 14,18%
Sumber: Blora dalam Angka Tahun 2009 dan 2010, Pengolahan Data Neraca Moneter Karbon
Adanya peningkatan yang cukup signifikan kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB dengan memasukkan nilai karbon yang tersimpan di dalam hutan, diharapkan memiliki implikasi yang penting bagi penyusun rencana dan pengambil keputusan pembangunan bahwa keberadaan sumberdaya hutan memiliki peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi maupun kesejahteraan manusia, dan apabila perencana dan pengambil keputusan tidak memperoleh sinyal yang tepat maka yang muncul adalah adanya distorsi akan arti penting keberadaan sumberdaya hutan yang dicirikan dengan ketidakhati-hatian dalam pemanfaatannya yang biasanya cenderung untuk memaksimum hasil hutan yang memiliki harga pasar.
Perhitungan neraca moneter dari manfaat hutan sebagai penyimpan karbon sebagaimana ditunjukkan sebelumnya diharapkan dapat memberikan penyadaran dan cara pandang baru bagi pengambil keputusan akan pentingnya menjaga kelestarian hutan. Green Regional Accounting yang diterapkan untuk sumberdaya hutan tanpa memasukkan nilai jasa lingkungan hanya akan bersifat memberi disinsentif yaitu hanya menampilkan pengurangan nilai deplesi sebagaimana ditunjukkan dalam analisis perubahan nilai aset tegakan. Nurroochmat et al (2010) memberikan argumentasi bahwa kelemahan formula perhitungan PDRB Hijau yang hanya memasukkan unsur disinsentif tersebut harus dikoreksi dengan memasukkan unsur insentif (reward) jasa lingkungan. Dengan memperhitungkan nilai jasa lingkungan termasuk nilai manfaat karbon di dalmnya,maka daerah yang dapat mengelola sumberdaya hutannya dengan baik sesuai dengan prinsip kelestarian memiliki harapan memperoleh PDRB Hijau yang lebih besar dibandingkan dengan PDRB konvensionalnya.
Untuk melengkapi analisis neraca moneter karbon, selain digunakan harga rata-rata karbon sebesar $15/tC, dalam penelitian ini juga dilakukan analisis sensitifitas dengan menggunakan harga karbon terendah yaitu sebesar $10/tC dan harga tertinggi sebesar $15/tC. Dengan menggunakan harga karbon sebesar $10/tC, pangsa (share) kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB meningkat menjadi sebesar 16,45% atau lebih tinggi 2,27% dibandingkan pangsa sektor kehutanan tanpa memasukkan nilai manfaat karbon. Pada tingkat harga karbon sebesar $20/tC, pangsa sektor kehutanan meningkat menjadi sebesar 18,60% atau
lebih tinggi 4,41% dibandingkan pangsa sektor kehutanan tanpa nilai karbon yaitu sebesar 14,18% terhadap PDRB.
Tabel 5.24 Perbandingan Pangsa Sektor Kehutanan ”Tanpa” dan ”Dengan” Nilai Manfaat Karbon pada Tingkat Harga Karbon yang Berbeda
Tahun
Shareterhadap