• Tidak ada hasil yang ditemukan

ditetapkan Rp15.000/US$, Namun sepanjang 2019 nilai tukar Rupiah selalu dibawah asumsi tersebut

Nilai

Tukar

Tabel 2.5 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah dengan PDRB, Investasi dan Inflasi di Prov. Bengkulu Tahun 2015-2019

2015 2016 2017 2018 2019

Nilai Tukar (Rp per 1$) 13.854,00 13.436,00 13.884,13 14.246,43 14.130,58

PDRB Prov. Bengkulu (Miliar Rp) 50.334,02 55.334,02 60.657,68 66.412,90 72.143,37

Nilai Investasi Penanaman Modal

Asing (PMA) (Miliar Rp) 533,92 949,08 1.850,78 1.830,84 2.186,84

Nilai Investasi Penanaman Modal

Dalam Negeri (PMDN) (Miliar Rp) 257,23 763,32 296,58 4.902,83 5.470,91

Inflasi (%) 3,25 5,00 3,56 2,35 2,91

Penguatan nilai tukar rupiah terhadap mata uang Amerika Serikat (AS) menjelang tutup tahun 2019 merupakan terkuat sejak 1,5 tahun lalu. Beberapa kalangan menilai setelah tahun lalu secara umum karena kondisi ekonomi dan politik global yang tidak kondusif namun pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan kisah sukses yang nyata. Meskipun faktor kondisi keuangan global yang lebih ketat, menjelang akhir tahun terdapat kabar terbaru dari kesepakatan dagang fase I AS-China yang menjadi faktor utama pelaku pasar kembali bergairah ditambah lagi harga komoditas nonmigas di pasar internasional pada Triwulan IV-2019 secara umum mengalami peningkatan.

(https://www.cnbcindonesia.com/market/20191231121356-17-126676/tutup-2019-rupiah-makin-ganas-terkuat-sejak-15-tahun diakses tanggal 24 Februari 2020).

2.2 INDIKATOR KESEJAHTERAAN

2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI)

Pada tahun 2018, perkembangan IPM di Provinsi Bengkulu secara umum mengalami peningkatan 0,69 poin atau tumbuh 0,99 persen dibandingkan tahun 2017 dari 69,95 menjadi 70,64, masih lebih rendah dibandingkan dengan IPM nasional yang tercatat

sebesar 71,39. Di tingkat nasional, posisi IPM Provinsi Bengkulu menempati peringkat

ke-18. Kemajuan pembanginan manusia pada tahun 2018 terlihat dari perubahan status pembangunan manusia di tingkat provinsi Bengkulu yang berstatus “sedang” pada tahun 2017 berubah berubah status menjadi “tinggi”

Selama periode 2017 hingga 2018, komponen pembentuk IPM juga mengalami peningkatan. Peningkatan capaian tersebut disebabkan oleh peningkatan tiga indikator dasar perhitungan IPM. Untuk indikator standar hidup sehat, variabel yang digunakan adalah angka harapan hidup, di mana bayi yang baru lahir memiliki peluang untuk hidup hingga 68,84 tahun, meningkat 0,25 tahun dibanding tahun 2017 yang tercatat 68,59 tahun. Sementara itu, indikator pengetahuan yang diwakili harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah juga meningkat. Di tahun 2018, anak-anak usia 7 tahun memiliki

IPM Provinsi Bengkulu 2018 tercatat 70,64 (Kategori Tinggi), lebih rendah dengan IPM Nasional sebesar 71,39

IPM

peluang untuk bersekolah selama 13,58 tahun, atau memiliki peluang untuk menamatkan pendidikan mereka hingga perguruan tinggi atau lulus D1, meningkat 0,01 tahun dibandingkan pada 2017. Sedangkan penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 8,61 tahun juga meningkat 0,14 tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan kedua indikator tersebut tentunya tidak akan terjadi jika tidak dilatarbelakangi oleh kenaikan Pengeluaran Perkapita Disesuaikan

(Harga Konstan 2012) sebesar Rp384.000 yang semula Rp9,778 juta menjadi

Rp10,162 juta di tahun 2018.

Gambar 2.1

IPM Menurut Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Bengkulu Tahun 2018

Sumber : BPS Provinsi Bengkulu

Secara umum, pembangunan manuasia di kabupaten/kota di Propinsi Bengkulu tahun 2018 berada pada kategori “sedang”. Dari sepuluh kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bengkulu, hanya pembangunan manusia di Kota Bengkulu yang berada pada kategori “tinggi” mencapai 79,67. Sedangkan sisanya kabupaten lain menyandang status pembangunan manusia “sedang” yaitu berturut turut Kab. Bengkulu Selatan, Kab. Rejang Lebong, Kab. Bengkulu Utara, Kab. Mukomuko, Kab. Kepahiang, Kab. Lebong, Kab. Bengkulu Tengah, Kab. Kaur, dan Kab. Seluma.

Peningkatan IPM di tingkat provinsi Bengkulu juga tercermin pada level kabupaten/kota. Selama periode 2017 hingga 2018, seluruh kabupaten/kota mengalami peningkatan IPM sebagaimana terlihat pada tabel 2.6.

Pada periode ini tercatat tiga kabupaten dengan kemajuan pembangunan manusia paling cepat, yaitu Kabupaten Seluma (1,52 persen), Kabupaten Kaur (1,41 persen) dan Kabupaten Bengkulu Tengah (1,29 persen). Kemajuan pembangunan manusia di Kabupaten Seluma didorong oleh dimensi pendidikan (Harapan Lama Sekolah) dan Kabupaten Kaur (Rata-rata lama sekolah), sementara di Kabupaten Bengkulu Tengah

lebih dikarenakan perbaikan dimensi standar hidup layak. Sementara itu, kemajuan pembangunan manusia di Kabupaten Kepahiang (0,81 persen), Kabupaten Lebong (0,62 persen) dan Kabupaten Mukomuko (0,60 persen) tercatat paling lambat selama tahun 2017-2018.

Tabel 2.6

IPM Menurut Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Bengkulu Tahun 2018 Provinsi

Umur Harapan Hidup saat lahir

(Tahun)

Harapan Lama

Sekolah (Tahun) Sekolah (Tahun) Rata-rata Lama Pengeluaran per Kapita (Rp.000)

IPM Capaian Pertumbuhan (%) 2017 2018 2017 2018 2017 2018 2017 2018 2017 2018 2017-2018 Bengkulu Selatan 67,24 67,45 13,58 13,59 8,78 9,01 9.202 9.592 69,04 69,85 1,17 Rejang Lebong 67,65 67,95 13,31 13,55 8,04 8,05 9.660 10.045 68,61 68,40 1,15 Bengkulu Utara 67,42 67,67 12,83 12,84 7,83 7,85 9.698 10.098 67,8 68,36 0,83 Kaur 65,92 66,15 12,95 12,96 7,96 8,24 7.914 8.284 65,28 65,20 1,41 Seluma 66,85 67,14 12,94 13,26 7,75 7,90 7.584 7.844 65 65,99 1,52 Mukomuko 65,93 66,16 12,7 12,71 7,87 7,88 9.770 10.036 67,07 67,47 0,60 Lebong 62,46 62,73 12,28 12,30 7,87 7,89 10.810 11.071 65,87 66,28 0,62 Kepahiang 67,12 67,39 12,67 12,68 7,84 7,92 8.866 9.135 66,6 67,14 0,81 Bengkulu Tengah 67,64 67,82 12,96 12,97 6,9 7,14 8.701 9.102 65,8 66,65 1,29 Kota Bengkulu 69,52 69,72 15,58 16,00 11,57 11,58 13.164 13.633 78,82 79,67 1,08 BENGKULU 68,59 68,84 13,57 13,58 8,47 8,61 9.778 10.162 69,95 70,64 0,99 Sumber : BPS Provinsi Bengkulu

2.2.2. Tingkat Kemiskinan

Metode pengukuran kemiskinan di Indonesia masih menggunakan pendekatan ekonomi, yaitu diukur dengan pendekatan pengeluaran atau pendekatan kebutuhan dasar minimum (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Garis kemiskinan makanan

adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan (setara 2100 kkal per kapita per hari). Sedangkan garis kemiskinan bukan makanan adalah nilai minimum pengeluaran untuk perumahan,

sandang, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan

pokok nonmakanan lainnya. 354 362 374 387 401 411 425 441 416 437 451 463 481 492 500 520 200 250 300 350 400 450 500 550

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep

2016 2017 2018 2019

RI

BU

SUMBER : BPS PROVINSI DBENGKULU

Grafik 1.13 Perkembangan Garis Kemiskinan Prov. Bengkulu dan Nasional Periode 2016-2019

Nasional Prov. Bengkulu

Garis kemiskinan di Provinsi Bengkulu pada September 2019 sebesar Rp520,293 per

kapita per bulan

Kemiskinan

Dengan menggabungkan kebutuhan makanan ditambah bukan makanan untuk total perkotaan dan perdesaan maka perkembangan nilai nominal garis kemiskinan Provinsi Bengkulu selama periode 2016-2019 cenderung terus meningkat, dan selalu lebih tinggi dibanding garis kemiskinan Nasional. Pada periode September 2019, garis kemiskinan Provinsi Bengkulu tercatat sebesar Rp520.293,- per kapita per bulan pada September 2019 meningkat sebesar 5,73 persen bila dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, dan meningkat 4,13 persen jika dibanding Maret 2019. Dalam kurun waktu tahun 2016-2019, meski berpola fluktuatif, namun perkembangan jumlah penduduk miskin di Provinsi Bengkulu cenderung menurun. Pada periode September 2016 jumlah penduduk miskin masih sebanyak 325,60 ribu jiwa (17,03 persen), terus menurun hingga menjadi 298,00 ribu jiwa (14,91 persen) di bulan September 2019. Capaian periode September 2019 masih dalam batas tercapai terhadap target Kemiskinan yang tercantum dalam KUA Provinsi Bengkulu 2019 yang sebesar 15,10 persen.

Tabel 2.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Prov. Bengkulu Periode Sept 2016 – Sept 2019

Tahun Provinsi Bengkulu

Kota Desa K+D

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

- September 2016 2,89 2,74 2,79 - Maret 2017 2,97 2,8 2,85 - September 2017 3,24 2,53 2,76 - Maret 2018 2,51 2,64 2,59 - September 2018 2,18 2,43 2,35 - Maret 2019 2,44 2,49 2,48 - September 2019 2,13 1,95 2,01

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

- September 2016 0,65 0,64 0,64 - Maret 2017 0,76 0,75 0,75 - September 2017 0,99 0,58 0,71 - Maret 2018 0,56 0,63 0,61 - September 2018 0,42 0,56 0,52 - Maret 2019 0,53 0,61 0,58 - September 2019 0,47 0,44 0,45

Sumber : BPS Provinsi Bengkulu

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Bengkulu cenderung menurun meski tercatat sekali mengalami peningkatan (Maret 2017). Sama halnya dengan indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Penyebab kenaikan kedua indeks tersebut adalah pertumbuhan garis kemiskinan lebih cepat dibanding pertumbuhan pengeluaran kelompok penduduk miskin.

Berdasarkan wilayah, baik P1 maupun P2 perdesaan terlihat selalu lebih tinggi dibanding perkotaan. Kondisi tersebut mencerminkan persoalan kemiskinan di perdesaan lebih kompleks dibanding perkotaan.

10,86 10,7 10,64 10,12 9,82 9,66 9,41 9,22 17,32 17,03 16,45 15,59 15,43 15,41 15,23 14,91 8 10 12 14 16 18 280 290 300 310 320 330 340

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep

2016 2017 2018 2019

SUMBER : BPS PROV. BENGKULU

Grafik 2.14

Perkembangan Jumlah Dan Presentase Penduduk Miskin Prov. Bengkulu Tahun 2016-2019

JML PENDDK MISKIN PROV. BENGKULU % PENDDK MISKIN NASIONAL % PENDDK MISKIN PROV. BENGKULU

Persoalan kemiskinan tidak hanya mencakup urusan jumlah dan persentase penduduk miskin, namun perlu diperhatikan pula indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2). Secara sederhana, P1 menggambarkan sejauhmana pendapatan kelompok penduduk miskin menyimpang dari garis kemiskinan. Sedangkan P2 menyatakan ketimpangan pendapatan diantara penduduk miskin, yang berarti semakin tinggi nilai P1 dan P2 menunjukkan persoalan kemiskinan yang semakin parah. Nilai P1 dan P2 Provinsi Bengkulu periode September 2019 masing-masing sebesar 2,01 dan 0,45. Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, nilai P1 dan P2 terlihat menurun. Hal ini terkait faktor tingkat pengangguran yang menurun 0,11 poin pada Agustus 2019 (3,39 persen) dari Agustus 2018 (3,50 persen). Dan pertumbuhan ekonomi triwulan III sebesar 4,98 persen cukup membantu menekan laju kemiskinan di Provinsi Bengkulu.

2.2.3. Ketimpangan (Gini Ratio)

Indeks Gini atau Koefisien Gini merupakan indikator yang menunjukkan tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh, dengan skala nilai antara 0 hingga 1. Nilai 0 menunjukkan pemerataan sempurna, sedangkan 1 menunjukkan ketimpangan paling parah. Gini Rasio di Provinsi Bengkulu periode September 2019 tercatat 0,329, dibawah rasio gini Nasional yang sebesar 0,380. Ini menempatkan Provinsi Bengkulu sebagai provinsi dengan tingkat ketimpangan tertinggi ke-17 dari 34 di Indonesia.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, walaupun ketimpangan masih rendah karena indeks masih berada dalam kisaran 0 – 1, namun fenomena tidak meratanya pengeluaran per kelompok penduduk berpengeluaran rendah, menegah dan tinggi baik yang berada pada perkotaan dan perdesaan masih menjadi penyebab terjadinya ketimpangan, sebagaimana terlihat pada tabel 2.8.

0,39 0,41 0,39 0,38 0,39 0,39 0,38 0,37 0,30 0,30 0,31 0,32 0,32 0,32 0,29 0,28 0,36 0,35 0,35 0,35 0,36 0,36 0,34 0,33 0,25 0,30 0,35 0,40 0,45

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep

2016 2017 2018 2019

Sumber : BPS Prov. Bengkulu

Grafik 2.15 Perkembangan Gini Rasio Menurut Daerah Tempat Tinggal Maret 2016-Sept 2019

Kota Desa Prov. Bengkulu

Gini Rasio di Provinsi Bengkulu periode September 2019 tercatat 0,329. Indeks tersebut lebih rendah daripada gini ratio nasional sebesar 0,380