• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai multikultural

Dalam dokumen PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ANAK USIA DINI (Halaman 54-66)

PEMBAHASAN MATERI A. Pembelajaran Multikultural

L. Nilai multikultural

Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang berguna atau penting bagi kemanusiaan atau konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat penting dan berharga dalam kehidupan manusia.45 “Menurut Zakiyah Darajat, nilai adalah perekat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai identitas yang memberikan corak khusus pola pemikiran perasaan, keterikatan maupun perilaku.”46 Nilai dirasakan dalam diri manusia sebagai daya dorong atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup. Konsep ini berkembang dari pola berfikir, pola tingkah laku dan sikap-sikap hidup. Dengan kata lain, nilai berkembang dari budaya lingkungan. Namun sebenarnya ada perbedaan antara nilai, prinsip atau norma. Cinta kasih, keadilan, persamaan, persaudaraan, perdamaian dan sebagainya adalah norma atau prinsip. Maka dapat berlaku siapa pun secara universal dan absolut. Norma atau prinsip tersebut baru menjadi nilai apabila diyakini kebenarannya dalam pola pikir dan dilaksanakan dalam pola tingkah laku oleh seseorang secara universal.

Nilai multikultural dalam arti ini, dimaksudkan bukan hanya sekedar keadaaan atau fakta yang bersifat plural, jamak, atau banyak, dan pengakuan bahwa keadaan fakta seperti itu memang ada dalam kenyataan,

45Richardus Djokopranoto, Filosofi Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Obor, 2011), hlm 189.

46Zakiah Daradjat, Usman Said, Su’aibu Thalib, Achmat Badri, Murni Djamal, Syamsuddin Abdullah, Burhanuddin Daya, Alef Theria Wasyim, Fathuddin A. Gani, Harith A. Salam, Dasar-Dasar Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hlm. 260.

lv namun juga diiringi suatu sikap yang mengakui dan sekaligus menghargai, menghormati, memelihara, dan bahkan mengembangakan atau memperkaya keadaan yang besifat plural, jamak atau banyak. Dalam Islam, perbedaan adalah sebuah sunnatullah atau realitas yang harus diakui secara tegas, baik yang menyangkut perbedaan agama, suku, ras, warna kulit, negara, maupun yang lainnya.47 Dalam memahami standar dari nilai-nilai pluralisme, sekurangnya ada tiga prasyarat untuk membangun beragaman, antara lain: Pertama, adanya keterlibatan aktif untuk menjaga perbedaan menjadi suatu yang bernilai positif, bermanfaat dan menghasilkan kesejahteraan serta kebajikan. Kedua, tidak mengklaim pemilikan tunggal akan kebenaran, maksudnya pengakuan bahwa dalam agama lain pun terdapat unsur kebenaran seperti kebenaran-kebenaran yang bersifat subtansial dan universal. Ketiga, adanya sikap toleransi dan saling menghargai.48

Dalam implementasinya, nilai-nilai multikultural juga dilandasi oleh sikap toleransi. Toleransi sendiri merupakan sikap untuk menghargai dan menghormati keyakinan dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain.49 Oleh sebab itu, semangat toleransi merupakan modal yang dapat membangun sebuah bangunan sosial. Kesediaan untuk saling menerima dalam perbedaan Bhinneka Tunggal Ika merupakan sebuah tugas bersama yang harus dilaksanakan dalam kehidupan nyata.50 Adapun nilai tersebut termaktub pada moral agama, sebagaimana berikut:

a. Nilai-Nilai Agama Islam.

47Moh Yamin dan Vivi Aulia, Merentas Pendidikan Toleransi, hlm. 1.

48Nur Khaliq Ridwan, Pluralisme Borjuis: Kritik atas Pluralisme Cak Nur (Yogyakarta: Galang Press, 2002), hlm. 77.

49Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi, hlm. 153.

50Moh. Yamin dan Vivi Aulis, Meretas Pendidikan Toleransi, hlm. 33-34.

lvi

Islam adalah suatu agama terpadu, universal, dan lengkap yang disampaikan oleh para nabi sejak Adam as.berakhir dan disempurnakan oleh Rasulallah Muhammad SAW.51 Islam mengajarkan bahwa tiap individu dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Sifat dasar suci ini (fitrah) adalah suatu kesadaran mendalam yang tertanam dalam hati tiap manusia akan keesaan Tuhan (Tauhid) untuk mengmbalikan sifat kesucian dan wujud awalnya. Manusia dituntut untuk melakukan rangkaian ritual tertentu, yang pada dasarnya adalah usaha pendekatan diri kepada Tuhan untuk mendapatkan anugerah pengampunan, penyucian dan rahmat.52 Agama ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu Aqidah (keimanan) dengan dasar enam rukun iman, syari’ah (ibadah) dengan dasar rukun islam yang meliputi enam ibadah wajib yang dirinci dalam fiqih, dan akhlak yang meliputi sikap-sikap etis. Ketiga komponen ini sesuai dengan ketiga keyakinan dan sikap religius pribadi, yaitu iman, Islam dan Ihsan yang terintegrasi satu sama lain, yaitu dalam integrasi intelektualitas dan moralitas individu dengan keterlibatan sosial melalui keyakinan kepada Allah yang Maha Esa dan teladan Rasulallah Muhammad SAW. Keyakinan ini terangkum dalam dua kalimat syahadat yang merupakan inti religositas seorang muslim.53 Nilai-nilai agama islam antara lain meliputi (a) aqidah (keimanan), Iman adalah kepercayaan yang meresap ke dalam hati dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan pemiliknya sehari-

51Bambang Sugiharto, Oka Punia Atmaja, Armahedi Mahzar, Agama Menghadapi Zaman (Jakarta: Assosiasi Perguruan Tinggi Katolik, 1992), hlm.76.

52Alwi Sihab, Islam Inklusif, Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama, hlm. 279.

53Bambang Sugiharto, Oka Punia Atmaja, Armahedi Mahzar, Agama Menghadapi Zaman, hlm.76.

lvii hari.54 Rukun iman yang pertama adalah iman kepada Allah SWT.

Inilah ajaran paling pokok yang mendasari seluruh ajaran islam.

Inilah yang tersimpul dalam kalimat Tauhid, kalimat Tayyibah: Laa ilaaha illallaah. Tiada Tuhan selain Allah. Ini tertuang dalam dua kalimat Syahadat, kunci menuju Islam sebagai jalan hidupnya.55 Rukun iman yang kedua adalah iman kepada Malaikat. Para Malaikat berada di alam Ghaib. Tidak bersifat materi, tetapi sebagai tabiatnya ia dapat menjelma ke alam materi. Rukun iman ketiga adalah iman kepada kitab-kitab Allah. Allah SWT menurunkan ajaran-ajaran kepada para rasul untuk setiap bangsa dan umat manusia sepanjang sejarah. Di antara ajaran-ajaran-Nya itu ada yang dicatat dalam kitab dan ada yang tidak dapat diketahui sama sekali. Yang pasti, setiap Rasul menerima risalah atau pelajaran yang pasti, setiap Rasul menerima risalah atau pelajaran disampaikan kepada umatnya. Kitab-kitab terdahulu yang tersebut dalam Al-Qur’an ada empat yaitu: Kitab-kitab zabur kepada Nabi Daud, kitab Taurat kepada Nabi Musa, kitab Injil kepada Nabi Isa, kitab Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW.

Rukun iman ke lima adalah percaya kepada hari akhir, hari penghabisan kehidupan makhluk dunia. Beriman kepada hari akhir berarti percaya akan terjadi hari kiamat dan apa saja yang berhubungan dengannya. Akhir kehidupan di dunia bukanlah akhir kehidupan manusia. Hari terakhir kehidupan dunia mengubah perjalan hidup manusia. Tak ada lagi matahari terbit dan tenggelam silih berganti. Sehari semalam tak ada lagi 24 jam. Rukun iman ke enam adalah percaya kepada Taqdir adalah satu dari pokok-pokok

54Muhammad Chrizin, Konsep & Hikmah AKIDAH islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 13.

55Muhammad Chrizin, Konsep..., hlm. 23.

lviii

keyakinan yang ditanamkan daam hati setiap muslim. Rasulullah SAW. Menyebut iman kepada takdir sebagai bagian dari rukun iman yang enam.56 (b) Syariah (ibadah). Kata Syari’ah berasal dari bahasa Arab yang berarti “jalan yang harus diikuti”. Kata syari’ah secara harfiah berarti “jalan menuju mata air”. Syari’ah bukan hanya jalan untuk mencapai keridhaan Allah, melainkan juga jalan yang dipercayai seluruh umat Islam sebagai jalan petunjuk Allah Yang Maha Pencipta melalui utusan-Nya. Rasulullah Muhammad SAW. Di dalam Islam diyakini bahwa hanya Allah sejalah Yang Maha Kuasa dan Allah semata yang diyakini berhak menetapkan syari’ah sebagai jalan dan petunjuk kehidupan bagi umat manusia.57 Sesungguhnya persatuan dan kesetiakawanan Islam, baru akan tampak jelas, apabila seluruh umat Islam telah mampu melaksanakan dan mengamalkan Syari’ah Islam, yakni menjalankan semua perintah dan menjauhi semua larangan-Nya, dengan antara lain menjalankan dan mengamalkan rukun Islam, yang merupakan dasar-dasar Islam, yang akan menjadikan setiap Muslim dapat merasakan adanya suatu ikatan yang kuat atau sama lain, dan mampu mempersatukan dengan saudara-saudara seiman dan seagama, serta dapat memperkuat hubungan dirinya dengan Allah SWT. Rukun Islam yang lima ini, jika dilaksanakan dan diamalkan dengan baik dan benar akan dapat membangkitkan rasa persatuan dan kesetiakawanan umat Islam.

Dimana penjabarannya dalam praktek sebagai berikut pertama Syahadat: syahadat merupakan pintu gerbang utama untuk dapat

56Muhammad Chrizin, Konsep...,, hlm. 105.

57A.Rahman, Penjelasan Lengkap Hukum – Hukum Allah (syari’ah) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 3.

lix masuk ke dalam Islam,58 kedua Shalat: shalat menurut arti bahasa adalah doa’, sedangkan menurut terminologi syara’adalah sekumpulan ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.59 Waktu-waktu dibagi menjadi lima yaitu:

waktu zhuhur, ashar, maghrib, isyak, dan subuh.60 ketiga Puasa: Puasa secara bahasa diartikan menahan secara mutlak, baik dari makan dan minum, bersetubuh atau yang lainnya. Jadi, orang yang meninggalkan makan, minum, dan bersetubuh dapat dikatakan berpuasa sebab ia menahan diri darinya. Sedangkan pengertian puasa menurut istilah ulama fiqh adalah menahan diri dari segala yang membatlkan sehari penuh mulai dari terbit fajar shadiq hingga terbenam matahari dengan syarat-syarat tertentu. 61 keempat Zakat: zakat bagi umat Islam, khususnya di Indonesia dan bahkan juga di dunia islam pada umumnya, sudah diyakini sebagai bagian pokok ajaran Islam yang harus ditunaikan.62 Zakat secara etimologi dapat diartikan berkembang dan berkah, adapun menurut istilah syar’i zakat berarti sesuatu yang dikeluarkan atas nama harta atau badan dengan mekanisme tertentu.63 kelima Haji: ibadah haji, diwajibkan oleh Allah SWT atas orang-orang yang mampu. Dan ibadah Haji hanya ada satu kali dalam satu tahun. Pada waktu haji itulah umat islam berkumpul dalam satu ruang dan waktu yang sama. Mereka datang dari semua

58Muhammad Bin Sa’d Asy-Syuwa’ir, Syariah Islam Menuju Bahagia (Jakarta: PT Fikahati Aneska, 1992), hlm. 19.

59Abdul Aziz Muhammad Azam, Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah, Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa Dan Haji (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 145.

60Ibid., hlm. 154.

61Ibid., hlm. 433.

62Didin Hafidhudin, The Powes Zakat, Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat Asia Tenggara (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm.3.

63Abdul Aziz Muhammad Azam, Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah, Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa Dan Haji, hlm. 349.

lx

penjuru dunia, semata-mata untuk memenuhi panggilan Illahi:”labaikallahumma Labbaik” (kami datang memenuhi panggilanMu ya Allah). Mereka berkumpul di bawah satu atap dan di atas satu lantai, kemudian menuju satu tempat yang mulia, yakni Ka’bah, Baitullah.64 (c) Akhlak. Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahterlah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya rusak, maka rusklah lahir dan batinnya.65 Menurut Ibnu Mizkawaih akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dulu.

Karakter yang merupakan suatu keadaan jiwa itu menyebabkan jiwa bertindak tanpa berpikir atau dipertimbangkan secara mendalam.66 b. Nilai-Nilai Agama Kristen

Kristen adalah risalah yang dibawa oleh Nabi Isa a.s. yang diutus setelah Nabi Musa, di mana telah disebutkan dalam taurat. Al- Masih (Isa a.s.) mempunyai pendukung (pengikut) berjumlah 12 orang yang disebut dengan nama rasul. Mereka berdakwah (memberi kabar gembira dan memberi peringatan) atas nama Al- Masih. Pada asalnya, dakwah ini bukan risalah umum (universal), tetapi risalah khusus bagi bani Israil.67 Dalam injil Matius, 15/24 dikatakan : “aku

64Muhammad Bin Sa’d Asy-Syuwa’ir, Syariah Islam Menuju Bahagia, hlm. 37.

65Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: Amzah, 2007), hlm. 1.

66Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 223.

67Fayaz Aziz, Pemimpin Peradaban Dunia (Solo: Era Intermedia, 2006), hlm. 139.

lxi tidak diutus kecuali kepada gembala- gembala bani Israil yang tersesat”.68 Ibadah bagi orang kristen selalu mengandung unsur baik seremonial-ritual maupun unsur spiseremonial-ritual. Melalui ibadah iman akan Tuhan diperkuat dan diperkaya yang sekaligus memperdalam tanggungjawab untuk “berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah” (mikha 6:8). Oleh sebab itu kehidupan ibadat itu selalu memperlukan perenungan ulang, agar jangan sampai hanya sekedar bersifat seremonial-ritual belaka, sedangkan nilai spiritualnya yang sangat bermakna bagi kehidupan bersama dalam masyarakat menjadi hilang atau terdorong kebelakang.69 Ajaran-ajaran moral kristiani umumnya tidak berupa pernyataan atau stetment, tetapi diutarakan sebagai perintah. Tuntutan dasarlah dalam etika kristen sebenarnya tidak lain dari pada meneladani sang Kristus . Orang kristen hendaknya memperagakan kemurahan Allah, seperti yang dituturkan oleh sang Yesus sendiri:”hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati “(Lukas 6:36),70 atau “karena itulah kamu harus sempurna, sama seperti Bapamu yang disurga adalah sempurna” (Matius 5:4. 71Mereka menjadi penurut- penurut Allah dengan jalan menghayati dan mengamalkan kasih kristus. Kata kunci dalam etika kristiani adalah “Kasih” yang mempunyai daya jangkau tidak terbatas. Dalam menyimpulkan seluruh hukum Taurat, Yesus berfirman: “Kasihilah Tuhan,Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu”.

Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang

68Perjanjian Baru Mazmur Dan Amsal (Jakarta: LAI, 1991), hlm. 21.

69Bambang Sugiharto, Oka Punia Atmaja, Armahedi Mahzar, Agama Menghadapi Zaman, hlm. 110.

70Perjanjian baru mazmur dan amsal, hlm. 80.

71Perjanjian baru mazmur ..., hlm. 6.

lxii

kedua, yang sama dengan itu, ialah : Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi (Matius 22:37-40).72

c. Nilai-Nilai Agama Katolik

Sesuai dengan petunjuk sejarah, Yesus Kristus adalah pembawa agama kristen, ia lahir kurang lebih pada tahun ke-4 sebelum Masehi, tetapi sebagian ada yang berpendapat antara tahun 7-5 sebelum Masehi. Yesus Kristus berasal dari Nazaret.73 Kitab suci adalah sekumpulan tulisan yang berisi atas wahyu illahi. Dengan demikian, kitab suci merupakan sebuah kitab atau kumpulan tulisan yang memuat tentang wahyu illahi dan ditulis manusia sejalan dengan apa yang diimaninya. Istilah Alkitab berasal kata Arab “al-Kitab” yang berarti buku (the book), atau Sang Kitab. Dalam bahasa Yunani Alkitab disebut ra pLpliar (ta biblia) yang merupakan bentuk jamak dari pip^ioi. Dalam bahasa Latin Alkitab disebut sebagai “Biblia”

(kitab) atau sciptura (tulisan atau sesuatu yang ditulis). Kitab suci yang diakui dan dianggap sah oleh gereja Roma Katolik sebenarnya sama dengan kitab suci yang dipakai oleh Protestan, kecuali ada beberapa perbedaan tambahan. Kitab suci agama kristen adalah Al-kitab atau Bijbel, yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.74 Kitab-kitab perjanjian lama terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu: hukum-hukum Taurat, kitab nabi-nabi. Naskah-naskah sastra. Kitab imamat, kitab bilangan, dan kitab ulangan.

d. Nilai-Nilai Agama Hindu

72Perjanjian baru mazmur..., hlm. 31.

73Romodhon.dkk,Agama-Agama Di Dunia (Yogyakarta: Tp.1988), hlm.314.

74Romodhon, Agama-Agama Di Dunia, hlm.345.

lxiii Agama Hindu adalah agama yang sudah sangat tua dan merupakan agama pokok yang dianut dikawasan India. Agama ini banyak didasarkan pada beberapa naskah suci yang ada. Tidak seperti agama-agama yang lain, dalam agama Hindu tidak dapat diketahui secara pasti siapa pendirinya atau siapa pembawa pertama ajaran-ajarannya. Ini merupakan salah satu kesulitan dalam mempelajari agama Hindu.75 Dalam agama Hindu ditemukan ajaran tentang

“Dharma”adalah penolong manusia untuk meerncapai kehidupan yang bahagia, hidup yang damai, tekun melakukan pekerjaan, serta kepatuhan yang harus dilaksanakan sebagai anggota masyarakat.

Dharma mencakup jangkauan yang lebih luas sebagai berikut: sila artinya melaksanakan perbuatan baik, yajna artinya melaksanakan upacara korban, tapa artinya mematikan indranya, tidak diberikan menikmati obyeknya, dana artinya memberikan sedekah, prawjya artinya pendeta yang bijaksana (laku mengembangkan ilmu kerohanian), bhiksu artinya melaksanakan upacara diksa (penyucian pribadi), yoga artinya melaksanakan samadhi. Karena adanya peraturan hidup dan kodrat yang patut diikuti atau dilaksanakan oleh manusia untuk dapat menjadi manusia yang baik, maka dharma juga tingkah laku yang baik.76 Menurut Robertson Smith upacara korban mengandung arti pengokohan hubungan kekeluargaan dalam masyarakat dengan makan daging dan minum darah binatang yang oleh masyarakat dipandang sebagai anggotanya. Korban binatang atau manusia untuk dewa-dewa berarti minum darah dan makan

75Romodhon, Agama-Agama di Dunia, hlm.56.

76Pendidikan Religiositas, Tuhan Mendekati Manusia (Kanisius: Yogyakarta, 2005), hlm. 39.

lxiv

daging bersama dewa- dewa. Dengan demikian manusia memperkokoh hubungan persahabatan dengan dewa-dewa.77

e. Nilai-Nilai Agama Buddha

Ajaran Buddha yang diberikian kepada manusia disebut Buddha Dharma yang kemudian diterjemahkan dengan agama Buddha.

Dhamma (bahasa Pali) atau Dharma (sansekerta) mempunyai arti yang luas: meliputi Agama, Falsafah, Ilmu Jiwa, pandangan hidup, pengetahuan rohani, hukum, kesunyataan, peraturan, kebijakan, jalan hidup, sulit untuk memberikan gambaran yang setepatnya tentang Dhamma ini yang merupakan keseluruhan ajaran Budhha. Sebagai agama berisi pula ajaran tentang hal-hal yang transenden (lokuttara), yang kekal abadi, tidak berubah, serta keduniaan (lokiya) yang sifatnya tidak kekal, selalu berubah segala sesuatu di alam semesta ini adalah sankhata (existence). segala yang shankhata akan terlihat munculnya dan lenyapnya. Jelasnya : berawal, berubah, berakhir, atau lahir, berkembang, mati, disebut juga tidak kekal. Pancaskanda (jasmani, pengindraan, perasaan, pikiran, kesadaran) mengikuti siklus tersebut yang sifat nya tidak kekal, selalu mengalami perubahan.78 Di kalangan masyarakat dan karena pengaruh pandangan atau ajaran dari agama-agama lain, banyak orang menganggap bahwa kehidupan manusia di dunia ini hanya sekali saja. Pandangan ini berbeda sekali dengan agama Buddha, karena dalam Digha Nikaya, Brahmajala Sutta, Sang Buddha menerangkan tentang kehidupan manusia yang telah hidup berulang-ulang kali yang diingat berdasarkan pada

77Ibid., hlm. 61.

78Bambang Sugiharto, Oka Punia Atmaja, Armahedi Mahzar, Agama Menghadapi Zaman, hlm. 79.

lxv kemampuan batin yang dihasilkan oleh meditasi.79 Buddha Dharma tidak menyatakan suatu ajaran yang dogmatik, bukan percaya begitu saja, tetapi berdasarkan pengalaman manusia yang religius, Budha tidak menekankan : percayalah begitu saja, tetapi : ehipassiko (datanglah dan saksikanlah).80 Ajaran agama Budha dapat dirangkumkan di dalam apa yang disebut : Triratna (tiga batu permata), yaitu, Budha, Dharma, dan Sanga. Kepercayaan buddhis hidup sang Buddha sebagai perorangan, sebagai manusia Siddharta atau Gautama atau Sakyamuni tidaklah penting. Buddha adalah sebuah gelar, suatu jabatan atau seorang tokoh yang sudah pernah menjelma pada sesorang.81

79Jurnal, Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam Agama Budha, cornoles wowor, MA, hlm. 4.

80Bambang Sugiharto, Oka Punia Atmaja, Armahedi Mahzar, Agama Menghadapi Zaman, hlm.67.

81Hadiwijono, Harun, Agama Hindu Dan Buddha (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), hlm. 69.

lxvi

Dalam dokumen PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ANAK USIA DINI (Halaman 54-66)

Dokumen terkait