• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ANAK USIA DINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ANAK USIA DINI"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

i

ELIYYIL AKBAR

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

ANAK USIA DINI

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulisan buku daras berjudul “Pendidikan Multikultural Anak Usia Dini Belajar” ini akhirnya tersusun untuk menghadirkan gambaran pentingnya sebuah pendidikan yang bias radikal menuju keselarasan dalam inkulmenjalin persatuan sejak dini. Tentu buku ini dapat digunakan pada mata kuliah bidang anak usia dini, bukan hanya terpaku satu mata pembelajaran anak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Zulkarnain, M.Ag Selaku Ketua STAIN Gajah Putih dan kesuksesan penyusunan karya ini juga tidak lepas partisipasi mahasiswa PIAUD. Selain itu, dari kasih sayang dan do’a restu Ibu tercinta Umamah Izzul Mutho’, yang selalu mengingatkan penulis kalimat kalimat beliau “ sepiro gedene sengsoro yen tinompo mung dadi cobo” dan

“ojo sumelang, Allah Ora Sare”. Barqia, Bihar, serta Balqis, they always color the days of mine. Penyusunan karya ini tentu saja tidak terlepas dari kekurangan ataupun keterbatasan. Maka dari itu, kritik dan saran senantiasa diharapkan demi perbaikan lebih lanjut. Penulis berharap karya ini dapat memberikan sumbangsih dan manfaat khususnya bagi penulis sendiri, sekaligus bagi para pembaca pada umumnya.

Takengon, 18 Januari 2019

ELIYYIL AKBAR

(3)

iii

PRAKATA

Polemik isu tentang pendidikan multikultural sering dibahas oleh akademisi pendidikan, kalangan agama, politik, sosial maupun budaya.

Kemajemukan bangsa Indonesia tidak dapat dipungkiri karena merupakan wilayah yang terdiri dari suku, bahasa, adat istiadat, agama serta budaya.

Masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai masyarakat multikultural karena anggotanya terdiri dari berbagai latar belakang agama dan budaya yang beragam, oleh karena itu bangsa Indonesia dapat disebut bangsa yang bersifat multikulturalisme yang tidak menutup kemungkinan munculnya konflik etnis, sosial, budaya yang menjadikan runtuhnya dunia pendidikan pada masa depan. Hal tersebut sebagaimana kondisi sosio- kultural maupun geografis yang beragam yang terdiri dari sekitar tiga belas ribu jumlah pulau di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selain itu populasi penduduknya lebih dari dua ratus juta jiwa yang terdiri dari tiga ratus suku dan dua ratus bahasa yang berbeda, bahkan keyakinannya sangat beragam terdiri dari Islam, Katolik, Kristen, Protestan, Hindu, Budha, Konghucu serta berbagai aliran kepercayaan yang belum disahkan pemerintah.Pendidikan seyogyanya mengembangkan kemampuan untuk mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada dalam kebhinnekaan baik pribadi, jenis kelamin, masyarakat dan budaya serta mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi, berbagi dan bekerja sama dengan yang lain. Budaya yang dimaksud adalah tradisi nenek moyang yang dijalankan secara turun temurun dan menjadi kebijaksanaan lokal. Secara alami kebijaksanaan lokal muncul untuk mengatasi konflik. Kebijaksanaan lokal dapat mengkondisikan untuk dapat hidup rukun kembali atau paling tidak, dapat memperkecil

(4)

iv

kemungkinan terjadi kekerasan. Ini berarti masyarakat telah melakukan institutional development, yaitu memperbaharui institusi-institusi lama yang pernah berfungsi baik. Upaya-upaya menyelesaikan, meredam dan mengantisipasi terjadinya konflik berdasarkan kebijaksanaan lokal ini dilakukan oleh masyarakat khususnya penegak syariat Islam. Tradisi lokal itu telah berfungsi sebagai landasan masyarakat multikultural yang menuju kepada keragaman subkultur, keanekaragaman perspektif, dan keanekaragaman komunal. Inilah yang disebut kesatuan dalam keragaman (unity in diversity) yang dilambangkan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi satu tujuan. Formulasi bentuk keyakinan dan pengamalan kepada Tuhan bisa berbeda-beda namun tetap memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh sebab itulah sebagai warganegara, khususnya penegak syariat Islam memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap setiap warga masyarakat untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Hal inilah yang menjadi filosofi dasar bangsa Indonesia. Walaupun pluralitas pada daerah penegak syariat Islam pada umumnya rawan menimbulkan konflik. Namun, dalam praktek kehidupan sehari-hari masyarakat tersebut telah berlangsung hubungan yang dialektis antar pemeluk agama itu dengan budaya lokal, sehingga terciptalah masyarakat yang rukun, damai dan harmoni. Dengan kata lain, faktor integratif berupa supra cultur atau local geniuses daerah di Indonesia dapat dijadikan bahan dasar untuk demokratisasi dan multikulturalisme.

(5)

v DAFTAR ISI

Kata Pengantar Prakata

Daftar

Bab 1 Latar Belakang Multikultural Untuk Anak Bab 2 Pendidikan Multikultural

Bab 3 Pedoman Dasar Pendidikan Multikultural Bab 4

Bab 5

DAFTAR PUSTAKA GLOSARIUM INDEKS

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(6)

vi

Bab 1 MENGAPA HARUS PENDIDIKAN MULTIKULTURAL?

Deskripsi Singkat

Pada pembahasan mengapa harus pendidikan multikultural ini membahas terkait background dalam kajian yang menjadi sebab pentingnya suatu pendidikan multikultural.

Petunjuk Mempelajari Materi

Untuk dapat memahami bahan atau materi ini secara jelas, maka pembaca maupun mahasiswa hendaknya sungguh-sungguh dengan cara mempersiapkan diri membaca bahan ajar sebagaimana telah dideskripsikan di atas. Dengan memahami background dalam kajian yang menjadi sebab pentingnya suatu pendidikan multikultural pembaca maupun mahasiswa sebagai guru maupun calon guru memahami makna yang melatarbelakangi suatu pembelajaran multikultural.

Kompetensi Yang Ditargetkan

Setelah membaca materi pada bab ini, pembaca maupun mahasiswa diharapkan:

1. Memahami latar belakang pembelajaran multikultural 2. Memahami pentingnya pembelajaran multikultural

Indikator

Dengan mendalami bahan ajar pada bab ini, diharapkan pembaca maupun mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan:

(7)

vii 1. Mampu menjelaskan latar belakang pembelajaran multikultural 2. Mampu menjelaskan pentingnya pembelajaran multikultural

PEMBAHASAN MATERI

A. Latar Belakang Pembelajaran Multikultural

Polemik isu tentang pendidikan multikultural sering dibahas oleh akademisi pendidikan, kalangan agama, politik, sosial maupun budaya.

Kemajemukan bangsa Indonesia tidak dapat dipungkiri karena merupakan wilayah yang terdiri dari suku, bahasa, adat istiadat, agama serta budaya.

Masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai masyarakat multikultural karena anggotanya terdiri dari berbagai latar belakang agama dan budaya yang beragam, oleh karena itu bangsa Indonesia dapat disebut bangsa yang bersifat multikulturalisme yang tidak menutup kemungkinan munculnya konflik etnis, sosial, budaya yang menjadikan runtuhnya dunia pendidikan pada masa depan. Hal tersebut sebagaimana kondisi sosio- kultural maupun geografis yang beragam yang terdiri dari sekitar tiga belas ribu jumlah pulau di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selain itu populasi penduduknya lebih dari dua ratus juta jiwa yang terdiri dari tiga ratus suku dan dua ratus bahasa yang berbeda, bahkan keyakinannya sangat beragam terdiri dari Islam, Katolik, Kristen, Protestan, Hindu, Budha, Konghucu serta berbagai aliran kepercayaan yang belum disahkan pemerintah.

Secara konseptual sebenarnya multikulturalisme tidak sama dengan konsep keberagaman atau keanekaragaman. Konsep multikuluralisme selain mengandung unsur keberagaman agama dan budaya juga mengandung unsur kesederajatan. Bentuk konkrit dari bagian multikulturalisme yang menimbulkan berbagai permasalahan yang

(8)

viii

dihadapi bangsa adalah premanisme, perseteruan politik, kemiskinan, kekerasan, perusakan lingkungan dan lunturnya sifat kemanusiaan untuk menghormati hak orang.

Tawuran dan bentrokan terjadi di mana-mana, antar pendukung kesebelasan sepak bola, tawuran antar mahasiswa, tawuran antar pelajar, dan tawuran antar penonton pagelaran musik. Ini menunjukkan bahwa rasa kebersamaan warga masyarakat sudah hilang, yang ada perbedaan idelogi dan kepentingan, apabila berbeda kepentingan dan ideologi dianggap lawan. Pembunuhan dipandang sebagai ritual keagamaan.

Sehingga dilakukan dengan perbuatan terstruktur dengan kekuasaan, modal dan pengetahuan dijadikan alat untuk mendominasi dan menguasai kelompok minoritas orang-orang tidak berdosa dan tidak berpengetahuan.

Tanggung jawab untuk problem solving konflik yang melanda di tengah-tengah masyarakat berada pada pundak kalangan pendidikan dengan memberikan penyadaran kepada masyarakat bahwa konflik bukan hal yang untuk dibudayakan dan diberdayakan. Penyadaran tersebut dengan memberikan tawaran design materi, metode hingga kurikulum yang mampu menyadarkan masyarakat akan pentingnya sikap toleran, menghormati perbedaan yang multikultural karena peran pendidikan adalah sebagai media transformasi sosial, budaya dan multikulturalisme.

Wacana mutikulturalisme sangat dibutuhkan untuk menginternalisasi nilai multikultural pada tiap individu dengan harapan dapat menghasilkan pemahaman keberagaman inklusif, toleran dan terbuka. Dulu keberagaman merupakan kekayaan bangsa yang paling dibanggakan, dibangun atas dasar tujuan dan kepentingan bersama yaitu kemerdekaan

(9)

ix Indonesia.1 Multikulturalisme merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya, sebagai potensi yang dikembangkan dan dibina.

Sebaliknya apabila keberagaman ini tidak dimanfaatkan dan dibina secara benar akan berkembang menjadi sesuatu yang menakutkan. Oleh karena itu, pendidikan yang berbasis multikulturalisme merupakan suatu keharusan dan apabila tidak dilakukan saat ini akan berubah menjadi malapetaka, pendidikan multikultural adalah “conditio cine quanon”. Konsep Bourdieu multikulturlisme ini pada gilirannya dapat menjadi modal-modal terwujud kesatuan dalam perbedaan (unity in diversity). Multikulturalisme sebagai dasar kebijakan politik dalam demokratisasi, pendidikan, kebudayaan, lebih jauh seperti disebutkan oleh Azra terkait dengan pencapaian civility (keadaban), democratic civility, humanness.2 Dengan demikian, pendidikan menjadi faktor intrumental dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.3

Pengembangan nilai-nilai multukuturalisme perlu dikembangkan sejak usia dini karena anak merupakan investasi yang sangat penting untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) di masa depan.

Sejauh ini cara yang efektif untuk memberikan pemahaman adalah melalui pendidikan. Multikultural bisa dibentuk melalui proses pembelajaran, yaitu dengan menggunakan pembelajaran berbasis multikultural.

Pembelajaran berbasis multikultural merupakan proses pembelajaran yang lebih mengarah pada upaya menghargai perbedaan di antara sesama manusia sehingga terwujud ketenangan dan ketentraman dalam tatanan

1 Kuswaya Wihardit, Pendidikan Multikultural: Suatu Konsep, Pendekatan dan Solusi, Jurnal Pendidikan, Volume 11 nomer 2, September 2010, 96.

2Irwan Abdullah, Berpihak pada Manusia: ParadigmaNasional Pembangunan Indonesia Baru. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2010, hal.21

3Edward Said, Orientalisme: Menggugat HegemoniBarat dan Menundukkan Timur Sebagai Subjek. Achmad Fawaid(Penerjemah). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h.9

(10)

x

kehidupan masyarakat. Pendidikan multikultural juga didefinisikan sebagai

"pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan kependudukan (demografis) dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan.4

Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan investasi masa depan yang diyakini dapat memperbaiki kehidupan suatu bangsa. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulus untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh, karena usia dini merupakan fase yang fundamental dalam mempengaruhi perkembangan anak.

Kasus yang ditemui di lapangan terkait intoleran sesama anak usia dini adalah adanya anak yang saling mengejek mengenai status sosial, perbedaan budaya, perbedaan agama, warna kulit, dan perbedaan dialek.

Padahal menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 4 mulai butir (1) sampai dengan butir (6) menunjukkan bahwa multikulturalisme menjadi landasan bagi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, menyelenggarakan Pendidikan Multikultural menjadi kewajiban sekolah sesuai dengan bunyi Pasal 4 butir (1) bahwa: “Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan

4Choirul Mahmud, Pendidikan Multikultural, cet. 3, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009), hlm. 176.

(11)

xi kemajemukan bangsa”. Dalam Pasal 36 butir (3) berbunyi bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan peningkatan iman dan takwa; peningkatan akhlak mulia; peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; keragaman potensi daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan daerah dan nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; agama;

dinamika perkembangan global; dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

B. Pentingnya Pembelajaran Multikultural

Pendidikan seyogyanya mengembangkan kemampuan untuk mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada dalam kebhinnekaan baik pribadi, jenis kelamin, masyarakat dan budaya serta mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi, berbagi dan bekerja sama dengan yang lain. Budaya yang dimaksud adalah tradisi nenek moyang yang dijalankan secara turun temurun dan menjadi kebijaksanaan lokal. Secara alami kebijaksanaan lokal muncul untuk mengatasi konflik. Kebijaksanaan lokal dapat mengkondisikan untuk dapat hidup rukun kembali atau paling tidak, dapat memperkecil kemungkinan terjadi kekerasan. Ini berarti masyarakat telah melakukan institutional development, yaitu memperbaharui institusi-institusi lama yang pernah berfungsi baik. Upaya-upaya menyelesaikan, meredam dan mengantisipasi terjadinya konflik berdasarkan kebijaksanaan lokal ini dilakukan oleh masyarakat khususnya penegak syariat Islam. Tradisi lokal itu telah berfungsi sebagai landasan masyarakat multikultural yang menuju kepada keragaman subkultur, keanekaragaman perspektif, dan keanekaragaman komunal. Inilah yang

(12)

xii

disebut kesatuan dalam keragaman (unity in diversity) yang dilambangkan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi satu tujuan.

Formulasi bentuk keyakinan dan pengamalan kepada Tuhan bisa berbeda-beda namun tetap memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh sebab itulah sebagai warganegara, khususnya penegak syariat Islam memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap setiap warga masyarakat untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Hal inilah yang menjadi filosofi dasar bangsa Indonesia. Walaupun pluralitas pada daerah penegak syariat Islam pada umumnya rawan menimbulkan konflik. Namun, dalam praktek kehidupan sehari-hari masyarakat tersebut telah berlangsung hubungan yang dialektis antar pemeluk agama itu dengan budaya lokal, sehingga terciptalah masyarakat yang rukun, damai dan harmoni. Dengan kata lain, faktor integratif berupa supra cultur atau local geniuses daerah di Indonesia dapat dijadikan bahan dasar untuk demokratisasi dan multikulturalisme.

(13)

xiii Bab 2 PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

Deskripsi Singkat

Pada pembahasan pembelajaran anak usia dinimeliputi hakikat PAUD, pendidikan dan pembelajaran. Hakikat PAUD ini menjelaskan mengenai pengertian anak dan tumbuh kembang anak yang merupakan optimalisasi sebuah pembelajaran. Pendidikan anak usia dini membahas mengenai pengertian PAUD, landasan pendidikan khususnya PAUD, tujuan pendidikan dan prinsip pendidikan anak. Pembahasan mengenai pembelajaran mengulas mengenai pengertian pembelajaran, faktor yang mempengaruhi pembelajaran dan pentingnya pembelajaran bagi anak usia dini.

Petunjuk Mempelajari Materi

Untuk dapat memahami bahan atau materi ini secara jelas, maka pembaca maupun mahasiswa hendaknya sungguh-sungguh dengan cara mempersiapkan diri membaca bahan ajar sebagaimana telah dideskripsikan di atas. Dengan memahami hakikat anak, PAUD dan pembelajaran di atas, pembaca maupun mahasiswa sebagai guru maupun calon guru memahami makna anak yang membutuhkan suatu pembentukan perilaku dan tumbuh kembang yang optimal.

(14)

xiv

Kompetensi Yang Ditargetkan

Setelah membaca materi pada bab ini, pembaca maupun mahasiswa diharapkan:

3. Memahami hakikat anak

4. Memahami pendidikan untuk anak usia dini 5. Memahami makna pembelajaran anak usia dini

Indikator

Dengan mendalami bahan ajar pada bab ini, diharapkan pembaca maupun mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan:

3. Mampu menjelaskan hakikat anak

4. Mampu menjelaskan makna pendidikan anak usia dini

5. Mampu merancang pembelajaran yang sesuai dengan anak usia dini

PEMBAHASAN MATERI A. HAKIKAT ANAK 1. Pengertian Anak

Banyak yang beranggapan bahwa anak merupakan orang dewasa dalam bentuk mini sehingga diperlakukan seperti orang dewasa. Seiring berjalannya waktu dengan ketertarikan dalam melakukan penelitian tentang anak dapat dimaknai bahwa masa anak merupakan periode perkembangan yang spesial karena memiliki kebutuhan psikologis, pendidikan dan fisik yang khas.

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun.

Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional bahwa yang termasuk anak

(15)

xv usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun. Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age).

Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.

Hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya menurut Bredecam dan Copple, Brener serta Kellough yang dikutip Masitoh sebagai berikut:5

a. Anak bersifat unik

b. Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan.

c. Anak bersifat aktif dan enerjik.

d. Anak itu egosentris

e. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.

f. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang.

g. Anak umumnya kaya dengan fantasi.

h. Anak masih mudah frustrasi.

i. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak.

j. Anak memiliki daya perhatian yang pendek.

k. Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial.

l. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.

Dari pengertian anak usia dini di atas, penulis menyimpulkan bahwa anak diidentifikasi usia 0-6 tahun dan memiliki masa perkembangan yang spesial karena memiliki kebutuhan psikologis, pendidikan dan fisik yang khas.

5 Masitoh, dkk., Strategi Pembelajaran TK, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2005), 1.12-1.13.

(16)

xvi

2. Tumbuh Kembang Anak

Antara tumbuh dan kembang mempunyai makna tersendiri, namun tidak dapat dipungkiri bahwa tumbuh kembang dijadikan sebagai kesatuan bahasa. Pertumbuhan lebih condong pada perubahan fisik yang semakin besar atau panjang. Menurut Enung pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai hasil proses pematangan fungsi dalam perjalanan waktu tertentu atau sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik yang herediter dalam bentuk proses aktif berkesinambungan.6 Anak memiliki masa pertumbuhan yang berkesinambungan sampai menjadi dewasa atau tua seiringnya waktu dan bertambahnya usia. Pertumbuhan anak dapat diliat oleh kasat mata dengan mengukur berat badan, tinggi badan, lingkaran (lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul).7

Pertumbuhan anak bukan hanya ketika lahir di dunia namun pra lahir atau semasa dalam kandungan juga melakukan perubahan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Muhyidin sebagai berikut:8

a. Enam minggu setelah pembuahan, tulang belakang dan otak bayi mulai tumbuh dan berkembang;

b. Tujuh minggu setelah pembuahan, muncul benjolan kecil sebagai calon tangan dan kaki yang kemudian terbentuknya kepala dan leher;

c. Delapan sampai sembilan minggu pasca pembuahan, bayi bergerak kecil namun seorang ibu belum merasakan, Pada usia ini

6 Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Pusaka Setia, 2006), 41.

7 Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Pusaka Setia, 2006), 42.

8 Muhammad Muhyidin, Buku Pintar Mendidik Anak Soleh dan Solehah Sejak dalam Kandungan, (Yogyakarta: Diva Press, 2006), 139-141

(17)

xvii bayi sudah memiliki mata (tanpa kelopak), dan telinga yang mulai terbentuk

d. Dua belas minggu; janin sudah tampak menyerupai manusia (bayi). Kepalanya masih terlihat sangat besar atau tidak proporsional dengan badannya dan indra perasaannya menjadi sempurna, serta mulai menunjukkan ekspresi wajah.

e. Empat belas minggu; melakukan fungsi fisik internal, seperti menelan, memiliki kuku-kuku jari tangan dan kaki.

f. Delapan belas minggu; memejamkan mata, serta bulu mata dan alis, rambut kepalanya mulai tumbuh. Pada fisik otaknya sudah nampak lipatan-lipatan rumit.

g. Dua puluh minggu; diselimuti oleh lapisan pelindung tebal yang biasa disebut vernix. Berat badan bayi menjadi dua kali lipat selama empat minggu terakhir.

h. Tiga puluh minggu; paru-paru bayi menjadi matang dalam persiapannya untuk menghirup udara dan bayi sudah mulai dapat mengisap jempolnya.

i. Tiga puluh empat minggu; posisi kepala bayi berada di bawah dan tidak mempunyai tempat lagi untuk berputar-putar.

j. Tiga puluh delapan minggu; kondisi fisik bayi sudah sempurna.

Kepalanya berada di bawah ke arah tulang panggul dalam persiapan untuk lahir.

Setelah lahir, pertumbuhan anak terus bertambah sesuai proporsinya di masa dewasa tergantung faktor yang mempengaruhi seperti asupan makanan, kondisi kejiwaan, kondisi kesehatan, keluarga, kecerdasan, status sosial ekonomi.

(18)

xviii

Perkembangan adalah suatu proses tahapan pertumbuhan kearah yang lebih maju. Perkembangan melibatkan proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi-fungsi organ jasmaniah. Sedangkan menurut Mussen dkk: Perkembangan merupakan suatu perubahan yang terjadi pada manusia atau hewan diantara konsepsi sampai meninggal dunia9.Istilah “perkembangan” secara khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia. Perkembangan yang dimaksud adalah proses tertentu yaitu proses yang terus menerus, dan proses yang menuju ke depan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali.

Para ahli sangat beragam dalam merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan, oleh Baharudin, dirangkum dalam tiga golongan, yaitu pendapat ahli yang mengikuti aliran:10

a. Nativisme. Para ahli yang mengikuti aliran ini berpendapat bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor- faktor yang dibawa sejak lahir. Menurut teori ini bahwa pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apapun.

Pandangan ini disebut dengan pesimisme paedagogis. Dikatakan demikian karena karena tanpa membutuhkan peran pendidikan.11 Aliran ini diperkuat oleh Chomsky seorang ahli linguistik bahwa perkembangan penguasaan bahasa pada manusia tidak dipengaruhi semata-mata oleh proses belajar tetapi yang lebih penting dari itu ialah dipengaruhi oleh biological predisposition yakni kecenderungan biologis yang dibawa sejak lahir. Aliran tidak

9 Baharudin, Pendidikan & Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: A-Ruzzmedia, 2010), 69.

10Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana: 2012), 85-86.

11 Baharudin, Pendidikan & Psikologi … 71

(19)

xix dapat dipertanggungjawabkan karena pada realitanya anak seorang musisi belum tentu menjadi musisi, tanpa ada fasilitas- fasilitas untuk mendukung bidangnya. Sementara itu kesamaan orang tua dan anak, apakah selalu karena dasar yang dibawa sejak lahir.

b. Empirisme. Aliran ini adalah kebalikan dari aliran nativisme.

Empirisme berpendapat bahwa perkembangan itu semata-mata dipengaruhi oleh lingkungan. Tokohnya Jhon Locke dengan teori tabularasa. Doktrin dari teori ini bahwa perkembangan manusia itu tergantung dari pengalaman, pendidikan, dan lingkungannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Aliran ini telah memunculkan optimisme paedagogis.

Aliran ini tidak dapat dipertahankan karena pada kenyataannya, banyak orang pandai mempunyai anak yang tidak pandai, padahal telah banyak diberi fasilitas-fasilitas dalam menunjang bidangnya.

c. Konvergensi. Aliran ini merupakan gabungan dari aliran nativisme dan aliran Empirisme. Tokohnya adalah Louis William Stern yang menganggap bakat yang telah ada dapat dikembangkan melalui fasilitas-fasilitas pendukung bakat tersebut, namun bisa pula bakat tersebut tidak dapat dikembangkan, kecuali bakat tersebut telah matang. Dalam pendidikan, kematangan ataupun kondisi fisik akan memperoleh pengakuan sosial apabila individu yang bersangkutan mengusahakan social learning (belajar berinteraksi dengan orang lain atau kelompok serta menyesuaikan diri dengan nilai-nilai serta minat-minat kelompok).

(20)

xx

Prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini berbeda dengan prinsip-prinsip perkembangan fase kanak-kanak akhir dan seterusnya.

Adapun prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini menurut Bredekamp dan Coople adalah sebagai berikut.12

a. Perkembangan aspek fisik, sosial, emosional, dan kognitif anak saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain.

b. Perkembangan fisik motorik, emosi, social, bahasa, dan kognitif anak terjadi dalam suatu urutan tertentu yang relative dapat diramalkan.

c. Perkembangan berlangsung dalam rentang yang bervariasi antar anak dan antar bidang pengembangan dari masing- masing fungsi.

d. Pengalaman awal anak memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan anak.

e. Perkembangan anak berlangsung ke arah yang makin kompleks, khusus, terorganisasi dan terinternalisasi.

f. Perkembangan dan cara belajar anak terjadi dan dipengaruhi oleh konteks sosial budaya yang majemuk.

g. Anak adalah pembelajar aktif, yang berusaha membangun pemahamannya tentang tentang lingkungan sekitar dari pengalaman fisik, sosial, dan pengetahuan yang diperolehnya.

h. Perkembangan dan belajar merupakan interaksi kematangan biologis dan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

12 Aisyah Siti , dkk., Perkembangan Dan Konsep Dasar Perkembangan Anak Usia Dini.

(Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), 1.17–1.23.

(21)

xxi i. Bermain merupakan sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak serta menggambarkan perkembangan anak.

j. Perkembangan akan mengalami percepatan bila anak berkesempatan untuk mempraktikkan berbagai keterampilan yang diperoleh dan mengalami tantangan setingkat lebih tinggi dari hal-hal yang telah dikuasainya.

k. Anak memiliki modalitas beragam (ada tipe visual, auditif, kinestetik, atau gabungan dari tipe-tipe itu) untuk mengetahui sesuatu sehingga dapat belajar hal yang berbeda pula dalam memperlihatkan hal-hal yang diketahuinya.

l. Kondisi terbaik anak untuk berkembang dan belajar adalam dalam komunitas yang menghargainya, memenuhi kebutuhan fisiknya, dan aman secara fisik dan fisiologis

B. PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) 1. Pengertian PAUD

Pendidikan berasal dari kata “didik” dalam bahasa Inggris “educate, bring up, raise”, pendidik disebut “educator” dan pendidikan disebut

“education”.13Sedangkan dalam bahasa Arab, didik atau mendidik disebut rabbã-yurabbî, pendidik disebut murabbî, dan pendidikan disebut tarbiyah.14Selain itu makna pendidikan dalam al-Qur’an sangat beragam seperti ta’lîm (pengajaran), tadrîs (pembelajaran), dan ta’dîb (penanaman budi pekerti).

13 John M.Echols & Hassan Shadily, Kamus Indonesia Inggris, (Jakarta: Gramedia, 2003),144.

14 KH. Adib Bisri & KH Munawwir A.Fatah, Kamus Al-Bisri, 62-63.

(22)

xxii

Istilah dalam pendidikan yang sering digunakan yaitu pedagogi yang berarti pendidikan dan pedagoik yang berarti ilmu pendidikan. Secara umum makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.15

Pendidikan merupakan suatu hal yang benar-benar ditanamkan selain menempa fisik, mental, moral bagi individu-individu agar mereka menjadi manusia yang berbudaya sehingga diharapkan mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia yang diciptakan Allah Tuhan semesta alam, sebagai makhluk yang sempurna dan terpilih sebagai khalifah-Nya di muka bumi ini yang sekaligus menjadi warga negara yang berarti dan bermanfaat bagi suatu negara.16

Dalam Undang-undang Sisdiknas, pendidikan adalah“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.17

Senada dengan pengertian tersebut, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan merupakan upaya menumbuhkan budi pekerti (karakter), pikiran (intellect), dan jasmani anak.18 Maksudnya, supaya dapat memajukan kesempurnaan hidup yakni kehidupan dan penghidupan anak

15 Fuad Ikhsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 1-2.

16 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 49.

17 Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1.

18 Muchlas Samani, Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2011), vii.

(23)

xxiii selaras dengan alam dan masyarakatnya. Ketiganya tidak boleh dipisahkan agar anak dapat tumbuh dengan sempurna. Pernyataan Ki Hajar Dewantara mengindikasikan bahwa pendidikan merupakan pengembangan dan penumbuhan segala aspek dalam diri manusia, jasmani maupun rohani, lahir maupun batin yang bertujuan mewujudkan manusia yang sempurna.

Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan usia dini dapat dimulai di rumah atau dalam keluarga, perkembangan anak pada tahun- tahun pertama sangat penting dan akan menentukan kualitasnya di masa depan.

Dari berbagai pandangan di atas dapat dipahami bahwa pendidikan anak usia dini adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, budi pekerti, intelektual serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara sehingga terpenuhi tugasnya sebagai manusia yang diciptakan Allah.

2. Landasan Pendidikan

Lembaga-lembaga PAUD di Indonesia memiliki pijakan yang sangat kuat berupa landasan yuridis, landasan filosofis, landasan religius, dan landasan keilmuan serta landasan empirik.

a. Landasan yuridis adalah landasan yang berkaitan dengan pentingnya penyelenggaraan lembaga PAUD (KB dan TPA).

(24)

xxiv

b. Landasan filosofis dan religius, yaitu landasan yang didasarkan pada keyakinan agama yang dianut oleh para orang tua anak usia dini.

c. Landasan empirik adalah landasan yang berdasarkan pada fakta yang terdapat di lapangan.

d. Landasan keilmuan adalah teori-teori dan kajian-kajian yang melandasi apa, mengapa, dan bagaimana anak usia dini mendapat pengasuhan, pendidikan dan perlindungan yang tepat.

3. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan perspektif Imam Ghazali adalah menjadi insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah dan mendapat kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Sebagaimana yang beliau katakan:“apabila saudara memperhatikan ilmu pengetahuan, niscaya saudara akan melihat suatu kelezatan di dalamnya sehinggga merasa perlu mempelajarinya dan niscaya saudara akan mendapatkan bahwa ilmu pengetahuan itu sebagai sebuah sarana untuk menuju ke kampong akhirat beserta kebahagiaannya dan sebagai media mendekatkan diri kepada Allah, yang mana tawarrub itu tidak dapat diraihnya jika tidak dengan ilmu tersebut. martabat yang paling tinggi yang menjadi hak bagi manusia adalah kebehagiaan abadi dan sesuatu yang paling utama adalah sesuatu yang mengantarkan kepada kebahagiaan itu sendiri. Kebahagiaan tidak dapat dicapai apabila tidak melalui ilmu dan amal dan amal tidak dapat diraih sekiranya tidak melalui ilmu dan cara pelaksanaan mengamalkannya. Pangkal kebagaiaan di akhirat adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena mencari ilmu itu sendiri termasuk amal yang utama.19

19 Muhammad Athiyah Al-Abrasyi Fatiyah Hasan Sulaiman, Beberapa Pemikiran Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media Publishing, 2012), 105-107

(25)

xxv 4. Prinsip Pendidikan Anak

Prinsip pendidikan anak usia dini, yaitu:20 a. Berorientasi pada kebutuhan anak b. Lingkungan yang kondusif

c. Menggunakan pembelajaran terpadu d. Mengembangkan keterampilan hidup

e. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar.

f. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang

C. PEMBELAJARAN 1. Pengertian Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran seringkali menimbulkan kebingungan dalam pembedaan kedua istilah tersebut. Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang belajar dan pembelajaran. Pembelajaran berasal dari kata belajar, yaitu suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulus atau faktor samar lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan belajar.21

Cronbach yang dikutip Yatim mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman yang berasal

20 Asef Umar Fakhruddin, Sukses Menjadi Guru TK-PAUD, (Jogyakarta: Bening, 2010), 31-35.

21 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana: 2012), 5.

(26)

xxvi

dari cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.22

Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.23 Jadi dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman yang berasal dari cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran

Dalam proses belajar banyak faktor yang mempengaruhi selama melakukan proses belajar. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri sendiri seperti kurang lengkapnya anggota tubuh atau kondisi tubuh yang kurang sehat, selain dapat pula dipengaruhi oleh psikologis anak seperti kecerdasan, minat, perhatian, bakat, motif.

Adapun faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga (orang tuua, suasana rumah dan kondisi ekonomi keluarga), lingkungan sekolah (kurikulum, hubungan sosial antar guru dengan anak, anak dengan anak, alat pelajaran, pelaksanaan disiplin sekolah, keadaan sekolah) dan bentuk kehidupan atau lingkungan di masyarakat, corak kehidupan tetangga).24

22 Yatim Riyanto, Paradigma…. 5.

23 Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini, (Bandung: Alfabeta, 2010), 55.

24 Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan Bagian 3 Pendidikan Disiplin Ilmu, (Jakarta: Imperial Bhakti Utama, 2007), 329

(27)

xxvii 3. Pentingnya Pembelajaran bagi Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini (Early Childhood Education) merupakan bidang ilmu yang relatif baru. Bila sebelumnya anak didik berdasarkan pemahaman orang dewasa saja bagaimana cara memperlakukan anak dan apa yang terbaik bagi anak, saat ini setelah berkembang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), diharapkan anak dapat diperlakukan sesuai dengan kebutuhan perkembangannya sehingga anak tumbuh sehat jasmani dan rohani. Anak pun dapat diperhatikan secara lebih komprehensif.

Pembelajaran anak usia dini merupakan proses interaksi antara anak, orang tua, atau orang dewasa lainnya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas perkembangan. Interaksi yang dibangun tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hal ini disebabkan interaksi tersebut mencerminkan suatu hubungan di antara anak akan memperoleh pengalaman yang bermakna, sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan lancar.

Vygotsky berpendapat bahan pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain.

Pembelajaran untuk anak usia dini bukan berarti anak harus disekolahkan pada umur yang belum seharusnya, dipaksa untuk mengikuti pelajaran yang akhirnya justru membuat anak menjadi terbebani dalam mencapai tugas perkembangannya. Pembelajaran untuk anak usia dini pada dasarnya adalah pembelajaran yang kita berikan pada anak agar anak dapat berkembang secara wajar.

Pada hakikatnya anak belajar sambil bermain, oleh karena itu pembelajaran pada pada anak usia dini pada dasarnya adalah bermain.

(28)

xxviii

Sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang bersifat aktif dalam melakukan berbagai ekplorasi terhadap lingkungannya, maka aktivitas bermain merupakan bagian dari proses pembelajaran. Untuk itu pembelajaran pada usia dini harus dirancang agar anak merasa tidak terbebani dalam mencapai tugas perkembangnya. Proses pembelajaran yang dilakukan harus berangkat dari yang dimiliki anak. Setiap anak membawa seluruh pengetahuan yang dimilikinya terhadap pengalaman- pengalaman baru.

(29)

xxix Bab 3 PEMBELAJARAN MULTKULTURAL ANAK USIA DINI

Deskripsi Singkat

Pada pembahasan pembelajaran anak usia dini meliputi pembelajaran multikultural, pembelajaran sebagai ranah pendidikan, faktor yang mempengaruhi pembelajaran, pentingnya pembelajaran bagi anak usia dini, multikultural, pendidikan multikultural, tujuan pendidikan multukultural, pendekatan pendidikan multikulturalisme, dasar pendidikan multikultural, fungsi pendidikan multikultural, pendidikan multikultural pada anak usia dini, nilai multikultural

Petunjuk Mempelajari Materi

Untuk dapat memahami bahan atau materi ini secara jelas, maka pembaca maupun mahasiswa hendaknya sungguh-sungguh dengan cara mempersiapkan diri membaca bahan ajar sebagaimana telah dideskripsikan di atas. Dengan memahami materi ini pembaca maupun mahasiswa sebagai guru maupun calon guru memahami makna pembelajaran multikultural, pembelajaran sebagai ranah pendidikan, faktor yang mempengaruhi pembelajaran, pentingnya pembelajaran bagi anak usia dini, multikultural, pendidikan multikultural, tujuan pendidikan multukultural, pendekatan pendidikan multikulturalisme, dasar pendidikan multikultural, fungsi pendidikan multikultural, pendidikan multikultural pada anak usia dini, nilai multikultural

Kompetensi Yang Ditargetkan

(30)

xxx

Setelah membaca materi pada bab ini, pembaca maupun mahasiswa diharapkan:

1. Memahami konsep pembelajaran multikultural 2. Memahami pembelajaran sebagai ranah pendidikan 3. Memahami faktor yang mempengaruhi pembelajaran 4. Memahami pentingnya pembelajaran bagi anak usia dini.

5. Memahami konsep multikultural 6. Memahami pendidikan multikultural

7. Memahami tujuan pendidikan multukultural

8. Memahami pendekatan pendidikan multikulturalisme 9. Memahami dasar pendidikan multikultural

10. Memahami fungsi pendidikan multikultural

11. Memahami pendidikan multikultural pada anak usia dini 12. Memahami nilai multikultural

13. Memahami tujuan keberagaman

Indikator

Dengan mendalami bahan ajar pada bab ini, diharapkan pembaca maupun mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan:

1. Mampu menjelaskan konsep pembelajaran multikultural 2. Mampu menjelaskan pembelajaran sebagai ranah pendidikan 3. Mampu menjelaskan faktor yang mempengaruhi pembelajaran 4. Mampu menjelaskan pentingnya pembelajaran bagi anak usia dini.

5. Mampu menjelaskan konsep multikultural 6. Mampu menjelaskan pendidikan multikultural

7. Mampu menjelaskan tujuan pendidikan multukultural

8. Mampu menjelaskan pendekatan pendidikan multikulturalisme

(31)

xxxi 9. Mampu menjelaskan dasar pendidikan multikultural

10. Mampu menjelaskan fungsi pendidikan multikultural

11. Mampu menjelaskan pendidikan multikultural pada anak usia dini 12. Mampu menjelaskan nilai multikultural

PEMBAHASAN MATERI A. Pembelajaran Multikultural

Belajar dan pembelajaran sering kali menimbulkan kebingungan dalam pembedaan kedua istilah tersebut. Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang belajar dan pembelajaran. Pembelajaran berasal dari kata belajar yaitu aktivitas untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengukuhkan kepribadian. Maksud dari pengertian ini lebih menunjukkan pada perubahan individu, baik ilmu pengetahuan, sikap dan kepribadian.

Maksudnya yaitu suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulus atau faktor samar lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan belajar.25

Cronbach yang dikutip Yatim mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman yang berasal dari cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.26 Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai

25 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana: 2012), 5.

26 Yatim Riyanto, Paradigma…. 5.

(32)

xxxii

tujuan pembelajaran.27 Rusman mengutip pendapat Surya mengatakan bahwa pembelajaran merupakan proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan.28 Menurut Hamzah, pembelajaran merupakan kegiatan yang mengupayakan membelajarkan siswa secara integrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik anak.29 Lingkungan belajar akan mempengaruhi suasana belajar anak sehingga penekanan ini lebih dipertajam.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan atau aktivitas untuk mendapatkan pengetahuan yang akan menjadikan perubahan sikap atau perilaku dan pengetahuan tersebut disesuaikan dengan karakteristik anak. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sebaiknya memperhatikan penataan lingkungan bermain dan pengorganisasian30 kegiatan supaya apa yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran dapat tercapai. Adapun penataan lingkungan pembelajaran meliputi:

a. Penataan lingkungan bermain. Penataan ini meliputi menciptakan suasana bermain yang aman, nyaman, bersih, sehat dan menarik, penggunaan alat permainan edukatif memenuhi standar keamanan, kesehatan dan sesuai dengan fungsi stimulasi yang telah direncanakan,

b. Memanfaatkan lingkungan pengorganisasian kegiatan. Dalam melaksanakan pengorganisasian kegiatan meliputi kegiatan

27 Isjoni, Model PembelajaranAnakUsia Dini, (Bandung: Alfabeta, 2010), 55.

28 Rusman, Model-Model Pembelajaran... Ibid, hlm.116.

29 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran; Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. V.

30 Peraturan Menteri Pendidikan..Ibid., hlm. 21.

(33)

xxxiii dilaksanakan dalam ruangan atau kelas dan di luar ruang atau kelas, kegiatan dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, kegiatan untuk anak usia 0 - <2 tahun, bersifat individual, pengelolaan kegiatan pembelajaran pada usia 2-<4 tahun dalam kelompok besar, kelompok kecil dan individu meliputi inti dan penutup, pengelolaan kegiatan pembelajaran pada usia 4-≤6 tahun dilakukan dalam individu, kelompok kecil dan kelompok besar meliputi tiga kegiatan pokok yaitu pembukaan, inti dan penutup, melibatkan orang tua atau keluarga.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di lembaga PAUD, pengalaman belajar disebut sebagai pembelajaran. Pada pendidikan anak usia dini kompetensi keterampilan lebih fokus dalam melatih motorik, bukan menjadikan anak mahir atau ahli. Jadi dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman yang berasal dari cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran merupakan kebutuhan setiap manusia dalam melangsungkan hidupnya. Pembelajaran bukan hanya terjadi pada suatu lembaga formal namun ketika terjadi interaksi antara satu orang dengan yang lain, dan orang tersebut mendapatkan perubahan, maka secara otomatis telah terjadi suatu kegiatan pembelajaran. Menurut Montessori yang dikutip oleh Audrey dan Maureen dalam pembelajaran khususnya anak usia dini berperan penting untuk:31

31 Audrey Curtis, Maureen O’Hagan, Care and Education in Early Childhood: A Student’s Guide to Theory and Practice, (London: RoutledgeFalmer, 2005), hlm. 136

(34)

xxxiv

a. Mempersiapkan dirinya sendiri. Persiapan ini untuk mempersiapkan anak dalam mengoptimalkan perkembangannya.

Dengan pembelajaran yang sudah terancang maka aspek perkembangan yang akan dioptimalkan kepada anak menjadi terorganisir. Pembelajaran menyeluruh (holistik) terkait perkembangan anak menjadikan anak untuk lebih siap dalam menempuh pendidikan yang lebih atas.

b. Mempersiapkan lingkungan dan menyediakan lingkungan yang merangsang dan menantang dengan tujuan untuk membantu anak. Pembelajaran memberikan pengalaman yang aman buat anak. Pengalaman tersebut disesuaikan dengan lingkungan anak dengan memberikan suasana yang nyaman dan aman.

Lingkungan ini dilakukan dengan menciptakan situasi belajar.

c. Penghubung antara anak dan media pembelajaran. Pembelajaran akan lebih bermakna jika terdapat media atau alat. Dalam kelas Montessori pengaturan desain tempat pembelajar diatur dalam rak yang cukup rendah sehingga terjangkau oleh anak. Dalam rak itulah materi disuguhkan kepada anak, dan anak bebas memilih apa yang mereka butuhkan. Materi tersebut merupakan peralatan yang membantu mengembangkan indera anak.

B. Pembelajaran Sebagai Ranah Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata “didik” dalam bahasa Inggris “educate, bring up, raise”, pendidik disebut “educator” dan pendidikan disebut

“education”.32 Sedangkan dalam bahasa Arab, didik atau mendidik disebut

32 John M.Echols & Hassan Shadily, Kamus Indonesia Inggris, (Jakarta: Gramedia, 2003),144.

(35)

xxxv rabbã-yurabbî, pendidik disebut murabbî, dan pendidikan disebut tarbiyah.33 Selain itu makna pendidikan dalam al-Qur’an sangat beragam seperti ta’lîm (pengajaran), tadrîs (pembelajaran), dan ta’dîb (penanaman budi pekerti).

Istilah dalam pendidikan yang sering digunakan yaitu pedagogi yang berarti pendidikan dan pedagoik yang berarti ilmu pendidikan. Secara umum makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.34 Pendidikan merupakan suatu hal yang benar-benar ditanamkan selain menempa fisik, mental, moral bagi individu-individu agar mereka menjadi manusia yang berbudaya sehingga diharapkan mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia yang diciptakan Allah Tuhan semesta alam, sebagai makhluk yang sempurna dan terpilih sebagai khalifah-Nya di muka bumi ini yang sekaligus menjadi warga negara yang berarti dan bermanfaat bagi suatu negara.35

Dalam Undang-undang Sisdiknas, pendidikan adalah “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.36 Senada dengan pengertian tersebut, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan merupakan upaya menumbuhkan budi pekerti (karakter), pikiran (intellect), dan

33 KH. AdibBisri & KH MunawwirA.Fatah, Kamus Al-Bisri, 62-63.

34 Fuad Ikhsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: RinekaCipta, 2005), 1-2.

35 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta: BumiAksara, 2011), 49.

36 Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1.

(36)

xxxvi

jasmani anak.37 Maksudnya, supaya dapat memajukan kesempurnaan hidup yakni kehidupan dan penghidupan anak selaras dengan alam dan masyarakatnya. Ketiganya tidak boleh dipisahkan agar anak dapat tumbuh dengan sempurna. Pernyataan Ki Hajar Dewantara mengindikasikan bahwa pendidikan merupakan pengembangan dan penumbuhan segala aspek dalam diri manusia, jasmani maupun rohani, lahir maupun batin yang bertujuan mewujudkan manusia yang sempurna.

Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan usia dini dapat dimulai di rumah atau dalam keluarga, perkembangan anak pada tahun- tahun pertama sangat penting dan akan menentukan kualitasnya di masa depan. Dari berbagai pandangan di atas dapat dipahami bahwa pendidikan anak usia dini adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, budi pekerti, intelektual serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara sehingga terpenuhi tugasnya sebagai manusia yang diciptakan Allah. Lembaga-lembaga PAUD di Indonesia memiliki pijakan yang sangat kuat berupa landasan yuridis, landasan filosofis, landasan religius, dan landasan keilmuan serta landasan empirik.

e. Landasan yuridis adalah landasan yang berkaitan dengan pentingnya penyelenggaraan lembaga PAUD (KB dan TPA).

37Muchlas Samani, Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung:

RemajaRosdakarya, 2011), vii.

(37)

xxxvii f. Landasan filosofis dan religius, yaitu landasan yang didasarkan pada keyakinan agama yang dianut oleh para orang tua anak usia dini.

g. Landasan empirik adalah landasan yang berdasarkan pada fakta yang terdapat di lapangan.

h. Landasan keilmuan adalah teori-teori dan kajian-kajian yang melandasi apa, mengapa, dan bagaimana anak usia dini mendapat pengasuhan, pendidikan dan perlindungan yang tepat.

Tujuan pendidikan perspektif Imam Ghazali adalah menjadi insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah dan mendapat kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Sebagaimana yang beliau katakan:

“apabila saudara memperhatikan ilmu pengetahuan, niscaya saudara akan melihat suatu kelezatan di dalamnya sehinggga merasa perlu mempelajarinya dan niscaya saudara akan mendapatkan bahwa ilmu pengetahuan itu sebagai sebuah sarana untuk menuju ke kampong akhirat beserta kebahagiaannya dan sebagai media mendekatkan diri kepada Allah, yang mana tawarrub itu tidak dapat diraihnya jika tidak dengan ilmu tersebut. martabat yang paling tinggi yang menjadi hak bagi manusia adalah kebahagiaan abadi dan sesuatu yang paling utama adalah sesuatu yang mengantarkan kepada kebahagiaan itu sendiri. Kebahagiaan tidak dapat dicapai apabila tidak melalui ilmu dan amal dan amal tidak dapat diraih sekiranya tidak melalui ilmu dan cara pelaksanaan mengamalkannya. Pangkal kebagaiaan di akhirat adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena mencari ilmu itu sendiri termasuk amal yang utama.38

C. Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran

38 Muhammad Athiyah Al-AbrasyiFatiyah Hasan Sulaiman, BeberapaPemikiran Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media Publishing, 2012), 105-107

(38)

xxxviii

Dalam proses belajar banyak faktor yang mempengaruhi selama melakukan proses belajar. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri sendiri seperti kurang lengkapnya anggota tubuh atau kondisi tubuh yang kurang sehat, selain dapat pula dipengaruhi oleh psikologis anak seperti kecerdasan, minat, perhatian, bakat, motif.

Adapun factor eksternal meliputi lingkungan keluarga (orang tua, suasana rumah dan kondisi ekonomi keluarga), lingkungan sekolah (kurikulum, hubungan social antar guru dengan anak, anak dengan anak, alat pelajaran, pelaksanaan disiplin sekolah, keadaan sekolah) dan bentuk kehidupan atau lingkungan di masyarakat, corak kehidupan tetangga).39

D. Pentingnya Pembelajaran bagi Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini (Early Childhood Education) merupakan bidang ilmu yang relative baru. Bila sebelumnya anak didik berdasarkan pemahaman orang dewasa saja bagaimana cara memperlakukan anak dan apa yang terbaik bagi anak, saat ini setelah berkembang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), diharapkananak dapat diperlakukan sesuai dengan kebutuhan perkembangannya sehingga anak tumbuh sehat jasmani dan rohani. Anak pun dapat diperhatikan secara lebih komprehensif.

Pembelajaran anak usia dini merupakan proses interaksi antara anak, orang tua, atau orang dewasa lainnya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas perkembangan. Interaksi yang dibangun tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hal ini disebabkan interaksi tersebut mencerminkan

39 Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan Bagian 3 Pendidikan Disiplin Ilmu, (Jakarta: Imperial Bhakti Utama, 2007), 329

(39)

xxxix suatu hubungan di antara anak akan memperoleh pengalaman yang bermakna, sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan lancar.

Vygotsky berpendapat bahan pengalaman interaksi social merupakan hal yang penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain.

Pembelajaran untuk anak usia dini bukan berarti anak harus di sekolahkan pada umur yang belum seharusnya, dipaksa untuk mengikuti pelajaran yang akhirnya justru membuat anak menjadi terbebani dalam mencapai tugas perkembangannya. Pembelajaran untuk anak usia dini pada dasarnya adalah pembelajaran yang kita berikan pada anak agar anak dapat berkembang secara wajar. Pada hakikatnya anak belajar sambil bermain, oleh karena itu pembelajaran pada pada anak usia dini pada dasarnya adalah bermain. Sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang bersifat aktif dalam melakukanberbagaiekplorasiterhadaplingkungannya, maka aktivitas bermain merupakan bagian dari proses pembelajaran.

Untuk itu pembelajaran pada usia dini harus dirancang agar anak merasa tidak terbebani dalam mencapai tugas perkembangnya. Proses pembelajaran yang dilakukan harus berangkat dari yang dimiliki anak.

Setiap anak membawa seluruh pengetahuan yang dimilikinya terhadap pengalaman-pengalaman baru.

E. Multikultural

Multikultural adalah keberagaman budaya, sementara secara Etimologis, istilah multikulturalisme dibentuk darai kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Adapaun secara hakiki multikulturalisme itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dan budaya masing-masing yang unik.

(40)

xl

Sedangkan, kultur (budaya) itu sendiri tidak terlepas dari empat tema penting yaitu: agama (aliran), ras (etnis), suku dan budaya. Hal ini mengandung arti bahwa pembahasan multikultur mencakup tidak hanya perbedaan budaya saja, melainkan masuk pula di dalamnya kemajemukan agama, ras maupun etnis.40 Multikultural menurut kamus besar seseorang atau suatu masyarakat yang ditandai oleh kebiasaan menggunakan lebih dari satu kebudayaan. Multikultural berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan konsepnya dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan tertentu. Multikultural pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.

Multikultural dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik.41 Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam komunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan. Multikultural mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lainSebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan Multikultural mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk

40 Choirul Mahpud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2010), hal. 75

41 KBBI, Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka,Hal. 762

(41)

xli mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut.

F. Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural adalah merupakan suatu gerakan pembaharuan dan proses untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang setara untuk seluruh siswa. Sebagai sebuah gerakan pembaharuan, istilah pendidikan multikultural masih dipandang asing bagi masyarakat umum, bahkan penafsiran terhadap definisi maupun pengertian pendidikan multikultural juga masih diperdebatkan di kalangan pakar pendidikan. Pendidikan Multikultural merupakan suatu rangkaian kepercayaan (set of beliefs) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun Negara. Di dalam pengertian ini terdapat adanya pengakuan yang menilai penting aspek keragaman budaya dalam membentuk perilaku manusia. Dengan demikian paradigma multikultural, memberi pelajaran kepada kita untuk memiliki aspirasi dan respect terhadap budaya dan agama-agama lain. Atas dasar ini maka penerapan multikulturalisme menuntut kesadaran dari masing-masing budaya lokal untuk saling mengakui dan menghormati keanekaragaman identitas budaya yang dibalut semangat kerukunan dan perdamaian.

Sementara itu, jika paradigma multikultural ini dibawa keranah pendidikan, yang kemudian memungkinkan istilah pendidikan multikultural bisa dipahamai sebagai pendidikan untuk people of color.42

42 H.A. Dardi Hasyim Dan Yudi Hartono, Pendidikan Multikultural Di sekolah, (surakarta: UPT penerbitan dan percetakan UNS, 2009) Hal. 28

(42)

xlii

Artinya, pendidikan yang didalamnya terdapat berbagai macam manusia, atau pendidikan yang ditujukan untuk melihat keragaman manusia, atau lebih dari itu pendidikan yang mencoba melihat dan kemudian menyikapi realitas keragaman yang ada dalam diri manusia baik secara individu atau sebagai mahkluk sosial. Jadi menurut penulis, pendidikan multikultural adalah pendidikan yang terkait dengan keberagaman manusia. Dengan kata lain, segala bentuk pendidikan yang di situ menempatkan keberagaman manusia sebagai inti pendidikan adalah pendidikan multikultural. Lebih dari itu, pendidikan multikultural ini menghendaki terciptanya pribada-pribadi yang sadar akan adanya kemajemukan budaya yang di dalamnya banyak terdapat perbedaan-perbedaan, dan tidak berhenti pada sadar saja melainkan juga dapat menghormati keanekaragaman yang ada dalam rangka mewujudkan kerukunan dan kedamaian. Menurut James A. Banks mendefinisikan Pendidikan Multikultural sebagai ide, gerakan pembaharuan pendidikan dan proses pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengubah struktur lembaga pendidikan supaya siswa baik pria maupun wanita, siswa berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari kelompok ras, etnis, dan kultur yang bermacam-macam itu akan memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi akademis di sekolah. Jadi Pendidikan Multikultural akan mencakup:

a. Ide dan kesadaran akan nilai penting keragaman budaya.

b. Gerakan pembaharuan pendidikan.

c. Proses pendidikan.

Latar belakang munculnya pendidikan multikultural di indonesia negara bangsa indonesia terdiri atas sejumlah besar kelompok-kelompok etnis, budaya, agama dan lain-lain. Hefner mengilustrasikan Indonesia

(43)

xliii sebagaimana juga Malaysia dan Singapura memiliki warisan dan tantangan multikulturalisme budaya (cultural multiculturalism) secara lebih mencolok, sehingga dipandang sebagai “lokus klasik” bagi bentukan baru

“masyarakat multikultur” (cultural society). Kemultikultural masyarakat Indonesia paling tidak dapat dilihat dari dua cirinya yang unik, yaitu secara horizontal, yang ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan, dan secara vertikal ditandai oleh adanya perbedaan- perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Kondisi tersebut tergambar dalam prinsip bhinneka tunggal ika, yang berarti meskipun Indonesia adalah berbeda-beda, tetapi terintegrasi dalam kesatuan.Namun demikian, pengalaman Indonesia sejak masa awal kemerdekaan, khususnya pada masa demokrasi terpimpin Presiden Soekarno dan masa Orde Baru Presiden Soeharto memperlihatkan kecenderungan kuat pada politik monokulturalisme.

G. Tujuan Pendidikan Multukultural

Pada dasarnya tujuan pendidikan multikultural selaras dengan tujuan pendidikan pendidikan secara umum, yaitu mencetak peserta didik tidak hanya mampu mengembangkan potensi dirinya dalam penguasaan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi. Melainkan sekaligus mampu mengembangkan dan menerapkan nilai-nilai universal dalam kehidupan.

Kemudian, secara spesifik gorski menjelaskan bahwa tujuan dari pendidikan multukultural adalah sebagai berikut:

a. Setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk mengembangkan prestasi anak

b. Peserta didik bagaimana belajar dan berpikir secara kritis

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memperkirakan perubahan proses bisnis yang terjadi akibat adanya e-commerce ini saya akan melakukan penelitian pada sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak

Kaji Cepat Evakuasi Dapur Umum Distribusi Logistik Evakuasi Dapur Umum Distribusi Logistik Resik Masjid &amp; Kampung Dukungan Psikososial Distribusi Logistik Evakuasi Dapur

Menindaklanjuti apa yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah dimaksud, Pemerintah Kota Mataram melalui Badan Kepegawaian Daerah telah menetapkan jumlah pejabat

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan formula yang sudah ditentukan sebelumnya di dapat kenyataan bahwa, tingkat kompetensi kepribadian guru memiliki pengaruh

Kemudian penulis juga mengucapkan terima kasih atas saran dan dukungannya kepada teman-teman saya mulai dari program studi Teknologi Informasi hingga yang berada pada kampus lain

However, because the product control has a lot of possibilities—an image, multiple price values, shipping information, multiple descriptive elements, and so on—the listing can seem

Skripsi ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan tentang seberapa besar minat baca, prestasi akademik, dan pengaruh minat baca terhadap prestasi akademik anggota

Hasil karakterisasi kulit batang lantung terlapis pati talas yang direndam dalam air secara umum menunjukan hasil yang sama dengan hasil uji tarik sampel yang tanpa