• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMABAHASAN MATERI

Dalam dokumen PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ANAK USIA DINI (Halaman 89-99)

Nilai-nilai multikultural yang diterapkan pada lembaga pendidikan anak usia dini

Nilai multikultural yang diterapkan sebagaimana tertera pada pelaksaannya yang termuat pada deskripsi nilai atau kompetensi inti yang diturunkan pada kompetensi dasar dan dijelaskan secara rinci pada indikator. Deskripsi nilai yang termuat adalah:

a. Kemampuan untuk selalu bergembira, rajin dan giat, energik, disiplin dan sukacita dalam setiap karya yang ditugaskan.

Kompetensi dasar yang dijelaskan adalah:

1) Bergembira

Untuk melakukan gembira ini dilakukan dengan memberi senyum, sapa, salam, sopan santun, sentuh (5S); menyanyikan lagu anak dengan gembira;

menceritakan pengalaman berlibur; menceritakan pengalaman yang dialaminya dalam keluarga; menceritakan pengalaman yang baru dialaminya; bergembira menerima tugas; melakukan senam dengan gembira; menirukan suara binatang kesayangan dengan gembira; bertepuk tangan variasi; menjawab atau merespon pertanyaan.

2) Rajin dan giat

Untuk melakukan rajin dan giat ini dilakukan dengan merapikan alat permainan; melakukan kegiatan tanpa bantuan orang lain; berani pergi dan pulang sekolah sendiri bagi yang rumahnya dekat; rajin datang sekolah; merapikan peralatan makan selesai makan; menyiram bunga sekali seminggu; terlbat langsung dalam kegiatan sains; merapikan alat

xc

tulis setelah dipakai; membuat berbagai bentuk dari plastisin, melipat kertas sesuai dengan petunjuk; menyimpan perlengkapan sekolah sesuai dengan tempatnya; mengelompokkan benda sesuai dengan ukuran, bentuk dan warna; memecahkan masalah sederhana

3) Energik

Untuk melakukan energik ini dilakukan dengan memainkan semua permainan outdoor; menirukan gerakan binatang; menirukan gerakan pohon yang ditiup; menirukan gerakan pesawat terbang; merapikan kursi selesai kegiatan; melempar dan menangkap bola; berlari seimbang;

merangkak dan merayap; berjalan di atas papan titian dengans seimbang;

menggerakkan badan sesuai irama.

4) Disiplin

Untuk melakukan disiplin ini dilakukan dengan hadir tepat waktu;

menyelesaikan tugas sesuai waktu; membawa alat sekolah; mengikuti kegiatan baris dengan tertib; mengikuti upacara bendera dengan tertib;

berpakaian rapi sesuai jadwal; minta ijin ke kamar mandi; menyiram kamar mandi setelah menggunakan, membuat tanda salib sebelum dan sesudah doa, mengikuti aturan permainan.

5) Suka cita

Untuk melakukan suka cita ini dilakukan dengan bersuka cita dengan hasil karya sendiri; merayakan hari besar keagamaan; merayakan hari pelindung sekolah, menyimak cerita keagamaan; mengucapkan terima kasih atas sesuatu yang diterima; memberi pujian kepada teman; menjawab salam dengan semangat; menggunakan barang yang dimiliki dengan syukur;

melakukan gerak dan lagu.

6) Cinta kasih

xci Untuk melakukan cinta kasih ini dilakukan dengan membiasakan diri membagikan makanan kepada teman; peduli pada orang kecil;

menyayangi sahabat; menghormati yang lebih tua; menolong teman yang terjatuh; memberi motivasi; memberi kado ulang tahun kepada teman;

menerima teman yang berkebutuhan khusus; mengucapkan selamat kepada kawan yang ulang tahun; peduli kepada yang lanjut usia. Adapun cerita dari guru mengenai kasih sayang terhadap tanaman adalah:

“anak-anak, Tuhan itu menciptkan makhluk hidup tidak hanya manusia, akan tetapi Tuhan menciptakan hewan, tumbuhan dan segala macam yang ada di bumi, kita sebagai manusia harus menyayangi semuanya. Begitu juga kita harus menyayangi tumbuhan, kita tidak boleh menebang pohon secara bebas, tidak boleh mencabut atau memotong tanaman seenaknya saja, karena apa? tumbuhan itu sangat bermanfaat loh buat kita, karena tumbuhan itu banyak menyimpan air dan masih banyak lagi manfaatnya.”93

7) Ramah

Untuk melakukan ramah ini dilakukan dengan menunjukkan sikap ramah;

menyapa dan menjawab sapaan dengan ramah; mengajak teman untuk bermain; berkomunikasi dengan orang yang ditemui; menyapa lebih dulu;

meminta tolong dengan sopan; menyapa dengan senyum; menyambut kedatangan teman; menyapa guru di mana saja; mengungkapkan pendapatnya secara terbuka.

Yang mana nilai tersebut dalam istilah Taman Kanak-Kanak Budi Dharma adalah pransiskan atau cinta kasih. Nilai tersebut diajarkan setiap hari di sekolah yang diaktualisasikan hingga di rumah. Saling menebar

93Wawancara dengan kepala sekolah

xcii

cinta kasih bukan hanya kepada teman yang seagama namun juga kepada yang lainnya. Sebagaimana kegiatan halal bi halal yang mana merupakan hari perayaan kemenangan orang muslim dengan cara membersihkan diri.

Kegiatan halal bi halal dilakukan untuk mengajarka sikap saling mengasihi atau cinta kasih terhadap sesama dan kegiatan tersebut untuk mengembangkan aspek moral agama anak, sosial serta emosional anak.

b. Kemampuan untuk mengutamakan dan meninggikan kaum papa dan semua makhluk dengan cinta kasih, ramah, bersaudara, dan pembawa damai serta bertoleransi. Kompetensi dasar nilai tesebut adalah:

1) Bersaudara

Untuk melakukan rasa bersaudara ini dilakukan dengan bermain dengan semua teman; membuang sampah pada tempatnya; menyayangi tanaman;

bekerja sama dengan teman; menyayangi binatang; mendengarkan dan memperhatikan teman bicara; menanam tanaman di lingkungan sekolah;

merawat tanaman di lingkungan sekolah 2) Membawa damai

Untuk melakukan membawa damai ini adalah dengan memberi maaf kepada teman yang bersalah; mendamaikan teman yang berselisih;

berbahasa santun dalam berbicara; minta maaf ketika bersalah; melerai teman yang berkelahi; menasehati teman yang bersalah; mengucapkan syair tentang damai; menyayikan lagu damai, menyampaikan salam damai;

senang berbagi senyum 3) Toleransi

Untuk melakukan toleransi ini adalah dengan menolong orang yang membutuhkan; menghargai perbedaan jenis rambut; menghargai perbedaan tarian dari setiap suku; menghargai perbedaan suku, agam,

xciii warna kulit, bahasa, menghibur teman yang sedih; bergembira dengan teman yang bergembira; gotong royong.

Adapun cerita dari guru mengenai toleransi adalah:

“anak-anak pada hari ini ibu akan menceritakan tentang banyaknya agama-agama yang ada di Indonesia, yaitu diantaranya adalah: ada agama islam, hindu, budha, konhuchu, kristen dan katolik. Dengan banyak nya agama yang ada, kita tidak boleh saling bermusuhan, bahkan kita tetap harus saling mengasihi, menyayangi dan saling melindungi. Misalnya pada suatu hari annisa (islam), afri (kristen). Annisa ini jalan-jalan denga afri, ketika ditengah perjalanan itu annisa harus melakukan ibadah solat, maka afri harus memberikan waktu kepada annsia untuk melakukan ibadah terlebih dahulu. Tidak boleh afri dengan egois tidak memberikan ijin kepada annisa untuk beribadah.”94

Nilai tersebut dalam istilah non muslim adalah fraternitas atau persaudaraan. Persaudaraan yang dilakukan dalam kesehariannya adalah dengan berjabat tangan diiringi dengan persaudaraan (jabat tangan dua kali dengan erat). Kegiatan perayaan Paskah merupakan hari raya umat Kristiani yang merayakan kebangkitan Yesus. Sebagaimana yang dijelaskan oleh kepala sekolah bahwa Kitab orang kristen adalah Injil, di dalam Injil dielaskan bahwa Yesus mati di kayu salib pada hari Jum’at Agung dan hidup kembali tiga hari kemudian. Paskah dirayakan pada tanggal yang berbeda setiap tahun, antara 21 Maret dan 25 April, tergantung pada kapan ada bulan purnama di musim semi. Berkaitan dengan itu, terdapat beberapa tradisi modern yang umum dilakukan.

Seperti banyak orang mungkin sibuk memakan telur cokelat di Paskah, tapi awalnya memakan telur tidak diizinkan oleh gereja selama seminggu

94Wawancara dengan BU Erni

xciv

menjelang Paskah (dikenal sebagai Pekan Suci). Sebagaimana yang dilakukan di Taman Kanak-Kanak Budi Dharma yaitu menghias telur.

Jadi telur-telur yang diletakkan pekan itu disimpan dan dihiasi untuk membuat mereka sebagai 'telur Pekan Suci', untuk kemudian diberikan kepada anak-anak sebagai hadiah. Selain itu, anak-anak bersama-sama menghias telur tersebut. Kegiatan tersebut selain dapat menghargai suatu perayaan agama lain, dapat mengembangkan aspek sosial emosial yang mana anak dapat berinteraksi secara langsung perayaan kawan yang beda agama, dapat mengembangkan kognitif sebagaimana proses anak dalam menghias telur, dapat mengembangkan seni sebagaimana karya hias yang dilakukan anak, dapat mengembangkan moral agama seperti merayakan hari besar keagamaan.

c. Kemampuan untuk melakukan doa, pertobatan, hidup sederhana, rendah hati, tulus, matiraga, rela, berkorban, kejujuran, tanpa pamrih sebagai dasar hidup setiap orang. Kompetensi dasar dari nilai tersebut adalah:

1) Doa

Untuk melakukan doa ini adalah dengan berdoa sebelum dan sesudah kegiatan; mendoakan teman; mengucapkan doa “O Roh Kudus”, mendoakan doa pokok katolik (Bapa Kami, salam maria, kemuliaan);

mengikuti ibadah dengan tertib; berani memimpin doa; menyanyikan lagi rohani’ berdoa sebelum dan sesudah makan.

2) Pertobatan

Untuk melakukan pertobatan ini adalah dengan mengakui kesalahan;

membedakan perbuatan baik dan buruk; menyayangi teman; semakin bergembira datang ke sekolah; semakin berani tampil di depan kelas;

semakin menyayangi teman; semakin menunjukkan sikap sopan; semakin

xcv jujur; semakin mampu menggunakan bahasa indonesia yang baik; semakin mau mendengarkan.

3) Hidup sederhana

Untuk melakukan hidup sederhana ini adalah dengan mau melepaskan perhiasan pada jam sekolah; memakai fasilitas yang disediakan sekolah;

memakan makanan tanpa sisa; mau melepaskan asesoris pada jam sekolah; menerima pemberian apa adanya; merayakan ulang tahun dengan sederhana; gemar menabung; cermat dan teliti; hemat.

4) Rendah hati

Untuk melakukan rendah hati ini adalah dengan berani meminta yang dibutuhkan; menerima masukan dari sesama; menerima kekalahan;

meminta ijin bila menggunakan milik orang lain; berteman dengan semua orang; menerima kegagalan pada saat bermain; membahagiakan orang lain’ melayani teman (membagi dan mengumpulkan buku, krayonn);

menunjukkan rasa bangga atas keberhasilannya; menunjukkan sikap optimis.

5) Tulus

Untuk melakukan tulus ini adalah dengan memberi kolekte saat ibadah;

menyayangi yang lebih muda; menghormati orang yang lebih tua;

membantu teman berhitung; membantu teman menulis; membantu teman mewarnai; mendengarkan dengan sepenuh hati; berbicara dengan lemah lembut; menunjukkan empati kepada teman; memunculkan ide baru.

6) Mati raga

Untuk melakukan mati raga ini adalah dengan bersabar menunggu giliran;

berani berkata cukup (porsi permainan); menahan diri untuk tidak bermain pada saat cuaca tidak mendukung; mengungkap emosi secara wajar; membawa makanan yang diolah di rumah; berani berkata cukup

xcvi

dalam bermain; memberi kesempatan kepada teman untuk menggunakan permainan; menahan diri tidak membawa mainan dari rumah menahan diri untuk tidak meminta dibelikan mainan berlebihan

7) Rela berkorban

Untuk melakukan rela berkorban ini adalah dengan berbagi permainan;

memberi miliknya dengan senang hati; melakukan perintah guru dengan sukarela; mengumpulkan aksi puasa; suka menolong; mendahulukan teman pada saat antri; mengantar teman ke kamar mandi; memungut sampah yang bukan miliknya; mau mengalah; mengunjungi teman yang sakit

8) Kejujuran

Untuk melakukan kejujuran ini adalah dengan menyampaikan masalahnya kepada guru; mengembalikan barang yang bukan miliknya; menyampaikan informasi yang benar; melaksanakan tugas dengan jujur; menyerahkan tabungan sebesar yang diberikan orang tuanya; menghargai diri sendiri (memelihara kesehatan); memiliki sikap ingin tahu; mengekspresikan perasaan; bangga dengan kelebihan dan menerima kekurangan (bakat);

bangga dengan kelebihan dan menerima kekurangan (fisik) 9) Tanpa pamrih

Untuk melakukan tanpa pamrih ini adalah dengan membagi makanan kepada teman; menyumbang pakaian layak pakai; menolong teman mengikatkan tali sepatu; memberi sumbangan kepada korban bencana;

memberi sumbangan kepada orang tua yang meninggal.

Nilai tersebut dalam istilah Taman Kanak-Kanak Budi Dharma adalah dina atau pengabdian. Nilai Dina dapat diinterpretasikan dengan melakukan minta maaf karena prakteknya adalah pertaubatan dengan tidak mengulangi kesalahan. Pertaubatan dilakukan dengan mengakui

xcvii kesalahan dan minta maaf kepada oang yang disalahin. Nilai dina juga dapat terekspresikan dengan melepaskan keinginan duniawi seperti pesan guru kepada anak untuk tidak meminta kepada orang tua untuk membelikan mainan yang tidak ada manfaatnya.

xcviii

BIBLIOGRAFI

Barbara A.Lewis, Stand For? For Teens: A Guide to Building Character, Minneapolis: Free Spirit Publishing, 2005.

Kansil, C.S.T. dan S.T Kansil, C. Modul Pancasila dan Kewarganegaraan.

Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2006

Gina Lestari, Bhinnekha Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia Di Tengah Kehidupan Sara, Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Nomor 1, Pebruari 2015

Tan, M. G. Etnis Tionghoa di Indonesia (Kumpulan tulisan). Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2008, hSujanto, B. Pemahaman Kembali Makna Bhineka Tunggal Ika (Persaudaraan dalam kemajemukan. Jakarta: Sagung Seto, 2009, hal.90

1Azra, A. “Pancasila dan Identitas Nasional Indonesia: Perspektif Multikulturalisme”. Dalam Restorasi Pancasila: Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas, (Bogor: Brighten Press. Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal.

62

1Mahfud, C., Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 103

1Tilaar, H. A. R. Mengindonesiakan Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia,( Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal 33

1 Hana Panggabean, KearifanLokalKeunggulan Global: CakrawalaBaru di Era Globalisasi, (Jakarta: PT.Elex Media Komputindo, 2014), 85-93.

1 Rafael Edy Bos kodan Rifa’I Abdul, Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan: Seberapa Jauh?, diterjemahkan dari Facilitating Fredoom of Religion or Belief: A Deskbook, Tore Lindholm, W. Cole Durham Jr., Bahia G. Tahzib-Lie, (Yogyakarta: Kanisius: 2010),

1Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, (Jakarta, Erlangga, tt), hal. 8

1 Dimensi studi islam kontemporer (Jakarta, Kencana, 2017), hal.152

1 Dimensi studi islam kontemporer (Jakarta, Kencana, 2017), hal.153

1 Hamka haq, syathibi: aspek teologis konsep mashlahah dalam kitab al-muwafaqat (Jakarta: Erlangga, 2007), 105-106

1 Rafael EdyBoskodanRifa’I Abdul,

KebebasanBeragamaatauBerkeyakinan: SeberapaJauh?, diterjemahkandariFacilitating Fredoom of Religion or Belief: A Deskbook, Tore

xcix Lindholm, W. Cole Durham Jr., Bahia G. Tahzib-Lie, (Yogyakarta:

Kanisius: 2010),

1ZakiyuddinBaidhawy, Pendidikan Agama BerwawasanMultikultural, (Jakarta, Erlangga, tt), hal. 8

1 Hana Panggabean, KearifanLokalKeunggulan Global: CakrawalaBaru di Era Globalisasi, (Jakarta: PT.Elex Media Komputindo, 2014), 85-93.

1Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1961 Tentang Perguruan Tinggi.

1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Perguruan Tinggi.

1Gina Lestari, Bhineka Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia di Tengah Kehidupan Sara, Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Nomer 1, 2015, hal.36.

1Novita Dewi Masyithoh, Dialektika Pluralisme Hukum: Upaya Penyelesaian Masalah Ancaman Keberagaman dan Keberagamaan di Indonesia, Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 24 No. 24, 2016, hal. 367

1MPR RI, Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: MPR RI, 2012), hal.183-185.

1 Lilik Andaryani, Pendidikan Multikultural Di Perguruan Tinggi (Studi Terhadap STAIN Samarinda), Fenomena, Vol.6, No.1, 2014, hal.55

1 Sopiah, Pendidikan Multikultural Dalam Pendidikan Islam, Forum Tarbiyah, Vol.7 No.2, Desember 2009, hal.157

1 Asmuri, Pendidikan Multikultural (Telaah Terhadap Sistem Pendidikan Nasional dan Pendidikan Agama Islam), POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 2, No. 1, Juni 2016, hal.25.

Dalam dokumen PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ANAK USIA DINI (Halaman 89-99)

Dokumen terkait