• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.2 Nilai Guna Ekosistem Karst Gunung Cibodas 1 Nilai unsur biolog

5.2.2 Nilai unsur fisik

a. Goa

Penialaian goa hanya dilakukan pada pemanfaatan sebagai sarana olahraga penelusuran goa dengan menggunakan metode biaya perjalanan (travel cost methode). Biaya perjalanan yang dihitung meliputi biaya transportasi, biaya konsumsi, dan kebutuhan lain yang digunakan selama kegiatan penelusuran goa serta kesediaan penelusur goa untuk mengeluarkan sumbangan atas jasa lingkungan yang diperoleh dari goa tersebut. Jumlah penelusur goa yang ditemui adalah sebanyak 21 orang. Penelusur goa adalah anggota pecinta alam Lawalata IPB sebanyak 15 orang dan 6 orang pecinta alam yang berasal dari Jakarta.

Biaya transportasi yang dikeluarkan berupa ongkos angkutan umum dan ada pula yang membawa kendaraan pribadi. Kendaraan pribadi yang digunakan adalah sepeda motor. Para penelusur goa terkadang menyewa mobil angkutan umum dengan kapasitas 10 orang jika berangkat berkelompok. Jumlah kunjungan tahunan rata-rata adalah 4 kali kunjungan per orang. Biaya transportasi yang dikeluarkan setiap penelusur goa berkisar antara Rp 4.000 sampai Rp 50.000 dan biaya konsumsi berkisar antara Rp 15.000 sampai Rp 50.000. Biaya lain yang

dikeluarkan penelusur goa untuk melakukan kegiatan penelusuran rata-rata adalah Rp 17.500 dari biaya pembelian baterai. Biaya perjalanan penelusur goa adalah Rp 31.000 hingga Rp. 100.000 tergantung dari jarak tempat tinggal dari Gunung Cibodas. Berdasarkan hasil perhitungan dari 21 orang narasumber, nilai goa di Gunung Cibodas adalah Rp 4.426.000 per tahun. Intensitas kunjungan yang berbeda dalam satu tahun akan menyebabkan nilai yang berbeda pula untuk setiap pengunjung. Hal yang mempengaruhi intensitas kunjungan mahasiswa pecinta alam untuk melakukan penelusuran goa adalah waktu libur kuliah. Semakin banyak libur maka bisa diasumsikan akan semakin banyak pula kunjungan mahasiswa yang melakukan kegiatan penelusuran goa di Gunung Cibodas.

b. Tebing

Gunung Cibodas memiliki tebing baik yang sudah dimanfaatkan maupun tebing yang potensial untuk sarana olahraga panjat tebing. Tebing yang dinilai adalah tebing yang saat ini telah dimanfaatkan untuk kegiatan olahraga panjat tebing. Penilaian tebing dilakukan menggunakan metode biaya perjalanan. Informasi biaya diperoleh dari wawancara dengan pengunjung yang merupakan pemanjat tebing di Gunung Cibodas. Berdasarkan informasi yang diperoleh, jumlah pengunjung tebing berkisar antara empat sampai lima puluh orang per minggu. Dalam satu bulan, jumlah pemanjat tebing yang datang berkisar antara 30-100 orang. Pada bulan-bulan tertentu jumlah pengunjung yang datang bisa mencapai 150 orang per bulan. Peningkatan jumlah tersebut biasanya terjadi pada bulan Juni hingga Agustus, karena merupakan waktu libur panjang masa kuliah dan waktu para pecinta alam melakukan latihan untuk anggota baru. Berdasarkan pendekatan tersebut, jumlah pengunjung tebing berkisar antara 720-1.350 orang per tahun. Jumlah tersebut dipengaruhi oleh perbedaan intensitas kunjungan.

Penilaian tebing dilakukan melalui wawanca dengan para pemanjat tebing. Pengambilan data dilakukan setiap akhir pekan pada bulan Januari sampai Februari 2011 sehingga pengunjung yang menjadi narasumber merupakan sampel dari seluruh pengunjung dalam satu tahun. Jumlah pengunjung tebing yang dijumpai di lokasi tebing Gunung Cibodas adalah 133 orang, dan wawancara dilakukan dengan 27 narasumber yang merupakan perwakilan dari tiap rombongan pemanjat tebing. Penilaian tebing dilakukan dengan mengasumsikan

jumlah pengunjung tetap untuk setiap kunjungan dalam satu tahun. Biaya perjalanan satu kali kunjungan yaitu Rp 20.000 sampai Rp 170.000 tergantung dari biaya transportasi dan biaya lain yang dikeluarkan. Hal ini terkait dengan waktu dan jarak yang ditempuh dari tempat masing-masing. Intensitas kunjungan pemanjat tebing adalah 1 sampai 36 kali kunjungan per tahun. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung yang ditemui, nilai guna tebing sebagai sarana olahraga minat khusus sebesar Rp 30.317.000 per tahun. Nilai ini hanya berlaku bagi pemanjat tebing yang dijumpai pada saat penelitian. Jumlah pemanjat tebing yang datang bisa saja mengalami perubahan baik jumlah tim maupun intensitas kunjungannya. Hal yang mempengaruhi intensitas kunjungan yaitu intensitas libur perkuliahan. Banyaknya waktu libur kuliah memungkinkan intensitas kunjungan semakin tinggi, dan apabila waktu liburan semakin panjang maka waktu kunjungan kemungkinan semakin lama yang mengakibatkan biaya kunjungan semakin tinggi.

c. Air

Air memiliki manfaat yang luas, mulai dari hulu hingga ke bagian hilir. Masyarakat yang tinggal di sekitar aliran air biasanya mendapatkan manfaat dari keberadaan air tesebut. Penilaian air hanya dilakukan di Kampung Mekarjaya yang berada dekat dengan mata air Cipanas, sehingga nilai air yang diperoleh hanya berdasarkan pemanfaatan di kampung tersebut. Nilai air diduga dengan menggunakan metode kontingensi yaitu kesediaan membayar dari masyarakat Kampung Mekarjaya yang memanfaatkan air. Teknik yang digunakan adalah melalui wawancara dengan pengguna air tersebut. Jumlah rumah tangga yang memanfaatkan air dari mata air Cipanas saat melakukan penelitian adalah sebanyak 18 kepala keluarga. Jumlah pengguna air Cipanas akan bertambah jika terjadi kemarau karena saat kemarau sumur-sumur yang ada dibeberapa rumah mengalami kekeringan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengguna air, jumlah pengguna yang bersedia membayar air yang digunakan adalah tiga narasumber. Kesediaan membayar air adalah Rp 1.000 sampai Rp 5.000 per bulan dan diperoleh nilai rata-rata sebesar Rp 3.700 per bulan. Menurut Rused (2009), jumlah konsumsi air masyarakat Kampung Bengkok Megamendung rata-rata adalah 440 kubik per

tahun. Air tersebut dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga seperti mandi, mencuci, dan kakus. Jumlah konsumsi air tersebut diasumsikan sama dengan konsumsi air di Kampung Mekarjaya, asumsi ini digunakan karena hasil wawancara yang dilakukan tidak bisa memperoleh data jumlah air yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Narasumber tidak bisa memberikan informasi jumlah air yang dipakai dalam satuan pemakaian tertentu, misalnya jumlah air dalam satuan kubik atau liter. Berdasarkan asumsi tersebut diperoleh nilai air di Kampung Mekarjaya adalah Rp 100 per kubik. Jumlah pemanfaat air oleh 18 rumah tangga pada saat penelitian dilaksanakan adalah 7.920 kubik per tahun. Nilai air di Kampung Mekarjaya diperoleh dengan mengalikan jumlah pemanfaatan air dengan harga air per kubik, sehingga diperoleh nilai air sebesar Rp 792.000 per tahun. Nilai ini tentunya bukan merupakan nilai yang sesungguhnya karena pengguna air pada musim kemarau belum termasuk narasumber.

d. Batu gamping

Gunung Cibodas merupakan salah satu penyusun formasi karst di Indonesia, luas singkapan batu gamping Indonesia mencapai 154.000 km2. Ketebalan rata-rata batu gamping di Indonesia adalah 100 m dan berat jenis 2,5 ton/m3. Berdasarkan nilai ini, Indonesia memiliki cadangan batu gamping sebanyak 39 trilyun ton (Surono et al. 1999 diacu dalam Samodra 2001). Gunung Cibodas memiliki luas singkapan 125,1 ha atau sekitar 1,251 km2.Cadangan batu gamping Gunung Cibodas belum bisa diketahui karena keterbatasan informasi mengenai ketebalan rata-rata batu gamping di gunung tersebut.

Penilaian batu gamping dilakukan dengan menggunakan metode biaya sisa turunan. Para pemilik tobong biasanya membeli batu gamping per mobil dengan kapasitas muat sebanyak tiga kubik. Harga batu gamping adalah Rp 180.000 per mobil yang terdiri dari Rp 15.000 upah angkut, Rp 40.000 upah bongkar muat, Rp 50.000 upah penggalian, dan Rp 75.000 untuk tiga kubik batu gamping, sehingga nilai batu gamping adalah Rp 25.000 per kubik. Jumlah batu gamping yang diambil oleh penambang diduga dari banyaknya batu gamping yang masuk dalam tobong. Pembakaran batu gamping biasanya dilakukan apabila kapasitas tobong terpenuhi. Jumlah tobong yang terdapat di Kampung Mekarjaya adalah sebanyak

22 tobong, namun hanya 20 yang beroperasi. Berdasarkan penuturan para pemilik tobong, kapasitas tobong bervariasi mulai dari 24 kubik (8 pick up) sampai dengan 51 kubik (17 pick up). Ukuran tobong rata-rata adalah 36 kubik dan rata- rata intensitas pembakaran batu gamping yang dilakukan pemilik tobong adalah 5 kali per bulan. Jumlah batu gamping rata-rata yang diambil dari Gunung Cibodas adalah 3.252 kubik per bulan. Apabila kondisi ini diasumsikan tetap, jumlah batu gamping yang diambil adalah sebanyak 39.024 kubik per tahun. Berdasarkan jumlah tersebut, nilai pemanfaatan batu gamping adalah Rp 975.600.000 per tahun. Jumlah batu gamping yang dibakar terkadang kurang bahkan dari kapasitas tungku pembakaran karena lambatnya pasokan batu gamping yang diambil para penambang.

Dokumen terkait