• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gunung Cibodas merupakan kawasan Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten yang ditetapkan sebagai Hutan Produksi Kelas Perusahaan Meranti Jangka 2005-2014 berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Kehutanan Nomor 143/Kpts/DJ/I/1974 tentang Peraturan Inventarisasi Hutan Jati dan Penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan Khusus Kelas Perusahaan Tebang Habis Jati serta Petunjuk Kerja Inventarisasi Sumberdaya Hutan Khusus Kelas Perusahaan Meranti yang diterbitkan Biro Perencanaan dan Pengembangan PT. Perhutani Unit III Jawa Barat dan Bogor Tahun 2001 (Perhutani 2004).

Kondisi aktual Gunung Cibodas pada saat ini belum dikelola dengan baik. Hal ini teridentifikasi dari tidak adanya upaya pengelolaan baik penanaman maupun upaya lainnya. Kondisi ini diperkirakan karena faktor tanah yang

tersusun oleh formasi batu gamping bersolum tipis (Soemarno et al 2006) dan membutuhkan waktu yang relatif lama untuk pertumbuhan tanaman. Walaupun demikian, Gunung Cibodas memiliki potensi sumberdaya alam baik hayati maupun non-hayati yang akan memberikan manfaat jika dikelola dengan baik.

Pada masa yang akan datang jasa lingkungan menjadi kebutuhan yang penting dan memiliki nilai yang tinggi. Pemanfaatan di masa yang akan datang menjadikan Gunung Cibodas memiliki nilai pilihan yang belum bisa dikuantifikasi untuk saat ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, unsur fisik dan biologi yang terdapat pada ekosistem ini memberikan manfaat nyata baik bagi masyarakat setempat maupun stakeholders lainnya. Fungsi penyimpanan dan penyalur air dari ekosistem Karst Gunung Cibodas sangat dirasakan masyarakat. Kekeringan dan krisis air yang terjadi bisa diminimalisir dengan mempertahankan jasa lingkungan yang diperoleh dari fungsi ekosistem ini. Kemarau dan krisis air bersih yang terjadi pada tahun 2011 di Kabupaten Bogor menjadikan air memiliki nilai yang sangat tinggi. Masyarakat yang tinggal di Kecamatan Cariu Kabupaten Bogor harus mengeluarkan biaya hingga Rp 50.000 per minggu untuk biaya pembelian air (RadarBogor 2011). Harga air di daerah Jakarta bahkan mencapai Rp 50.000 - Rp 75.000 per kubik. Harga ini sepuluh kali lipat dari harga air PDAM di derah tersebut (HarianAnalisa 2011). Peristiwa tersebut menggambarkan betapa pentingnya sumber air bersih bagi kehidupan.

Gunung Cibodas memiliki nilai aktual dan potensial, kondisi ini membuat pengambilan keputusan dalam pengelolaan ekosistem ini perlu kehati-hatian. Apakah pemanfaatan akan mempertahankan kelangsungan ekosistem atau merusak dengan dampak serta konsekuensi yang ada. Pemanfaatan batu gamping akan menghilangkan ekosistem karst, kehilangan ini akan mengakibatkan sistem penyerapan dan penyaringan air menjadi hilang. Tumbuhan dan satwa akan hilang sehingga tidak ada lagi kayu bakar atau satwa yang bermanfaat, seperti kelelawar yang menghasilkan guano atau walet yang menghasilkan sarang walet. Goa-goa dan tebing juga akan hilang sehingga kegiatan panjat tebing dan penelusuran goa harus pindah ke lokasi lain yang lebih jauh dan membutuhkan biaya lebih mahal. Perbedaan kepentingan pemanfaatan antara pihak terkait perlu dirundingkan karena bisa menimbulkan konflik diantara para pihak yang berkepentingan. Oleh

karena itu, pembuat keputusan sebaiknya bersikap bijaksana dan memikirkan kepentingan jangka panjang sehingga manfaat ekosistem ini bisa dirasakan sampai generasi selanjutnya. Pengelola hendaknya melakukan kegiatan yang bisa melestarikan ekosistem Gunung Cibodas baik hayati maupun nonhayati. Upaya- upaya yang disarankan untuk pelestarian tersebut antara lain :

1. Membatasi area untuk kegiatan pengambilan batu gamping.

2. Pengelolaan pemanfaatan satwa dan tumbuhan dengan memperhitungkan siklus regenerasinya.

3. Menunjuk lokasi khusus untuk pengambilan kayu bakar dan melakukan pelestarian jenis tumbuhan yang dimanfaatkan.

4. Mengatur jumlah tangkapan satwa (kelelawar) dalam jumlah tertentu. 5. Melakukan pemanenan sarang burung walet sesuai siklus

regenerasinya, yaitu tiga kali dalam satu tahun.

6. Melakukan pemanfaatan kotoran kelelawar (guano) sebagai pupuk organik.

7. Melestarikan sumber air dengan tidak melakukan penambangan batu gamping di sekitar mata air.

8. Mengembangkan wisata panjat tebing dan penelusuran goa.

Kegiatan diatas hendaknya dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat setempat. Upaya yang dilakukan adalah dengan membuat kelompok-kelompok masyarakat yang mengelola ekosistem Gunung Cibodas. Upaya yang dilakukan diharapkan mampu menjaga kelestarian ekosistem Karst Gunung Cibodas dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat setempat. Kondisi topografi Gunung Cibodas yang relatif curam hendaknya menjadikan lokasi ini sebagai kawasan lindung, selain itu Gunung Cibodas termasuk ke dalam kriteria ekosistem karst kelas satu (memiliki sistem perguaan dan ornamen aktif, mata air, keanekaragaman hayati, dan memiliki fungsi sosial ekonomi) yang hendaknya tidak difungsikan sebagai lokasi pertambangan (Samodra 2006). Masyarakat diharapkan mendapatkan manfaat ekonomi tanpa merusak fungsi-fungsi dari ekosistem karst Gunung Cibodas.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kesimpulan yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

1. Potensi biologi ekosistem Karst Gunung Cibodas terdiri dari tumbuhan dan satwa yang dimanfaatkan untuk kayu bakar, pakan ternak, sayuran, dan perburuan satwa kelelawar. Potensi fisik terdiri dari goa yang bermanfaat untuk kegiatan penelusuran goa, lokasi budidaya sarang walet, dan tempat pengambilan kotoran kelelawar; tebing yang dimanfaatkan untuk olahraga panjat tebing; air yang dimanfaatkan untuk kebutuah air rumah tangga dan pengairan lahan pertanian; dan batu gamping yang dimanfaatkan untuk bahan pertambangan.

2. Nilai guna langsung ekosistem Karst Gunung Cibodas sebesar Rp 1.098.516.600 pertahun. Nilai tersebut terdiri dari nilai kayu bakar, pakan ternak, nilai kelelawar, nilai goa, nilai tebing, nilai air, dan nilai batu gamping. Pemanfaatan batu gamping memiliki nilai terbesar tetapi memiliki karakter merusak ekosistem Gunung Cibodas, sedangkan nilai jasa lingkungan dan unsur lainnya memiliki manfaat yang tinggi dengan pengelolaan secara lestari.

6.2 Saran

Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan pemanfaatan Gunung Cibodas sebaiknya memperhitungkan

aspek pelestarian yang mendukung keberlangsungan ekosistem tersebut. 2. Pemanfaatan batu gamping dilakukan secara bijaksana dan hati-hati

sehingga tidak menghilangkan manfaat yang harus terpelihara untuk jangka panjang dan mempunnyai makna penting bagi generasi mendatang. 3. Penilaian hanya dilakukan hanya pada beberapa unsur nilai guna langsung,

sehingga menjadi hal penting untuk menduga nilai lain (nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung, nilai pilihan, dan nilai keberadaan) agar diketahui nilai ekonomi total dari ekosistem Karst Gunung Cibodas.

Dokumen terkait