BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Potensi Karst Gunung Cibodas 1 Potensi unsur biolog
a. Tumbuhan
Menurut Whitten et al. (1996) diacu dalam Sartika (2007), sekitar tahun 1940-an Gunung Cibodas belum terjamah oleh kegiatan manusia. Dalam ekosistem ini masih banyak jenis pohon yang ditemukan seperti keruing (Dipterocarpus hasseltii), burahol (Stelechocarpus burahol), dan eboni (Diospyros sp.). Tidak ada jenis yang dominan dari tiga jenis tumbuhan tersebut. Menurut Soemarno et al. (2006), pada saat ini ekosistem Karst Gunung Cibodas didominasi oleh kelompok vegetasi berupa semak dan jenis pionir seperti makaranga (Macaranga tanarius) dan ayam-ayaman (Penissetum purpureum).
Kondisi ini diduga karena terjadinya pembukaan lahan yang difungsikan sebagai areal perkebunan karet dan kemudian berubah menjadi tambang batu gamping yang dimulai sekitar tahun 1950-an.
Data keanekaragaman jenis tumbuhan di Gunung Cibodas diperoleh dari studi literatur. Hasil survey tumbuhan yang dilakukan oleh Soemarno et al. (2006) di Gunung Cibodas mencatat sebanyak 254 jenis tumbuhan dari 207 genus dan 84 famili. Hasil ini diperoleh dengan menganalisis tumbuhan berdasarkan petak cuplikan yang ditempatkan pada daerah punggung bukit yang bersolum tanah cukup tebal, daerah lereng bukit yang bersolum tanah tipis sampai cukup tebal, daerah lereng yang bersolum tanah tebal, daerah puncak bukit karang, dan daerah bekas galian batu gamping. Jenis pohon utama yang ditemukan sebanyak 17 jenis dari 64 jenis dengan penyebaran yang hampir merata di seluruh wilayah. Beberapa jenis pohon utama yang ditemukan adalah Bridelia tomentosa, Buchanania arborescens, Cecropia umbellata, dan Macaranga tanarius.
Tumbuhan bawah (herba, paku, liana, perdu, palem, semak, pandan) yang mendominasi ditemukan 18 jenis dari 190 jenis, beberapa jenis yang tersebar cukup luas diantaranya Nephrolepis exaltata, Selaginella plana, dan Cyrtococcum patens. Beberapa jenis anakan pohon yang mengawali proses pemulihan di area penambangan batu gamping adalah Abroma angusta, Clibadium surinamense,
Macaranga tanarius, Macarangan calabura, Bridelia glauca, dan Piper aduncum, sedangkan jenis tumbuhan bawah terdiri dari Phragmites karka, Pennisetum purpureum, dan Mikania cordata. Suku utama untuk tingkat pohon terdiri dari anacardiaceae, euphorbiaceae, moraceae, dan urtaceae yang tersebar hampir di semua daerah, serta tiliaceae hanya dijumpai pada area bekas galian batu gamping. Suku utama tumbuhan bawah diantaranya anacardiaceae, asteraceae, euphorbiaceae, poaceae, polypodiaceae, dan verbenaceae.
Gambar 3 Makarang (Macaranga tanarius), salah satu jenis pohon yang mendominsi ekosistem Karst Gunung Cibodas.
Tumbuhan yang terdapat di Gunung Cibodas memiliki nilai ekonomi berupa nilai guna dan nilai bukan guna. Tumbuhan memiliki fungsi ekologis berupa penghasil oksigen dan pengatur tata air, selain itu dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan bakar rumah tangga, pakan ternak, dan sayuran. Sartika (2007) menemukan 34 jenis tumbuhan di Gunung Cibodas yang berpotensi sebagai tumbuhan obat yang memiliki khasiat untuk mengatasi penyakit gula, obat batuk, antidiare, obat sakit perut, obat demam dan lainnya. Beberapa jenis tumbuhan yang ditemukan di Gunung Cibodas tercantum dalam lampiran 5.
Pemanfaatan tumbuhan yang rutin dilakukan masyarakat di sekitar Gunung Cibodas adalah pengambilan kayu untuk bahan bakar yang dilakukan hampir setiap hari. Pengambilan kayu bakar yang dilakukan masyarakat dilatarbelakangi oleh kondisi ekonomi rumah tangga dan kebiasaan memasak yang menggunakan kayu bakar. Masyarakat Kampung Bubulak masih memiliki kekhawatiran terjadi ledakan jika menggunakan gas elpiji. Pengambilan kayu bakar biasanya dilakukan oleh ibu-ibu yang datang hampir setiap pagi ke Gunung
Cibodas (Gambar 4). Hasil yang diperoleh adalah satu ikat besar atau satu pikulan dengan berat mencapai 15 kg. Kegiatan pengambilan kayu bakar biasanya dimulai pada pagi hari dan berakhir sekitar jam delapan sampai dengan jam sepuluh. Pemanfaatan kayu bakar yang dilakukan adalah pengambilan ranting-ranting kering, namun saat ini para pengambil kayu bakar juga menebang tumbuhan yang berdiameter 3cm sampai dengan 15cm. Jenis tumbuhan yang sering diambil adalah kihandra (Calliandracalothyrsus) dan totoropongan (Cecropia umbellata). Jenis ini diambil dengan menyisakan tunggak sekitar 30cm di atas permukaan tanah. Menurut Soemarno et al. (2006) pengambilan kayu Calliandra calothyrsus
di Gunung Cibodas yang menyisakan tunggak memacu pertumbuhan trubus dalam jumlah yang lebih banyak dari jumlah individu semula sehingga dimungkinkan memiliki kepadatan tinggi. Masyarakat Kampung Bubulak meyakini kayu yang diambil tidak akan pernah habis karena tunggak yang ditebang akan kembali bertunas dan tumbuh serta bisa dimanfaatkan kembali untuk kayu bakar. Kihandra (Calliandracalothyrsus) dan totoropongan (Cecropia umbellata) banyak ditemukan di sisi selatan Gunung Cibodas bagian barat di daerah lereng bukit yang bersolum tanah tebal (Soemarno et al. 2006). Lokasi ini menjadi tempat pengambilan kayu bakar bagi masyarakat Kampung Bubulak yang berada di sebelah selatan Gunung Cibodas .
b. Satwa
1. Burung
Pengamatan burung yang dilakukan mencatat 37 jenis burung dari 21 famili. Jumlah tersebut terdiri dari 30 jenis teridentifikasi pada daftar jenis burung dan 7 jenis melalui perjumpaan seketika (opportunistic encountering) pada saat melakukan pengamatan mamalia dan herpetofauna. Pengamatan dilakukan di dua jalur yaitu jalur utara dan selatan Gunung Cibodas. Pengamatan di selatan dimulai dari ujung barat sampai timur, sedangkan pengamatan di utara hanya dilakukan di ujung barat dan ujung timur saja. Hal ini dilakukan karena pada bagian utara Gunung Cibodas terdapat kegiatan penambangan batu gamping yang beresiko tinggi terhadap pengamatan. Jenis burung yang ditemukan di kawasan Gunung Cibodas dan sekitarnya disajikan pada tabel berikut (Tabel 2).
Tabel 2 Daftar jenis burung yang ditemukan di Gunung Cibodas dan sekitarnya
No. Nama Lokal Nama Latin Famili
1 Kowak-malam kelabu Nycticorax nycticorax Ardeidae 2 Elang hitam Ictinaetus malayensis Accipitridae
3 Gemak loreng Turnix suscitator Turnicidae
4 Ayam-hutan hijau Gallus varius Phasianidae
5 Kareo padi Amaurornis phoenicurus Rallidae
6 Uncal Macropygia sp. Columbidae
7 Tekukur biasa Streptopelia chinensis Columbidae 8 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus Cuculidae
9 Kedasi hitam Surniculus lugubris Cuculidae
10 Bubut alang-alang Centropus bengalensis Cuculidae
11 Serak jawa Tyto alba Tytonidae
12 Celepuk reban Otus lempiji Strigidae
13 Walet sarang-putih Aerodramus fuciphagus Apodidae
14 Walet linchi Collocalia linchi Apodidae
15 Kapinis rumah Appus affinis Apodidae
16 Raja-udang meninting Alcedo meninting Alcedinidae 17 Cekakak jawa Halcyon cyanoventris Alcedinidae 18 Cekakak sungai Todirhamphus chloris Alcedinidae 19 Layang-layang loreng Hirundo striolata Hirundinidae
20 Cipoh kacat Aegithina tiphia Chloropseidae
21 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Pycnonotidae 22 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier Pycnonotidae
23 Gelatik-batu kelabu Parus major Paridae
24 Pelanduk topi-hitam Pellorneum capistratum Timaliidae 25 Pelanduk semak Malacocincla sepiarium Timaliidae
No. Nama Lokal Nama Latin Famili 26 Rametuk laut Gerygone sulphurea Silviidae 27 Cinenen pisang Orthotomus sutorius Silviidae
28 Cinenen jawa Orthotomus sepium Silviidae
29 Perenjak padi Prinia inornata Silviidae
30 Perenjak jawa Prinia familiaris Silviidae
31 Bentet kelabu Lanius schach Laniidae
32 Burung-madu sriganti Cyniris jugularis Nectariniidae
33 Cabai jawa Dicaeum trochileum Dicaeidae
34 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae 35 Bondol jawa Lonchura leucogastroides Ploceidae 36 Bondol peking Lonchura punctulata Ploceidae 37 Burung-gereja erasia Passer montanus Ploceidae
Jumlah daftar jenis MacKinnon yang digunakan sebanyak 24 daftar dengan masing-masing terdiri dari 10 daftar jenis burung. Famili silviidae merupakan kelompok terbanyak yang terdiri dari 5 jenis burung, kemudian famili cuculidae, apodidae, alcedinidae, dan plocidae yang masing-masing terdiri dari 3 jenis burung. Jenis burung yang paling sering teramati dan ditemukan di seluruh area pengamatan adalah merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier). Merbah cerukcuk (Gambar 5a) teramati di semua jalur mulai dari kaki sampai dengan puncak Gunung Cibodas. Jenis yang diamati secara sepintas memiliki kelimpahan tinggi adalah bondol peking (Lonchura punctulata), bondol jawa (Lonchura lecogastroides), dan merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier). Beberapa jenis lain diduga hanya menempati habitat tertentu. Padang alang-alang biasanya ditempati oleh bubut alang-alang (Centropus bengalensis), bondol peking (Lonchura punctulata), dan bondol jawa (Lonchura lecogastroides). Cekakak sungai (Todirhampus chloris) teramati di area Gunung Cibodas yang berdekatan dengan Sungai Ciaruteun. Jenis yang ditemukan pada semak-semak adalah gemak loreng (Turnix suscitator), pelanduk topi-hitam (Pellorneum capistratum), pelanduk semak (Malacocincla sepiarium), cinenen pisang (Orthotomus sutorius), dan cinenen jawa (Orthotomus sepium). Jenis burung famili apodidae yang bersarang di dalam goa adalah walet sarang-putih (Aerodramus fuciphagus) dan walet linchi (Collocalia linchi), sedangkan kapinis rumah (Apus affinis) diduga bersarang di celah-celah tebing batu gamping.
0 5 10 15 20 25 30 35 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Jumlah Daftar Jenis Burung
Ju m la h Je n is B u ru n g (a) (b)
Foto oleh: Nanang Khaerulhadi
Gambar 5 Beberapa jenis burung yang ditemukan di Gunung Cibodas (a) Merbah Cerukcuk; (b) Perenjak Jawa.
Hasil survey keragaman jenis burung menunjukan peningkatan jumlah jenis burung dari beberapa kali pengamatan dengan pengulangan dan tempat yang berbeda. Pertambahan jumlah jenis burung bisa dilihat pada grafik berikut (Gambar 6).
Gambar 6 Grafik pertambahan jenis burung.
Grafik pertambahan jenis mulai naik dan cenderung tetap sampai dengan daftar jenis ke-7 dengan jumlah 15 jenis burung, namun grafik cenderung naik dari daftar jenis ke-8 sampai dengan daftar ke-15 dengan jumlah 12 jenis sehingga pada daftar ke-15 tercatat sebanyak 27 jenis burung. Hal ini terjadi karena pada daftar ke-8 sampai ke-15 pengamatan dilakukan di jalur yang berbeda. Daftar jenis ke-16 sampai dengan daftar jenis ke-24 merupakan pengulangan pengamatan di kedua jalur tersebut dan menghasilkan pertambahan sebanyak tiga jenis yaitu 2
jenis pada daftar ke-19 dan satu jenis pada daftar ke-21. Pada daftar ke-21 sampai dengan daftar ke-24 tidak ditemukan pertambahan jenis. Hal ini diduga karena jenis burung lainnya berada pada area yang tidak teramati, sehingga peluang untuk menemukan jenis burung lain masih sangat besar terutama di daerah yang tidak terjangkau pada saat penelitian dilaksanakan. Jenis burung lain yang ditemukan adalah dua jenis burung nocturnal yaitu celepuk reban (Otus lempiji) dan serak jawa (Tyto alba) serta lima jenis lain yaitu elang hitam (Ictinaetus malayensis), kowak-malam kelabu (Nycticorax nycticorax), ayam-hutan hijau (Gallus varius), raja-udang meninting (Alcedo meninting), dan kareo padi (Amaurornis phoenicurus). Beberapa jenis tersebut ditemukan saat mengamati herpetofauna.
2. Mamalia
Pengamatan mamalia dilakukan dengan metode observasi secara langsung. Pengamatan dilakukan di empat jalur yang berbeda. Jalur tersebut dipilih berdasarkan kemudahan untuk menjangkau dan hasil survey sebelumnya ditemukan mamalia. Jalur pengamatan ditentukan berdasarkan hasil survey yang diduga merupakan jalur lintasan atau areal jelajah dimana terdapat tanda-tanda keberadaan mamalia. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, jenis mamalia yang ditemukan adalah 5 jenis. Pengamaatan yang dilakukan mengalami keterbatasan peralatan dan kendala berupa topografi Gunung Cibodas yang relatif sulit dijangkau, sehingga masih memungkinkan untuk menemukan jenis mamalia lainnya. Jenis mamalia yang ditemukan disajikan pada tabel berikut (Tabel 3). Tabel 3 Jenis mamalia yang teramati di Gunung Cibodas
No. Nama Jenis Nama Latin Famili
1 Garangan Herpestes javanicus Herpestidae
2 Musang Paradoxurus hermaphrodites Viverridae
3 Monyet ekor panjang Macaca fascicularis Cercopithecidae
4 Kelelawar Cynopterus sp. Pteropodidae
5 Bajing Callosciurus sp. Sciuridae
Jenis mamalia yang paling sering di jumpai adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang tercatat di semua jalur pengamatan. Musang (Paradoxurus hermaphroditus) ditemukan secara langsung di atas pohon dibagian tengah Gunung Cibodas. Musang juga teramati secara tidak langsung dari kotoran
pada jalan setapak di bagian barat Gunung Cibodas. Garangan (Herpestes javanicus) ditemukan secara langsung di bagian timur dan barat Gunung Cibodas. Garangan terlihat berjalan melewati jalan setapak masuk ke semak-semak. Jenis mamalia yang diduga memiliki kelimpahan tinggi adalah kelelawar. Kelelawar yang teridentifikasi adalah kelelawar pemakan buah (Cynopterus sp.), dan diduga terdapat lebih dari satu jenis kelelawar di Gunung Cibodas. Spesimen yang diperoleh hanya mampu diidentifikasi sampai dengan genus. Jenis mamalia lain yang ditemukan adalah bajing (Callosciurus sp.). Bajing ditemukan di sisi selatan gunung bagian barat saat berjalan melewati dahan pohon. Bajing dikenali melalui bentuk ekor yang terlihat menyerupai sikat.
(a) (b)
Gambar 7 Mamalia yang ditemukan di Gunung Cibodas (a) Kelelawar; (b) Monyet ekor panjang.
3. Herpetofauna
Pengamatan herpetofauna dilakukan di empat lokasi yang dipilih berdasarkan kemungkinan ditemukan satwa tersebut. Lokasi pengamatan berupa celah bebatuan dan kolam kecil dari bebatuan yang menampung air hujan, mata air dan aliran sungai kecil yang tenang, lahan basah, serta lahan pertanian dan perkebunan masyarakat. Celah-celah bebatuan yang diamati berada di area tebing yang dimanfaatkan untuk kegiatan panjat tebing. Kolam-kolam kecil yang diamati adalah kubangan yang terbentuk akibat penggalian tanah di area penambangan batu gamping. Air pada kolam tersebut akan bertambah jika hujan turun. Mata air Cipanas merupakan sumber air yang mengalir menuju Sungai Cikarang dan berujung pada muara Sungai Cisadane. Areal pertanian terdapat di lereng Gunung Cibodas, sedangkan lahan basah adalah lokasi yang dimanfaatkan oleh penduduk untuk menggembala dan berkubang hewan ternak.
Jenis herpetofauna yang ditemukan di Gunung Cibodas dan sekitarnya adalah 20 jenis dari 12 famili. Total waktu pengamatan sekitar 19 jam yang dilakukan pada waktu malam, pagi, dan siang hari. Adapun jenis-jenis herpetofauna yang ditemukan disajikan pada tabel berikut (Tabel 4).
Tabel 4 Daftar jenis herpetofauna yang ditemukan di Gunung Cibodas dan sekitarnya
No. Nama Indonesia Nama Jenis Famili
1 Bangkong sungai Bufo asper Bufonidae
2 Bangkong kolong Bufo melanostictus Bufonidae
3 Bangkong hutan Bufo biporcatus Bufonidae
4 Percil jawa Microhyla achatina Microhylidae
5 Kongkang kolam Rana chalconota Ranidae
6 Kongkang jangkrik Rana nicobariensis Ranidae
7 Katak sawah Fejervarya cancrivora Ranidae
8 Katak tegalan Fejervarya limnocharis Ranidae 9 Bancet rawa sumatera Occidozyga sumatrana Dicroglosidae 10 Katak pohon bergaris Polypedates leucomystax Rhacophoridae 11 Cecak batu Cyrtodactylus cf. fumosus Gekkonidae 12 Cecak kayu Hemidactylus frenatus Gekkonidae
13 Tokek rumah Gekko gecko Gekkonidae
14 Kadal kebun Mabuya multifasciata Scincidae
15 Cicak terbang Draco vollans Agamidae
16 Bunglon Bronchocela jubata Agamidae
17 Ular hijau ekor merah Trimeresurus albolabris Viperidae 18 Ular tanah Calloselasma rhodostoma Viperidae
19 Ular pucuk Ahaetulla prasina Colubridae
20 Ular lidah api Dendrelaphis pictus Colubridae
Jenis herpetofauna yang sering dijumpai adalah katak tegalan (Fejervarya limnocharis) dan hampir dijumpai diseluruh lokasi pengamatan. Katak ini dijumpai pada areal yang berair, tegalan, jalan setapak dan lahan terbuka. Katak sawah (Fejervarya cancrivora) hanya ditemukan di areal yang berair. Bancet rawa sumatera (Occidozyga sumatrana) hanya ditemukan di genangan air, sedangkan kongkang kolam (Rana chalconota) dan katak pohon bergaris (Polypedates leucomystax) ditemukan disekitar aliran sungai dan genangan air hujan yang tertampung pada cekukan batu. Kongkang kolam dijumpai di sekitar genangan air dan ada pula yang di dasar genangan air. Katak pohon bergaris menempel pada
bebatuan di atas genangan, bertengger di ranting tumbuhan rimbun di sekitar kolam air, dan dijumpai pula di daratan dekat sumber air. Dua spesies lainnya yaitu kongkang jangkrik (Rana nicobariensis) dan percil jawa (Microhyla achatina ) ditemukan diantara rerumputan. Kongkang jangkrik berada di daratan yang tersembunyi di sekitar genangan air, sedangkan percil jawa tersembunyi diantara rerumputan dan serasah di tepi kolam dan aliran air.
Kelompok Bufonidae yang ditemukan adalah bangkong sungai (Bufo asper), bangkong kolong (Bufo melanostictus), dan bangkong hutan (Bufo biporcatus). Tiga jenis ini lebih sering dijumpai di daerah kering atau di sekitar genangan air yang relatif dangkal. Bangkong sungai hanya ditemukan satu individu di sekitar genangan air pada lahan pertanian. Bangkong kolong ditemukan di tegalan yang kering dan sekitar area pertanian masyarakat, sedangkan bangkong hutan ditemukan di areal yang becek di sekitar lahan pertanian.
(a) (b)
Gambar 8 Beberapa jenis katak yang ditemukan di Gunung Cibodas (a) Rana chalconota (b) Fejervarya limnocharis.
Jumlah reptil yang ditemui selama pengamatan adalah sebanyak 10 jenis. Famili geckonidae yang ditemukan adalah cicak kayu (Hemidactylus frenatus), cicak batu (Cyrtodactylus cf. fumosus), dan tokek rumah (Gekko gecko). Cicak kayu teramati berjalan pada batang tumbuhan dan sering terdengar suaranya. Suara lain yang sering terdengar adalah suara tokek rumah yang terdengar dari punggungan Gunung Cibodas. Berdasarkan informasi yang diperoleh, tokek rumah bersarang dicelah batu pada dinding goa dan tebing karst, sementara cicak batu ditemukan menempel pada dinding bebatuan.
Herpetofauna lain yang teramati adalah bunglon (Bronchocela jubata), kadal kebun (Mabuya multifasciata), dan cicak terbang (Draco vollans).Bunglon teramati ketika berburu serangga di ranting tumbuhan dan cicak terbang teramati sedang berjalan naik pada batang pohon. Kadal kebun ditemukan sebanyak 11 individu di dua lokasi berbeda. Lokasi ditemukannya kadal kebun adalah areal sekitar pertambangan dan di sekitar tebing di bagian barat Gunung Cibodas.
(a) (b)
Foto oleh: Wibowo A. Djatmiko
Gambar 9 Tokek rumah dan kelompok telur pada celah tebing batu gamping (a) Tokek (Gekko gecko); (b) Kelompok telur.
Kelompok reptil lain yang ditemukan adalah ular. Jumlah jenis ular yang ditemukan adalah sebanyak 4 jenis. Keempat jenis ular ditemukan di areal yang dipenuhi oleh semak belukar. Ular hijau (Trimeresurus albolabris)ditemukan dua kali di dua lokasi berbeda. Ular pertama teramati ketika sedang beristirahat pada ranting tumbuhan di sekitar mulut goa pada pagi hari. sedangkan individu lainnya teramati ketika sedang berburu katak diatas kolam kecil. Hal ini serupa dengan ular tanah (Calloselasma rhodostoma) yang ditemukan di semak-semak sekitar areal pertambangan batu gamping. Ular ini terlihat samar diantara dedaunan dan ranting tumbuhan kering. Ular lain yang ditemukan di sekitar areal penambangan adalah ular lidah api (Dendrelapis pictus) yang teramati pada cabang bambu, sementara ular pucuk (Ahaetulla prasina) teramati sedang bergerak dari ranting tumbuhan melewati jalan setapak. Ular pucuk ditemukan sebanyak dua kali pada waktu yang berbeda. Ular ini terkadang sulit dibedakan dengan ranting tumbuhan dan memiliki warna hijau yang tersamarkan ketika berada pada semak belukar yang lebat.
(a) (b) (c)
Gambar 10 Ular yang ditemukan di kawasan Gunung Cibodas (a) T. Albolabris; (b) D. Pictus; (c) C. Rhodostoma.
5.1.2 Potensi unsur fisik
a. Goa
Goa adalah suatu ruang bawah tanah yang bisa dimasuki oleh manusia dan terbentuk secara alami (Internationale Union de Speleologie, IUS 1965 diacu dalam Haryono 2008). Goa dapat ditemukan mulai dari gunung sampai ke tepi laut. Saat ini pengelolaan goa di Gunung Cibodas sudah tidak dilakukan karena hasil panenan sarang burung walet mengalami penurunan. Penurunan jumlah panenan sarang burung walet di Gunung Cibodas terjadi akibat pola pemanenan yang tidak memperhitungkan siklus regenerasi burung tersebut. Habitat walet terganggu oleh kegiatan pengambilan batu gamping di lokasi yang berdekatan dengan goa-goa di Gunung Cibodas (Noerjito 2006). Hasil survey lapangan yang dilakukan menemukan 15 goa yang merupakan habitat dari kelelawar dan burung walet serta biota goa lainnya. Goa-goa yang ditemukan di Gunung Cibodas merupakan goa dengan lorong vertikal (Gambar 11). Kondisi ini dimungkinkan karena ekosistem karst Gunung Cibodas yang berupa bukit. Kedalaman goa yang ditelusuri berkisar antara 7 meter hingga 200 meter. Keberadaan goa-goa di Gunung Cibodas saat ini hanya diketahui oleh masyarakat setempat dan beberapa kelompok pecinta alam saja, oleh karena itu hanya sedikit pecinta alam yang memanfaatkan goa untuk kegiatan oleh raga minat khusus penelusuran goa (caving). Berdasarkan informasi yang diperoleh, pengambilan batu gamping yang menggunakan bahan peledak mengakibatkan para penelusur goa yang terdahulu memilih lokasi lain untuk melakukan penelusuran goa karena khawatir goa akan runtuh, sehingga para pecinta alam saat ini banyak yang tidak mengetahui
keberadaan goa-goa yang ada di Gunung Cibodas. Goa-goa yang ditemukan pada saat penelitian disajikan pada tabel berikut (Tabel 5).
Tabel 5 Daftar goa yang ditemukan di Gunung Cibodas
No. Nama goa Koordinat Keterangan
1 Sipeso* E 106
041’16,908” S 06033”7,704”
Lorong vertikal 45m, penghasil sarang burung walet
2 Simangir E 106
041’15,144: S 06033’8,820”
Goa vertikal yang dimanfaatkan kelelawarnya
3 Simusola* E 106
041’14,604” S 06033’8,748”
Lorong miring 7m, tetesan air dipakai untuk bersuci
4 Sigajah E 106
041’14,316” S 06033’8,352”
Goa penghasil kelelawar, memiliki ruangan (chamber) yang besar, dan angin keluar di mulut goa
5 Sihejo E 106
041’13,308” S 06033’9,540”
Dinding lorong goa berwarna hijau, lorong vertikal
6 Sinawing* E 106
041’12,840” S 06033’9,324”
Lorong vertikal 40m dengan ruangan (chamber) yang besar dan memiliki banyak pintu masuk
7 Sipanjang* E 106
041’12,156” S 06033’10,044”
Mulut goa memanjang dan lorong horizontal 70m, penghasil sarang burung walet dan pupuk
8 Siwulung* E 106
041’6,972 S 06033’8,784”
Lorong vertikal terdalam hingga 200m, penghasil sarang burung walet. 9 Sigodawang* E 106
041’3,264” S 06033’8,280”
Goa fosil (mati) yang dihuni oleh kelompok kelelawar
10 Sidempet* E 106
041’2,256” S 06033’7,426”
Lorong vertikal berupa celah sempit sepanjang 31m, penghasil sarang burung walet
11 Sibeusi 1* E 106
041’1,860”
S 06033’7,992” Penghasil sarang burung walet 12 Sibeusi 2 E 106
041’0,708”
S 06033’7,992” Penghasil sarang burung walet 13 Siwandra* E 106
040’55,488” S 06033’8,712”
Lorong vertikal lebih dari 100m, salah satu goa penghasil sarang burung walet terbesar
14 Sigadog E 106
040’58,620”
S 06033’8,676” Goa penghasil sarang walet terbesar 15 Sibetot
E 106040’25,704”
S 06033’2,134” Goa vertikal penghasil sarang burung walet
Beberapa goa yang telah ditelusuri adalah goa Sipeso, Simusola, Sinawing, Sipanjang, Siwulung, Sigodawang, Sidempet, Sibeusi 1, dan Siwandra. Goa ini merupakan goa yang memiliki lorong vertikal kecuali goa Sipanjang yang didominasi lorong horizontal. Goa-goa yang ditemukan berada pada lokasi di sekitar punggungan atau bagian tengah Gunung Cibodas sehingga goa-goa tersebut relatif sulit dijangkau karena harus mendaki terlebih dahulu.
(a) (b)
Foto oleh: Lawalata IPB
Gambar 11 Goa dengan lorong vertikal (a) Goa Sinawing; (b) Goa Sigodawang. Kegiatan penelusuran goa yang dilakukan oleh para pecinta alam umumnya adalah kegiatan petualangan atau olah raga minat khusus, namun ada pula kegiatan ilmiah yang berhubungan dengan penelitian goa maupun lingkungan goa atau dikenal dengan kegiatan speleologi. Speleologi merupakan ilmu yang mempelajari lingkungan goa, baik yang mencakup aspek fisik maupun biologis (Moore 1928 diacu dalam Haryono 2008).
(a) (b)
Foto oleh: Lawalata IPB
Gambar 12 Kegiatan penelusuran goa (a) Penelusuran goa vertikal; (b) Menelusuri lorong sempit.
Pecinta alam yang sering berkunjung ke Gunung Cibodas untuk melakukan kegiatan penelusuran goa adalah Lawalata IPB. Penelusuran goa biasanya dilakukan pada akhir pekan ataupun pada hari libur kuliah. Kelompok pecinta alam lain yang berkunjung ke Gunung Cibodas dengan tujuan penelusuran goa adalah pecinta alam yang berasal dari Jakarta. Salah satu anggota Lawalata