• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-nilai Pendidikan Cerkak Majalah Jaya Baya

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 111-136)

Pada dasarnya nilai pendidikan dalam karya sastra yang terdiri dari nilai moral, nilai sosial, nilai budaya, dan nilai religius merupakan sebuah kesatuan. Antara nilai yang satu dengan nilai yang lain memiliki hubungan yang sangat erat. Nilai moral seringkali ditemukan memiliki keterkaitan dengan nilai sosial, nilai budaya, dan nilai religius. Misal nilai moral mengenai sikap hormat terhadap orang tua. Sikap menghormati orang tua dilihat dari sudut pandang nilai sosial berarti mengenai hubungan antara anak dan orang tua. Hubungan antaranak dan orang tua meruapakan suatu hal yang penting, karena baik tidaknya hubungan antara keduanya berdampak pada sikap baik dan buruk atau moral seorang anak. Dari segi nilai budaya, hormat pada orang tua berkaitan dengan unggah-ungguh atau tata krama.Anak yang menghormati orang tuanya berarti memiliki unggah-ungguh yang baik. Kemudian dari segi religius, bersikap hormat pada orang tua adalah hukumnya wajib.

Di dalam cerkak majalah Jaya Bayaedisi Agustus − Oktober 2014 banyak ditemukan nilai pendidikan yang meliputi nilai moral, nilai sosial, nilai budaya, dan nilai religus. Berikut nilai pendidikan yang terdapat dalam

cerkak majalah Jaya Baya: a. Nilai Moral

Nilai moral yang terdapat dalam cerkak majalah Jaya Baya antara lain:

commit to user 1) Berbakti pada orang tua

Sudah sepantasnya seorang anak berbakti pada orang tua. Wujud bakti tersebut dapat berupa lisan maupun tindakan. Nilai moral berbakti pada orang tua dalam cerkak Welingmu tercermin dari tokoh Anis dan Faisal. Secara lisan, keduanya selalu berbicara secara lembut dengan menggunakan bahasa Jawa ragam krama. Hal tersebut tampak dalam kutipan data (294) berikut:

(294) “Nggih Pak,” semaure anak-anakku bebarengan.

„Iya Pak, jawab anak-anak saya secara bersamaan.‟ (W: 50) Selain berbicara secara lembut, Anis dan Faisal juga berperilaku sopan terhadap orang tua. Keduanya selalu patuh dan tidak pernah membantah ketika diperintah. Jawaban “iya” dari tokoh Anis dan Faisal yang sopan dengan menggunakan bahasa Jawa krama sekaligus menunjukkan kepatuhan kedua tokoh atas perintah ayahnya untuk membantu Eyang dan Ibu ketika ditinggal mandi.

Tidak hanya tokoh Anis dan Faisal, Ibu dan Mas Rusli juga merupakan anak yang berbakti pada orang tua. Keduanya begitu memuliakan Eyang. Dengan penuh kesabaran Ibu dan Mas Rusli merawat Eyang yang tengah sakit di rumah sakit.

Sikap berbakti pada orang tua juga terdapat dalam cerkak

Mbah Kakung, yakni terlihat dari sikap Mas Puji yang mau dengan

senang hati menuruti keinginan ayahnya. Hal tersebut tampak dalam kutipan data (295) berikut:

(295) Kekarepane Mbah Kakung kuwi saperangan wis dituruti dening

Mas Puji, putrane mbarep kang setya ngeterke Mbah Kakung tekan ngendi-ngendi.

„Keinginan Mbah Kakung tersebut sebagian sudah dituruti oleh Mas Puji, anak sulung yang setia mengantar Mbak Kakung kemana-mana.‟ (MK: 66)

Tidak hanya cerkak Welingmu dan Mbah Kakung, dalam

cerkak Nglegok juga terdapat nilai moral berbakti pada orang tua.

patuh terhadap kemauan orang tuanya untuk berhenti sekolah apabila sudah kelas lima. Hal tersebut dapat dilihat dalam data (296) berikut: (296) “Inggih, Bu. Nanging...” terus keprungu Sukasih

mingseg-mingseg nangis.

„Iya, Bu. Tetapi... kemudian mendengar Sukasih menangis terisak-isak.‟ (N: 88-89)

Tetapi karena Sukasih ingin mewujudkan cita-citanya, maka Sukasih membujuk dan memberi pengertian pada orang tuanya secara halus, sehingga orang tuanya pun memberi ijin dan merestui niat anaknya tersebut.

2) Patuh dan menghormati suami

Surga seorang anak terletak pada orang tua, sedangkan surga seorang istri terletak pada suami. Istri wajib patuh terhadap perintah suami, dengan catatan perintah tersebut merupakan perintah yang positif. Kata menghormati memiliki makna memuliakan. Menghormati suami berarti memuliakan suami atau memperlakukan suami secara baik.

Nilai moral patuh dan menghormati suami terdapat dalam

cerkak Welingmu yakni dapat dilihat dari sikap tokoh Ibu terhadap

Mas Rusli. Tokoh Ibu selalu menggunakan bahasa Jawa ragam krama ketika berbicara dengan Mas Rusli. Hal tersebut merupakan wujud rasa hormat.

Kemudian kepatuhan Ibu pada suaminya terlihat dari kutipan Mas Rusli yang melarang Ibu menggunakan uang kuliah Anis untuk biaya perawatan Eyang, dan Ibu pun bersikap patuh dengan tidak menggunakan uang tersebut untuk biaya rumah sakit. Hal tersebut tampak dalam kutipan data (297) dan data (298) berikut:

(297) “Aja, seminggu iku mung sedhilit, arep golek dhuwit ana

ngendi?”

„Jangan, satu minggu itu hanya sebentar, mau mencari uang dimana?‟ (W: 80)

commit to user

„Lalu, harus bagaimana? kata saya sambil menangis, kemudian memeluk Mas Rusli.‟ (W: 81-82)

Nilai moral patuh dan menghormati suami juga terdapat dalam cerkak Telulasan, yakni tokoh Bu Lastri yang tidak pernah menuntut gaji pada suami. Bu Lastri sekadar menerima apabila diberi. Ketika diberi uang oleh suami pun, Bu Lastri menggunakannya untuk membeli kebutuhan rumah tangga dan tidak lupa membelikan rokok kesukaan suaminya. Hal tersebut tampak dalam data (299) berikut: (299) Kejaba aku arep nyaur utang, aku uga arep blanja kebutuhan

ngomah. Neng ati rasane seneng banget, nalika tuku rokok senengane bojoku, sanadyan sing dakenggo tuku ya dhuwit asile nyambut gawebojoku.

„Selain saya ingin membayar hutang, saya juga akan membeli kebutuhan rumah. Di hati rasanya senang sekali ketika membeli rokok kesukaan suami saya, meski uang saya pakai untuk membeli merupakan uang hasil bekerja suami saya.‟ (T: 145-146)

Di dalam cerkak Oncating Cahya juga terdapat nilai moral patuh dan menghormati suami. Hal tersebut dapat dilihat dari perilaku tokoh Mayang yang mengurungkan niat untuk menjual perhiasannya ketika pengarang melarangnya, seperti pada data (300) berikut:

(300) Apa kang dakkarepake iku wekasane dituruti dening sisihanku.

Dheweke gelem nyimpen emas-emasan warisan kuwi.

„Apa yang saya kehendaki akhirnya dituruti oleh istri saya. Dia mau menyimpan perhiasan warisan itu.‟ (OC: 63-64)

3) Tanggung jawab terhadap pekerjaan

Bekerja sama halnya dengan beribadah. Orang yang bekerja secara ikhlas dengan niat beribadah maka orang tersebut akan mendapat pahala. Seringkali kita temui orang yang melakukan pekerjaan hanya semaunya saja tetapi menginginkan gaji yang banyak. Hal tersebut merupakan bentuk tidak tanggung jawab terhadap pekerjaan. Hal tersebut bisa dikatakan curang, karena kita mengambil sesuatu yang bukan hak kita.

Nilai moral tanggung jawab terhadap pekerjaan dapat dilihat dari sikap Ibu dan Mas Rusli dalam cerkak Welingmu. Sebagai

seorang guru, Ibu tetap melaksanakan kewajibannya dengan baik, yakni mengajar meski ibunya tengah sakit. Sementara ia mengajar maka yang menjaga Eyang adalah suaminya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan data (301) berikut:

(301) Wis ana seminggu Ibu ana rumah sakit, dadi bojoku nunggoni

ana kana, durung tau bali.

„Sudah ada satu minggu Ibu di rumah sakit, jadi suami saya menjaga disana, belum pernah pulang.‟ (W: 38)

Hal tersebut dilakukan secara bergantian. Suatu ketika Ibu yang menjaga Eyang di rumah sakit, maka Mas Rusli yang bekerja. Keduanya juga tidak lupa ijin ketika tidak masuk kerja, seperti pada kutipan data (302) berikut:

(302) Dina iki aku ngganteni Mas Rusli nunggoni Ibu ing rumah sakit. „Hari ini saya menggantikan Mas Rusli menjaga Ibu di rumah sakit.‟ (W: 106)

Nilai moral tanggung jawab terhadap pekerjaan juga terdapat dalam cerkak Mbah Kakung. Hal tersebut dapat dilihat dari perilaku Mbah Kakung yang tetap berangkat rapat di kantor PWRI meski beliau sedang tidak enak badan, seperti pada data (303) berikut:

(303) Mbah Kakung wis siyaga nekani rapat rutin ing kantor PWRI.

Senadyan rasane awak rada ora kepenak, Mbah Kakung tetep budhal.

„Mbah Kakung sudah siap menghadiri rapat rutin di kantor PWRI. Meskipun badan terasa tidak enak, Mbah Kakung tetap berangkat.‟ (MK: 77-78)

Tidak hanya dalam cerkak Welingmu dan Mbah Kakung, dalam cerkak Oncating Cahya juga terdapat nilai moral tanggung jawab terhadap pekerjaan. Hal tersebut dapat dilihat dari tokoh pengarang yang merasa tidak betah berada di desa tanpa aliran listrik, tetapi ia tetap melaksanakan tugas dengan baik, seperti pada kutipan data (304) berikut:

(304) Nanging kegawa kewajiban sing kudu daktindakake wekasane

aku nyoba mbiasakake dhiri saengga suwene-suwe aku seneng marang desa iki.

commit to user

„Tetapi karena kewajiban yang harus saya laksanakan akhirnya saya mencoba membiasakan diri sehingga lambat laun saya senang dengan desa ini.‟ (OC: 18)

4) Menjaga diri

Seseorang harus mampu menjaga diri, terutama perempuan. Nilai moral menjaga diri terdapat dalam cerkak Welingmu yakni nasihat Eyang pada cucu perempuannya yang bernama Anis. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan data (305) berikut:

(305) “Nis, welinge Eyang, yen dadi cah ayu iku kudune kaya

kembang mawar kae,” ngendikane Ibu nalika liwat toko kembang lan nuduhi kembang mawar kang apik rupane. (W: 127)

„Nis, pesan Eyang, kalau menjadi perempuan cantik itu harus seperti bunga mawar itu, kata Ibu ketika melewati toko bungan dan menunjukkan bunga mawar yang warnanya indah.‟

Bunga mawar merupakan bunga yang memiliki banyak duri tajam pada tangkainya. Hanya orang yang berhati-hati yang mampu mendapatkan bunga mawar tersebut. Perempuan harus mampu menjaga diri, sehingga hanya laki-laki yang sungguh-sungguh dan sangat berhati-hati yang dapat mendapatkan perempuan tersebut. 5) Melaksanakan amanah dengan baik

Amanah atau wasiat merupakan pesan terakhir yang disampaikan oleh orang yang hampir meninggal. Orang yang diberi amanah harus mampu menjaga atau melaksanakan amanah secara baik sebagai bentuk penghormatan. Nilai moral melaksanakan amanah dengan baik terdapat dalam cerkak Welingmu yakni tokoh Ibu yang mendapat nasihat dari Eyang untuk menjadi orang yang seperti rumput. Maksud dari pesan untuk menjadi seprti rumput tersebut adalah tidak bergantung pada orang lain dan hanya menggantungkan diri pada Allah semata. Setelah memahami maksud dari nasihat tersebut, tokoh Ibu pun melaksanakan nasihat tersebut secara baik, yakni dengan hidup yang hanya bergantung pada Allah. Hal tersebut tampak dalam kutipan data (306) berikut:

commit to user

(306) Aku ora bakal lali karo welinge Ibu supaya dadi kaya suket.

Bisa urip ora gumantung wong liya, mung gumantung marang Gusti Allah.

„Saya tidak akan lupa dengan pesan Ibu supaya menjadi seperti rumput. Bisa hidup tidak bergantung orang lain, hanya bergantung pada Allah.‟ (W: 171-172)

Nilai moral melaksanakan amanah dengan baik juga terdapat dalam cerkak Mbah Kakung oleh tokoh Mbah Suhanti, istri Mbah Kakung, seperti pada kutipan data (307) berikut:

(307) Dina-dina teruse, Mbah Putri ya Mbah Suhanti isih kudu

nindakake kabeh kersane Mbah Kakung. Awit Mbah Kakung

pranyata wis mantha-mantha koleksi bukune supaya

diwenehake marang wong-wong kang tinulis ing saben bendhel buku.

„Hari-hari selanjutnya, Mbah Putri ya Mbah Suhanti masih harus melaksanakan semua kemauan Mbah Kakung. Karena Mbah Kakung ternyata sudah memilah-milah koleksi bukunya untuk diberikan pada orang-orang yang sudah tertulis di tiap bendel buku.‟ (MK: 128-129)

6) Meminta maaf

Meminta maaf adalah salah satu perilaku terpuji. Tidak semua orang mau memulai meminta maaf. Orang yang tidak mau minta maaf biasanya karena merasa tidak bersalah atau menjaga gengsi. Hal tersebut sebenarnya tidak perlu. Kalau dengan meminta maaf bisa menjadikan hubungan dengan orang lain membaik, mengapa tidak. Toh perselisihan yang sudah lebih dari tiga hari, amalnya tidak akan diterima oleh Allah.

Nilai moral meminta maaf dapat dilihat dari sikap yang dilakukan oleh Mbak Tari dalam cerkak Sarwa Sujana. Ia meminta maaf pada para tetangga karena belum bisa bersilaturahmi. karena adanya tuntutan pekerjaan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan data (308) berikut:

(308) Ing dalem kesempatan mau Mbak Tari uga nambahi ngomong

menawa dheweke nyuwun sepura dene ora nate dolan-dolan menyang tangga.

commit to user 7) Sabar

Orang yang sabar akan selalu disayang oleh Allah. Begitulah janji Allah bagi orang-orang yang mau bersabar. Bentuk kesabaran terdapat dalam cerkak Telulasan, terlihat dari tokoh Bu Lastri yang tidak marah setiap kali Mbak Darsini yang menghina suaminya, seperti pada kutipan data (309) berikut:

(309) Ning aku api-api ora krasa apa-apa, nadyan mbokmenawa

raiku katon mbrabak.

„Tetapi saya pura-pura tidak merasa apa-apa, meski mungkin wajah saya terlihat tersinggung.‟ (T: 45)

8) Menjadi imam yang bertanggung jawab

Imam adalah pemimpin, begitu pula imam dalam keluarga, maka harus menjadi pemimpin yang baik bagi keluarganya. Menuntun serta mengarahkan keluarganya ke jalan kebaikan. Seorang pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang telah dipimpinnya. Tokoh suami Bu Lastri dalam cerkak Telulasan merupakan imam yang bertanggung jawab, dia memberikan gajinya kepada istri agar dikelola.untuk kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut tampak dalam kutipan data (310) berikut:

(310) Awan kuwi, aku diwenehi dhuwit bojoku. Ujare, gaji ka13, wis

ditampakake.

„Siang itu, saya diberi uang oleh suami saya. Katanya, gaji ketiga belas sudah diberikan.‟ (T: 137-138)

9) Bijaksana

Nilai moral bijaksana terdapat dalam cerkak Mbah Kakung, yakni dapat dilihat dari sikap tokoh Mbah Kakung yang selalu berkata bahwa apapun yang terjadi hanya karena kehendak Allah, bukan karena dirinya. Beliau hanya menerapkan ilmu yang dititipkan oleh Allah kepadanya untuk membantu sesama. Hal tersebut tampak dalam kutipan data (311) berikut:

(311) “Kabeh dina kuwi becik anane. Aja padha kesrimpet ing tali

lawas kang pancen wis ora pantes dienggo, nanging uga kudu nganggo petung sing mening. Ora sakarepe dhewe. Kabeh wektu kudu dijumbuhake karo kahanan kang nembe lumaku.

Akeh wewaler kang kudu tansah digatekke, nanging ora ateges wewaler mau kudu dilakoni tanpa weweka. Kabeh kena disranani kanthi ati lan pikiran kang wening. Carane yakuwi kanthi ngrungokake swarane ati nurani, awit ya ing kono swarane sing Akarya Jagad keparungu cetha,” mangkono ngendikane Mbah Kakung saben ana wong kang mara njaluk pituduh.

„Semua hari itu baik. Jangan sampai terjerat tali lama yang memang sudah tidak pantas digunakan, tetapi juga harus menggunakan hitungan yang pasti. Tidak sesuka hatinya saja. Semua waktu harus disesuaikan dengan keadaan yang sedang berjalan. Banyak halangan yang harus selalu diperhatikan, tetapi bukan berarti halangan tadi harus dijalani tanpa usaha. Semua bisa diatasi dengan hati dan fikiran yang jernih. Caranya yaitu dengan mendengarkan swra hati nurani, karena memang di situlah suara Tuhan Pencipta Alam terdengar jelas, begitu kata Mbah Kakung setiap ada orang yang datang meminta petunjuk.‟ (MK: 26-33)

Perilaku bijaksana juga terlihat dalam cerkak Nglegok, Sukasih menolak permintaan Bu Retno secara lembut dan lebih memilih menjadi guru di Nglegok agar bisa menjadi contoh serta teladan. Sukasih merasa bahwa SD di Nglegok lebih membutuhkan dirinya dibanding SD yang dipimpin Bu Retno, seperti terlihat dalam kutipan data (312) berikut:

(312) Nanging Kasih nyuwun ngapura, merga kepengin mapan ana

desane dhewe, desa Nglegok supaya kena kanggo conto, minangka tepa-tuladha menawa senajan wedok, ora kudu dadi tandhak utawa tledhek sing ana sing mung kanggo dolanan wong lanang wae.

„Namun Kasih minta maaf, karena ingin ditempatkan di desanya sendiri, desa Nglegok agar dapat menjadi contoh, sebagai teladan yang baik bahwa meski perempuan, tidak harus menjadi penari yang hanya untuk mainan bagi para laki-laki saja.‟ (N: 135)

10) Sederhana

Sederhana adalah bersikap atau berperilaku secara apa adanya. Bentuk kesederhanaan dapat dilihat dari Mbah Kakung yang mengadakan syukuran kecil-kecilan secara sederhana. Tidak berlaku boros dan menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang kurang

commit to user

penting. Dalam sebuah syukuran yang terpenting bukanlah bentuk acaranya, tetapi maksud dan tujuan dari diadakannya acara tersebut. Adapun bentuk perilaku sederhana dapat dilihat dalam data (313) berikut:

(313) Syukuran kuwi diadani kanthi prasaja.

„Syukuran itu diadakan dengan sederhana.‟ (MK: 35) 11) Pantang menyerah

Allah tidak suka dengan orang-orang yang berputus asa, karena setiap masalah pasti ada jalan keluar. Tergantung bagaimana orang tersebut menyikapi masalah yang tengah dihadapi dan seberapa kesungguhan yang dimilikinya. Sukasih paham akan masalah yang dihadapinya, oleh karena itu dengan segala tekad kesungguhan, ia pun pantang menyerah berusaha untuk menggapai cita-cita. Ketika teman-teman sebayanya putus sekolah dan menikah. Sukasih tetap berjuang meneruskan sekolah dan menuntut ilmu. Suatu hasil tidak akan megkhianati proses, begitu pula dengan yang terjadi pada Sukasih. Melalui proses yang panjang, akhirnya ia pun berhasil menjadi seorang guru, seprti yang dicita-citakan selama ini, seperti pada kutipan data (314) berikut:

(314) “Inggih Bu, niki kula Sukasih... Kula sakniki sampun kasil

dados guru, Bu.”

„Iya Bu, ini saya Sukasih... Saya sekarang sudah berhasil menjadi guru, Bu.‟ (N: 130-131)

12) Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi

Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi terlihat dari perilaku pengarang dan istrinya. Mereka rela menjual sepeda motor untuk bisa memasang listrik agar perpustakaannya terang dan semakin banyak warga yang datang. Hal tersebut tampak dalam kutipan data (315) berikut:

(315) Lan kanggo gantine sepedha motorku dakdol kanggo ijol

masang listrik ing omahku.

„Dan sebagai gantinya sepeda motor saya jual untuk bisa memasang listrik di rumah saya.‟ (OC: 65)

13) Tulus ikhlas

Ikhlas adalah memberi atau melakukan sesuatu tanpa pamrih dan hanya mengharap ridha Allah. Perilaku ikhlas terlihat dari sikap pengarang yang tidak menarik biaya sepeserpun pada warga yang membaca atau meminjam buku diperpustakaannya. Dengan melihat perpustakaannya ramai karena warga senang membaca saja, pengarang sudah merasa senang, seperti pada kutipan data (316) berikut:

(316) Kanggo maca buku kang manggon ana ing perpustakaan

pribadiku kuwi aku pancen ora nate narik biaya. Nyawang warga desa gelem maca buku iku wae aku wis seneng banget.

„Untuk membaca buku yang ada di perpustakaan pribadi saya itu saya memang tidak pernah menarik biaya. Melihat warga desa mau membaca buku saja saya sudah merasa sangat senang.‟ (OC: 30-31)

b. Nilai Sosial

Nilai sosial merupakan nilai yang interaksi manusia dengan orang lain dalam masyarakat. Berikut nilai sosial yang terdapat dalam

cerkak majalah Jaya Baya:

1) Saling menghormati dan menghargai

Menghormati yang lebih tua dan menghargai yang lebih muda, begitulah prinsip hidup manusia yang sebenarnya. Dalam interaksinya dengan sesama, manusia hendaklah saling menghormati dan saling menghargai. Dengan saling menghormati dan menghargai, maka akan tercipta hidup yang harmonis.

Nilai sosial saling menghormati dan menghargai dalam

cerkak Welingmu terlihat dari hubungan dan interaksi yang dilakukan

oleh tokoh Ibu dan Mas Rusli. Keduanya selalu bersikap terbuka. Setiap ada masalah, selalu berdiskusi dan mencari jalan keluar bersama. Dalam diskusi tersebut, Ibu dan Mas Rusli sering mengalami perbedaan pendapat. Namun perbedaan pendapat tersebut tidak mengakibatkan keduanya berselisih. Ibu tetap menghormati suaminya

commit to user

dan Mas Rusli tetap menghargai istrinya. Hal tersebut tampak dalam kutipan data (317) berikut:

(317) Ya wis Dhik, awake dhewe golek dalan liya. „Ya sudah Dik, kita mencari jalan lain.‟ (W: 76) 2) Saling memahami

Memahami orang lain merupakan suatu hal yang penting. Dengan memahami orang lain maka kita akan mengerti apa yang tengah dialami oleh orang lain. Setelah mengerti yang dialami orang lain tersebut, maka kita akan mampu menempatkan diri dan mengambil tindakan secara bijak.

Nilai sosial saling memahami terlihat dari perilaku Ibu dan Mas Rusli. Mas Rusli paham tentang istrinya yang masih memiliki banyak tugas dalam pekerjaanya, sehingga ia yang menjaga dan merawat Eyang di rumah sakit. Ibu pun memahami kondisi Mas Rusli yang menjaga Ibunya di rumah sakit, sehingga Ibu selalu membawakan pakaian ganti dan makan untuk Mas Rusli ke rumah sakit. Hal tersebut tampak dalam kutipan data (318) berikut:

(318) Yen salin klambi, ben dinane aku kang nggawakake mrana. „Kalau baju ganti, setiap hari saya yang membawakan kesana.‟ (W: 39)

Sikap saling memahami juga terdapat dalam cerkak

Telulasan, dapat dilihat dari hubungan Bu Lastri dengan suaminya.

Bekerja sebagai tukang kebun sekolah tentu gajinya tidak terlalu banyak, sehingga Bu Lastri tidak pernah menuntut gaji dari suaminya. Ia hanya menerima berapapun uang yang diberikan oleh suaminya, seperti pada kutipan data (319) berikut:

(319) “Nadyan kula niki bojone kebon sekolahan, Yu, kula mboten

ngertos pinten gunggunge bayare bojo kula, Yu! Butuh kula yen disukani, nggih kula tampi, nek boten, nggih nyuwun. Sing baku, kula kalih bojo mboten regejegan.”

„Meski saya ini istrinya tukan kebun sekolaha, Yu, saya tidak

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 111-136)

Dokumen terkait