• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK

C. Pendidikan Karakter

3. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Secara khusus maksud dari pendidikan karakter adalah membentuk karakter positif pada anak, dan berikut adalah nilai karakter menurut kementrian pendidikan nasional.

a. Religius b. Jujur

103

Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,

75 c. Disiplin d. Toleransi e. Kerja keras f. Kreatif g. Demokratis h. Rasa ingin tahu i. Cinta tanah air j. Mandiri k. Semangat kebangsaan l. Gemar membaca m. Menghargai prestasi n. Peduli sosial o. Bersahabat/komunikatif p. Cinta damai q. Peduli lingkungan r. Tanggung jawab.104

Abstraksi pemikiran Jenderal Soedirman tentang karater bangsa tertuang dalam 9 nilai fundamental bagi pembangunan karakter khas Indonesiaan, sebagai catatan penting membangun masa depan Indonesia yang berkarakter kuat sesuai kepribadian bangsa. Antara lain:

a. Religious (Ikhlas dan jujur) b. Disiplin

104

Anas Salahudin & Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama & Budaya Bangsa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 54-56.

76 c. Istiqamah

d. Tidak mudah menyerah e. Loyalitas

f. Profesional g. Amanah h. Cinta tanah air

i. Bertanggung jawab.105

Ratna megawangi pencetus pendidikan karakter di Indonesia menuyusun 9 pilar karakter mulia yang selayaknya dapat dijadikan acuan dalam pendidikan karakter, antara lain:

a. Cinta Allah dan kebenaran

b. Tanggung jawab, disiplin dan mandiri. c. Hormat dan satun

d. Jujur

e. Kasih sayang, peduli, dan kerja sama.

f. Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah. g. Toleran dan cinta damai

h. Baik dan rendah hati

i. Adil dan berjiwa kepemimpinan.106

Berdasarkan sumbernya karakter berasal dari nilai luhur universal, antara lain:

105

Asren Nasution, Membangun Karater Bangsa Bercermin dari Sosok Jenderal Besar Soedirman, (Jakarta: Prenada, 2012), hlm. 134.

106

Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter: Solusi Tepat untuk Membangun Bangsa,

77 a. Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya.

b. Kejujuran/amanah, diplomatis.

c. Dermawan, suka menolong dan gotong royong/kerjasama. d. Percaya diri dan pekerja keras.

e. Kemandirian dan tanggung jawab. f. Kepemimpinan dan keadilan. g. Hormat dan santun.

h. Karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan. i. Baik dan rendah hati.107

Nilai-nilai pendidikan karakter dan asal karakter yang diambil dari nilai luhur tersebut tidak akan ada artinya bila hanya menjadi tanggung jawab guru semata, dalam hal menanamkan kepada siswa membutuhkan bantuan dari seluruh elemen yang ada disekolah. Pendidikan karakter tidak banyak membutuhkan banyak biaya, yang dibutuhkan adalah komitmen, konsekuen, dan konsisten dari semua pemangku kepentingan. Masyarakat sekolah yang memiliki semangat dan tanggung jawab yang besar akan dapat mewujudkan apa yang menjadi cita-cita pendidikan karakter.

Berdasarkan beberapa nilai karakter yang dikembangkan, beberapa tokoh pendidikan karakter merangkumnya menjadi 9 pilar, yaitu:

a. Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya (love Allah, trust, reverence, loyalty).

107

78 b. Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian (responsibility,

excellence, self reliance, discipline, orderliness) c. Hormat dan santun (respect, courtesy, obedience)

d. Kejujuran/amanah dan arif (trustworthines, honesty, and tactful).

e. Percaya diri, kreatif dan pekerja keras (confidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage, determination, enthusiasm)

f. Dermawan, suka menolong dan gotongroyong/kerjasama (love, compass-sion, caring, empathy, generousity, moderation, cooperation) g. Baik dan rendah hati (kindness, friendliness, humility, modesty)

h. Toleransi, kedamaian dan kesatuan (tolerance, flexibility, peacefulness, unity).

i. Kepemimpinan dan keadilan (justice, fairness, mercy, leadership) Ary Ginanjar Agustian juga meringkas nilai pendidikan karakter dengan menggunakan teori ESQ menyuguhkan pemikiran bahwa setiap karakter positif sesungguhnya merujuk pada sifat-sifat mulia Allah (Asma al-Husna) ). Nilai pendidikan karakter tersebut terangkum menjadi 7 pilar, yaitu: a. Tanggung jawab b. Jujur c. Disiplin d. Visioner e. Adil

79 f. Peduli

g. Kerja sama.108

Bentuk lain yang harusnya diajarkan disekolah adalah tentang toleransi terhadap sesama teman, disiplin diri, belajar menghargai dan menghormati pendapat teman, mampu menyemangati diri sendiri ketika mengalami perasaan yang tidak mengenakkan. Sebab penanganan pada diri sendiri jauh lebih sulit dan membutuhkan kebiasaan yang dilakukan secara continue, harusnya terlebih dahulu anak diajarkan untuk dapat memahami dirinya sendiri. Jika ingin diperlakukan baik terhadap orang lain, maka harus memperlakukan orang lain dan diri sendiri dengan baik terlebi dahulu. Adapun komponen-komponen karakter yang baik adalah:

Pengetahuan Moral: Kesadaran moral, Mengetahui nilai-nilai moral, Pengambilan perspektif, Penalaran moral, Pengambilan keputusan, Pengetahuan diri. Perasaan moral: Hati nurani, Penghargaan diri, Empati, Menyukai kebaikan, Kontrol diri, Kerendahan hati. Aksi Moral: Kompetensi, Kemauan, Kebiasaan.109

Anak panah yang menghubungkan setiap domain karakter dengan dua domain lainnya berarti memperkuat hubungan diantara domain-domain tersebut. Pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral tidak terpisahkan namun saling mempengaruhi dengan beragam cara. Penanggung jawab pendidikan anak adalah keluarga, sekolah, dan

108

Ary Ginanjar Agustian, Bangkit Dengan 7 Budi Utama, (Jakarta: Arga Tilanta, 2010), hlm. 16.

109

Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik, (Bandung: Nusa Media, 2013), hlm. 74.

80 masyarakat. Namun fenomena yang berkembang dimasyarakat, orang tua cenderung menjadikan sekolah sebagai bengkel. Namun pada hakikatnya anak lebih membutuhkan pendidikan dan kasih sayang yang utama dari orang tua, sekolah memang menyediakan pendidikan yang baik bagi anak namun tanpa peran orang tua pendidikan karakter dan pembentukan insan kamil tidak akan berjalan dengan baik.

Dalam konsep nasional, pendidikan karakter sebagai berikut:110

Konsep nasional ini bersifat plural, umum, tidak membeda-bedakan golongan dengan yang lain. Siapa pun dan dari golongan manapun memiliki kewajiban untuk terus mengawal pendidikan karakter, baik

disekolah maupun di rumah. Kemendiknas telah merancang “grand

design” pembelajaran pendidikan karakter, itu yang harus jadi acuan.

Acuan yang telah ditetapkan kemendiknas terkait pendidikan karakter adalah pengelompokkan konfigurasi karakter, akni olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah rasa karsa.

Olah hati bermuara pada pengelolaan spiritual, dalam Islam dikenal dengan sifat siddiq yang dimiliki oleh Rasulullah. Dalam pandangan psikologi dikenal dengan spiritual quotion (SQ), bagaimana membangun hubungan yang baik dengan sang khalik. Olah pikir bermuara pada pengelolaan intelektual, dalam Islam dikenal dengan sifat Fathonah yang dimiliki oleh Rasulullah. Dalam pandangan psikologi dikenal dengan Intellectual Quotion (IQ). Bagaimana membangun kecintaan dengan ilmu

110

Najib Sulhan, Panduan Praktis Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa Sinergi Sekolah dengan Rumah, (Surabaya: Jaring Pena, 2011), hlm. 23.

81 pengetahuan, membentuk manusia menjadi manusia pembelajar. Olah rasa/olah karsa bermuara pada pengelolaan emosi dan kreativitas, dalam Islam dikenal dengan sifat Tabligh yang dimiliki oleh Rasulullah. Dalam pandangan psikologi dikenal dengan Emotional Quotion (EQ), bagaimana membangun hubungan antar manusia dan mengolah daya kreatif menjadi hal yang perlu diata sejak awal. Olah raga bermuara pada pengelolaan fisik, dalam Islam dikenal sifat Amanah yang dimiliki oleh Rasulullah. Dalam pandangan psikologi dikena dengan Adversity Quotion (AQ). Bagaimana manusia bisa menjaga kesehatan sebagai amanah untuk bisa memakmurkan bumi. Tanpa fisik yang kuat, sulit memegang amanah sebagai khalifah dimuka bumi. Selain itu mampu untuk mengubah hambatan menjadi peluang dengan fisik yang kuat.111 Penyelenggaraan pendidikan karakter menjadi satu hal yang multlak dilakukan di jenjang pendidikan manapun, khususnya di jenjang pendidikan dasar.