• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK

B. Pendidikan Karakter di SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Kartasura

Karakter merupakan suatu nilai-nilai sikap atau perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat. Berikut akan dibahas mengenai bagaimana pendidikan karakter di SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Kartasura.

1. Materi

Jika ada pertanyaan “Apakah ada materi atau bahan pelajaran khusus bagi pendidikan karakter?” maka jawabannya adalah: Ada, namun tidak

tegas seperti materi disekolah. Maeri pendidikan karakter disekolah dimuat dan disusun berdasarkan kurikulum 2013 yang telah disempurnakan. Materi yang digunakan dalam implementasi pendidikan karakter dalam mata pelajaran aqidah akhlak adalah yang termuat dalam buku paket aqidah akhlak dan nilai-nilai keIslaman yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, jadi dalam hal ini tidak ada materi khusus yang mengharuskan pendidikan karakter itu dilaksanakan. Namun materi pendidikan itu sendiri berupa pesan, informasi, pengetahuan, dan pengalaman. Semua itu disampaikan guru pada peserta didik menggunakan cara guru masing-masing, dari serangkaian hal itu terangkum dalam kurikulum yaitu kurikulum yang disempurnakan. Berdasar penuturan guru aqidah akhlak Elvandari Pubianti, S.Psi, S.PdI. mengenai materi pendidikan karakter, bahwasanya sama dengan

139 pembahasan diawal yang menerangkan bahwa tidak ada materi khusus untuk pendidikan karakter namun sudah dimuat dalam kurikulum 2013 yang digunakan sekolah.183

Sebisa mungkin sekolah menyajikan pendidikan yang bermutu bagi siswa, seperti managemen pengelolaan waktu, jenis dan macam kegiatan penunjang pembentukan karakter siswa dengan penggunaan dan pemanfaatan urikulum 2013 dengan sebaik mungkin. Ini sesuai dengan cakupan dari rencana kegiatan yang akan dilakukan, rencana tersebut berupa materi pembelajaran, strategi pembelajaran, dan tujuan yang ingin dicapai. Berikut adalah prinsip dari kurikulum pendidikan karakter:

a. Prinsip efisiensi, yaitu baik dalam segi waktu, tenaga, dan biaya. b. Prinsip relevansi, yaitu kesesuaian pendidikan dalam lingkungan hidup

siswa, relevan dengan kehidupan sekarang dan akan datang, relevan dengan tuntutan pekerjaan.

c. Prinsip efektifitas, yaitu baik efektifitas mengajar guru, maupun efektifitas belajar murid.

Prinsip fleksibilitas, yaitu semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak, baik yang berorientasi pada fleksibilitas pemilihan program pendidikan maupun dalam mengembangkan program pembelajaran.184

183

Elvandari Pubianti, S. Psi, S. Pd. I, Wawancara, SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Kartasura-Sukoharjo, Senin, 25-05-2015 Pukul. 09.32 WIB.

184

Zakiah Darajat, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama & Budaya Bangsa,

140 Merujuk pada nilai karakter berdasarkan sistem pendidika nasional yang berjumlah 18, telah mengalami penyempitan menjadi 9 pilar nilai pendidikan karakter. Berdasar abstraksi pemikiran Jenderal Soedirman tentang karater bangsa tertuang dalam 9 nilai fundamental bagi pembangunan karakter khas Indonesia. Berdasarkan pengamatan, berikut adalah karakter siswa kelas 1A antara lain:

a. Religious (Ikhlas dan jujur)

Tingkat religiusitas siswa SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar selama masa penelitian. Terlihat baik, baik dalam artian saat disekolah dan diluar sekolah. Siswa rajin dan tertib saat melaksanakan sholat dhuha dan sholat dzuhur. Bahkan siapa yang jadi imamnya anak-anak berebut, maka dari pada itu guru kelas melakukan sistem gilir jadi semua anak laki-laki dapat merasakan menjadi imam. Selain dilihat berdasar sholatnya, setiap perbuatan anak-anak berlandaskan

Al-Qur’an dan hadits, contohnya: Saat anak-anak makan dan minum mereka duduk dan saling mengigatkan temannya. Mereka diajarkan untuk menjalin hubungan baik dengan Allah, termasuk dalam olah hati bermuara pada pengelolaan spiritual, dalam Islam dikenal dengan sifat siddiq yang dimiliki oleh Rasulullah. Dalam pandangan psikologi dikenal dengan spiritual quotion (SQ), bagaimana membangun

141 hubungan yang baik dengan sang khalik.185 Ini sesuai dengan firman dalam Qs. Al-Fatihah, (1): 1-7.186

Surat Al-Fatihah tersebut menjelaskan bahwa, akhlak orang-orang terpuji dan yang tercela. Orang-orang-orang yang terpuji memulai setiap tindakan dan perilaku dengan membaca bismillah; selalu bertekad kuat hanya untuk beribadah dan meminta pertolongan kepada

Allah SWT, selalu berdo’a kepada Allah SWT agar dibimbing ke jalan

yang lurus, jalan yang penuh nikmat. Sebaliknya akhlak orang-orang tercela adalah orang yang berperilaku atas nama selain Allah SWT.

Selain itu anak kelas 1 A ini paling suka jika ceritakan tentang kisah-kisah perjalanan hidup seseorang, karena mereka dapat mengambil intisari dari cerita tersebut. Kemudian akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa “Laa Ilaaha Ilallah”

tiada Tuhan selain Allah SWT, Allah adalah Tuhan yang bersih dari segala sifat kekurangan. Allah berfirman dalam Qs. Adz-Zariyat, (51): 56.187

Ayat tersebut menggunakan kata persona (Aku) setelah sebelumnya menggunakan persona ketiga (Dia/Allah). Ini bukan saja bertujuan menekankan pesan yang dikandungnya tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa perbuatan –perbuatan Allah melibatkan

185

Najib Sulhan, Panduan Praktis Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa Sinergi Sekolah dengan Rumah, (Surabaya: Jaring Pena, 2011), hlm. 23-24.

186

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2000). hlm. 2.

187

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2000). hlm.2.

142 malaikat atau sebab-sebab lainnya, penciptaan, pengutusan Rasul, turunnya siksa, rezeki yang dibagikan-Nya melibatkan malaikat dan sebab-sebab lainnya, sedang disini karena penekanannya adalah beribadah kepada-Nya semata-mata, maka redaksi yang digunakan berbentuk tunggal dan tertuju kepada-Nya semata-mata tanpa memberi kesan adanya keterlibatan selain Allah. Ibadah bukan sekedar ketaatan dan ketundukan tetapi ia adalah satu ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi. 188 Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious. Hal ini sesuai dengan 5 tujuan pendidikan karakter, yaitu: a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai

manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.

b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious.

c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.

188

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 18.

143 Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).189

b. Disiplin

Anak-anak disiplin melakukan baris berbaris sebelum masuk kelas,

sebelum pelajaran dimulai mereka berdo’a terlebih dahulu.

Kebanyakan dari mereka sudah disiplin mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah), meskipun ada beberapa anak yang kadang lupa mengerjakan PR. Untuk keseluruhan siswa kelas 1A dapat dikatakan disiplin. Adapun pelaksanaan pendidikan karakter dalam mata pelajaran aqidah akhlak adalah dengan menggunakan metode penerapan nilai-nilai pendidikan karakter melalui pembiasaan sehari-hari disekolah, dari mulai siswa masuk gerbang hingga pulang sekolah.

Berdasarkan wawancara dengan guru aqidah akhlak implementasi aqidah akhlak dalam membentuk karakter siswa dilakukan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung atau dapat dikatakan saat siswa berada disekolah, dengan serangkaian pembiasaan yang sudah disusun. Mereka disiplin melaksanakan kegiatan tersebut setiap harinnya. Disiplin berangkat sekolah tidak terlambat, membuang sampah pada tempatnya, disiplin sholat tepat waktu.190 Sesuai dengan Tujuan pendidikan karakter membentuk siswa berpikir rasional, dewasa, dan

189

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 18.

190

144 bertanggung jawab. Mengembangkan sikap mental yang teruji, membina kepekaan sosial anak didik. Membangun mental optimis dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan. Membentuk kecerdasan emosional. Membentuk anak didik yang berwatak pengasih, penyayang, sabar, beriman, takwa, bertanggung jawab, amanah, jujur, adil, dan mandiri.191 Setiap kebijakan yang diberikan sekolah adalah untuk melatih kedisiplinan siswa, awalnya memang akan terasa berat namun setelah dijalani setiap hari akan terasa ringan dan menyenangkan. Dampak dari pelatihan kedisiplinan ini sangat besar, dampak yang akan berlanjut hingga peserta didik dewasa. c. Istiqamah

Istiqamah disini untuk siswa kelas 1A mengacu pada keitiqamahan mereka dalam beribadah, jadi mereka melaksanakan sholat tidak hanya ketika disekolah saja tetapi juga dirumah, hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang wali murid, yaitu ibunda dari

Salsabila Ayu, yang menuturkan bahwa “Saat dirumah anaknya tetap

melaksanakan sholat 5 waktu, tanpa harus disuruh sudah berangkat

sendiri untuk mengambil air wudhu”, dan hal itu penulis kroscek

langsung apakah benar atau tidak. Ternyata yang diutarakan ibunda dari salsabila ayu tersebut memang benar, penulis mengamati tidak hanya satu atau dua kali namun berkali-kali. Guru-guru juga selalu mengingatkan pada siswa untuk tidak meninggalkan sholat, setiap

191

Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013), hlm. 39.

145 pelajaran aqidah berlangsung Bu Dona (Panggilan akrab Bu Elvandari) selalu mengingatkan anak-anak untuk rajin sholat dan mengaji, berbakti kepada kedua orang tua dan tidak lupa untuk rajin belajar.192

Istiqomah merupakan konsistensi manusia terhadap apa yang menjadi pilihannya, mampu menjaga apa yang diamanahkan oleh Allah kepadanya. Olah pikir bermuara pada pengelolaan intelektual, dalam Islam dikenal dengan sifat Fathonah yang dimiliki oleh Rasulullah. Dalam pandangan psikologi dikenal dengan Intellectual Quotion (IQ). Bagaimana membangun kecintaan dengan ilmu pengetahuan, membentuk manusia menjadi manusia pembelajar.193 d. Tidak Mudah Menyerah

Perangai dari siswa kelas 1A ini memang tipe anak yang tidak mudah menyerah, mereka selalu ingin mencoba dan terus mencoba. Semisal disalah satu materi mereka tidak mengerti, mereka berusaha untuk mencoba dan bertanya pada guru apabila belum paham. Terlebih anak usia elas 1 adalah anak yang masih belum paham dengan kata-kata yang dianggap abstrak, namun hal itu tidak mengurungkan niat mereka untuk mencari tahu. Kebnayakan dari mereka memberanikan diri untuk bertanya pada guru.

Adanya sistem rolling tempat duduk, dimanapun tempat nya siswa dibiasakan untuk terus bekerja keras untuk dapat memahami

192

Elvandari Pubianti, S. Psi, S. Pd. I, Wawancara, SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Kartasura-Sukoharjo, Senin, 25-05-2015 Pukul. 09.32 WIB.

193

Najib Sulhan, Panduan Praktis Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa Sinergi Sekolah dengan Rumah, (Surabaya: Jaring Pena, 2011), hlm. 23-24.

146 pelajaran yang disampaikan guru. Duduk dengan teman yang berbeda setiap minggunya, hal ini dimaksudkan agar siswa dapat bersosialisasi dengan semua temannya. Dapat lebih berusaha untuk belajar memahami orang lain, dan mampu bekerjasama.194

Sikap tidak mudah menyerah ini sesuai dengan suatu perbuatan dikatakan karakter/akhlak apabila perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Perbuatan itu tela tertanam kuat dalam jiwa seseorang dan telah menjadi bagian dari kepribadiannya. Perbuatan tersebut dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan sandiwara. Perbuatan itu dilakukan dengan spontan tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Perbuatan tersebut dilakukan tanpa paksaan atau tekanan dari luar.195 Sikap tidak mudah menyerah tersebut muncul dengan sendirinya, karena dorongan dari dalam diri untuk mengerti dan memahami apa yang sedang dihadapi. Tidak lari/menghindar dari masalah, belajar memahami dan mengalah demi kebaikan.

e. Loyalitas

Loyalitas disini dapat diartikan sebagai kesetiaan anak-anak pada sekolah, kesetiaan ini diwujudkan siswa melalui rajin beribadah, rajin belajar, dan menjalin hubungan baik dengan seluruh warga sekolah. Sangat terlihat jelas hubungan yang terjalin antara siswa dengan guru,

194

Observasi Kelas 1A Sejak Tanggal 18-04-2015.

195

Amirulloh Syarbini, Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga Revitalitas Peran Keluarga dalam Membentuk Karakter Anak Menurut Perspektif Islam, (Jakarta: PT. Elex Media, 2014), Hlm. 11.

147 siswa dengan staff sekolah sangat hangat.196 Hal ini yang sering peneliti temui. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).197 Kesetiaan dengan teman dan guru ditunjukkan siswa dengan keakraban yang terjalin, terkadang siswa juga sering menceritakan apa yang dialami dan ditemui dirumah ataupun disekolah. Jadi dalam hal ini siswa dapat mencurahkan isi hatinya pada guru yang dianggap dapat dipercaya. Ini sesuai dengan ruang lingkup karakter Aspek ke dalam atau aspek potensi meliputi aspek kognitif (olah pikir), afektif (olah hati), dan psikomotor (olah raga). Aspek ke luar yaitu aspek manusia dalam konteks sosiokultur dalam interaksinya dengan orang lain yang meliputi interaksi dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.

f. Profesional

Siswa kelas 1A sadar akan tugasnya sebagai pelajar sehingga mereka mematuhi tata tertib dan peraturan disekolah, menaati serangkaian peraturan yang ditetapkan dari masuk sekolah higga pulang sekolah.198 Akhlak terhadap sesama manusia meliputi: akhlak terhadap Rasulullah Saw, terhadap kedua orang tua, terhadap keluarga serta karib kerabat, terhadap tetangga, dan masyarakat. Akhlak

196

Observasi Kelas 1A Sejak Tanggal 18-04-2015.

197

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 18.

198

148 terhadap sesama manusia dapat dijalin dengan memelihara hubungan baik dengan sesama, antara lain: Dengan tolong-menolong, suka memaafkan kesalahan orang lain, menepati janji, lapang dada, menegakkan keadilan dan berlaku adil dengan diri sendiri dan orang lain.199

Melakukan tugasnya sebagai murid dengan mandiri, patuh, datang on time, patuh sama ortu, tidak berbohong. Mengerjakan ujian sendiri. Sesuai dengan tujuan pendidikan karakter membentuk siswa berpikir rasional, dewasa, dan bertanggung jawab. Mengembangkan sikap mental yang teruji, membina kepekaan sosial anak didik. Membangun mental optimis dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan. Membentuk kecerdasan emosional. Membentuk anak didik yang berwatak pengasih, penyayang, sabar, beriman, takwa, bertanggung jawab, amanah, jujur, adil, dan mandiri.200

Wujud dari keprofesionalan siswa adalah dengan rajin membaca, siswa kelas 1A rajin berkunjung ke perpustakaan untuk meminjam buku. Buku yang siswa sukai adalah buku cerita/dongeng, buku dianggap anak-anak dapat melihat dunia. Menaati tata tertib sekolah merupakan wujud keprofesionalan peserta didik dan mampu memposisikan diri mereka sebagai pelajar.

199

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 357-370.

200

Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,

149 g. Amanah

Amanah selain kepada sesama manusia juga amanah terhadap apa yang dititipkan Allah untuk dirinya sendiri, yaitu raga/tubuh sehat yang diberikan oleh Allah yang mana harus dijaga dan dirawat dengan baik terutama dalam hal kebersihannya. Seperti hadits yang menjelaskan akhlak terhadap diri sendiri adalah:

ا ْيإْلا م ةف اظَّلا

Artinya: “Kebersihan itu adalah satu sebagian dari iman”. (HR. Imam Ahmad dan Turmudzi)

Amanah merupakan salah satu pengolahan fisik, dalam Islam dikenal sifat Amanah yang dimiliki oleh Rasulullah. Dalam pandangan psikologi dikena dengan Adversity Quotion (AQ). Bagaimana manusia bisa menjaga kesehatan sebagai amanah untuk bisa memakmurkan bumi. Tanpa fisik yang kuat, sulit memegang amanah sebagai khalifah dimuka bumi. Selain itu mampu untuk mengubah hambatan menjadi peluang dengan fisik yang kuat. 201 Penyelenggaraan pendidikan karakter menjadi satu hal yang multlak dilakukan di jenjang pendidikan manapun, khususnya di jenjang pendidikan dasar. Dengan demikian akhlak terhadap diri sendiri tidak hanya terfokus dalam jasmaninya saja, namun terhadap rohani. Disiplin, menuntut ilmu, taat, patuh pada peraturan, tidak mudah marah, bersih, rapi dan selalu

201

Najib Sulhan, Panduan Praktis Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa Sinergi Sekolah dengan Rumah, (Surabaya: Jaring Pena, 2011), hlm. 23-24.

150 memperhatikan keharmonisan hidup merupakan akhlak terhadap diri sendiri.

Amanah yang artinya dapat dipercaya, siswa kelas 1A dapat dipegang perkataannya. Mereka berkata apa adanya, semisal saat mereka melakukan kesalahan dengan teman atau guru. Anak-anak berkata dengan apa adanya (jujur) tanpa ditutup-tutupi, karena peneliti sendiri sering melihat hal tersebut. Jika diberi amanah untuk tetap diam dan tenang dikelas, mereka dapat menjaga amanat tersebut. Terlebih saat guru meninggalkan kelas ketika ada keperluan lain. Biasanya ketua kelasnya dimina untuk mengawasi teman-temannya, dan ini dapat berjalan dengan baik.

h. Cinta tanah air

Siswa setiap hari besar Indonesia melakukan upacara, mereka tidak menghilangkan kecintaan mereka terhadap tanah air. Kadang sesekali melaksanakan apel, belajar tentang pancasila dan dasar negara. Menjaga kebersihan dan ketentraman lingkungan sekolah dan tempat tinggal. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. Meneladani sikap juang pahlawan terdahulu, tidak hanya pahlawan nasional. Pendidikan karakter berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.202 Menanamkan sikap cinta tanah

202

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 18.

151 air seperti prinsip relevansi, yaitu kesesuaian pendidikan dalam lingkungan hidup siswa, relevan dengan kehidupan sekarang dan akan datang, relevan dengan tuntutan pekerjaan.203

i. Bertanggung Jawab.

Bertanggung jawab, siswa dapat bertanggung jawab atas tugas yang diberikan guru. Semisal, melaksanakan tugas piket dikelas, belajar, dan beranggung jawab atas apa yang telah diperbuat. Mereka mudah untuk diarahkan, ketika menumpahkan minuman dengan sigap mereka langsung pergi mencari guru meminta lap pel untuk membersihkannya. Mereka dengan nalurinya dapat bertanggung jawab atas apa yang diperbuat. Intinya adalah pendidikan karakter dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mengambil keputusan yang baik, anak diajarkan untuk lebih bertanggung jawab atas apa yang sedang dihadapi. Seperti sehabis pinjam barang dikembalikan pada temannya/dikembalikan pada tempatnya.204

Agama menjamin pemeluknya memiliki karakter mulia, jika ia memiliki komitmen tinggi dengan seluruh ajaran agamanya. Karena itulah, pendidikan agama juga memiliki misi utama dan mulia dalam pembangunan karakter bangsa Indonesia. Dalam hal ini harus ada konsistensi, agar tetap konsisten menjalankan perintah agama inilah yang kadang masih menjadi permasalahan, sebab keimanan seseorang pasti akan mengalami pasang surut jika tidak diimbangi dengan

203

Zakiah Darajat, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama & Budaya Bangsa,

(Bandung: Pustaka Setia, 1992), hlm. 125.

204

152 kehusyukan. Generasi muda saat ini masih belum memiliki karakter seperti yang diharapkan, padahal hampir setiap orang dari bangsa ini sudah mengenyam pendidikan yang sekaligus juga mendapatkan Pendidikan Agama. Dengan berbagai macam tontonan TV (Televisi) yang sangat kurang mendidik, ini menjadi PR (Pekerjaan Rumah) tersendiri bagi orang tua agar selalu mendampingi peserta didik ketika menonton acara TV. Sungguh sangat mengkhawatirkan sekali, bagaimana akan menciptakan generasi berkarakter jika kualitas perfilmannya seperti itu. Untuk itu sekolah harus menyiapkan tameng agar peserta didik tidak mudah tepengaruh dnegan mudaya buruk yang berkembang, karena zaman guru dan zaman peserta didik tidak sama. 2. Metode.

Mengenai metode setiap guru memiliki cara masing-masing dalam penyampaian materinya, namun pada intinya dari penerapan metode tersebut agar peserta didik dapat dengan mudah menerima pesan yang dimaksud. Ahmad Mudzakir, S.Pd dan Muhammad Ismail Mansur S. Pd. I ditempat yang berbeda menuturkan bahwa metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan karakter adalah melalui keteladanan yang dicontohkan guru pada peserta didik, karena pada dasarnya anak adalah peniru yang baik. Dengan begitu dalam kesehariannya guru harus berhati-hati dalam bersikap.205

205

Wawancara Elvandari Pubianti, S. Pd. I S. Psi dan Muhammad Ismail Mansur, S. Pd. I, Wawancara, SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Kartasura-Sukoharjo, Senin, 25-05-2015.

153 Metode pelaksanaan pendidikan karakter bagi tiap orang memiliki cara masing-masing. Untuk menanamkan karakter pada diri anak dapat menggunakan metode sebagai berikut:

a. Metode Internalisasi

Metode internalisasi adalah upaya memasukkan pengetahuan (knowing) dan ketrampilan melaksanakan pengetahuan (doing) ke dalam diri seseorang sehingga pengetahuan itu menjadi kepribadiannya (being) dalam kehidupan sehari-hari.

b. Metode Keteladanan

“Anak adalah peniru yang baik”. Ungkapan tersebut

seharusnya disadari oleh para orang tua, sehingga mereka bisa lebih menjaga sikap dan tindakannya ketika berada atau bergaul dengan anak-anaknya. Berbagi keteladanan dalam mendidik anak menjadi sesuatu yang sangat penting. Seorang anak akan tumbuh dalam kebaikan dan memiliki karakter yang baik jika ia melihat orang yang lebih dewasa memberikan teladan yang baik.

c. Metode Pembiasaan

Metode lain yang cukup efektif dalam membina karakter anak adalah melalui pembiasaan. Hati anak bagaikan suatu kertas yang belum tergores sedikitpun oleh tulisan atau gambar, tetapi ia dapat menerima apa saja bentuk tulisan yang digoreskan, atau apa saja yang digambarkan didalamnya. Bahkan ia cenderung kepada sesuatu yang diberikan kepadanya. Kecenderungan itu akhirnya akan menjadi

154 kebiasaan dan terakhir menjadi kepercayaan akhirnya akan menjadi kebiasaan dan terakhir menjadi kepercayaan (kepribadian). Oleh karena itu, jika anak sudah dibiasakan melakukan hal-hal baik sejak kecil, maka ia akan tumbuh dalam kebaikan itu dan dampaknya ia akan selamat di dunia dan akhirat.

d. Metode Bermain

“Dunia anak adalah dunia bermain” demikian ungkapan para

ahli pendidikan sejak zaman dahulu kala. Ungkapan ini menunjukkan bahwa bermain dapat dijadikan salah satu metode dalam mendidik karakter anak dikeluarga. Bermain merupakan cara yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai kompetensinya. Melaui bermain anak memperoleh dan memproses informasi mengenai hal-hal baru dan berlatih melalui keterampilan yang ada.

Anak adalah anak, anak bukan manusia dewasa mini. Karena