BAB I PENDAHULUAN
C. Pendidikan Karakter
2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Hal ini dikemukakan oleh Gordon Allport seperti halnya yang dikutip Rahmat Mulyana (2004: 9) bahwa nilai adalah keyakinan, hasrat, motif, sikap, keinginan, dan kebutuhan. Oleh karena itu, keputusan benar-salah, baik-buruk, dan indah-takindah merupakan hasil dari
serentetan proses psikologis yang kemudian mengarahkan individu pada tindakan dan perbuatan yang sesuai dengan nilai pilihannya.
Nilai-nilai karakter terwujud dalam kejujuran, tanggung jawab, kepedulian, dan semua perbuatan baik. Lickona (1991: 38) membedakan nilai ke dalam dua kategori, seperti diungkapkan dibawah ini:
“values are two kinds: moral and nonmoral. Moral values such as honesty, responsibility, and fairness carry obligation. We feel obligated to keep a promise, pay our bills, care for our children and be fair in our dealings with others. Moral values tell us what we ought to do. We must abide by them even when we’d rather not. Nonmoral values carry no such obligation. They express what we want or like to do. I might personally value listening to classical music, for example, or radding a good novel. But clearly i am not obligen to do so”, (nilai ada dua macam, yaitu nilai moral dan nilai nonmoral. Nilai moral adalah rasa keharusan untuk dilakukan, dalam hal kejujuran, tanggung jawab, kesungguhan dalam mengemban kewajiban, menepati janji, membayar tagihan, peduli pada anak-anak, dan adil dalam membuat kesepakatan dengan pihak lain. Nilai moral mengajarkan apa yang seharusnya dikerjakan, meskipun kadang kita tidak suka melakukannya. Sedangkan nilai nonmoral adalan nilai yang tidak menuntut keharusan untuk dilakukan, misalnya seseorang suka mendengarkan musik klasik, atau suka membaca novel yang bagus tetapi tidak ada keharusan melakukan itu).
Menurut Spranger seperti halnya yang dikutip Moh. Shochib (1998: 34) nilai-nilai karakter adalah upaya pengembangan disiplin diri yang mencangkup lima nilai yaitu: nilai ekonomis, sosial, politik, estetis, dan agama. Keterkaitan nilai-nilai ini merupakan konsep karakter yang perlu dikembangkan pada diri peserta didik dengan bantuan orang dewasa. Pendidikan karakter merupakan tanggung jawab individu dan masyarakat, seperti seperti yang diungkapan Lickona, Schaps, dan Lewis (2007:1) yaitu:
“character education asserts that the validity of these values, and our responsibility to uphold them, derive from the fact that such values affirm our human dignity, promote the development and welfare of the individual person, serve the common good, meet the classical tests of reversibility (i.e., would you want all persons to act this way in a similar situation?), and inform our rights and responsibilities in a democractic society”, (validitas nilai-nilai pendidikan karakter adalah tanggung jawab kita untuk menegakkan martabat nilai-nilai kemanusian, meningkatkan pembangunan, dan kesejahteraan individu, melayani masyarakat, dan memenuhi kebutuhan).
Nilai karakter menjadi acuan tingkah laku dalam berinteraksi dengan sesama sebagaimana dijelaskan Raven (Zubaedi, 2006: 12), bahwa nilai-nilai karakter merupakan seperangkat sikap individu yang dihargai sebagai suatu kebenaran dan dijadikan standar bertingkah laku guna memperoleh kehidupan masyarakat yang demokratis dan harmonis. Menurut Kemdiknas (2010) nilai-nilai luhur yang dapat di dalam adat dan budaya suku bangsa kita, telah dikaji dan dirangkum menjadi satu. Berdasarkan kajian tersebut telah teridentifikasi butir-butir nilai luhur yang diinternalisasikan terhadap generasi bangsa melalui pendidikan karakter. Berikut adalah tabel daftar nilai-nilai utama yang dimaksud dan deskripsinya:
Tabel 2.4
Nilai-nilai Yang Diinternalisasikan Dalam Pendidikan Karakter (Diadaptasi seperlunya dari Kemendiknas, 2010:9-10)
No. Nilai Deskripsi
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4. Displin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif Berpikir dana melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam meyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tau
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih dalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/ Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
M
Menurut Bertrens (2004: 139) bahwa nilai selalu mempunyai konotasi positif, nilai setidaknya memiliki tiga ciri: Pertama, nilai berkaitan dengan subjek, kalau tidak ada subjek yang menilai maka tidak ada nilai. Kedua, nilai tampil dalam suatu konteks praktis, di mana subjek ingin membuat sesuatu dengan pendekatan teoritis. Ketiga, nilai-nilai menyangkut sifat dan perilaku yang dimiliki oleh siswa. Apabila nilai tidak dimiliki oleh siswa pada dirinya. Maka dapat menimbulkan nilai yang berbeda-beda karena nilai tidak bisa dilepaskan dari nilai moral. Nilai moral memiliki ciri-ciri yaitu: (1) berkaitan dengan pribadi manusia yang bertanggung jawab, (2) berkaitan dengan hati nurani, (3) mewajibkan manusia secara absolut yang tidak bisa ditawar-tawar, dan (4) bersifat formal.
Adapun beberapa nilai-nilai karakter menurut Doni Koesoema (2010:208-209) yaitu: (1) nilai keutamaan: manusia memiliki keutamaan kalau ia menghayati dan melaksanakan tindakan-tindakan baik seperti nilai jujur, tanggung jawab, menghargai tata tertib sekolah dan nilai lainnya, (2) sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang terjadi. 18. Tanggung
Jawab
Sikap dan perilaku sesorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
nilai keindahan: pada masa lalu, nilai keindahan ini ditafsirkan terutama pada keindahan fisik, berupa hasil karya seni, patung, bangunan, sastra, dan lainnya. Nilai keindahan dalam tataran yang lebih tinggi, yang menyentuh dimensi interioritas manusia, yang menjadi penentu kualitas dirinya sebagai manusia, (3) nilai cinta tanah air (patriotisme), nilai perjuangan, dan (4) nilai demokrasi. Nilai inilah yang perlu dikembangkan dalam pendidikan karakter. Nilai demokrasi termasuk di dalamnya kesediaan untuk berdialog, berunding, bersepakat dan mengatasi permasalahaan konflik dengan cara-cara damai, sesuai ideologi bagi pembentukan tata masyarakat yang lebih baik, (5) nilai kesatuan, dalam konteks berbangsa dan bernegara di Indonesia, nilai kesatuan ini menjadi dasar berdirinya Negara ini, yang menghidupi nilai perjuangan jiwa-raga. Jiwa inilah yang menentukan apakah seorang itu sebagai individu merupakan pribadi yang baik atau tidak. Maka, nilai-nilai ini sangat vital bagi pendidikan karakter, (6) nilai-nilai kemanusiaan, apa yang membuat manusia sungguh-sungguh manusiawi, itu merupakan bagian dari keprihatinan setiap orang. Contohnya menghayati nilai-nilai kemanusiaan, tolong-menolong, plural dalam kultur agama, keadilan di depan hukum kebebasan, dan lainnya.
Menurut Darmiyati Zuchdi (2009:135) menyatakan bahwa pengembangan nilai-nilai karakter yang fundamental sangat diperlukan dalam kehidupan sosial, antara lain kasih-sayang antar sesama umat, kemauan untuk mencapai yang terbaik dengan cara-cara yang baik dan
kesenangan bekerja sama untuk kemajuan bersama. Nilai-nilai inilah yang merupakan prasyarat bagi terbangunnya sekolah maju dan damai.
Pembelajaran pendidikan karakter di sekolah harus memiliki nilai kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan sebagai mana dijelaskan oleh Joel (2005: 179) berikut ini:
“character education holds, as a starting philosophical principle, that there are widely shared, privotally important core ethical values—such as caring honesty, fairness, responsibility and respect for selft and others— that form the basic of good character. A school committed to character education explicitly names and publicly stands for these values; promulagates them to all members of the school community; defines them in terms of behaviors that can be observed in the life of the school; models these values; studies and discusses them; uses them as the basis of human relations in the school; celebrates their manifestations in the school and community; and upholds them by making all school members accountable to standards of conduct consistent with core values”, (pendidikan karakter, sebagai prinsip filosofis awal, mempercayai bahwa ada banyak persamaan nilai-nilai etika yang utama, sangat penting seperti kepedulian, kejujuran, tanggung jawab, keadilan, dan menghormati orang lain, dapat membentuk karakter dasar yang baik. Suatu sekolah yang komitmen terhadap pendidikan karakter eksplisit menamakan dan menegakkan nilai- nilai perilaku, menyebarluaskan kepada semua anggota komunitas sekolah, mendefinisikan nilai-nilai tersebut dalam batasan perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan sekolah, dan menjadi contoh nilai-nilai tersebut, mengkaji dan mendiskusikannya, menggunakannya sebagai dasar hubungan manusia di sekolah, dan menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dengan membuat semua warga sekolah bertanggungjawab terhadap standar tingkah laku yang konsisten dengan nilai-nilai dasar).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses pembentukan karakter siswa dapat dilakukan dengan prinsip moral knowing (kognitif), yakni memberikan konsep secara kognitif mengenai nilai-nilai, kemudian moral felling (afektif) yakni memberikan fasilitas
kepada siswa agar mampu merasakan dan mempertimbangkan mengenai nilai-nilai hingga mereka yakin akan pilihannya, dan moral action (konasi), yakni membantu anak-anak untuk berperilaku atas nilai-nilai yang telah mereka pahami dan yakini. Pendekatannya adalah pendekatan secara komprehensif, yakni dimulai dengan cara inkulkasi, keteladanan, fasilitasi, dan terakhir pengembangan keterampilan atas nilai-nilai yang dipelajari.