• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

C. Nilai-nilai Pendidikan Sosial dalam Tradisi Sedekah

kemasyarakatan yang terkandung dalam Tradisi Sedekah Desa di Karangjati kecamatan Wonosegoro kabupaten Boyolali meliputi:

1. Nilai Syukur

Ungkapan rasa syukur atas panenyang berhasil melalui acara sedekah desa tersebut diwujudkan dengan melakukan kegiatan tahlil dan pengajian sebagai ungkapan atas karunia dan berkah Allah SWT kepada masyarakat dusun Penggung desa Karangjati.

2. Nilai ibadah

Dalam acara Sedekah Desa di Penggung, saat dilaksanakannya acara tahlilan atau membaca doa. Tahlil untuk mendoakan arwah masing-masing keluarga dan sesepuh desa merupakan suatu bentuk ibadah, menghargai orang tua yang telah mendahului warga masyarakat.

3. Nilai Aqidah

Keyakinan bahwa yang memberikan rizki dan telah menjaga keselamatan hasil tanam adalah Allah merupakan nilai aqidah dalam acara Sedekah Desa di Karangjati. Nilai aqidah ini menjadi sangat penting, karena masyarakat jawa yang dahulu mengadakan sedekah desa karena faktor agama Hindu dan Budha, setelah masyarakat meyakini bahwa sedekah desa merupakan suatu bentuk keyakinan bahwa yang memberikan keselamatan atas hasil panen yang melimpah adalah Allah SWT.

4. Nilai Persatuan dan Kesatuan

Tradisi Sedekah Desa yang diselenggarakan di dusun Penggung desa Karangjati ternyata dapat menggalang persatuan dan kesatuan warga setempat. Sebagai warga dusun Penggung desa Karangjati yang

menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, mempunyai anggapan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri sebab membutuhkan bantuan orang lain juga dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat.Oleh karena itu Tradisi Sedekah Desa yang menyangkut kegiatan seluruh warga ditujukan untuk kepentingan bersama. Hal ini disebabkan karena tradisi tersebut merupakan kepentingan bersama, memberikan kesejahteraan, ketentraman dan keselamatan warga dusun Penggung desa Karangjati. Nilai persatuan dan kesatuan yang ada sehubungan dengan adanya Tradisi Sedekah Desa dapat pula terlihat pada waktu pelaksanaan Doa bersama.

5. Nilai pendidikan Islam

Nilai pendidikan islam, terutama dalam pagelaran wayang nampak sekali pada cerita yang didalamnya disisipkan pesan moral dan nilai-nilai pendidikan Islam, terutama agar menghormati orang tua, senantiasa bersyukur, senantiasa bersabar atas segala cobaan dan tidak melupakan Dzat yang telah memberikan kenikmatan yang melimpah kepada warga dusun Penggung desa Karangjati.

6. Nilai Musyawarah

Dalam penyelenggaan tradisi sedekah desa ini, sangat menjunjung tinggi nilai musyawarah. Hal ini ditunjukkan dalam prosesi atau pelaksanaan tradisi tersebut. Sebelum diselenggarakan, dibentuk panitia secara musyawarah, yang dinamakan rembug desa antara warga masyarakat dengan perangkat desa. Dalam musyawarah tersebut dibicarakan bagaimana cara mencari dana untuk penyelenggaraan dan sistematika pelaksanaan tradisi sedekah desa yang akan digelar.

7. Nilai Pengendalian Sosial

Tradis Sedekah Desa selain merupakan suatu upaya warga masyarakat Dusun Krajan Desa Karangjati dan sekaligus memberikan penghormatan dan ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, juga sebagai upaya untuk menjaga solidaritas dan kondisi sosial kemasyarakatan antar warga di dusun Penggung desa Karangjati.

8. Nilai Kearifan Lokal

Tradisi Sedekah Desa yang dilakukan masyarakat Dusun Krajan Desa Karangjati mempunyai kearifan lokal tradisi yang dapat dilestarikan. Sebelum pelaksanaan sedekah Desa pada tanggal 1 Muharrom diadakan kerja bakti membersihkan lingkungan. Pelaksanaan tradisi ini juga sangat besar manfaatnya bagi kelestarian budaya yang terdapat di dusun Penggung desa Karangjati.

9. Nilai Kerjasama/Gotong Royong

Nilai gotong royong dalam upacara Tradisi Sedekah Desa ini telihat dalam pelaksanaan atau penyelenggaraan yang dilakukan bersama-sama antara warga masyarakat dusun Penggung desa Karangjati dan sekitarnya, baik sebelum maupun setelah pelaksanaan tradisi sedekah desa ini berlangsung.Dengan mengamati berbagai kegiatan yang ada pada acara Tradisi Sedekah Desa di Karangjati tersebut kiranya dapat diambil beberapa hikmah dan pembelajaran diantaranya sebagai berikut:

a. Adanya rasa takwa dan hormat terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ini dapat dilihat adanya kegiatan doa bersama pagi hari di tempat secara bersama ditujukan kepada arwah leluhur.

b. Adanya rasa kebersamaan persatuan dan kesatuan, juga rasa gotong- royong antar sesama warga berarti menghilangkan rasa egois dan individualisme. Ini dapat kita lihat dalam kerja sama dalam mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan pelaksanaan tradisi Sedekah Desa di desa Karangjari.

c. Adanya perilaku rasa penghormatan terhadap orang yang lebih tua atau yang lebih dahulu ada. Ini memberikan suatu teladan bahwa yang muda sudah sewajarnya memberi hormat kepada yang lebih tua. Bagaimanapun orang yang lebih tua itu sebagai panutan.Namun demikian, kegiatan sedekah desa ini selain mengandung nilai-nilai positif juga masih banyak nilai-nilai negatif yang menyangkut dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran islam, diantaranya adalah:

a) Masih ada sebagian warga yang mempercayai bahwa tradisi sedekah desa tersebut wajib dilaksanakan karena mengikuti tradisi nenek moyang terdahulu.

b) Adanya kegiatan permainan perjudian yang hingga saat ini masih ada saat acara sedekah desa didusun krajan desa karangjati, berupa permainan dadu (klutuk). Permainan ini ada ketika saat pertunjukan dari siang sampai malam hari. Padahal kalau tidak ada acara sedekah desa, permainan dadu ini sudah lama tidak ada, namun saat sedekah desa ada bandar yang memainkan permainan dadu. Segala bentuk perjudian tersebut yang muncul dalam kegiatan sedekah desa akan membawa dampak negatif bagi masyarakat, terutama bagi generasi penerus seperti, anak-anak, remaja, bahkan orang tua pun ikut, mengingat apabila perjudian terus menerus berlangsung, kehidupan masyarakat akan bobrok, masyarakat akan selalu diiming-imingi dengan harapan-harapan akan dari perjudian tersebut.

c) Biaya yang dikeluarkan untuk pertunjukan wayang kulit di dusun Penggung desa Karangjati mencapai belasan juta, dana akomodasi tersebut merupakan biaya yang cukup besar, sedangkan nilai yang diperoleh hanyalah hiburan semata. Alangkah lebih baiknya iuran warga masyarakat tersebut digunakan untuk hal-hal yang bersifat positif dan mengandung nilai-nilai ibadah seperti memperbaiki masjid/mushola, santunan yatim piatu, atau shodaqoh jariyah lainnya, sehingga dalam setiap tahun apabila dapat terkumpul sejumlah uang dengan nilai tersebut dapat memperbaiki kualitas ummat dalam mendukung kegiatan keagamaan. Tradisi sedekah desa di arahkan untuk kegiatan yang lebih bermanfaat dan agamis.

1) Menjalankan ibadah 2) Alat-alat wayang islami 3) Lebih pada kesenian islami

4) Untuk memeriahkan lomba-lomba islami (anak-anak, bapak- bapak, ibu-ibu,remaja maupun dewasa)

5) Pasar malam yang selektif. 6) Dan lain sebagainya.

Banyak manfaat dan faedah yang didapat dari pelaksanaan tradisi sedekahan di desa Karangjati tiap tahunnya. Meskipun tak terlepas bahwa setiap kegiatan ada pula kesan negatif yang dapat dirasakan oleh warga sekitar dari tradisi tersebut. Akan tetapi hal itu tidak mengurangi antusiasme warga yang ikut memeriahkan acara sedekahan di desa Karangjati ini. Oleh karena itu tradisi sedekahan ini masih terus-menerus dilakukan sebagai bentuk warga dalam menjaga kelestarian budaya yang ada di lingkungan masyarakat setempat.

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan tentang pelaksanaan tradisi sedekahan desa di desa Karangjati khususnya dusun Penggung, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Sejarah tradisi sedekahan desa ini tidak diketahui jelas kapan dimulainya. Akan tetapi tradisi ini sudah dilakukan sejak zaman dahulu, setelah wafatnya cikal bakal desa Karangjati yakni eyang Atmo Sumitro. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur warga akan nikmat Allah SWT yang telah didapatkan dalam bentuk hasil panen yang melimpah. Sejauh ini tradisi tersebut tidak menyimpang dari ajaran islam karena prosesi yang dilakukan menyesuaikan syariat islam yang dibawa oleh para wali khususnya sunan kalijaga.

2. Pelaksanaan tradisi sedekah desa ini dilakukan setiap satu tahun sekali. Puncak acara dilaksanakan pada tanggal 1 Muharram, menyesuaikan perhitungan tahun hijriyah menurut syariat islam. Prosesi acara dilaksanakan satu malam sebelum puncak acara dimulai, yakni pada malam hari seluruh warga desa Karangjati yang diwakili oleh kepala keluarga berkumpul bersama di makan eyang Atmo Sumitro untuk kemudian berdoa bersama yang dipimpim oleh kyai atau sesepuh desa Karangjati. Pada puncak acara dilaksanakan tukar menukar ambengan dari tiap-tiap warga yang hadir pada pagi harinya di rumah kepala dusun. Untuk kemudian

berdoa bersama yang dipimpin oleh sesepuh desa setempat. Barulah sampai di malam puncak acara tradisi yang diisi banyak sekali kegiatan diantaranya, pengajian singkat lalu setelah itu dimulailah pertunjukan wayang kulit dan pada siang harinya terdapat pertunjukan reog ponorogo.

3. Pada hakikatnya tradisi sedekahan ini merupakan kegiatan sosial yang melibatkan seluruh warga masyarakat dalam usaha bersama untuk mendapatkan keselamatan dan menjaga tali silaturrahim antar warga juga untuk menjaga kelestarian budaya yang sudah ada khususnya di desa Karangjati ini. Dapat kita ketahui pula bahwa di setiap prosesi acara terdapat kegiatan yang erat kaitannya dengan pendidikan sosial di dalamnya seperti, gotong royong yang terlihat dari antusiasme dan upaya warga sekitar demi terlaksananya tradisi sedekahan ini. Oleh karena itu, sampai sekarang tradisi ini masih tetap dilakukan setiap tahunnya sebagai bentuk rasa syukur warga, juga sebagai sarana dalam menjaga solidaritas antar warga desa Karangjati, sekaligus melestarikan budaya yang sudah ada sejak zaman dahulu di desa Karangjati. Adapun nilai-nilai pendidikan sosial dalam tradisi sedekah desa yakni, nilai musyawarah, nilai kesatuan dan persatuan, nilai kearifan lokal, dan juga nilai pengendalian sosial.

B.Saran

Pada akhir penulisan ini peneliti memberikan saran yang mungkin dapat membantu dan bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya juga teruntuk masyarakat desa Karngjati:

1. Masyarakat desa Karangjati agar tetap menjaga melestarikan mempertahankan tradisi yang sesuai dengan ajaran islam sehingga nilai- pendidikan islam dapat dilestarikan dari generasi ke generasi.

2. Perlunya masyarakat memupuk kesadaran untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah Serta senantiasa bersabar atas ujian yang diberikan kepada hambanya.

3. Perlunya masyarakat dalam menjaga solidaritas dan ukhuwah antar sesama tanpa membeda-bedakan status sosial, suku, ras, dan agama.

Daftar Pustaka

Abdi, Rianse. 2009. Metode Penelitian Sosial Dan Ekonomi (Teori Dan

Aplikasi). Bandung: Cv. Alfabeta.

Ahmad Syafii Mufid. 2006. Tangklukan, Abangan, Dan Tarekat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Al Hasyimi, Abdul Hamid. 2001. Mendidik Ala Rasulullah.(terjemahan dari Ibn. Ibrahim). Jakarta: Pustaka Azzam.

Ali, Mohammad. 2014. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik) . Jakarta: Bumi Aksara.

Alisyahbana, Sutan Takdir. 1983. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Arifin, H.M. Perbandingan Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suhasimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineke Cipta.

Bouman. 1954. Ilmu Masyarakat Umum, (diterjemahkan oleh Suyono). Jakarta: Yayasan Pembangunan.

Carter V. Good. 1997. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: Alfabeta.

Daradjat, Zakiah. 1996. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Haryanta, Sindung. 2012. Spektrum Teori Sosial. Yogyakarta. Ar Ruzz Media.

Herusatoto, Budiyono. 2001. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta. Hanindita Grahawidia.

Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

Nazir. 2003.Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pt. Ghalia Indonesia

Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis

Dan Praktis). Jakarta: Ciputat Press.

Poerbakadja, R. Soegarda. 1994. Ensiklopedi Pendidikan Islam. Bandung: Sinar Baru Algaisindo.

Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia . Jakarta. Balai Pustaka.

Rakhmat, Jalaludin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya.

Rumidi, Sukandar. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Salim, Agus. 1988. Keislaman Dan Keindonesiaan “The Grand Old Man”. Jakarta: Depdikbud.

Sastrapradja, Setijadi. 2010. Memupuk Kehidupan Di Nusantara. Jakarta . Yayasan Obor.

Shihab, Quraish. 2000. Secercah Cahaya Ilahi: Hidup Bersama Al Qur’an. Bandung: Mizan.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Syahri, Alhusin. Psikologi Sosial. Surabaya: Bina Ilmu.

Tilaar, H.A.R. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Ulwah, Abdullah Nasikh. 1991. Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta: Insan Kamil.

Vembriarto,St. 1984. Kapita Selekta Pendidikan. Yogyakarta: Paramita.

Yoesoef, Soelaeman. 1992. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

TRANSKRIP WAWANCARA

NAMA :

TTL :

JABATAN :

Jawablah pertanyaan ini dengan sejujur-jujurnya, jawaban saudara tidak akan memberikan pengaruh terhadap jabatan/kedudukan saudara, karena penjelasan anda hanya akan digunakan untuk penelitian.

1. Bagaiamana sejarah dari pelaksanaan tradisi sedekahan di desa Karangjati?

Pada mulanya tradisi sedekahan desa ini dilakukan untuk mengenang perjuangan cikal bakal desa Karangjati yang bernama Eyang Atmo Sumitro maka dari itu kepala desa Bapak Sururi SH mempunyai gagasan untuk mengadakan bersih desa supaya masyarakat desa karangjati mengetahui bahwa di dalam berdirinya sebuah lembaga desa terkecil yaitu desa karangjati yang mana di dalam terbentuknya desa karangjati yang kita ketahui bahwa terdapat banyaknya perbedaan adat tradisi antar dusun. Elemen kelembagaan di sebuah desa yaitu desa karangjati agar terciptanya kesatuan dan persatuan dari sebuah bentuk adat di desa karangjati supaya menjadi satu padu dari beberapa ragam kegiatan yang terjadi di desa karangjati. Maka dari itu, timbullah gagasan untuk mendirikan suatu kegiatan yaitu bersih desa yang kita kenal dengan sebutan sedekah desa ini. (Bapak Ahyani)

2. Kapan dilaksanakan tradisi sedekah desa? Mengapa memilih hari tersebut? Apakah ada makna khusus dari hari tersebut?

Tradisi sedekahan di desa Karangjati ini biasanya dilaksanakan pada tanggal 1 muharrom atau 1 syuro. Biasanya tradisi ini dilakukan setelah panen atau sehabis lebaran. Ada makna khusus dari hari tersebut, karena hari tersebut merupakan awal tahun bagi umat islam, dimana dengan pelaksanaan acara sedekahan ini diharapkan dapat menjadikan warga desa Karangjati bisa lebih bersyukur dengan nikmat yang Allah beri. Dan

dikarenakan tanggal 1 muharom merupakan tahun baru islam, maka sesepuh desa Karangjati mempercayai bahwa semua yang berawal dengan baik atau penuh dengan keikhlasan hidupnya akan berjalan dengan lancar dan damai, sejahtera. (Bapak KH. Maksum)

3. Adakah iuran/dana yang dikenakan untuk warga desa Karangjati?

Ada, yakni Rp 10.000,00 untuk masing-masing kepala keluarga dari semua kalangan tanpa membedakan status sosial. (Bapak Sanusi)

4. Apa dasar dari pelaksanaan tradisi sedekah desa?

Dalil tentang syukur yang terdapat di dalam Al Qur’an, salah asatunya adalah QS. Ibrahim ayat 7. (Bapak KH. Maksum)

5. Adakah nilai-nilai pendidikan sosial yang terdapat dalam pelaksanaan tradisi sedekah desa?

Nilai kebudayaan dimana tradisi ini merupakan sarana untuk melestarikan kebudayaan jawa yang sudah ada sejak jaman wali songo. Nilai sosial yang tercermin dalam keakraban antar warga masyarakat desa karangjati. Juga nilai silaturrahim. (Bapak KH. Maksum)

6. Bagaiaman prosesi tradisi sedekahan di desa Karangjati? Apa saja hiburan/pertunjukan yang dipertontonkan dalam acara tersebut?

Pada proses pelaksanaannya para warga di dusun Penggung membawa shodaqohan atau ambengan untuk kemudian berdoa bersama dan makan bersama-sama. Pertunjukan pada malam puncak yakni malam 1 syuro biasanya tontonan wayang kulit, setelah itu diadakannya pengajian bersama sama yang dilakukan semua warga desa Karangjati yang hadir di balai desa. (Bapak KH. Maksum)

7. Bagaiman suasana dari pelaksanaan tradisi sedekah desa ini?

Suasananya sangat ramai dikarenakan antusiasme warga desa Karangjati dan warga desa lain yang ikut serta dalam acara tradisi sedekahan tersebut. Banyak pula anak-anak kecil yang ikut menonton pertunjukan dalam acara tersebut sehingga membuat suasana acara sedekahan ini menjadi lebih meriah. (Bapak Sanusi)

8. Bagaimana tanggapan warga desa Karangjati dengan pelaksanaan tradisi sedekahan desa ini?

Warga desa Karangjati sangat antusias dengan dilaksanakannya acara sedekahan desa ini, mereka juga berharap agar tradisi sedekahan ini tetap rutin dilaksanakan setiap tahunnya untuk melestarikan budaya desa yang sudah ada sejak zaman dahulu juga sebagai sarana untuk menjaga kekerabatan dan tali silaturrahim antar warga desa Karangjati. (Bapak Sanusi)

9. Apa saja tujuan dilaksanakan acara tradisi sedekahan desa ini?

Tujuan tradisi ini : mensyukuri nikmat, menunjukkan kesatuan masyarakat setempat, persatuan antar warga, melestarikan budaya, mempererat tali silaturrahim.(bapak KH. Maksum)

10.Adakah nilai-nilai negatif dari pelaksanaan tradisi sedekahan desa ini? Tentunya ada, dikarenakan sebagian warga desa menyakini bahwa pelaksanaan tradisi sedekahan ini wajib hukumnya. Ada sebagian yang memperdebatkan mengenai iuran setiap kepala rumah tangga yang sering menjadikan kesalahpahaman antar warga masyarakat. Penanaman sifat tamak pada diri anak melalui sikap yang dicontohkan dari para orang tua yang suka bermegah-megahan dalam melakukan suatu kegiatan tanpa mengetahui hikmah sebenarnya dalam kegiatan yang dilakukan.(bapak Ahyani)

DAFTAR NILAI SURAT KETERANGAN KEGIATAN

Nama : Bastiatul Muawanah

NIM : 111-13-365

Jurusan : PAI

Dosen Pembimbing Akademik : Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd.

NO NAMA KEGIATAN PELAKSANAAN KETERANGAN SKOR

1 OPAK STAIN SALATIGA 2013

“Rekonstruksi Paradigma

Mahasiswa yang Cerdas, Peka,

dan Peduli”

26-27 Agustus 2013 Peserta 3

2 OPAK TARBIYAH 2013

“Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sebagai Identitas

Pendidikan Indonesia”

29 Agustus 2013 Peserta 3

3 UPT PERPUSTAKAAN STAIN

SALATIGA

Library User Education

(Pendidikan Pemakaian

Perpustakaan)”

16 September 2013 Peserta 2

4 Training Pembuatan Makalah oleh Lembaga Dakwah Kampus

(LDK) Darul Amal STAIN Salatiga

18 September 2013 Peserta 2

5 Bedah Buku “Mahkota untuk

Emak” dan Training Menulis oleh

LDK Darul Amal STAIN Salatiga

03 Oktober 2013 Peserta 2

6 Kajian Intensif Mahasiswa oleh Lembaga Dakwah Kampus

(LDK) “Agar Shalat Bukan

Sekedar Kewajiban, namun

Kebutuhan”

10 Oktober 2013 Peserta 2

7 Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan

dengan tema “4 Pilar Kebangsaan

untuk Mempertegas Karakter Ke-

Indonesiaan” oleh MPR-RI dan IPNU

24 Oktober 2013 Peserta 8

8 Sosialisasi Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka

Tunggal Ika

24 Oktober 2013 Peserta 4

9 Training SIBA-SIBI Semester Gasal 2013-2014 oleh CEC dan

ITTAQO

08-09 November 2013

10 SIBA-SIBI Training UAS Semester Ganjil 2013-2014 oleh

CEC dan ITTAQO

10-11 Januari 2014 Peserta 2

11 IBTIDA’ Lembaga Dakwah

Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga dengan tema

“Mahasiswa Istimewa Menuju Generasi Rabbani”

12-13 April 2014 Peserta 2

12 IPST (Islamic Public Speaking Training) di Festival Dakwah MILAD XII Lembaga Dakwah

Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga

9 Juni 2014 Peserta 2

13 Training Pembuatan Makalah oleh Lembaga Dakwah Kampus (LDK)

Darul Amal STAIN Salatiga

17 September 2014 Panitia 3

14 Seminar Nasional dengan Tema

“Peran Mahasiswa dalam

Mengawal Masa Depan Indonesia

Pasca PilPres 2014” oleh DEMA

STAIN Salatiga

25 September 2014 Peserta 8

15 Bedah Buku Membidik Bintang OLEH Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga

01 Oktober 2014 Panitia 3

16 IBTIDA’ 2014 dengan Tema

“Ikatan Bingkai Cinta dalam Titian Dakwah Menuju Insan Kamil” oleh

Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga

18 Oktober 2014 Panitia 3

17 Seminar Nasional Kewirausahaan dan Pemuda Mandiri 2015 dengan

tema “Saatnya Pemuda Berkarya dan Berprestasi untuk Sukses di

Usia Muda Demi Kemajuan

Bangsa”

24 Desember 2015 Peserta 8

18 Training Public Speaking dengan

tema “Bagaimana Tampil dengan

Percaya Diri, Berpengaruh, dan

Berwibawa di Depan Umum”

06 Februari 2016 Peserta 2

19 Seminar Nasional Kewirausahaan

dan Pemuda Mandiri “Jurus Jitu Sukses Usia Muda di Era MEA”

oleh BEM KM Universitas Negeri Semarang

01 Mei 2016 Peserta 8

20 Seminar Nasional dengan tema

“Esensi Dakwah Kontemporer”

dalam rangka MIDAL LDK IAIN Salatiga Ke 14

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Tahlilan Di Makam Eyang Atmo Sumitro

Acara Sholawatan Dan Hadroh Bersama Di Aula Kantor Balai Desa Karangjati

Kirab Atau Iring-Iringan

Antar Warga Dusun Di Desa Karngajti

Kirab Atau Iring-Iringan

Malam Pertunjukan Wayang Kulit

Penyerahan Wayang Kulit

Pertunjukan Reog

Dokumentasi saat wawancara bersama

Bapak KH. Maksum (Pemuka Agama dusun Penggung)

Dokumentasi saat wawancara bersama

Dokumen terkait