NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL
DALAM TRADISI SEDEKAH DESA DI DUSUN
PENGGUNG DESA KARANGJATI KECAMATAN
WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI
TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
BASTIATUL MUAWANAH NIM.11113265
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
MOTTO
ۖ ْمُكَل ُ َّاللَّ ِحَسْفَي اوُحَسْفاَف ِسِلاَجَمْلا يِف اوُحَّسَفَت ْمُكَل َليِق اَذِإ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي
ۚ ٍتاَجَرَد َمْلِعْلا اوُتوُأ َنيِذَّلاَو ْمُكْنِم اوُنَمآ َنيِذَّلا ُ َّاللَّ ِعَفْرَي اوُزُشْناَف اوُزُشْنا َليِق اَذِإَو
ريِبَخ َنوُلَمْعَت اَمِب ُ َّاللََّو
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
PERSEMBAHAN
Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Ibu dan bapak tercinta yang selalu memberikan restu, dukungan baik moril maupun materil.
2. Saudara-saudara saya terkhusus mbak Istiqlaliyah (kakak saya) dan dek Ilham Burhani (adik saya) yang selalu menyemangati dan mendukung saya.
3. Bapak Juz’an yang selalu membuat saya nervous menunggu balasan chat
setiap ingin bimbingan skripsi. Beliau yang senantiasa bersabar dalam mengarahkan dan memberikan masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih bapak.
4. Teman-teman seperjuangan, teman-temanku keluarga besar FTIK 2013 terkhusus teman-teman PAI 2013 yang selalu kompak dan saling menyemangati satu sama lain.
5. Teman-teman “satyakudelafinny” (Sandra, Kunti, mbak Dewi, Nila, Firda, dan mbak Henny) yang selalu memberikan semangat untuk bangkit dari kemalasan dan bangun untuk mencapai impian masing-masing.
6. Teman-teman “Wanita Karir” yang beranggotakan mbak Ijup, mbak Werda, mbak Anggun, mbak Fatin, mbak Dian, mbak Mar’ah, mbak Faiq, mbak Adzkia, dan saya sendiri.
7. Segenap narasumber, dan seluruh warga dusun Penggung desa Karangjati. Teman-teman Karang Taruna dusun Penggung desa Karangjati.
8. Teman-teman penyemangat saya. Untuk mbak Ayuk, mbak Jumi, mbak Tina, mbak Catur, mbak Anik, mbak Dewi, mbak Fuad. Kalian luar biasa.
9. Dua teman saya yang selalu banyak tanya “sampai bab berapa mbak?”
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yangtelah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada sang reformasi sejati yaitu Nabiyullah Agung Muhammad SAW, keluarga serta para sahabatnya yang membawa kebenaran dari zaman jahiliyah hingga terang benderang seperti saat ini. Dan yang akan kita nanti-nantikan syafaat beliau di yaumil qiyamah nanti. Amin.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah Nilai-Nilai Pendidikan Sosial dalam Tradisi Sedekah Desa di dusun Penggung Desa Karangjati Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali. Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari kehendak Allah SWT, dan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr.Rahmat Hariyadi, M.Pdselaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M. Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga
4. Bapak Drs. Juz’an M.Hum. yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh keikhlasan dan sabar mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penyelesaian penulisan skripsi iniyang telah mendorong serta memberikan semangat kepada Mahasiswa.
ABSTRAK
Muawanah, Bastiatul. 2017. 11113265. Nilai-Nilai Pendidikan Sosial Dalam Tradisi Sedekah Desa Di Dusun Penggung Desa Karangjati Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2016. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Juz’an, M. Hum.
Kata Kunci : Nilai Pendidikan Sosial, Sedekah Desa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: sejarah sedekah desa Karangjati kecamatan Wonosegoro kabupaten Boyolali. Subyek penelitian, tokoh agama, tokoh masyarakat dan warga. Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk mengetahui data yang valid. Sedekah desa atau lebih sering disebut dengan sedekah bumi yakni suatu upacara adat yang melambangkan rasa syukur manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rezeki melalui bumi berupa segala bentuk hasil bumi. Upacara ini sebenarnya sangat populer di Indonesia, khusunya di pulau Jawa.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif, peneliti mengamati secara langsung pada acara sedekah desa dan wawancara dengan tokoh masyarakat, dan tokoh agama juga warga.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, tradisi sedekah desa ini bermula setelah wafatnya cikal bakal desa Karangjati yang bernama eyang Atmo Sumitro. Tradisi ini merupakan bentuk syukuran adat desa atas melimpahnya hasil panen yang didapat pada tahun tersebut, sekaligus untuk mengirimkan doa kepada orang yang pertama kali dikuburkan di makam Karangjati yang bernama eyang Atmo Sumitro. Adapun prosesi dari sedekah desa adalah mengirim doa berupa dzikir
dan tahlil dengan cara masyarakat berkumpul bersama yang diwakili oleh setiap
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penulisan ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Penegasan Istilah ... 6
1. Nilai ... 6
2. Pendidikan Sosial ... 6
3. Tradisi Sedekah ... 7
F. Metode Penelitian... 8
1. Jenis Penelitian ... 8
2. Tempat Penelitian... 8
3. Subjek Penelitian ... 8
4. Metode Pengumpulan Data ... 8
5. Teknik Analis Data ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
A. Nilai-nilai Pendidikan Sosial... 13
1. Pengertian Nilai ... 13
2. Pengertian Pendidikan Sosial ... 16
3. Metode-metode dalam Pendidikan Sosial ... 19
4. Pendekatan-pendekatan dalam Pendidikan Sosial ... 22
5. Ruang Lingkup Pendidikan Sosial ... 24
B. Tinjauan Sedekah Desa ... 27
1. Pengertian Sedekah Desa ... 27
2. Dasar Tradisi Sedekah Desa... 29
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN ... 33
A. Letak Geografis Desa Karangjati ... 33
B. Upacara Sedekah Desa di Desa Karangjati ... 38
C. Pelaksanaan Tradisi Sedekah Desa ... 46
BAB IV PEMBAHASAN ... 55
A. Sejarah Tradisi Sedekah Desa ... 55
B. Prosesi Tradisi Sedekah Desa ... 57
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 34
Tabel 1.2 Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 34
Tabel 1.3 Pendidikan Masyarakat Desa Karangjati
Pada Ajaran 2016/2017 ... 35
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Pustaka ... 69
Pedoman Wawancara ... 71
Riwayat Hidup Penulis ... 72
Surat Bukti Penelitian ... 73
Lembar Konsultasi ... 74
Surat Keterangan Kegiatan ... 75
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang semakin pesat dan tak terbendung, semakin banyak pula gaya hidup dan tradisi luar yang masuk ke dalam suatu negara khususnya Indonesia. Mengingat Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki berbagai macam tradisi dan budaya yang beranekaragam sudah selayaknya kita sebagai generasi penerus bangsa bersama-sama menjaga budaya dan tradisi turun-temurun yang telah ada sejak zaman nenek moyang.
Setiap tradisi dan kebudayaan di suatu daerahmemiliki arti penting bagi masyarakatnya. Banyak hal yang dapat dipelajari dalam sebuah tradisi, salah satunya adalah nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam setiap pelaksanaan tradisi tersebut. Pendidikan sangatlah penting untuk suatu bangsa sebagai dasar dari pembangunan dan bekal kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Pendidikan merupakan modal utama yang digunakan sebagai sarana untuk mentransfer nilai-nilai dan tradisi masyarakat dari tradisi terdahulu ke generasi yang akan datang, atau dari orang tua ke anaknya. Melalui pendidikan pulalah, peradaban umat manusia yang berkembang dikarenakan ilmu pengetahuan yang berkembang pesat sesuai pandangan dan misi masyarakat dalam kehidupannya.
Dampak modernisasi yang semakin lama semakin pesat dapat menimbulkan banyak implikasi di masyarakat. Oleh karena itulahkeberadaan pemuda dalam masyarakat mempunyai peranan penting, yakni sebagai dasar pemikiran yang kuat, bukan pemikiran impor dan instan akan tetapi pemikiran yang bersumber dari nilai-nilai dan tradisi, serta sesuai dengan aturan yang diinginkan oleh pemuda dan semangatnya,tanpa menghilangkan kepribadian masyarakat.
Dengan demikian perubahan dalam masyarakat senantiasa akan berlangsung secara terus menerus menuju keutamaan dan kemajuan bangsa melalui berbagai perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan tanpa melupakan tradisi yang sudah ada dalam masyarakat. Maka harus dibuang jauh-jauh seruan untuk mengimpor pola pemikiran dan sistem pendidikan yang berbeda dengan pola pemikiran, aqidah dan ideologi dalam masyarakat setempat.
Dalam sejarahnya, perkembangan kebudayaan masyarakat Jawa mengalami akulturasi dengan berbagai bentuk kultur yang ada. Oleh karena itu corak dan bentuknya diwarnai oleh berbagai unsur budaya yang bermacam-macam. Setiap masyarakat Jawa memiliki kebudayaan yang berbeda. Hal ini dikarenakan oleh kondisi sosial budaya masyarakat antara yang satu dengan yang lain berbeda. Kebudayaan sebagai cara merasa dan cara berpikir yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan kelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam satu ruang dan waktu. Salah satu unsur budaya Jawa yang menonjol adalah adat istiadat atau tradisi kejawen. (A. Syahri, 1985: 2)
Seperti yang kita ketahui bahwa di Indonesia banyak terdapat tradisi-tradisi warisan nenek moyang yang masih dilestarikan sampai sekarang. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa alangkah baiknya juga ikut memelihara dan melestarikan budaya dan tradisi yang ada di sekitar kita agar tidak punah terbawa arus globalisasi dan modernisasi yang semakin lama semakin menjadikan pemuda Indonesia mengikuti gaya hidup atau bahkan fanatik terhadap budaya kebarat-baratan dan lupa akan budaya sendiri. Persoalan tersebut bukan berarti bahwa pemuda Indonesia tidak boleh mengenal atau mengetahui tentang budaya negara lain, akan tetapi alangkah baiknya jika kita sebagai generasi penerus bangsa selain mengenal budaya luar juga saling menjaga kebudayaan milik sendiri dengan berusaha melestarikan budaya dan tradisi di sekitar kita, bahkan mengenalkan budaya dan tradisi yang kita miliki kepada dunia.
Seperti yang kita ketahui bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragam. Dari mulai masyarakatnya yang bermacam-macam suku, ras, budaya, tradisi, adat istiadat, dan lain sebagainya. Banyak tradisi di sekitar kita yang harus senantiasa kita jaga kelestariannya, salah satunya adalah tradisi sedekahan di lingkungan pedesaan. Tradisi sedekah desa adalah salah satu dari beribu-ribu tradisi yang ada di Indonesia. Masyarakat jawa biasa menyebut tradisi sedekahan ini dengan sebutan sedekah bumi. Karena tradisi ini sudah tidak asing lagi di lingkungan masyarakat pedesaan, maka wajar jika banyak terdapat hasil penelitian para pendahulu dengan meneliti suatu kebudayaan atau tradisi di dalam masyarakat sebagi obyek dari penelitiannya.
meriah dan seluruh warga desa Karangjati ikut berpartisipasi dalam perayaan acara tersebut tanpa terkecuali, dari mulai anak-anak hingga remaja dan para orang-orang tua ikut merayakan perayaan tradisi tersebut.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dalam latar belakang mengenai tradisi sedekah desa yang masih tetap dipertahankan oleh masyarakat desa Karangjati Kecamatan Wonosegoro, maka peneliti merumuskan beberapa masalah seperti berikut:
1. Bagaimana sejarah Tradisi Sedekah Desa di Dusun Penggung Desa Karangjati Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali ?
2. Bagaimana prosesi Tradisi Sedekah Desa di Dusun Penggung Desa Karangjati Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali ?
3. Apa sajakah nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam Tradisi Sedekah Desa di Dusun Penggung Desa Karangjati Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali ?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk menemukan jawaban dari rumusan masalah yang telah dicantumkan. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah Tradisi Sedekah Desa di Dusun Penggung Desa Karangjati Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
2. Untuk mengetahui prosesi Tradisi Sedekah Desa di Dusun Penggung Desa Karangjati Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti maupun pembaca, baik manfaat secara teoritis maupun secara praktis. Dengan demikian peneliti menyimpulkan beberapa manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini yakni sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan sosial khususnya dalam bidang kajian tradisi yang menggunakan pendekatan fungsionalisme.
b. Dapat memberikan pengetahuan dan wawasan kepada pembaca mengenai salah satu tradisi budaya bangsa Indonesia khususnya di pulau Jawa yang masih terjaga dan dilestarikan keberadaannya oleh masyarakat setempat.
c. Memberikan penggambaran jelas mengenai proses pelaksanaan dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi sedekah desa di desa Karangjati.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan kesempatan bagi peneliti-peneliti lain untuk mengembangkan dan memperdalam kajian mengenai penelitian pelaksanaan tradisi di suatu daerah.
b. Turut mendokumentasikan pelaksanaan budaya masyarakat Karangjati melalui tradisi sedekah desa sebagai bentuk pelestarian budaya masyarakat yang menjadi simbol warisan budaya bangsa Indonesia yang tidak akan pernah hilang sampai kapanpun.
E.Penegasan Istilah
1. Nilai
Nilai merupakan sesuatu yang dianggap berharga dan menjadi
tujuan yang hendak dicapai.Nilai pembentuk adalah nilai usaha
pendidikan yang dapat mempertinggi pengetahuan,
kemampuan,prestasi, dan pembentukan watak. Nilai Praktis Adalah
Sesuatu yang dianggap bermanfaat dan berharga dalam praktek
kehidupan sehari-hari.Nilai religius adalah sesuatu yang dianggap
bermanfaat ditinjau dari segi keagamaan (Sastrapradja, 2010:339).
Nilai budaya Nilai-nilai yang bertolak dari perilaku kehidupan
sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Nilai budaya tersebut dapat mencakup banyak masalah, diantaranya
kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup,
cara berpikir, dan bersikap.Nilai-nilai kehidupan pesan moral, agama,
atau etika sosial yang disampaikan (Haryanta, 2012:178-179). Nilai
sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan,
nilai-nilai agama yang perlu kita indahkan (W.J.S. Poerwadarminta,
2006:677)
2. Pendidikan Sosial
Carter V. Good (1977, 1) dalam bukunya yang berjudul Dasar
Konsep Pendidikan Moral menjelaskan bahwa pendidikan adalah
proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan
perilaku dalam masyarakat. Proses sosial dimana seseorang
sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan
mengembangkan kepribadiannnya.
G. Kartini Kartasapura (1992, 382) mendefinisikan sosial adalah
hubungan seseorang individu dengan lainnya dari jenis yang sama
atau pada sejumlah individu untuk membentuk lebih banyak atau lebih
sedikit, kelompok-kelompok yang terorganisir, juga tentang
kecenderungan-kecenderungan dan impuls-impuls yang berhubungan
dengan yang lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan sosial merupakan proses
pengembangan kemampuan dan kecakapan seorang dalam kehidupan
bermasyarakat, baik hubungan antar sesama manusia maupun hubungan
antar kelompok di suatu lingkungan tempat mereka tinggal.
3. Tradisi Sedekah
Poerwadarminta (2006:1008) menjelaskan dalam bukunya mengenai
definisi tradisi adalah segala sesuatu (seperti adat,kepercayaan, kebiasaan,
ajaran dsb) yang turun-temurun dari nenek moyang. Sedangkan pengertian
sedekah menurutnya yakni memberi kepada orang miskin berdasarkan
cinta kasih kepada sesama manusia, memberi kepada fakir miskin (W.J.S
Poerwadarminta, 2006:883).
Menurut Ahmad Syafii Mufid (2006 : 56), pengertian sedekah desa
atau lebih sering disebut dengan sedekah bumi yakni suatu upacara adat
yang melambangkan rasa syukur manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa
bumi. Upacara ini sebenarnya sangat populer di Indonesia, khusunya di
pulau Jawa.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai yang merupakan dasar-dasar dari
suatu obyek, dan pendidikan sosial yang tidak lain adalah proses
pengembangan kemampuan dan kecakapan seorang dalam kehidupan
bermasyarakat, baik hubungan antar sesama manusia maupun hubungan
antar kelompok di suatu lingkungan tempat mereka tinggal, juga tradisi
sedekah desa yang merupakan suatu upacara adat yang melambangkan
rasa syukur manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rezeki melalui bumi berupa segala bentuk hasil bumi. Dari
ketiga istilah tersebut kita dapat mengetahui bahwa dasar dari pendidikan
sosial dalam pelaksanaan tradisi sedekahan yang terdapat di desa
Karangjati ini adalah nilai keteladanan, nilai kebersamaan, dan juga nilai
kekerabatan.
F.Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
tanya jawab langsung atau dengan kata lain melakukan wawancara antar pihak yang terkait dengan proses penelitian.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di dusun Penggung Desa Karangjati Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali. Waktu penelitian dimulai Tanggal 25 September 2016.
3. Subjek Penelitian
Pada pelaksanaan tradisi sedekah di desa Karangjati, peneliti melibatkan seluruh peserta yang hadir dalam pelaksanaan tradisi tersebut. Khususnya dalam penelitian ini dipilih 3 orang narasumber pokokyaitu tokoh agama, tokoh masyarakatdan wargasebagai subjek penelitian. Subjek yang telah dipilih tersebut diharapkan dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya dengan pemaparan sejelas-jelasnya.
4. Metode Pengumpulan Data
Keberhasilan suatu penelitian terutama penelitian kualitatif, tergatung beberapa faktor. Penelitian semacam ini ditentukan oleh faktor kejelasan tujuan dan permasalahan penelitian, ketepatan pemilihan pendekatan/ metodologi, ketelitian dan kelengkapan data/ informasi itu sendiri. Dalam penelitian yang mendasarkan pada pendekatan kualitatif ini dipergunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara dan studi dokumentasi. Kedua teknik akan dijelaskan berikut ini, digunakan peneliti dalam rangka memperoleh informasi yang saling melengkapi.
Wawancara (interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview giude (panduan wawancara) (Nazir, 2003) interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan berdasarkan tujuan penelitian (Supriyanto &Mahfudz, 2010:199).
ini digunakan untuk memperoleh data, Keadaan dalam Tradisi Sedekah Desa di Karangjati. Peneliti melakukan observasi secara langsung pada saat acara tradisi sedekah desa dan puncak acara wayangan melihat suasana dan keadaan disekitar.
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006). Dalam penelitian kualitatif tidak terdapat prosedur pengumpulan data yang memiliki pola yang pasti. Rianse (2009:6) mengatakan “masing-masing peneliti dapat memberi sejumlah petunjuk dan saran berdasarkan pengalaman masing-masing”, namun demikian Lincoln dan Guba (Rianse,2009) mengatakan terdapat rangkaian prosedur dasar yang dipergunakan dalam penelitian kualitatif, prosedur itu meliputi tahap orientasi, exsplorasi, dan member check. Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini melalui kegiatan sebagai berikut :
a. Tahap Orientasi
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan: Pendekatan tokoh Agama, tokoh masyarakat dan warga yang menjadi obyekpenelitian, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang lokasi dan fokus masalah penelitian, serta memilih jumlah informasi awal yang memadai untuk memperoleh informan yang tepat. Melakukan pendalaman terhadap sumber-sumber bacaan yang berhubungan dengan masalah penelitian, guna menyususn kerangka penelitian dan teori-teori. Melakukan wawancara awal untuk memperoleh informasi yang bersifat umum yang berkenaan dengan ruang lingkup penelitian.
b. Tahap Eksplorasi
c. Tahap Member Check
Pada tahap ini, semua data dan informasi yang telah dikumpulkan dandicek ulang dengan metode triangulasi, untuk melihat kelengkapan atau kesempurnaan serta validitas data. Pengecekan data ini dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
a) Mengecek ulang data-data yang sudah terkumpul dari wawancara, hasil observasi maupun dokumen.
b) Meminta data atau informasi ulang kepada subjek penelitian apabila ternyata data yang terkumpul tersebut belum lengkap.
c) Meminta penjelasan kepada pihak terkait tentang data-data lain yang berhubungan dengan penelitian.
5. Teknik Analisis Data
Tujuan utama penelitian ini adalah memahami perilaku manusia dalam konteks tertentu. Sebagai konsekuensi daritujuan, sifat dan pendekatan penelitian kualitatif tersebut, maka proses dan teknik analisa data yang ditempuh peneliti cenderung beragam. Kualitas konseptual,kreativitas dan intuisi penelitimenentukan keberhasilan analisanya. Sesuai dengan sifat penelitian yang naturalistic-fenomenologis kualitatif, tentunya semua informasi yang dijaring dengan berbagai macam alat studi ini berupa uraian yang penuh deskripsi mengenai subjek yang diteliti, pendapat, pengetahuan, pengalaman dan aspek lainya yang berkaitan. Tentu tidak semua data itu dipindahkan dalam laporan penelitian, melainkan dianalisis dengan menggunakan prosedur.Analisis data dalam penilitian naturalistik kualitatif menurut Rianse (2009:65) adalah proses mengatur data untuk ditafsirkan dan diketahui maknanya.
Menurut Sugiyono (2009:45) ada beberapa prosedur dalam menganalisis suatu data penelitian, di antaranya yaitu:
a. Reduksi Data
b. Display Data
Pada tahap ini,dilakukan dengan merangkum hal-hal pokok yang ditemukan dalam susunan dan sistematis, yaitu data disusun dengan cara menggolongkanya ke dalam pola, tema, unit atau katagori, sehigga tema sentral dapat diketahui dengan mudah, kemudian diberi makna sesuai materi penelitian. Lebih jelasnya apa yang dimaksuddengan analisis dan interpretasi data adalah merupakan proses penyederhanaan dan transformasi timbunan data mentah, sehingga menjadi kesimpulan-kesimpulan yang singkat dan bermakna.
c. Verifikasi
Pada tahap ini dilakukan pengajuan tentang kesimpulan yang telah diambil dengan data pembandingan yang bersumber dari hasil pengumpulan data dan penunjang lahirnya.Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan kesimpulan yang diambil dilakukan dengan menghubungkan atau mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian dengan teori-teori para ahli.
G.Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi ini dipakai sebagai aturan yang saling terkait dan saling melengkapi, adapun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan, terdiridari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional Metode Penelitian meliputi Metode Pemilihan Subyek,Metode Pengumpulan Data, Metode, Analisis Data serta Sistematika Penulisan.
BAB II: Kajian Pustaka
a. Tinjauan tentang Nilai Pendidikan Sosial meliputi: Definisi Nilai dan Pendidikan sosial
b. Tinjauan tentang Sedekah Desa BAB III: Hasil Penelitian
BAB IV : Analisis Data,meliputi
a. Analisis data tentang tradisi sedekah desa dan nilai pendidikan sosial dalam tradisi sedekah desa
b. Analisis data tentang tradisi sedekah desa serta pembahasantradisi sedekah desa
BAB V : Penutup
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Nilai-Nilai Pendidikan Sosial 1. Pengertian Nilai
Menurut Spranger, Nilai adalah suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Dalam pandangan Spranger, kepribadian manusia terbentuk dan berakar pada tatanan nilai-nilai kesejarahan. Penerimaan nilai oleh manusia tidak dilakukan secara pasif melainkan secara kreatif dan aktif. Nilai merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannyadan mendorong orang untuk mewujudkannya.
Sedangkan menurut Horrocks, Nilai merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang akan dicapai atau sebagai sesuatu yang dibutuhkan. Secara dinamis, nilai dipelajari dari produk sosial dan secara perlahan diinternalisasikan oleh individu serta diterima sebagai milik bersama dengan kelompoknya.
Dari pengertian nilai yang dikemukakan para pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa Nilai adalah sesuatu yang dijadikan sebagai panduan dalam hal mempertimbangkan keputusan yang akan diambil kemudian. Nilai merupakan sesuatu yang bersifat abstrak, karena mencakup pemikiran dari seseorang. Penilaian yang dilakukan oleh individu yang satu belum tentu sama dengan individu yang lain.
Macam-macam nilai menurut Spranger dalam buku Psikologi Remaja
(Perkembangan Peserta Didik) yang ditulis oleh Mohammad Ali adalah
sebagai berikut:
b. Nilai agama ialah salah satu dari macam-macam nilai yang mendasari perbuatan seseorang atas dasar pertimbangan kepercayaan bahwa sesuatu itu dipandang benar menurut ajaran agama.
c. Nilai ekonomi adalah salah satu dari macam-macam nilai yang mendasari perbuatan seseorang atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan ada tidaknya keuntungan finansial sebagai akibat dari perbuatan itu. Nilai ekonomi ini dikontraskan dengan nilai seni.
d. Nilai seni merupakan salah satu dari macam-macam nilai yang mendasari perbuatan seseorang atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan rasa keindahan atau rasa seni yang terlepas dari berbagai pertimbangan material.
e. Nilai solidaritas adalah macam nilai yang mendasari perbuatan seseorang terhadap orang lain tanpa menghiraukan akibat yang mungkin timbul terhadap dirinya sendiri, baik itu berupa keberuntungan maupun ketidakberuntungan. Nilai solidaritas ini dikontraskan dengan nilai kuasa.
f. Nilai kuasa adalah macam nilai yang mendasari perbuatan seseorang atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan baik buruknya untuk kepentingan dirinya atau kelompoknya.
Dari macam-macam nilai yang telah disebutkan di atas dapat diketahui bahwa keenam macam nilai tersebut berkaitan erat dengan pelaksanaan tradisi sedekahan di desa Karangjati kecamatan Wonosegoro, karena pada dasarnya tradisi tersebut dilaksanakan sesuai dengan nilai agama, ekonomi, seni, dan solidaritas antar warga desa.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi sedekahan di desa Karangjati ini dilakukan atas dasar nilai-nilai yang terdapat di dalam Al
Qur’an, khususnya nilai-nilai yang berdasar pada ayat-ayat yang berkaitan
Ayat tentang syukur dapat dilihat dari QS. Ibrahim ayat 7
Orang yang bersyukur, maka akan diberikan nikmat yang lebih banyak dan berkah, sementara orang yang tidak pernah bersyukur maka ia akan diberi banyak cobaan. Allah berfirman: “Dan ingatlah tatkala Tuhanmu
memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, Kami pasti akan
menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku maka sesungguhnya adzab-Ku amatlah pedih’.”
Ayat tentang sedekah dapat dilihat dari QS. Al Baqarah ayat 177
مُكَهوُجُواوُّلَوُتْنَأّْرِبْلاَسْيَل kesempurnaan, tapi sesungguhnya yang sempurna adalah orang yang
beriman kepada Allah dan kepada Nabi-Nya, serta memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil, orang
yang meminta-minta dan membebaskan hamba sahaya, dan mendirikan
2. Pengertian Pendidikan Sosial
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar, dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan dalam konteks Islam mengacu pada tiga unsur yaitu;
al-tarbiyah, al-ta’lim dan al-ta’dib. Dari ketiga istilah tersebut term
al-tarbiyah yang terpopuler digunakan dalam praktik pendidikan Islam.
Sedangkan bentuk al-ta’lim dan al-ta’dib jarang digunakan (Samsul Nizar, 2002: 25).
Penggunaan istilah al-tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun kata ini memiliki banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukkan tumbuh, berkembang, memelihara, mengatur dan menjaga kelestarian atau eksistensinya. Memang kata tarbiyah dengan kata kerja rabba merupakan kata umum, kata yang digunakan adalah kata “pengajaran” dalam bahasa arabnya adalah ta’lim dengan kata kerjanya “allama” pendidikan dan
pengajaran dalam bahasa arabnya “tarbiyah wa ta’lim”. Kata kerja Rabba
(mendidik) sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad saw. Dalam
kata benda “rabba” ini digunakan juga untuk “Tuhan” mungkin karena
Tuhan yang bersifat mendidik, mengasuh, memelihara, malah menciptakan.
Kata lain yang berarti pendidikan itu ialah ‘addaba’ kata ta’lim dengan
kata kerjanya ‘allama’juga sudah di gunakan pada zaman Nabi. (Zakiah
Daradjat, 1996: 25-26)
Pengertian pendidikan menurut para ahli, mereka mengemukakan pendapatnya tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:
a. Pendidikan menurut H.A.R. Tilaar:
b. Pendidikan menurut Jalaluddin adalah:
Pendidikan merupakan usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar mereka dapat berperan serasi dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat lingkungannya (Jalaludin, 2001: 95).
c. Pendidikan menurut M. Arifin adalah:
Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian “memberi
makan” (opvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan
kepuasan rohaniah, juga sering diartikan dengan “menumbuhkan” kemampuan dasar manusia. (M.Arifin, 1994: 32 )
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar oleh orang dewasa terhadap perkembangan jasmani dan rohani, untuk menumbuhkan dan membentuk personalitas yang utuh dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab di masyarakat.
Perlu diakui bahwasannya manusia merupakan makhluk sosial, sebab manusia tidak dapat hidup tanpa berhubungan dengan manusia yang lain bahkan untuk urusan sekecil apapun manusia tetap membutuhkan orang lain untuk membantunya. Adapun pengertian sosial adalah sebagai berikut:
a. Dalam Kamus Sosiologi dan kependudukan mendefinisikan sosial adalah hubungan seseorang individu dengan lainnya dari jenis yang sama atau pada sejumlah individu untuk membentuk lebih banyak atau lebih sedikit, kelompok-kelompok yang terorganisir, juga tentang kecenderungan-kecenderungan dan impuls-impuls yang behubungan dengan lainnya (Kartasapura, G. Kartini, 1992: 382).
yang stabil serta harmonis. (R. Soegarda Poerbakadja dan A. H. Harahap, 1994: 275)
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa definisi sosial adalah suatu proses interaksi atau hubungan seseorang individu dengan lainnya dari jenis yang sama atau pada sejumlah individu untuk membentuk lebih banyak atau lebih sedikit kelompok-kelompok yang terorganisir, dalam suatu lingkungan masyarakat.
Adapun pendapat para ahli pendidikan menafsirkan pendidikan sosial sebagai berikut:
a. Menurut Abdul Hamid al- Hasyimi
Pendidikan sosial adalah bimbingan orang dewasa terhadap anak dengan memberikan pelatihan untuk pertumbuhan kehidupan sosial dan memberikan macam-macam pendidikan mengenai perilaku sosial dari sejak dini, agar hal itu mejadi elemen penting dalam pembentukan sosial yang sehat.(Abdul Hamid al-Hasyimi, 2001: 17)
b. Menurut St. Vembriarto
Pendidikan sosial adalah berarti suatu usaha melalui proses untuk mempengaruhi dan mengembangkan sikap sosial pada anak dalam arti mengarahkan kegiatan (aktifitas) pada sosialisasi anak dalam lingkungan sosialnya.(St. Vembriarto, 1984: 6)
c. Menurut Abdullah Nasikh Ulwah
Pendidikan sosial adalah mendidik manusia sejak kecil agar anak terbiasa menjalankan perilaku sosial yang baik, dan memiliki nilai dasar-dasar kejiwaan mulia bersumber pada aqidah dan keimanan yang mendalam, agar ditengah-tengah masyarakat nanti anak mampu bergaul dan berperilaku yang baik, mempunyai keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana.(Abdullah Nasikh Ulwan, 1991: 1)
membina, membangun individu dalam lingkungan sosial supaya ditengah-tengah masyarakat kelak anak mampu bergaul dan berperilaku yang baik terhadap sesama. Tentunya selalu berpegang pada aqidah dan keimanan yang kokoh.
3. Metode-Metode Dalam Pendidikan Sosial
Ada beberapa metode dalam Pendidikan Sosial, menurut Solaeman Yoesoef (1981 : 38)dalam bukunya yang berjudul Pengantar Pendidikan
Sosial menyatakan bahwa yangdimaksud metode adalah suatu kerangka
kerja dan dasar-dasar pemikiran yang digunakan dengan cara-cara yang khusus, metode merupakan jalan menuju suatu tujuan. Dalam pendidikan sosial dapat di tinjau dari cara penyampaiannya, menurutnya ada dua metode yang dapat digunakan yaitu:
1) Metode langsung
Metode ini dilakukan dengan mengadakan hubungan langsung secara pribadi dan kekeluargaan dengan individu-individu yang bersangkutan. Metode ini dapat dilaksanakan secara efektif bila:
a) Ditujukan kepada kelompok-kelompok kecil. Seperti; keluarga, tetangga, masyarakat desa, dimana kelompok ini mempunyai hubungan yang face to face. Kelomok-kelompok demikian disebut dengan primary group.
b) Petugas secara mendalam telah mengetahui kelompok yang menjadi sasarannya.
2) Metode tidak langsung
Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan hubungan secara
tidak langsung kepada individu atau masyarakat yang menjadi sasaran,
melainkan sasaran yang dapat ditempuh dengan mengubah:
a) Kebiasaan, aturan yang sedang berlaku di masyarakat.
b) Struktur kekayaan dimasyarakat.
c) Cara kerja.
Selain metode-metode dalam Pendidikan Sosial yang dikemukakan
oleh Solaeman Yoesoef (1981 : 38) dalam bukunya Pengantar
Pendidikan Sosial terdapat pulabeberapa metode pendidikan sosial
menurut Abdullah Nasih Ulwah yang berkisar pada empat persoalan
yaitu:
a) Penanaman dasar-dasar kejiwaan yang mulia.
Islam telah memberikan pedoman-pedoman pendidikan utama pada
setiap anggota jiwa masyarakat, baik terhadap anak-anak maupun
pemuda dengan dasar-dasar kejiwaan yang mulia lagi mantap dan
dengan pedoman pendidikan yang abadi, untuk menanamkan
dasar-dasar kejiwaan ini pada jiwa perseorangan dan kelompok. Islam telah
memberikan bimbingan yang bernilai pesan-pesannya yang praktis
agar pendidikan sosial menjadi lebih sempurna maknanya, sehingga
masyarakat tumbuh berkembang atas dasar kerjasama yang produktif,
ikatan yang kuat, sopan santun yang luhur, saling mencintai, dan kritik
seseorang perlu dilakukan, contoh konkritnya adalah sikap seseorang
yang jujur, amanah, dan bertanggung jawab.
b) Memelihara hak-hak orang lain.
Memelihara hak-hak sosial merupakan suatu kelaziman yang harus
disertai dengan dasar-dasar kejiwaan yang mulia, dengan ungkapan
yang lebih jelas bahwa dasar-dasar kejiwaan adalah jiwa atau roh,
sedangkan memelihara hak-hak masyarakat merupakan fenomena
lahir. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa roh dan jasad manusia
sangat penting kaitannya dalam upaya memelihara hak orang lain,
maka jika salah satu komponen tidak ikut serta dalam upaya
memelihara hak orang lain maka seseorang tidak dapat dikatakan
berjiwa sosial terhadap orang lain.Sebagai contoh dari memelihara
hak orang lain adalah saling tolong menolong antar sesama manusia
tanpa membedakan status sosial dalam lingkungan masyarakat.
c) Melaksanakan tata krama sosial yang berlaku umum
Menjalankan etika sosial secara umum, dibentuk atas dasar-dasar
pendidikan yang sebenaranya. Tujuannya supaya ketika seseorang
sudah beranjak dewasa dapat menangkap esensi segala masalah,
sehingga ia dapat bergaul dengan sesamanya ditengah-tengah
masyarakat dengan kebaikan dan rasa simpatik dengan cinta yang
utuh, dan dengan budi pekerti yang luhur (Abdullah Nasih Ulwah,
1991: 102). Contoh konkrit dalam memelihara tata krama sosial
dalam berucap dan berperilaku, hormat kepada orang yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda, dan saling menumbuhkan rasa toleransi
antar sesama.
d) Kontrol dan kritik sosial.
Di antara dasar-dasar sosial terpenting dalam membentuk dan
mendidik tingkah laku anak adalah membiasakan sejak dini untuk
melakukan kontrol dan kritik sosial, memelihara setiap orang yang
bergaul dengannya, dan memberi nasihat pada orang yang
menyimpang dari etika Islam. Kontrol dan kritik sosial ini dapat
ditunjukkan pada sikap seseorang, contohnya dengan melakukan amar ma’ruf nahi munkar yakni melakukan perbuatan yang baik dan
menjauhi perbuatan yang buruk seseuai dengan ajaran agama yang
dianutnya.
4. Pendekatan-Pendekatan Dalam Pendidikan Sosial
Pendekatan dalam pendidikan sosial dimaksudkan agar pelaksanaan
pendidikan sosial dapat memenuhi sasaran dan harapan yang telah dicapai
dan yang ditentukan, sehingga dapat berhasil dan bermanfaat bagi semua
pihak(Soelaeman Yoesoef, 1992: 109). Adapun pendekatan –pendekatan
tersebut meliputi:
a. Pendekatan ditinjau dari segi sasarannya.
Pendekatan ini ditujukankepada obyek yang berkaitan erat
dengan pendekatan tersebut yakni manusia dan lingkungannya.
1) Pendekatan Mentalistik.
Pendekatan Mentalistik yaitu suatu usaha pendekatan
terhadap seseorang dalam rangka mempengaruhi dan mengubah
sikap dan tingkah lakunya dengan cara mempengaruhi secara
langsung mental seseorang yang bersangkutan. Pendekatan ini
dapat di tempuh dengan beberapa teknik antar lain: home visit yaitu
suatu metode dengan cara mendatangi rumah-rumah, ceramah
yaitu metode yang digunakan dengan cara menerangkan
kepadaseseorang, wawancarayakni metode dengan cara tanya
jawab, penyuluhanyaitu metode dengan cara memberikan
pengertian yang sejelas-jelasnyakepada seseorang.
2) Pendekatan Kondisional
Pendekatan kondisional yaitu usaha pendekatan dengan cara
mengubah kondisi dan situasi di sekitar seseorang yang
bersangkutan, yang mempunyai pengaruh langsung terhadap
penghayatannya.
b. Pendekatan ditinjau dari segi pelaksanaannya.
Pendekatan ini dapat ditempuh dengan tiga cara yaitu: 1) Cara Pendekatan Memaksa (force).
Yaitu dalam pendidikan ini dilaksanakan dengan memaksa kehendaknya, rencananya kepada masyarakat dan masyarakat harus menerima apa yang telah ditentukan.
2) Cara pendekatan menyesuaikan (persuasion).
seluruhnya mengenai rencana-rencana dan cara-cara serta pelaksanaannya yang ditujukan kepada masyarakat.
Cara pendekatan mendorong (stimulation). Cara pendekatan ini ditempuh dengan jalan mendorong, merangsang masyarakat agar inisiatifnya timbul dan kemudian dengan sukarela melaksanakan program daerahnya dan untuk masyarakatnya. (Soelaeman Yoesoef, 1992: 113).
Pendekatan-pendekatan menurut ST. Vembriarto dijelaskan dengan mencakup tiga macam aspek mental pribadi yaitu :
1) Pengetahuan
Yang dimaksud dengan pengetahuan di sini adalah pengetahuan dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu segala macam informasi yang di peroleh seseorang dari berbagai macam sumber dari dunia sekitarnya. Keseluruhan pengetahuan dan penghayatan yang dialami oleh seseorang dalam perjalanan hidupnya, membentuk pengalaman orang itu. Pengetahuan dan pengalaman seseorang itu dapat mempengaruhi dan mengubah sikap orang tersebut terhadap sesuatu obyek. Perubahan sikap ini dapat mempengaruhi dan mengubah perbuatan orang tersebut. Pengetahuan yang dapat diberikan kepada anak didik dalam program pendidikan sosial memiliki valiabilita yang sangat luas dan sesuai dengan sasaran pendidikan sosial.
2) Sikap (attitude)
Adalah kesediaan mental dan kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap sesuatu obyek. Obyek sikap ini dapat di benda, manusia lain (perorangan atau kelompok) atau sesuatu yang abstrak (nilai, ideologi, faham sosial, dan sebagainya). Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha untuk mempengaruhi dan mengubah sikap seseorang dalam rangka mempengaruhi dan mengubah tingkah lakunya.
Pengertian ketrampilan (skill) dalam arti sempit adalah kemudahan, kecepatan dan tingkah laku motorik yang di sebut juga skill dalam arti luas, keterampilan meliputi aspek manual
skill, intellectual skill, dan social skill. Jenis keterampilan mana
yang dititik beratkan dalam pendidikan sosial, hal itu tergantung pada programnya sesuai dengan sasaran pendidikannya. Aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan itu merupakan totalita dalam program-program pendidikan sosial. Ketiganya secara hakiki harus termuat dalam program, hanya saja mungkin titik beratnya berbeda-beda sesuai dengan prioritas program yang telah di tentukan.
5. Ruang Lingkup Pendidikan Sosial
Pendidikan sosial erat kaitannya dengan manusia, baik hubungan antar
manusia maupun hubungan manusia dengan lingkungan. Manusia sebagai
makhluk yang lemah dan tidak dapat hidup sendiri, akan tetapi selalu
membutuhkan dan bergantung terhadap orang lain terutama dalam
memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya. Untuk itu dalam
lingkungan bermasyarakat kita perlu menanamkan beberapa sikap, yakni
sebagai berikut:
1) Sikap Toleransi
Toleransi artinya dengan sabar membiarkan sesuatu. (Bouman,
1954: 33)Maksudnya adalah kita tidak mengikuti urusan orang lain dan
tidak cuek dengan orang sekitar kita. Sikap toleransi merupakan salah
satu ciri bangsa kita yang sudah menyatu dalam segala sikap dan perilaku
hidup sehari-hari. Untuk bersikap tenggang rasa dan saling menghormati
adanya sikap toleransi supaya terbina kerukunan hidup antara manusia
satu dengan yang lain. Sikap toleransi dalam kehidupan masyarakat
sangat diperlukan sekali karena dapat mewujudkan kerukunan dan
ketenangan antara sesama. Karena kita hidup dengan masyarakat yang
dapat banyak perbedaan, untuk itu kita harus bisa bersikap toleransi di
dalam pergaulan sehari-hari.
2) Solidaritas Sosial
Manusia adalah makhluk sosial. Kebersamaan antara beberapa
individu dalam wilayah membentuk masyarakat yang walaupun berbeda
sifatnya dengan individu-individu tersebut, namun tidak dapat dipisahkan
darinya (Quraisy Shihab, 2000: 324).Manusia tidak dapat hidup tanpa
masyarakatnya, sekian banyak pengetahuan diperolehnya melalui
masyarakatnya sepeti bahasa, adat istiadat, sopan santun dan lain-lain.
Demikan juga dalam bidang material. Betapapun seseoang memiliki
kepandaian, namun hasil-hasil material yang diperolehnya adalah berkat
bantuan pihak-pihak lain, baik secara lagsung dan disadari, maupun
tidak.
Seseorang bisa berhasil itu tidak mungkin dengan sendirinya dan
diwujudkannya dengan mandiri. Manusia itu mengelola, tetapi Allah
yang menciptakan dan memilikinya. Dengan demikian wajar jika Allah
memerintahkan untuk mengeluarkan sebagian kecil dari harta yang
3) Saling Menghargai
Setiap orang sesuai dengan kodratnya harus saling menghargai.
Pengertian menghargai menitikberatkan pada sikap orang harus
meghormati atau mengindahkan hak asasi yang dimiliki oleh diri pribadi
maupun yang dimiliki oleh orang lain. Kesamaan manusia untuk
menghargai hak asasi orang lain berasal dari keinsafan terhadap harga
diri serta harkat dan martabat manusia yang di peroleh sejak ia
dilahirkan.
Masyarakat adalah wadah hubungan satu sama laain dalam
memperoleh kebutuhan hidupnya agar kepentingan manusia dengan yang
lain tidak menimbulkan pelanggaran kepentingan. Maka setiap individu
dalam masyarakat harus menunjukkan sikap perilaku sebagai berikut:
(Bouman, 1954: 35)
a) Masyarakat harus menyadari dari kedudukannnya sebagai
masyakat yang baik dan bertanggung jawab didalam lingkungan
masyarakat.
b) Manusia hidup dalam pergaulan harus menyadari kewajibannya
sebagian dari masyarakat yang mementingkan kepentingan
umum.
c) Sikap manusia sesuai kodratnya wajib menghargai dan
4) Tolong Menolong
Kita mengetahui bahwa Islam menyuruh para umatnya untuk
bertolong menolong dan bantu membatu dengan segala masyarakat
dengan tidak membedakan golongan. Agar menghendaki supaya kita
memberikan pertolongan kepada segala hamba Allah, masing-masing
menurut ketentuannya. Tolong menolong itu ada dua macam (Moh.
Rifa’i, 1993: 2).
a) Tolong menolong yag merupakan uluran tangan dalam bentuk
kebendaan yaitu dengan mengulurkan bantuan kepada para siapa
saja yang memerlukan bantuan untuk mempertahankan dan
meringankan beban hidup, atau memberikan petolongan dan
perlindungan kepada siapa saja yang teraniaya, meringankan
penderitaan orang yang menderita, menentramka orang-orang
yang takut, serta menegakkan kepentingan-kepentingan umum
dalam masyarakat.
b) Tolong menolong dalam bentuk perbuatan yang baik dan taqwa,
yaitu dalam bentuk, tolong meolog memberikan tuntunan daan
bimbingan, atau pengajaran, seta dengan msyawaah yang benar
dan ikhlas. Tolong menolong yang kedua ini untuk membimbing
dan memberi petujuk kepada mayaakat untuk melakuka
kebaikan dan menolak kejahatan. Apabila dalam kehidupan
telah diliputi suasana tolong menolong, maka mayarakat akan
kemajuan, dan mengatasi kesukaran-kesukaran dan sebagaainya.
Tolong menolong ini kita laksanakan dengan penuh keikhlasan
karena Allah semata-mata dan mencari keridhanNya.
B.Tinjauan Tentang Sedekah Desa
1. Pengertian Sedekah Desa
Tradisi sedekahan desa merupakan salah satu dari sekian banyak
tradisi lain yang dilaksanakan setiap tahunnya di desa Karangjati. Tradisi
sedekahan di desa Karangjati atau sering disebut dengan tradisi sedekah
bumi ini tidak jauh berbeda dengan tradisi sedekahan di desa lain, baik
dilihat dari segi waktu, tempat, dan prosesi acara. Tradisi sedekahan desa ini
merupakan satu-satunya hasil kebudayaan yang perayaannya cukup besar
jika dibandingkan dengan pelaksanaan tradisi-tradisi yang lain jika dilihat
dari segi materi, sebab tradisi ini membutuhkan banyak sekali dana dari
masyarakat setempat. Tradisi sedekahan adalah warisan kebudayaan yang
sudah ada sejak zaman nenek moyang, yang diwariskan secara
turun-temurun dan masih dilaksanakan sampai sekarang.
Tradisi sedekah desa merupakan salah satu dari sekian tradisi yang
ada di tengah-tengah masyarakat desa Karangjati yang sampai sekarang
masih dilaksanakan secara rutin di setiap tahunnya. Tradisi ini merupakan
bentuk rasa syukur warga desa Karangjati atas nikmat yang telah Allah
SWT berikan kepada masyarakat desa Karangjati yakni berupa hasil panen
maupun hasil ternak yang melimpah di setiap tahunnya, oleh karena itu
tradisi sedekahan ini sebagai bentuk ungkapan syukur juga untuk
melestarikan salah satu budaya yang telah ada sejak zaman dahulu di desa
Karangjati ini.
Tradisi sedekahan ini juga merupakan salah satu bentuk kebudayaan
yang ada di tengah-tengah masyarakat Karangjati. Agus Salim (1988 : 1)
mengartikan kebudayaan sebagai persatuan antara budi dan daya,
mengandung makna himpunan segala usaha dan daya upaya yang
dikerjakan dengan menggunakan hasil pendapat budi, untuk memperbaiki
sesuatu dengan tujuan mencapai kesempurnaan (Madya, 1988:1).
Bahasa Inggris menyebut kebudayaan dengan sebutan “culture”.
Etimologi kata “cultur” juga membawa kepada budi, karena pengertian awal
ialah menumbuhkan budimanusia atau perkembanganya dengan latihan.
Dalam Bahasa Arab menyebut kebudayaan itu “ath-thaqafah”, yang
mengandung pengertian awal: penggosokan, pemurnian, pembersihan.
Sebutir batu yang digali dari tambang, digosok sampai bercahaya menjadi
berlian, adalah perbuatan itu disebut “thaqafah” itu menjadi unsur
kebudayaan. Penggosokan, pemurnian, dan pembersihan itu dipikirkan oleh
budi dan diwujudkan oleh tangan.
Sutan Takdir Alisyahbana (1988 : 2) mendefinisikan kebudayaan
dengan “manifestasi cara berfikir”. Ia mengartikan bahwa bukankah yang
berpikir itu budi? Alam dalam bentuk murninya bukanlah kebudayaan.
Setelah ia dikerjakan dengan menggunakan pendapat budi, barulah ia
diketahui bahwa suatu kebudayaan bermula pada pemikiran atau budi
manusia, bukan berasal dari alam sebab alampun tidak berpengaruh apa-apa
dalam kebudayaan yang diciptakan oleh manusia tanpa adanya pemikiran
yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.
2. Dasar Tradisi Sedekah Desa
Berdasar wawancara dengan bapak KH. Maksum pada tanggal 27
Maret 2017 adapun dasar dari pelaksanaan sedekah desa di Karangjati
adalah dalil-dalil yang diambil dari ayat Al-Qur’an tentang bentuk rasa
syukur kepada Allah SWT, juga sebagai bentuk sedekahan warga desa
Karangjati, serta sebagai sarana untuk mempererat ukhuwah atau
kekerabatan antar warga desa.
a. Tentang Syukur Surat An-Nahl Ayat 18 :
( ميِحَر روُفَغَل َ َّاللَّ َّنِإ ۗ اَهوُصْحُت َلَ ِ َّاللَّ َةَمْعِن اوُّدُعَت ْنِإَو
١٨
)
Artinya
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang (Syamil Al-Quran Terjemah:269)
b. Tentang sedekah/shodaqoh Surat Al-Baqoroh ayat 195:
اوُنِسْحَأَو ِِۛةَكُلْهَّتلا ىَلِإ ْمُكيِدْيَأِب اوُقْلُت َلََو ِ َّاللَّ ِليِبَس يِف اوُقِفْنَأَو
ِۛ
( نيِنِسْحُمْلا ُّبِحُي َ َّاللَّ َّنِإ
١٩٥
)
195. Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat
baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik (Syamil Al-Qur‟an Terjemah:30)
Suatu tradisi yang dilaksanakan di suatu masyarakat tidak terlepas dari
nilai-nilai pendidikan yang dapat diambil sebagai pembelajaran hidup. Salah
satunya adalah nilai-nilai pendidikan sosial keislaman. Adapun nilai-nilai
pendidikan sosial keislaman yang terdapat dalam pelaksanaan tradisi
sedekah desa diantaranya adalah:
1) Nilai Syukur
Doa memiliki pengaruh yan luas dalam berbagai bentuk pelaksanaan
upacara tradisional orang jawa. Berdoa adalah suatu penyampaian segala
permintaan kepada suatu dzat yang tertinggi yaitu Tuhan. Fungsi doa adalah
memohon kepada Allah agar diberi keselamatan dan kesejahteraan, dengan doa
manusia akan selalu ingat kepada Tuhan. Dalam hadis doa adalah otaknya
ibadah.Berdoa mempunyai wujud syukurkepada Allah dengan berdoa dan
memberikan dari sebagian apa yang diperoleh adalah wujud syukur. Firman
Allah dalam Surat ibrahim Ayat 7
ْمُكَّنَديِزََلَ ْمُتْرَكَش ْنِئَل ْمُكُّبَر َنَّذَأَت ْذِإَو
ۖ
( ديِدَشَل يِباَذَع َّنِإ ْمُتْرَفَك ْنِئَلَو
٧
)
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih".(Syamil Al-Qur‟an Terjemah, 2007:256)
2) Nilai Ibadah
Menurut keyakinan islam, orang yang telah meninggal dunia ruhnya tetap
hidup dan tinggal sementara di alam kubur atau alam barzah. Ruh adalah suatu
zat yang diciptakan Allah di dalam tubuh manusia dengan itu manusia hidup.
Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-hijr ayat 29:
( نيِدِجاَس ُهَل اوُعَقَ ف يِحوُرْ نِم ِهيِف ُتْخَفَ نَو ُهُتْ يَّوَس اَذِإَف
٢٩
)
Artinya :
Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan
kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud (Syamil Al-Qur‟an Terjemah2007:263)
3) Nilai Akidah
Akidah atau keimanan dalam Islam merupakan hakikat yang meresap ke
dalam hati dan akal iman merupakan pedoman dan pegangan yang terbaik bagi
manusia dalam rangka mengarungi kehidupan, iman merupakan pendidikan
paling luhur, mendidik akhlaq, karakter dan mental manusia, dengan iman
manusia dapat mengatur keseimbangan antara jasmani dan rohani. Sesuai
dengan firman Allah dalam Surat Al-Ikhlas ayat 1-4
Artinya :
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
(Syamil Al-Qur‟an Terjemah, 2007:604)
4) Nilai Gotong Royong
Dalam acara sedekah desa segala bentuk penyelenggaraan dari persiapan
membutuhkan kerja sama antar warga. Gotong royong merupakan hal yang
diperintahkan oleh agama Islam dalam hal kebaikan dan takwa. Firman Allah
dalam surat Al-maidah/5 ayat 2
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah,
dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haramjangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi
kamu dari Masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka).
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
(Syamil Al-Qur‟an Terjemah, 2007:106).
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki nilai-nilai tertentu baik nilai
positif maupun nilai negatif, begitu juga pada pelaksanaan tradisi sedekahan di
desa Karangjati. Ada banyak nilai positif yang didapat dari pelaksanaan tradisi
sedekahan desa, begitu juga nilai negatif atau nilai leluhur yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam, diantaranya adalah:
a) Ada sebagian warga mempercayai bahwasannya tradisi sedekah desa itu
mengikuti tradisi nenek moyang terdahulu.
b) Masih mengundang adanya hal-hal negatif seperti adanya
perjudian/permainan klutuk (dadu) pada saat acara puncak kegiatan
sedekah desa dan permainan lain yang melenceng dari syariat agama
islam.
c) Sikap pemborosan, yaitu kegiatan sedekah desa membutuhkan dana yang
besar hanya untuk kegiatan-kegiatan yang sia-sia dan berlebihan, yang
d) Syirik, masyarakat menganggap bahwa tradisi sedekah desa ini
menyembah selain Allah. Yakni ada beberapa warga masyarakat yang
menganggap tradisi sedekah desa ini merupakan wujud rasa syukur
dengan membawa sesembahan atau sesajen kepada makhluk gaib yang
dipercayainya telah memberi banyak hasil panen kepada mereka.
e) Masyarakat menganggap bahwa sedekah desa ini wajib.
f) Perbedaan iuran setiap kepala rumah tangga yang sering menjadikan
kesalahpahaman antar warga masyarakat.
g) Penanaman sifat tamak pada diri anak melalui sikap yang dicontohkan dari
para orang tua yang suka bermegah-megahan dalam melakukan suatu
kegiatan tanpa mengetahui hikmah sebenarnya dalam kegiatan yang
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A.Letak Geografis Desa Karangjati
Desa Karangjati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali, terletak 48 km dari kantor kabupaten Boyolali, letaknya kurang lebih 30 km dari kota Salatiga.Desa Karangjati berada pada ketinggian 156 meter di atas permukaan laut, oleh karena itu desa ini termasuk dalam daerah dataran sedang. Adapun desa-desa yang berbatasan dengan desa Karangjati adalah sebagai berikut:
1. SebelahUtara : Desa Bandung dan Kedungpilang 2. Sebelah Timur : Desa Ketoyan
3. Sebelah Selatan : Desa Klari (kec. Karanggede)
4. Sebelah Barat : Desa Ngablak dan Kedungringin ( kec. Suruh ) Desa Karangjati berbatasan dengan kabupaten Semarang, di sebelah Barat dari desa Karangjati terdapat desa Kedungringin, yang merupakan salah satu desa di kecamatan Suruh kabupaten Semarang.
Luas desa Karangjati465.741 Ha, sedangkan luas tanah kas milik desa adalah 241.547 m2yang terdiri dari tanah sawah, tanah pekarangan, tanah
pemukiman, jalan serta sungai. Dilihat dari kondisi geografis, desa Karangjati merupakan desa yang berada pada ketinggian 156 meter di atas permukaan laut, sehingga desa ini termasuk daerah dataran sedang.
Tabel 1.1
1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
No Kelompok Umur Jumlah
Mata pencaharian masyarakat Desa Karangjatilebih didominasi oleh para petani dibandingkan yang bekerja sebagai pedagang maupun pekerja swasta, oleh sebab itu desa Karangjati termasuk salah satu desa di kecamatan Wonosegoro yang tingkat perekonomiannya bisa dikatakan sedang.
Tabel 1.2
2. Data Penduduk menurut Mata Pencaharian
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah
1 Petani 1.785 orang
2 Nelayan -
3 Pengusaha Sedang/Besar 8 orang 4 Pengrajin / Industri Kecil 119 orang
5 Buruh Industri 77 orang
6 Buruh Bangunan 404 orang
7 Buruh Pertambangan -
8 Buruh Perkebunan -
9 Pedagang 208 Orang
10 Pengangkutan 75 Orang
12 Tni/Polri 22 Orang 13 Pensiunan (ABRI/PNS) 114 orang
14 Peternak 2.047 Orang
15 Lain-Lain 1.226 Orang
Sumber: Monografi Desa Karangjati
Mengenai taraf pendidikan pada tahun 2016 dan mata pencaharian warga desa Karangjati, walaupun letaknya cukup jauh dari ibukota kabupaten, namun antusiasme masyarakat desa Karangjati untuk memperoleh pendidikan sangat besar. Hal ini dapat terlihat dari motivasi dan minat remaja di desa Karangjati untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas, seperti Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta, hal ini menunjukkan bahwa para orang tua memiliki kemauan yang tinggi pula untuk memasukkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.Menurut tingkat pendidikan yang di tempuh oleh penduduk Desa Karangjatipada tahun ajaran 2016/2017 dapatdigambarkan sebagai berikut.
Tabel 1.3
3. Pendidikan Masyarakat Desa Karangjati pada Ajaran 2016/2017
8 Sekolah Menengah
Selain mengenai tingkat pendidikan dan mata pencaharian warga desa Karangjati, di desa Karangjati ini juga terdapat Fasilitas Sosial kemasyarakatan maupun Sarana Pendidikan yang cukup memadaiyakni sebagai berikut.
Tabel 3.4
4. Fasilitas Sosial Keagamaan di desa Karangjati
No Fasilitas Sosial Jumlah
Perekonomian masyarakat desa Karangjati dapat digolongkan sedang, terlihat dari masyarakat yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dibandingkan yang bekerja sebagai pegawai swasta, pendidik (guru), dan pedagang. Melihat letak geografis desa Karangjati masih jauh dari pusat kota dan mata pencaharian masyarakat sebagian besar adalah petani dan kuli bangunan, maka pola pikir masyarakat desa Karangjati masih banyak terpengaruh oleh budaya dan kepercayaan jawa dari generasi kegenerasi secara turun-temurun, hal ini dapat terlihat dari kebiasaan warga desayang masih melaksanakan tradisi sedekah desa yang dilakukan secara rutin setiap satu tahun sekali.
B. Upacara Sedekah Desa di Desa Karangjati
Sedekah desa adalah salah satu tradisi diantara banyaknya tradisi yang ada di desa Karangjati. Tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu, dilaksanakan setiap tahunnya yakni satu kali dalam setahun dan merupakan tradisi warisan dari para pendahulu-pendahulu desa Karangjati, adapun alasan dari pelaksanaan tradisi sedekahan desa di desa Karangjati ini adalah bentuk rasa syukur atas melimpahnya hasil panen yang didapat oleh masyarakat setempat, juga merupakan bentuk rasa syukur atas kesehatan, kesejahteraan, kedamaian dan juga ketentraman dari Allah SWT, yang selama ini telah dirasakan oleh masyarakat desa Karangjati, kemudian rasa syukur tersebut diwujudkan dalam bentuk tradisi atau dijuluki dengan sedekah desa ini atau sering disebut oleh masyarakat setempat tradisi sedekah bumi. Tradisi tersebut selanjutnya disepakati oleh seluruh warga masyarakat dan kemudian ditetapkan oleh kepala desa Karangjati yakni Bapak Sururi, SH.