BAB II TEMUAN OBJEK PENELITIAN
3.3 Nilai Nilai Yang Terkandung DalamTari Satai
tarian ini yaitu tepek sirih, yang mana tepek sirih ini akan di bawa oleh seorang penari pada saat penempilan Tari Satai. Tepak sirih yang di bawa oleh penari ini berisikan beberapa helai daun sirih, yang nantinya sirih ini akan di berikan kepada tamu yang datang di Desa Koto Tuo Pulau Tengah.
Gambar 12. Properti Tari Satai
Dokumentari: Resa Ulfa Meryni(19 Agustus 2022)
Begitu juga nilai religius yang berada dalam Tari Satai. Adanya nilai yang terkandung dalam Tari Satai yang menggambarkan pengungkapan rasa syukur oleh masyarakat atas hadirnya kelahiran manusia yang merupakan garis keturunan oleh setiap ibu. Berdasarkan hasil wawancara peneliti bersama Rosma selaku bidan kampung yang bertugas saat Barimou Perulai, hal ini sebagai bentuk simpati masyarakat untuk melindungi calon bayi dari dalam kandungan sampai proses kelahiran, mereka mempercayai bahwa banyak sekali balak yang kapan saja bisa mengancam keselamatan ibu dan calon bayi. Oleh sebab itu masyarakat mempercayai adanya tolak bala Barimou Perulai yang dijalankan berdasarkan adat dan juga kagama tanpa mengurangi rasa kepercayaan terhadap Sang Pencipta. (Wawancara Rosma, 08 Agustus 2022).
Menurut Harun pasir, penggunaan busana dalam Tari Satai juga dapat menjadi gambaran bahwa busana yang digunakan dalam tari tersebut tidak melanggar kepercayaan masyarakat setempat. Sebagaimana pakaian yang digunakan yaitu baju kurung, mempunyai lengan panjang, memakai kain songket, that berwarna senada dengan kain songket tidak lupa juga hiasan kepala yang dipakai. Tata busana yang dikenakan terkesan tertutup sehingga tidak merusak nilai religius pada Tari Satai sekaligus dapat menjadi ciri khas daerah Kerinci. (Wawancara Harun Pasir, Pencipta tari Satai, 08 Agustus 2022).
3.3.2 Nilai Sosial
Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh D.Dardji Darmodharjo (dalam Hairudin, 2018 : 28). Nilai sosial dapat dikatakan sebagai suatu bentuk yangberguna dalam kehidupan manusia baik jasmani maupun rohani sehingga nilai tersebut mampu mendorong perilaku seseorang untuk menjadi lebih baik. Selain itu (Maryono 2015:16).
Berpendapat bahwa Bentuk tari yang lahir dari masyarakat yang masih kental dengan adat istiadat secara karakteristik merupakan refleksi budaya masyarakat yang cara hidup bersifat komunal, sederhana, lebih mengutamakan solidaritas, simpati yang kuat, dan semangat gotong royong.
Keindahan nilai sosial yang terlihat dalam masyarakat demikian tampak jelas dalam Tari Satai yang memiliki ciri garap berkelompok, sederhana dan bermakna.
Tari Satai memberikan energi positif kepada masyarakat untuk bekerjasama mulai dari pelaksaan penampilan Tari Satai, yaitu ketika penyambutan tamu yang datang ke Desa Koto Tuo Pulau Tengah hingga selesai. Menurut pernyataan Jores selaku pimpinan sanggar, kekompakkan yang ia rasakan terjalin sangat baik antara satu dengan lainnya, hal tersebut tampak saat mereka mengadakan acara untuk penyambutan tamu yang datang ke desa tersebut. Sikap ini ditunjukkan sedari awal dimulainya Tari Satai hingga selesai (Wawancara Jores Saputra, Pimpinan sanggar seni Telaga Biru, 08 Agustus 2022). Dari fakta ini Tari Satai juga terdapat
beberapa gerakan dengan makna yang menggambarkan sikap kebersamaan, selain itu juga penampilan Tari Satai juga terdapat nilai sosisal di dalamnya karena tari ini ditampilkan untuk penyambutan tamu yang datang ke Desa Koto Tuo Pulau Tengah tari ini ditampilkan agar tamu merasa nyaman berada disana dan ikut berbaur dengan masyarakat setempat.
3.3.3 Nilai Pendidika
Nilai Pendidikan moral merupakan makna yang terkandung dalam karya seni, yang diisaratkan lewat cerita. Menurut Sakeh Rawi, nilai moral yang terkandung dalam Tari Satai ini berangkat dari Barimou Parulai yang bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika, nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi dan bermanfaat bagi masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar. (Wawancara, Saleh Rawi, Orang tua adat Desa Koto Tuo Pulau Tengah 08 Agustus 2022)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat dari suatu kelompok yang meliputi perilaku. Hal ini sebagaimana diterapkan dalam gerak Tari Satai yang diangkat dari Barimou Parulai, yang mana masyarakat mendapatkan edukasi secara tidak langsung dari para ahlinya yang membantu saat Barimou Perulai dilaksanakan, dan kemudian masyarakat bersimpati untuk ikut membantu jalannya pelasanaan tersebut dibantu dengan bidan kampung, proses ini secara tidak langsung
mengedukasi masyarakat agar dapat memahami segala kondisi yang terjadi di masyarakat.
3.3.4 Nilai Budaya
Nilai-nilai budaya merupakan sesuatu yang dianggap baik dan berharga oleh suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa yang belum tentu dipandang baik pula oleh kelompok masyarakat atau suku bangsa lain, sebab nilai budaya membatasi dan memberikan karakteristik pada suatu masyarakat dan kebudayaannya. Tradisi yang dimiliki masyarakat Kerinci mengandung nilai budaya yang menjadi ciri khas masyarakat itu sendiri. Hal ini tampak dalam Tari Satai yang merupakan adaptasi dari tolak balak Barimou Parulai agar tetap selalu dilestarikan keberadaannya, meskipun saat ini tolak balak Barimou Parulai tidak dilaksanakan oleh masyarakat karena adanya metode lain yang mengikuti perkembangan zaman. Tari ini dapat dikatakan memiliki ciri khas budaya karena terkandung unsur-unsur yang mencirikhaskan masyarakat Kerinci baik segi tata busana, dimana busana yang digunakan menggunakan pakain khas gadis kerinci, musik iringan dalam Tari Satai juga di iringi dengan syair- syair yang berbahasa daerah Desa Koto Tuo Pulau Tengah hingga latar belakang diangkatnya tari tersebut juga terispirasi dari tolak balak yang ada di Desa Koto Tuo Pulau Tengah (Wawancara Harun Pasir, Pencipta Tari Satai, 08 Agustus 2022).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Tari satai dapat menjadi Tari daerah kerinci karena beberapa faktor. Adapun faktor yang pertama yaitu terlihat dari inspirasi tari ini, diciptakan dari tradisi yang ada
di Desa Koto Tuo Pulau Tengah yaitu Barimou Perulai, adapun gerak yang ditampilkan dalam Tari Satai ini identitas geraknya bersumber dari gerak-gerak tari daerah kerinci lainnya seperti Tari Iyo-Iyo dan Rentak Kudo, dimana banyak terdapat gerak mengayunkan tangan dan menghentakan badan kebawah. Faktor yang kedua yaitu terlihat pada kostum yang digunakan, dimana kontun yang digunakan pada Tari Satai ini menggunakan pakain khas adat gadis kerinci, seperti kulak, baju kurung, hiasan kepala dan lain sebagainya. Faktor yang ketiga yaitu musik iringin yang digunakan pada tari ini menggunakan gog, kentongan, krincingan dan gendang melayu selain itu juga diiringi dengan syair- syair yang berbahsa kerinci. Faktor yang keempat yaitu tari ini selalu ditampilkan saat penyembutan tamu yang datang ke desa Koto Tuo Pulau Tengah, karena tari ini menjadi satu-satunya tari penyambutan yang dimiliki oleh masyarakat setempat sehingga masyarakat menjadikan Tari Satai ini menjadi tari daerah Desa Koto Tuo Pulau Tengah yang akan ditampilkan ketika adanya tamu yang datang ke desa tersebut.
75 BAB IV