HARUN PASIR PENCIPTA TARI SATAI
SEBAGAI TARI DAERAH DESA KOTO TUO PULAU TENGAH KABUPATEN KERINCI : STUDI KOREOGRAFI
SKRIPSI
OLEH :
RESA ULFA MERYNI NIM : I1D118039
PROGRAM STUDI SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK JURUSAN SEJARAH SENI DAN ARKEOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI 2022
HARUN PASIR PENCIPTA TARI SATAI
SEBAGAI TARI DAERAH DESA KOTO TUO PULAU TENGAH KABUPATEN KERINCI : STUDI KOREOGRAFI
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Jambi
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S-1) Program Studi Seni Drama Tari dan Musik
OLEH :
RESA ULFA MERYNI NIM : I1D118039
PROGRAM STUDI SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK JURUSAN SEJARAH SENI DAN ARKEOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI 2022
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang berjudul “Harun Pasir Pencipta Tari Satai Sebagai Tari Daerah Desa Koto Tuo Pulau Tengah Kabupaten Kerinci: Studi Koreografi” yang diajukan oleh:
Nama : Resa Ulfa Meryni
NIM : I1D118039
Program Studi : Seni Drama Tari dan Musik
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing I dan pembimbing II untuk diujikan dalam sidang ujian skripsi/pengkajian Seni Tari Program Studi Seni Drama Tari Dan Musik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi
Pembimbing I
Hartati M. S.Kar., M.Hum. Jambi, Desember 2022
NIP. 195906251986012001
Pembimbing II
Sri Ramadanti S.Pd., M.Pd. Jambi, Desember 2022
NIK. 201509092019
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Harun Pasir Pencipta Tari Satai Sebagai Tari Daerah Desa Koto Tuo Pulau Tengah Kabupaten Kerinci: Studi Koreografi” Skripsi Program Studi Seni Drama, Tari dan Musik yang disusun oleh Resa Ulfa Meryni, nomor induk mahasiswa I1D118039 telah dipertahankan didepan tim penguji :
Hari :
Tanggal : Desember 2022.
1. Hartati M. S.Kar., M.Hum. (Ketua)
NIP. 195906251986012001 ...
2. Sri Ramadanti S.Pd., M.Pd. (Sekretaris)
NIK. 201509092019 ...
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sendratasik
Indra Gunawan, S.Sn.,M.Sn.
NIP.199012012019031018 Didaftarkan Tanggal :
Nomor :
v MOTTO
“
Sukses adalah jumlah dari upaya kecil, yang diulang hari demi hari”
“Semua pencapaian yang sudah didapat tidak terlepas dari do‟a kedua orang tua”
Kupersembahkan skripsi ini untuk orang kedua orang tua yang paling berharga dihidupku yaitu ayah dan ibunda tercinta yang berjuang keras untuk mengantar aku untuk meraih ilmu, dan doanya, hingga diriku menjadi kuat dan sabar.
Semoga aku dapat menjadi yang terbaik. Cinta kasih kalian akan menjadi cahaya bagiku dalam mengarungi kehidupan dan menggapai cita-cita.
vi
HALAMAN PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Resa Ulfa Meryni
NIM : I1D118039
Program Studi : Seni Drama Tari dan Musik Jurusan : Seni Tari
Dengan ini menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari karya pihak lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini merupakan jiplakan atau plagiat, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Jambi, November 2022 Yang Membuat Pernyataan
Resa Ulfa Meryni I1D118039
vii ABSTRAK
Resa Ulfa Meryni. 2022. Harun Pasir Pencipta Tari Satai Sebagai Tari Daerah Desa Koto Tuo Pulau Tengah Kabupaten Kerinci: Studi Koreografi. Skripsi. Program Studi Seni Drama Tari dan Musik, Jurusan Sejarah Seni dan Arkeologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi.
Pembimbing (I) Hartati M. S.Kar., M.Hum. (II) Sri Ramadanti S.Pd., M.Pd.
Desa Koto Tuo Pulau Tengah merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi dengan berbagai kesenian yang dimiliki salah satunya yakni Tari Satai. Tari Satai sudah diciptakan lebih kurang pada tahun 1981 setelah kegiatan Berimou Parulai tidak dilakukan lagi. Berdasarkan fakta yang didapatkan dilapangan, hilangnya kegiatan tersebut dikarenakan pola pikir masyarakat yang mulai berkembang dan percaya bahwa jika ada seorang ibu yang sedang mengandung bisa langsung megunjungi dokter atau rumah sakit setempat untuk proses pengobatan dan persalinan.
Selain itu, faktor alam juga sudah tidak mengizinkan, dimana saat ini masyarakat tidak lagi mandi ataupun melakukan kegiatan lain disungai dikarenakan sudah memiliki kamar mandi masing-masing. Atas dasar inilah Harun Pasir kemudian menciptakan tari Satai yang berbekal pada ide dan semangat beliau untuk mengangkat kembali tradisi-tradisi yang sudah menghilang seperti Berimou Perulai menjadi sebuah tarian. Hal demikian menjadikan peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang studi koreografi Tari Satai sebagai Tari Daerah Kerinci ciptaan Harun Pasir yang ada di Desa Koto Tuo Pulau Tengah Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode penelitian kualitatif, yang mana metode ini dinamakan sebagai metode baru, kerena populasinya belum lama. Metode kualitatif disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tari Satai ternyata masih diakui keberadaannya dan masih dapat dinikmati keindahannya karena adanya niai- nilai pembelajaran didalamnya, yang masyarakat berpendapat nilai tersebut dihadirkan dengan sajian yang lebih sederhana dan memenuhi persyaratan sebagai suatu dipertunjukan yang bersifat hiburan sekaligus mendidik. Tari Satai juga memiliki unsur tradisi yang kuat, sehingga dapat menjadi ciri khas atau karakter dari masyarakat karena berangkat dari kebiasaan masyarakat itu sendiri yaitu Balimou parulai.
Kata Kunci : Tari Satai, Balimou parulai, Harun Pasir.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allkah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Harun Pasir Pencipta Tari Satai Sebagai Tari Daerah Desa Koto Tuo Pulau Tengah Kabupaten Kerinci: Studi Koreografi”.
Penulisan Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Strata-1 (S1) Pada Pogram Studi Sendratasik Jurusan Seni, Sastra dan Arkeologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi.
Selama Pelaksanaan penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantua, bimbingan, arahan dan doa dari berbagai pihak, hingga akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada :
1. Prof. Dr. M. Rusdi, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.
2. Indra Gunawan, S.Sn., M.S.n Selaku ketua prodi SENDRATASIK FKIP Universitas Jambi.
3. Hartati M, S.Kar., M.Hum., sebagai pembimbing Skripsi I, yang telah bersedia membantu, meluangkan waktunya dan memberikan masukan, membimbing dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi ini.
4. Sri Ramadanti S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing skripsi II, terimakasih telah sabar membimbing, meluangkan waktunya disela-sela kesibukan namun tetap membimbing penulis, dan telah banyak memberikan masukan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Mahdi Bahar, S.Kar.,M.Hum., sebagai penguji skripsi I, yang telah banyak memberikan dukungan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
ix
6. Bapak Masvil Tomi, S.Sn.,M.Sn., sebagai penguji skripsi II, yang juga banyak memberikan dukungan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Amor Seta Gilang Pratama, S.Sn.,M.Sn., selaku dosen pengampu akademik yang selalu mendukung saya dan memberikan arahan terbaik dalam penulisan.
8. Seluruh Dosen Prodi SENDRATASIK yang telah membimbing dan memberikan ilmu selama masa perkuliahan
9. Terimakasih kepada kedua orang tua ayahanda Kasmir dan ibunda Yetni yang sudah mendidik saya dengan penuh kasihsayang dari kecil sampai saat ini, serta atas do‟a dan semnagat dari merekalah saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
10. Terimakasih kepada bapak Harun Pasir selaku pencipta dari Tari Satai yang sudah memberikan informasi mengenai Tari Satai sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik
11. Terimakasih kepada seluruh penari Tari Satai yang sudah membantu dan ikut berpartisipasi dalam penelitian Tari Satai ini.
12. Untuk teman-teman seperjuangan SENDRATASIK 2018 yang selalu memberikan semangat serta memotivasi untuk penyelesaian skripsi ini.
13. Kepada semua narasumber yang telah memberikan saya banyak informasi, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu proses penelitian dan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak kekurangan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya. Aamin Ya Rabbal‟Alamin.
Jambi, Desember 2022 Penulis
Resa Ulfa Meryni I1D118039
x DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN SAMPUL………i
HALAMAN PERSETUJUAN………iii
HALAMAN PENGESAHAN………..…iv
MOTTO……….v
HALAMAN PERNYATAAN………...…..vi
ABSTRAK………..……..vii
KATA PENGANTAR……….…viii
DAFTAR ISI……….x
DAFTAR GAMBAR………..xii
DAFTAR LAMPIRAN………...…xv
GLOSARIUM……….xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1
1.2 RumusanMasalah...6
1.3 Tujuan Penelitian...6
1.4 Manfaat Penelitian...7
1.5 Tinjauan Pustaka...8
1.6 Metode Penelitian...16
BAB II TEMUAN OBJEK PENELITIAN 2.1 Letak Geografis Desa Koto Tuo Pulau Tengah...23
2.2 Agama dan Kepercayaan...25
2.3 Penduduk...26
2.4 Harun Pasir ...27
2.5 Latar Balakang Pendidikan...29
2.6 Tari Ciptaan HarunPasir...30
2.7 Prosesi ritual Tolak Balak Barimou Perulai...32
xi
2.8 Tari Satai...39
xii
BAB III PEMBAHASAN DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN
3.1 Ide koreografi...42
3.2 Struktur Tari Satai...46
3.3 Nilai Nilai Yang Terkandung DalamTari Satai...69
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan...75
4.2 Saran...76
DAFTAR PUSTAKA...77
LAMPIRAN...79
RIWAYAT HIDUP...91
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1. Kerangka konsep...16
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Wilayah Desa Koto Tuo Pulau Tnegah...24
Gambar 2. Persiapan mandi barimou parulai...34
Gambar 3 Alat Dan Bahan Mandi Barimou Perulai...34
Gambar 4 Pengutusan dua orang hulu baling...36
Gambar 5 Pelaksanaan Mandi Barimou Perulai Nyelo (Menyelam)….…………37
Gambar 6 Pelaksanaan Mandi Barimou Perula (Siraman Air 7 Macam Limau oleh bidan kampung pertama)……….38
Gambar 7 Pelaksanaan Mandi Barimou Perulai Calikpin……….….38
Gambar 8. Penampilan pertama Tari Satai..……… …….40
Gambar 9. Acara festival Desa Koto Tuo Pulau Tengah……….41
Gambar 10. Kostum Tari Satai ……….…….62
Gambar 11 Alat musik Tari Satai………..……66
Gambar 12 Properti Tari Sata………..…69
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Narasumber...75 Lampiran 2. Daftar Pertannyaan Wawancara...78 Lampiran 3. Dokumentasi Observasi...82
xvi GLOSARIUM
nyaru : memanggil
kulak : tengkuluk
thhat : kain sebagai bawahan dari songkok barimou parulai : mandi berlimau untuk ibu hamil
mandi kayek : mandi ke sungai
mengihok : mengarak
cano : gong
mangkau : rumah besar
calikping : tepung yang diberi kunyit
bento : rumput yang tumbuh di pinggir sawah ninek mamak : nenek mamak
hulu balang : orang yang mengarak keliling kampung
nyalo : menyelam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Desa Koto Tuo Pulau Tengah merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi, memiliki berbagai kesenian seperti Tari Satai, Iyo Iyo, Yadahdan, dan Ngagah Imau. Di samping itu juga terdapat beberapa kesenian lainnya seperti, Pencak Silat, Tanjuk Moh, Belahak dan Barimou Perulai. Salah satu jenis tarian yang ingin peneliti kaji yaitu Tari Satai, ciptaan oleh Harun Pasir.
Harun Pasir adalah masyarakat Desa Limok Manai Pulau Tengah lahir pada 05 Mei 1941 di Koto Dian Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci sekarang beliau berusia 81 tahun. Harun pasir merupakan putra daerah yang kesehariannya bekerja sebagai petani.
Dalam dunia pendidikan beliau hanya menyelesaikan pendidikan pada tingkat Sekolah Menegah Ekonomi Atas (SMEA). Walaupun demikian beliau sudah menciptakan beberapa tarian yang hanya berbekal pada ide dan semangat Harun Pasir untuk mengangkat kembali tradisi-tradisi yang sudah menghilang seperti Barimou perulai dan Ngagah imau menjadi sebuah tarian, maka dari itu sebagai putra daerah timbul keinginan untuk mengangkat salah satunya yaitu Barimou perulai menjadi sebuah tarian yang dinamakan dengan Tari Satai, (wawancara Harun Pasir 05 Mei 2022).
2
Tari Satai memiliki gerakan yang menggambarkan seperti pemanggilan roh, dengan proses gerakan kedua tangan digerakan dari bawah sampai ke atas. Ketika sudah sampai di atas arah depan kepala, kedua pergelangan tangan digerakan arah ke dalam badan diputar dan diturun pelan kearah bawah. Selanjutnya ada gerak mengayunkan tangan, gerak sembah, gerak sakti, gerak meyeru, gerak permohonan, dan gerak bertepuk, demikian nama-nama gerak Tari Satai yang dibuat oleh Harun Pasir.
Dilihat dari pertunjukan Tari Satai pada saat penyambutan tamu di Desa Koto Tuo Pulau Tengah. Tari ini ditarikan berpasangan oleh penari perempuan dengan jumlah enam, delapan, sampai sepuluh pasang penari. Saat tamu mulai berjalan, posisi penari lurus berbanjar dan saling berhadapan bersama dengan berjalannya tamu menuju tempat yang sudah disediakan sebelumnya, setelah tamu sampai di tempat duduk maka Tari Satai pun selesai ditampilkan..
Adapun kostum dan aksesoris yang dipakai oleh penari Tari Satai ini memakai pakaian yang sering dipakai oleh ibuk-ibuk dalam setiap acara adat di Desa Koto Tuo Pulau Tengah, yang terdiri atas baju kurung, tahhat atau kain sebagai bawahannya terbuat dari kain songket. Selempang yang juga terbuat dari kain songket, bahagian tutup kepala sering disebut dengan kulak yang dipakai di atas kepala terbuat dari dua helai kain merah yang diisi kapas dan disususn bertingkat masisng-masing tingkat terdapat 25 cincin, kemudian
3
kelengkapan lainnya adalah kalung dan hiasan kepala seperti bunga raut yang berjumlah 3 buah (Wawancara, Harun Pasir, 05 Mei 2022)..
Selanjutnya musik pengiring Tari Satai ini diiringi dengan alat musik kentongan, gong, krincingan dan dua gendang Melayu. Alat-alat musik ini dimainkan untuk mengiringi syair- syair yang dilantunkan oleh penyanyi dalam Tari Satai. Dilihat dari pertunjukannya, syair merupakan lantunan yang dinyanyikan dalam Tari Satai ini (survei di Desa Koto Tuo Pulau Tengah 03 April 2022). Adapun salah satu syair yang dilantunkan dalam Barmau Parulai yang sekarang sudah dijadikan lirik lagudalam Tari Satai yang menggambarkan pemanggilan roh nenek moyang yaitu :
Oohhh Sataii…. Ninek Karamak….. Oohhh Sataii….. Ninek Karamak… Ranok ralah cuca ralah tibei pulo Mawoak alah sajek alak pusako Nak buserau ngimbeu lah kayo
Oohhh sakti…nenek keramat Oohhh sakti …nenek keramat Anak dan cucu sudanh datang lagi membawa lah alat pusaka Ingin teriak memaggil kamu
Demikian gambaran dari pada latar belakang penciptaan Tari Satai yang diciptakan oleh Harun Pasir yang merupakan penduduk asli dari Desa Koto Tuo Pulau Tengan yang mana dalam kesehariannya
4
beliau bekerja sebagai petani dan di dunia pendidikan beliau pun sudah meyelesaikan pendidikan sampai pada Sekolah Menegah Ekonomi Pertama. Walaupun demikian beliau sudah mampu memciptakan sebuah tari yang diberinama Tari Satai.
Menurut Harun Pasir, Tari Satai sudah diciptakan lebih kurang pada tahun 1981 setelah hilangnya Barimuo Parulai pada tahun 70-an.
Berkaitan dengan penciptaan tari tersebut Harun Pasir menjelaskan Barimou Parulai merupakan proses pengobatan yang diselenggarakan ketika terjadinya kemalangan terhadap ibu hamil, seperti meninggalnya bayi dalam kandungan atau meninggalnya seorang wanita atau bayi pada saat proses persalinan. Berdasarkan hasil observasi (wawancara, Sukriani, selaku pemangku adat di Desa Koto Tuo Pulau Tengah 23 Februari 2022). Mengatakan bahwa Barimou Parulai merupakan suatu kegiatan turun mandi ke sungai yang pelaksanaanya dilakukan di tepi aliran sungai (Mandi Kayek). Sebelum pelaksanaan kegiatan diselenggarakan, beberapa tokoh adat akan mengihok atau (mengarak) keliling desa menggunakan cano atau gong yang di bunyikan bahwa telah terjadinya kemalangan terhadap ibu hamil yang ada Di Desa Koto Tuo Pulau Tengah, keesokan harinya kegiatan ini siap diselengarakan ketika semua ibu hamil sudah berkumpul, diawali dengan pembacaan do‟a selamat oleh tokoh adat.
Setelah tokoh adat selesai membacakan doa selamat, maka dilakukan siraman air 7 macam limau diawali dengan siraman pertama dilakukan
5
kepada ibu yang mengalami kemalangan dan seterusnya dilanjutkan kepada ibu-ibu hamil yang lainnya.
Pada tahun 70-an acara Barimou parulai tidak ditampilkan lagi.
Berdasarkan fakta yang didapatkan dilapangan hal tersebut dikarenakan pola pikir masyarakat yang mulai berkembang dan percaya bahwa jika ada seorang ibu yang sedang mengandung bisa langsung megunjungi dokter atau rumah sakit setempat untuk proses pengobatan dan persalinan. Selain itu, faktor yang menyebabkan tidak diselenggarakannya lagi Barimou Perulai dikarenakan bidan kampung sudah menyatu dengan pemerintah setempat dan faktor alam yang sudah tidak mengizinkan, dimana saat sekarang ini masyarakat tidak lagi mandi ataupun melakukan kegiatan lain di sungai dikarenakan sudah memiliki kamar mandi masing-masing di rumah (wawancara Saleh Rawi 08 mei 2022) . Berdasarkan fakta yang dijelaskan diatas membuat Harun Pasir menciptakan sebuah tari yang sekarang diberi nama Tari Satai.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang studi koreografi Tari Satai sebagai tari Daerah Kerinci ciptaan Harun Pasir yang ada di Desa Koto Tuo Pulau Tengah Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Adapun hal-hal yang menarik untuk diteliti dengan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
6 1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan tersebut, ada beberapa permasalahan yang menarik untuk diteliti dibatasi hannya pada Studi Koreografi Tari Satai ciptaan Harun Pasir dalam sebuah pertannyaan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana Harun Pasir mewujudkan ide Koreografi berdasarkan Barimou Perulai menjadi Tari Satai?
1.2.2 Mengapa Tari Satai ciptaan Harun pasir dapat menjadi Tari daerah kerinci?
1.3. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulis melakukan penelitian adalah untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diajukan yaitu:
1.3.1. Untuk mengetahui bagaimana Harun Pasir mewujudkan ide koreografi berdasarkan Barimou Perulai masalalu menjadi Tari Satai.
1.3.2. Untuk mengetahui kenapa Tari Satai ciptaan Harun Pasir dapat menjadi tari daerah Kerinci.
7 1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian sebagaai berikut : 1.4.1. Manfaat Teoritis
1.4.1.1 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk membantu dalam meningkatkan ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan khususnya di bidang seni.
1.4.1.2 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan Seni Tari warisan budaya masalalu Tari Satai di Desa Koto Tuo Pulau Tengah Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci baik barupa dokumen yang nantinya dapat diperoleh oleh masarakat di desa tersebut dan dikenal oleh masyarakat luar.
1.4.2. Manfaat Praktis 1.4.2.1 Manfaat bagi penulis
Mengembangkan wawasan keilmuan, kreatifitas dan kemampuan berpikir penulis dalam upaya melestarikan tari tradisional yang dimiliki oleh masarakat di Desa Koto Tuo Pulau Tengah.
1.4.2.2 Manfaat bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat sebagai bahan pertimbangan tarian tarian tradisi guna untuk melestarikan Tari satai yang ada di Desa Koto Tuo Pulau Tengah
8
1.4.2.3 Manfaat bagi dunia pendidikan dan keilmuan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak yang memberikan perhatian terhadap seni tradisional yang ada di Desa Koto Tuo Pulau Tengah.
1.5. Tinjauan Pustaka
Tinjauan kepustakaan adalah bagian yang sangat penting dalam penulisan proposal, karna pada tinjauan pustaka mengungkapkan pemikiran tentang teori yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti, yang terdiri atas penelitian relevan, landasan teori, dan kerangka konsep yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1.5.1. Penelitian relevan
Marieta Dian Ayu Prakasiwi pada tahun 2016 menulis skripsi dengan judul “Koreografi Tari Geleng Ro’om karya Dimas Pramuka Admaji” jurusan Seni Tari Institut Seni Indonesia Surakarta. Objek dari penelitian ini adalah Tari Geleng Ro’om. Hasil dari penelitian ini adalah dapat diketahui tentang proses kreatif Dimas Pramuka Admaji dalam penciptaan Tari Geleng Ro’om dan bentuk koreografi Tari Geleng Ro’om. Penciptaan Tari Geleng Ro’om terinspirasi dari fenomena keberadaan perantau wanita Madura yang ada di Surabaya yang berprofesi sebagai pedagang keliling tradisional dan keterkaitannya dengan budaya wanita Madura Geleng Ro’om yang menganggap gelang sebagai penanda starus ekonomi dan sosial. Bentuk koreografi tari adalah tari kreasi putri kelompok yang memunculkan karakter wanita Madura
9
yang unik dan berbeda dengan wanita lain pada umumnya. Kemunculan karakter ini di wujudkan dalam garap gerak yang diinspirasi dari kegiatan pedagang wanita Madura, eksplorasi terhadap gelang, dan pengembangan gerak tari tradisi Madura.
Berdasarkan dari beberapa penjelasan tersebut terdapat kesamaan yang akan diteliti yaitu tentang Koreografi Tari Geleng Ro’om karya Dimas Pramuka Admaja, sedangkan peneliti meneliti tentang Studi Koreografi Tari Satai. Memiliki kesamaan metode penelitian kualitatif.
Penelitian di atas digunakan sebagai bahan acuan dan referensi penulis sebelum melakukan penelitian.
Putri Anisa Utami (2020) menulis skripsi dengan judul “Harun Pasir Pencipta Tari Ngagah Imau Sebagai Tari Daerah Kerinci: Study Koreografi “Jurusan Sendratasik Universitas Jambi. Objek dari penelitian ini adalah Tari ngagah imau yang diciptakan oleh Harun Pasir, ia menjelaskan bahwa dalam mewujudkan ide koreografi yaitu ide menata, menggarap, dan mengubah gerak sehingga menjadi sebuah bentuk sajian karya tari, ia berimajinasi dengan alam yang artinya setiap gerak pada tari yang diciptakannya selalu terispirasi dari alam dan dari kegiatan masyarakat setempat. Pada Tari Ngagah Imau ia menjelaskan bahwa bentuk gerak tersebut berupa peniruan dari gerak-gerak binatang seperti menirukan gerak-gerak harimau seperti menyerang, menyeru, gerak jatuh telungkup, ditambah dengan gerak selamat datang dan gerak sumpah.
Harun Pasir juga menjelaskan bahwa bagian pada Tari Nggah Imau, pada
10
bagian pertama ia menginterprestasikan ritual Ngagah Imau dan juga menambahkan beberapa cerita rakyat Negeri Pulau Tengah.
Dari penjelasan diatas terdapat perbedaan dengan penelitian ini ialah dengan mengunakan objek yang berbeda tetapi tempat dan pencipta tarinya sama selain itu rumusan masalah dalam penelitian ini juga sama.
Penulis dalam penelitian yang berjudul Harun Pasir pencipta Tari Satai sebagai Tari daerah Kerinci : studi koreografi, bahwa penulis akan menjelaskan latar belakang Tari Satai yang terdapat di Desa Koto Tuo Pulau Tengah.
1.5.2. Landasan teori
Landasan teori merupakan teori yang perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba coba, dengan adanya landasan teori ini menunjukan bahwa penelitian itu merupakan ciri, bahwa penelitian ini merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data Sugiono (2019:84) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Seperti yang akan diteliti penulis yaitu “ Harun Pasir Pencipta Tari Satai Sebagai Tari Daerah Kerinci : Studi Koreografi” untuk mejelaskan permasalahan dalam penelitian ini digunakan beberapa teori yaitu :
1.5.2.1. Teori koreografi
Y Sumandio Hadi (2012:1) dalam bukunya yang berjudul Koreografi ruang proscenium. koreografi sebagai pengertian konsep,
11
adalah proses perencanaan, penyeleksian, sampai kepada pemebentukan (forming) gerak tari dengan maksud dan tujuan tertentu. Perinsip prinsip pembetukan gerak tari itu menjanti penting dalam pengertian
“koreografi”, sehingga pada prinsipnya sesungguhnya pengertian konsep
“koreografi” pada awalnya semata mata hannya diartikan sebagai pembentukan atau penyususuna gerak gerak tari saja belum mencakup aspek aspek “pertunjukan Tari” lainya, seperti aspek musik iringan, rias, kostum, dan aspek aspek lengkap tempat pertunjukannya. Dalam buku Y Sumandio Hadi (2012:70) terdapat beberapa aspek dalam menyusun koreografi yaitu :
“(1) Tahap eksplorasi, eksplorasi adalah suatu pengalaman untuk mendapatkan ransangan, sehingga dapat memperjuat daya keriatifitas.
(2) Tahap Improvisasi, tahap improvisasi diartikan sebagai penemuan gerak secara kebetulan.
(3) Tahap pembentukan, tahap pembentukan merupakan tahap yang terakhir dari proses koreografi.
Artinya seorang akoreografer atau atau penari setelah melakukan tahap tahap sebelumnya yaitu eksplorasi dan improvisasi mulai berusaha membentuk atau menstraspormasi bentuk gerak menjadi sebuah Tarian atau koreografi
Koreografi yang dimaksud dalam tulisan ini bertujuan untuk membantu memecahkan masalah tentang bagaimana harun pasir mewujudkan ide koreografi berdasarkan Barimou perulai masalalu menjadi Tari Satai dari proses eksplorasi, improvisasi dan pembentukan Tari Satai.
12 1.5.2.2. Teori estetika
Kata estetika diturunkan dari akar kata yunani aisthetikos, yang berarti ‟mengamati dengan indra‟ (aisthanomai). Kata estetika juga terkait dengan kata aesthesis, artinya „persepsi‟ (perception). Pengamatan ini terkait erat dengan pengalaman indrawi serta berbagai macam perasaan yang di timbulkannya. Estetika juga merupakan bagian dari ilmu nilai (aksiologi), tetapi hanya berurusan dengan nilai keindahan dan seni. Maka estetika adalah teori yang mencakup tentang yang indah, penyelidikan tentang prinsip-prinsip landasan seni dan pengalaman yang berkaitan dengan seni, penciptaan seni, penilaian atau refleksi terhadap karya seni Matius Ali (2011: 02).
Berdasarkan penjelasan di atas teori estetika di dalam penelitian ini digunakan untuk melihat pengaruh karya seni pada masyarakat setempat dan pengalaman yang berkaitan dengan penilaian, keindahan dan penciptaan terhadap karya seni yaitu Tari Satai yang ada di Desa koto Tuo Pulau Tengah.
1.5.2.3. Teori struktur
Menurut Jackquline Smith terjemahan Ben Suharto (1985:72) menjelaskan bahwa struktur adalah suatu wujud yang terdiri dari bentuk dan elemen pembentuk yang saling berkaitan sesuai dengan fungsinya dan tidak terpisahkan dalam suatu kesatuan bentuk yang utuh.
Dalam hal ini peneliti akan mengkaji sebuah peristiwa di Desa Koto Tuo Pulau Tengah Kabupaten Kerinci yang tentunya dalam Tari Satai
13
tersebut mempunyai beragam fungsi dan peran masing-masing seperti gerak pada Tari Satai, terdapat gerak sembah yang dimana gerakan ini sebagai bentuk penghormatan kepada roh nenek moyang selain itu terdapat juga musik, kostum dan properti yang saling berkaitan sesuai dengan fungsinya masing-masing dan tidak dapat terpisahkan.
1.5.3. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sugiono 2019:95), dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Definisi ide, koreografi, tari, Tari satai, masyarakat dan desa. Kosakata di atas merupakan istilah pokok berkaitan dengan masalah yang akan diteliti yaitu Tari Satai Di Desa Koto Tuo Pulau Tengah.
1.5.3.1. Ide
Ide merupakan modal awal dalam menghasilkan sebuah karya seni.
Penuangan ide dalam suatu karya seni dibutuhkan suatu kemampuan yang kreatif dari seorang pencipta seni, agar pikiran yang berawal dari sebuah bayangan imajinasi dapat dibentuk dan dirubah kedalam sebuah karya seni.
Tia Widiastuti (2016:11) dalam skripsinya yang berjudul proses kreatif penciptaan Tari kecubung karya nurlela badaruddin pagaralam Sumatra selatan. Seperti halnya Tari Satai merupakan suatu Tari yang berangkat dari ide yang di miliki oleh pencipta Bapak Harun pasir yaitu dari tradisi Barimou Perulai yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk tarian.
14 1.5.3.2. Koreografi
Koreografi menurut Sal Murgiyanto(1983:4) koreografi lebih diartikan sebagai pengetahuan penyusunan tari atau hasil susunan tari sedangkan menurut Hadi Sumandio Y (2012:1) dalam bukunya yang berjudul Koreografi ruang proscenium. koreografi sebagai pengertian konsep, adalah proses perencanaan, penyeleksian, sampai kepada pemebentukan (forming) gerak tari dengan maksut dan tujuan tertentu. Koreografi yang dimaksud dalam tulisan ini bertujuan untuk membantu memecahkan masalah tentang bagaimana Harun Pasir menciptakan Tari Satai sampai kepada proses koreografi yaitu proses eksplorasi, improvisasi, sampai dengan pembentukan Tari Satai.
1.5.3.3. Tari
Menurut Sudarsono sebuah definisi yang berbunyi “tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkap dengan gerak-gerak ritmis yang indah” (2004:17) dalam Buku yang berjudul Tari-Tarian Indonesia. Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini Tari Satai juga merupakan suatu tari yang menggunakan gerakan tubuh manusia yang disusun dengan indah serta terdapat alat musik pengiringnya.
1.5.3.4. Tari satai
Kata Satai dalam bahasa kerinci dapat diartikan sebagai sakti. Tari Satai adalah salah satu tari yang berasal dari Desa Koto Tuo Pulau Tengah, kecamatan keliling Danau, Kabupaten Kerinci yang berangkat dari kebiasaan masyarakat setempat yaitu Balimou parulai. Yang diciptakan
15
kembali oleh Harun Pasir dalam bentuk tari ditampilkan pada saat penyambutan tamu di desa tersebut (Wawancara Harun Pasir 05 Mei 2022).
1.5.3.5. Masyarakat
Masyarakat diartikan sebagai suatu kesatuan bentuk atau sekelompok orang orang yang mempunyai identitasnya sendiri, sehingga kesatuan bentuk itu berbeda dasarnya dengan bentuk yang lain Mahdi Bahar (2012 : 94) dari penjelasan di atas Desa Koto Tuo Pulau Tengah, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci masyarakat saling berinteraksi dengan tata aturan dan norma adat yang berlaku dimasyarakat setempat, pada masarakat Desa Koto Tuo Pulau Tengah terdapat sebuah tradisi Barimou Perulai yang merupakan ide dari penciptaan Tari Satai. Barimou Perulai merupakan identitas masyarakat yang memiliki tata aturan yang diikuti secara bersama dan kelompok. Oleh Harun Pasir dijadikan sebuah tarian yang dinamakan dengan Tari Satai yang menjadi identitas kebudayaan masyarakat Kerinci yang berbeda dengan masarakat lainnya.
1.5.3.6. Desa
Kata “Desa” berasal dari bahasa sansekerta yakni “deshi” yang artinya tanah kelahiran. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Desa diartikan sebagai satu kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh kepala desa). Berdasarkan penjelasan di atas bahwa Tari Satai ini berasal dari Desa Koto Tuo Pulau tengah, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten
16
Tradisi Barimou Parulai Tari Satai
Studi Koreografi
Ide koreografi Struktur Tari Nilai Estetika Kerinci, Provinsi Jambi. Desa tersebut merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya tarian ini dan masyarakatnya.
Bagan 1.1 Kerangka konsep 1.6. Metode Penelitian
1.6.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Sugiyono dalam bukunya (Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif, dan R&D 2019:02). Menyatakan bahwa metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, kegunaan, kegunaan tertentu. Penelitian ini menggunakan metode
Harun Pasir
17
kualitatif, menurut Borg and Gall 1989 dalam buku Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (2019:16) menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, kerena populasinya belum lama, Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni(kurang terpola).
1.6.2. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah orang yang dijadikan sumber informasi oleh peneliti untuk riset yang dilakukannya dalam hal ini subjek penelitian yang dimaksudkan dalam penelitian tersebut adalah informan-informan yang akan ditanya kan sebagai bagian dari cara-cara dalam mengumpulkan orang atau tokoh-tokoh yang mengetahui tentang Tari Satai, adapun tokoh yang akan diwawancarai sebagai berikut:
1.6.2.1 Harun Pasir merupakan pencipta Tari Satai
1.6.2.2 Jores Saputra sebagai ketua Sanggar Seni Telaga Biru
1.6.2.3 Hadid zalzalah sebagai anggota Sanggar Seni Telaga Biru,pemusik Tari Satai
1.6.2.4 Nadila Ana Nirmala sebagai penari sekaligus informan Tari Satai.
1.6.3. Sumber Data
Pada penelitian Tari satai sebagai tari masyarakat di Desa Pulau Tengah menggunakan sumber data primer dan sekunder.
1.6.3.1 Data primer
Adapun sumber data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari sumber utama Tari Satai yaitu seniman Harun Pasir
18
melalui wawancara. Penelitian ini dilakukan untuk menanyakan informasi tentang Tari Satai kemudian didokumentasi berupa video dan foto yang menjadi sumber data dan bukti dari penelitian. Sehingga peneliti dapat mengetahui langsung perubahan fungsi Tari Satai.
1.6.3.2 Data sekunder
Sedangkan data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan atau tersedia untuk peneliti dari pihak lain seperti jurnal dan skripsi data sekunder ini sebagai pendukung data primer.
1.6.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,karna tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Maka teknik pengumpulan data secara umum dapat di lakukan dengan studi pustaka, observasi (pengamatan), interview (wawancara), dan dokumentasi .
1.6.4.1 Studi pustaka
Studi pustaka adalah kegiatan untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang menjadi objek penelitian atau topik cerita yang diusung kedalam karya tulis. Sugiono dalam skripsi marieta Dian ayu Prakasiwi (2016:23). Studi pustaka ini bertujuan untuk memperdalam wawasan peneliti dan memperkuat landasan teori agar temuan hasil penelitian bias lebih akurat.
19 1.6.4.2 Observasi
Observasi adalah pengumpulan data melalui penggunaan indra manusia, dalam beberapa kondisi alam obsetvasi adalah tindakan mengamati penomena social didunia nyata dan merekam peristiwa saat terjadi.
Matthews dan Ross dalam buku Umar Sidiq (2019:65) yang berjudul Metode Penelitian Tif Dibidang Pendidikan. Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti melakukan tinjauan langsung kelapangan dengan mengamati Tari satai yang ada di Desa Koto Tuo Pulau Tengah.
1.6.4.3 Wawancara
Sugiyono (2019:195) dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D mengatakan bahwa wawancara itu dibagi menjadi dua yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Dalam penelitian ini peneliti menggunkan wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Pada wawancara terstruktur penulis sudah mengetahui dengan pasti informasi yang akan diperoleh dari berbagai narasumber dengan pertanyaan yang sudah dipersiapkan. Pertanyaan itu berupa banyaknya penari, tempat menari, lirik lagu lama menari, arti lirik. Sedangkan wawancara tidak terstruktur narasumber tidak mengetahui jika dia sedang diwawancarai karena peneliti lebih santai saat mengobrol. Pertanyaan tidak terstruktur yang penulis lakukan yaitu ingin mengetahui pandangan narasuber akan tarian ini hidup dan seberapa besar rasa memiliki masyarakat Desa Koto Tuo Pulau Tengah terhadap Tari satai.
20 1.6.4.4 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar atau karya karya monumental dari seseorang Sugiono dalam buku Umar Sidiq (2019:72). Seperti halnya dalam penelitian Tari Satai dokumentasi dilakukan untuk mengabadikan gerak-gerak Tari Satai dan proses Barimoa Perulai hal ini dilakukan dengan cara pengambilan video, dan foto pada saat Tari Satai berlangsung, tulisan- tulisan berupa buku dan foto-foto yang dimiliki oleh informan atau arsip daerah dan sumber tertulis lainnya.
1.6.5. Teknik Keabsahan Data 1.6.5.1 Triangulasi
Umar Sidiq dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif Dibidang Pendidikan (2019:94). Menjelaskan bahwa triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan cara dan berbagai watku dengan penjelasan sebagai berikut:
(a) Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang data yang diperoleh melalui beberapa sumber
(b) Triangulasi teknik untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknikyang berbeda.
(c) Triangulasi waktu bahwa variable perbandingannya adalah waktu,
21
jadi kita akan melengkapi data dan juga mengecek validasinya berdasarkan waktu.
Jadi untuk penelitian ini peneliti menggunakan trianggalasi sumber yang mana didapatkan dari wawancara, jurnal, skripsi ataupun video untuk menguji falidasi data di lapangan.
1.6.6. Analisis data
Menurut Sugiyono dalam bukunya metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D (2019:318) menyatakan bahwa dalam peneltian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi) dan dilakukan terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali, data yang diperoleh pada umumnya data kualitatif. Berdasarkan penjelasan di atas penelitian menggunakan analisis data Tari Satai yang sudah diklasivikasi (dipilah- pilah).
1.6.6.1 Reduksi data
Mereduksi data merupakan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema, polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila diperlukan Umar Sidiq (2019:80). Dalam hal ini reduksi data diperlukan
22
untuk mempermudah peneliti memilah data pokok dan data tidak pokok terkait Tari Satai ciptaan bapak Harun Pasir.
1.6.6.2 Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, dan sejenisnya, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif atau menjelaskan. Sidiq Umar (2019:82) dengan mengdisplaykan data, maka akan memudahkan untuk peneliti memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami tersebut. Sehingga Tari Satai dapat mudah peneliti pahami dengan adanya teknik penyajian data tersebut.
1.6.6.3. Verifikasi
Verifikasi atau penarikan kesimpulan ini berguna untuk memeriksa tentang kebenaran yang telah diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi, arsip dan dokumen lainnya mengenai Tari Satai di Desa Koto Tuo Pulau Tengah agar peneliti dapat membuat penarikan kesimpulan dalam laporan penelitian.
23 BAB II
TEMUAN OBJEK PENELITIAN
Temuan objek penelitian membahas tentang apa yang peneliti temukan pada saat melakukan penelitian langsung di lapangan khususnya yaitu di Desa Koto Tuo Pulau Tengah, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci. Dimana peneliti meneliti tentang salah satu tarian yang ada di desa tersebut yaitu tari satai yang berangkat dari sebuah tradisi tolak balak masyarakat setempat yaitu taradisi Barimou Perulai. Untuk penjelasan lebih lanjut tentang temuan hasil penelitian dilapangan diuraikan sebagai berikut:
2.1. Letak Geografis Desa Koto Tuo Pulau Tengah
Desa Koto Tuo Pulau Tengah merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Di kecamatan ini terdapat delapan belas desa salah satunya adalah Desa Koto Tuo Pulau Tengah, namun pada tahun 2012 terjadi pemekaran di desa tersebut menjadi Desa Koto Tuo dan Desa Pulau Tengah, desa ini mempunyai wilayah kerja tertentu dengan luas wilayah 18.000 (Ha) ketinggian dari permukaan laut 700 MDPL, dengan suhu udara rata-rata 23- 31˚ C. Berdasarkan hal tersebut dapat kita ketahui peta wilayah Desa Koto Tuo Pulau Tengah,sebagai berikut:
Gambar 1. Peta wilayah Desa Koto Tuo Pulau Tengah
Sumber data morfologi kantor Kepala Desa Koto Tuo Pulau Tengah Berdasarkan peta di atas bahwa luas wilayah dengan kondisi fotografi wilayah dataran Desa Koto Tuo Pulau Tengah secara umum berada didataran tinggi. Tepatnya yaitu berada di sebelah Utara Danau Kerinci,sebelah Selatan hutan belantara yang disebut dengan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Sebelah Barat Daya berdekatan dengan Desa Jembatan Merah, dan sebelah Barat berbatas dengan Desa Dusun Baru, Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci. Dilihat dari letaknya maka Desa Koto Tuo Pulau tengah dikelilingi oleh persawahan, aliran sungai, persawahan dan perbukitan serta hutan belantara yang disebut dengan Taman Nasional Kerinci Seblat.
Sehubungan dengan kondisi daerah permukiman masyarakat seperti yang telah dijelaskan di atas, maka Desa Koto Tuo Pulau Tengah terletek berdekatan dengan Danau Kerinci yang menjadi objek wisata dan sumber mata pencharian bagi masyarakat setempat. Selain itu aliran sungai yang mengelilingi desa tersebut dapat dijadikan sebagai tempat kegiatan sehari- hari seperti, mandi, menyuci pakaian, dan juga mencuci piring di sungai.
Sebelum tahun 70-an aliran sungai di desa ini digunakan masyarakat sebagai sarana melakukan ritual salah satunya yaitu ritual tolak balak Barimuo Perulai. Barimou Perulai merupakan ritual yang dilakukan untuk menolak balak apabila terjadi kemalangan terhadap ibu hamil dan melahirkan, namun ritual tersebut sudah tidak dilakukan lagi oleh masyarakat Desa Koto Tuo Pulau Tengah seperti yang sudah dijelaskan di atas. Oleh karena ritual tersebut tidak ada lagi maka Harun Pasir untuk mengingat kembali peristiwa masa lalu maka dijadikanlah sebuah tarian yang bernama Tari Satai.
2.2 Agama dan Kepercayaan
Masyarakat Desa Koto Tuo Pulau Tengah pada Saat ini mayoritas beragama islam. Oleh karena masyarakatnya sudah menganut agama islam maka kepercayaan dan ritual-ritual masa lalu itu dianggap tidak sesuai dengan kepercayaan agama yang sekarang, karena dalam kepercayaan agama islam hal demikian merupakan perbuatan syirik dan bertentangan dengan agama islam, itulah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hilangnya tradisi Barimou Perulai, karena masyarakat suku kerinci pada masa lampau masih menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme.
Masyarakat percaya bahwa segala sesuatu di bumi mempunyai roh,jiwa yang harus dihormati dan semua benda-benda baik hidup ataupun mati mempunyai kekuatan spiritual. Sebagaimana yang dijelaskan Mahdi Bahar dalam bukunya Menyiasati Musik Dalam Budaya (126:2016) bahwa:
“apa bila dirujuk pengertian „kepercayaan‟ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti anggapan atau keyakinan, bahwa sesuatu yang dipercayai itu benar atau nyata. Mahdi Bahar juga menjelaskan kepercayaan lain yang menghubungkan sehingga menjadi suatu system kepercayaan itu adalah:
kepercayaan terhadap dunia gaib, makhluk gaib, roh, kekuatan sakti/gaib, kepercayaan mengenai penyakit dan kematian.”
Hal tersebut masih terlihat dari kesenian dan tradisinya masyarakat setempat yang dipercaya mengandung unsur magis atau kekuatan spiritual seperti; Asyeik, Barimou Perulai, Marcok, Rentak Kudo, Ngagah Imau, dan sebagainya.
2.3. Penduduk
Penduduk Desa Koto Tuo Pulau Tengah merupakan orang- orang sangat berpengaruh terhadap perkembagan seni budaya dan adat istiadat di desa tersebut. Terlihat pada salah satu ritual masyarakat Desa Koto Tuo Pulau Tengah yaitu, ritual tolak balak Barimau perulai yang menjadi ispirasi dari Harun Pasir untuk menciptakan Tari Satai yang dimana dalam ritual prosesi tolak balak ini melibatkan beberapa perempuan khususnya bagi bidan kampung dan ibu-ibu hamil di desa tersebut, ketika terjadinya kemalangan terhadap ibu yang sedang hamil di desa tersebut maka akan diadakanlah Barimou perulai, selain melibatkan perempuan, dalam prosesi
tolak balak ini laki-laki juga sengat berperan penting dalam system pemerintahan adat dan juga ikut terlibat dalam Barimou Perulai (Depatai, Pemangku Adat, Cerdik Pandai, Orang Tuo Adat, Ninek Mamak, Hulubalang).
Menurut data monografi jumlah penduduk Desa Koto Tuo Pulau Tengah pada tahun 2022 sebanyak 1.247 jiwa, dengan jumlah penduduk perempuan sebanyak 632 orang, dan penduduk laki-laki 615 orang.Berdasarkan jumlah penduduk dari data monografi kantor Desa Koto Tuo Pulau Tengah tersebut diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki- laki, hal ini sangat berpengaruh terhadap ritual Barimou Perulai yang ada di desa tersebut.
2.4. Harun Pasir
Harun Pasir merupakan salah seorang masyarakat Desa Koto Tuo Pulau Tengah yang kesehariannya bekerja sebagai petani. Dengan latar belakang pendidikan sampai Sekolah Menegah Ekonomi Atas (SMEA).
Beliau mulai mengenal seni ketika beliau berada di Sekolah Menegah Ekonomi Pertama (SMEP) tepatnya pada tahun 1957, pada saat itu beliau pertama kali mengenal alat musik yaitu biola tua dari Malaysia yang diberikan oleh pamannya. Barawal dari situlah Harun Pasir pertama kali mengenal seni, dan mulai belajar untuk memainkan biola yang dimlikinya tersebut.
Perkenalan Dengan seni juga dilalui Harun Pasir dalam lingkungan keluarga. Sejak kecil ia diperkenalkan dengan seruling bambu oleh kakeknya yang bernama Suip Marup, pada waktu itu kesenian seluring bambu banyak digemari dan berkembang dalam masyarakat pulau tengah.
Selain itu ia juga belajar silat, karna pada saat itu banyak berdiri perguruan sialat di Desa Koto Tuo Pulau Tengah, kondisi demikian mendorong Harun Pasir untuk terlibat dalam kegiatan persilatan.
Pada tahun 1963 Harun Pasir mulai bergabung dengan Orkes Telaga Seni, sekarang orkes tersebut sudah berubah menjadi Sanggar Seni Telaga Biru yang meneruskan dan mewarisi Tari Satai ciptaannya. Harun Pasir semakin mendalami kemampuan dalam berkesniannya saat bergabung dengan orkes telaga seni, disinilah Harun Pasir pertamakali mulai menciptakan beberapa tari salah satu tari yang peneliti kaji yaitu Tari Satai.
Menurut Harun Pasir tari ini terinspirasi dari sebuah tolak balak yaitu Barimou Perulai yang saat ini sudah tidak diadakan lagi oleh masyarakat Desa Koto Tuo Pulau Tengah, oleh karena Barimou Perulai sudah tidak dilakukan lagi oleh masyarakat maka muncullah keinginan Harun Pasir untuk membuat tari yang terispirasi dari Barimou perulai tersebut. Dalam penciptaan tari tersebut Harun Pasir memerlukan waktu yang cukup lama untuk menghadirkannya, yaitu kurang lebih hampir satu tahun lamanya untuk terciptanya sebuah tari tersebut, termasuk musik dan sayair yang mengiringi Tari Satai. Untuk menyelesaikan penciptaan tersebut, beliau tidak bekerja dengan sendiri, namun beliau dibantu oleh beberapa temannya
yang tergabung dengan Orkes Telaga Seni yang sekarang sudah menjadi Sanggar Seni Telaga Biru.
2.5 Latar belakang pendidikan
Latar belakang pendidikan Harun Pasir, pada tahun 1950 ia masuk sekolah rakyat (SR) di Desa Koto Tuo Pulau Tengah, setelah lulus dari sekolah rakyat pada tahun 1957 beliau melanjutkan ke Sekolah Ekonomi Pertama ( SMEP ) di Kota Sungai Pehuh. Pada masa itu Harun Pasir mencoba mengasah bakatnya dibidang kesenian secara otodidak, yaitu ketika beliau mulai mempelajari sebuah alat musik biola dari Malaysia yang diberikan oleh pamannya yang dimainkanya setiap hari. Pada tahun 1961 Harun Pasir melajutkan pendidikanya ke Sekolah Menegah Ekonomi Atas (SMEA). Pada saat berada di SMEA inilah Harun Pasir mulai bergaul dengan orang orang yang memiliki bakat seni seperti Alm. Iskandar Zakaria yang menjadi budayawan dan seniman di Kabupaten Kerinci. Dimasa inilah, aktivitas Harun Pasir dibidang seni sangat meningkat, terlebih saat dia bersama teman temanya Iskandar Zakaria, Efendi Zuhur, Mukhlis Jalil, dan Januar. Akhirnya Harun Pasir dan kawan kawan membentuk sebuah grup musik yang diberi nama Orkes Telaga Seni. Dari sinilah Harun Pasir mulai mengembangkan bakat berkeseniannya, tepatnya ketika beliau bergabung dengan Orkes Telaga Seni yang sekarang Orkers Telaga Seni ini sudah berkembang menjadi Sanggar Seni Telaga Biru. Bersama sanggar inilah Harun Pasir mulai menciptakan beberapa tarian seperti Tari Ngagah Imau, Tari Runduk Padi, Tari Yadahdan dan Tari yang sedang peneliti kaji yaitu
Tari Satai, dilihat dari karya-karya beliau cenderung mengambil tradisi- tradisi yang sudah hilang di masyarakat.
2.6. Tari Ciptaan Harun Pasir 2.6.1 Tari Ngagah Imau
Dalam Skripsi Putri Utami yang berjudul Harun Pasir Pencipta Tari Ngagah Imau Sebagi Tari Daerah Kerinci : Study Koreografi, Jurusan Sendratasik, Universitas Negeri Jambi, menjelaskan bahwa Tari Ngagah Imau merupakan sebuah tarian yang diciptakan Harun Pasir yang terinsfirasi menciptkan sebuah tari yang berakar ritual tersebut yang dinamakan Tari Ngagah Imau. Tari ini memiliki gerak layaknya seekor harimau yang mencari mengsa, untuk mendukung gerak tari ini diperkuat oleh musik iringan bunyi gong, gendang, serta lantunan syair-syair yang menggunakan bahasa daerah Desa Koto Tuo Pulau Tengah. Selain itu penari dirias menyerupai harimau dan pakayan yang digunakan juga menyerupai kulit harimau seperti warna dan motifnya. Pertunjukan tari ini menggunkan syarat – syarat, seperti kemennyan yang sudah dibakar, daun sirih, rokok yang diletakan di dalam cerano, serta replica harimau yang dibuat dari kayu.
2.6.2. Runduk Padi
Runduk Padi merupakan sebuah tari yang berangkat dari kegiatan di sawah dan gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat Desa Koto Tuo Pulau tengah, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci. Tari Runduk Padi ini ditarikan oleh enam penari perempuan, dengan diiringi alat musik
dalan syair lagu yang dinyayikan secara langsung, adapun kostum pada tari ini yaitu memakai rok dan hijab atau penutup kepala.
2.6.3. Tari Yadahdan
Tari Yadahdan yang diciptakan Harun Pasir merupakan sebuah tari melayu bernuansa Islami. Tari ini terispirasi dari kegiatan ibu-ibu pengajian yang ada di desa tersebut, tarian ini menjadi tari kreasi masyarakat Desa Koto Tuo Pulau Tengah yang menjungjung nilai-nilai agama Islam, sampai saat ini tari yadahdan ini masih ditariakan oleh masyarakat setempat khususnya pada saat acara MTQ atau pun acara perlomba pada saat bulan Ramdhan di desa tersebut. Tari ini biasanya ditarikan oleh beberapa anak- anak perempuan dalam jumlah genap, musik pengiring pada tarian ini mengunakan musik dari rekaman yang di putar menggunakan kaset, selain itu adapun kostum yang digunakan pada tarian ini menggunakan pakaian islami yaitu baju gamis panjang, menggunakan hijab senada dan juga menggunakan selendang yang di pasangkan di atas kepala yang menutup hijab.
2.6.4. Tari Satai
Tari Satai merupakan salah satu tarian daerah Desa Koto Tuo Pulau Tengah yang diciptakan oleh Harun Pasir. Tari ini terispirasi dari ritual tolak-balak Barumou Perulai yang ada di desa tersebut, yang sekarang tidak dilakukan lagi oleh masyarakat Desa Koto Tuo Pulau Tengah. Tari ini ditarikan oleh beberapa orang perempuan dalam jumlah genap, enam,
delapan sampai sepuluh orang penari, saat ditampilkan Tari Satai diiringi dengan sayair dan alat musik yang dilantunkan dan dimainkan secara langsung oleh para pemain pemusik dari Tari Satai, selain itu kostum yang digunakan pada tarian ini menggunakan pakaian adat masyarakat setempat seperti baju kurung, tahhat atau kain sebagai bawahannya terbuat dari kain songket. Selempang yang juga terbuat dari kain songket, bahagian tutup kepala sering disebut dengan kulak yang dipakai di atas kepala selain itu terdapat juga kalung dan hiasan kepala seperti bunga raut yang berjumlah 3 buah. Pada saat ini Tari Satai sering ditampilkan saat penyambutan tamu di desa tersebut, ataupun acara- acara besar di Desa Koto Tuo Pulau Tengah.
2.7 Prosesi Tolak Balak Barimou Perulai
Ritual tolak balak Barimuo Perulai merupakan ritual yang dilakukan ketika terjadinya kemalangan terhadap ibu yang sedang mengandung, seperti meninggalnya ibu atau bayi pada saat proses persalinan. Adapaun proses pelaksanaan Berimou Perulai itu sendiri terdiri dari rangkaian kegiatan sebagai berikut:
2.7.1 Mengarak Keliling Kampong (Ngihok)
Sebelum diadakan ritual tolak balak Barimou Perulai hendaknya dilakukan ngihok keliling kampung. Untuk memberi tahu masyaraka di Desa Koto tuo Pulau Tengah khususnya bagi para ibu-ibu yang sedang mengandung di desa tersebut bahwa telah terjadi kemalagan terhadap ibu hamil di desa tersebut, sebelumnya beberapa orang adat seperti Depati,
Pemangku Adat, Cerdik Pande, Orang Tuo Adat dan Ninek Mamak akan berkumpul di Mangkau atau rumah besar. Pemangku adat selanjutnya akan mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan pada saat pelaksanaan Bariumou Perulai. Adapun alat dan bahan tersebut seperti Cano (gong) yang digunakan untuk mengihok (mengarak) keliling kampung, kunyit dan tepung beras dingunakan untuk pembuatan bahan calikping, tujuh macam limau yang terdiri dari limau purut, limau kapas, limau kunci, limau manis, limau padang, limau sering dan jeruk limau, kemenyan digunakan untuk pemanggilan roh nenek moyang, pelepah pinang yang sudah kering, dan juga rumput bento yang sudah dikepang berbentuk tali setelah alat dan bahan sudah didapatkan maka selanjutnya pemangku adat dan yang lainnya akan membacakan mantra secara bersama (wawancara, Suhaimi 07 agustus 2022). Adapun mantra yang dibacakan oleh pemangku adatdalam persiapan Barimou Perulai sebagai berikut:
Oo satai ninek karamak
Kamai lah tibei pulo Maweik alak sajek alak pusako Nga buserau ngimbeu lah kayo
Inih alak sajek cukau kamai baweik Cukau lengkap alak pusakoo
Oo sakti nenek keramat
Kami lah datang lagi membawa alat saji alat pusaka Yang memanggil mangil kamu
Ini alat saji cukup kami bawak Cukup lengkap alat pusaka Oo satai ninek karakamk
Kami mintok bantu
Mintok kayo pelauk maknyo jeeuh dari punyakaik kayo ngak ngiduk lah si anting matai
Kayo ngak ngembang lah sibungo layu
Oo sakti nenek keramat Kami mintak bantu
mintak kamu peluk biar jauh dari penyakit Kamu yang menghidupkan siranting mati Kamu yang mengembangkan lah sibunga layu
Gambar 2. Persiapan mandi Barimou Perulai Dokumentasi : Resa Ulfa Meryni (07 Agustus 2022)
Gambar 3. Alat Dan Bahan Mandi Barimou Perulai Dokumentasi : Resa Ulfa Meryni (07 Agustus 2022)
Setelah pembacaan mantra selasai maka selanjutnya Pemangku Adat akan mengutuskan dua orang Hulu Balang yang bertugas untuk mengarak dan mengumumkan keliling Desa secara menyeluruh menggunakan cano (gong) bahwa telah terjadi kemalangan terhadap ibu hamil, adapun sayair yang dilantunkan pada saat Ngihok yaitu :
Ooooii denge-denge kayo larek nan duo inih Aku di lepeh namo orang tuo depatai
Serto dingan ninek mamok
Melalukan perintoh jatew kepado kito Apo lah parintoh jatew kepado kito Isakk kito Barimou Perulai
Peto peto ahai jemaow kateh mesejik Itiw kato perinto
Artinya:
Oooii dengar-dengar kalian baris yang dua ini Aku dilepas nama orang tua depati
Serta dengan nenek mamak
Melalaikan perintah jatuh kepada kita Apakah perintah jatuh kepada kita Besok kita Barimau Perulai
Sore-sore hari jamaah kemesjid Itulah kata perintah
Maka keesokan paginya tepatnya pada pukul 06:00 Wib, semua ibu- ibu hamil yang ada di desa tersebut khususnya para ibu-ibu yang sedang mengandung akan bekumpul di tepi aliran sungai untuk melaksanakan Barimou Perulai.
Gambar 4. Pengutusan dua orang hulu baling Dokumentasi : Resa Ulfa Meryni (07 Agustus 2022) 2.7.2 Mandi Barimou Perulai
Kegiatan mandi Berimou Parulai ini tidak terlepas dari tiga orang bidan kampung. Masyarakat Desa Koto Tuo Pulau Tengah menyebut Bidan kampung sebagai orang yang dipercaya oleh masyarakat untuk membantu proses persalinan ibu-ibu hamil. Namun pada tradisi tolak balak Barimou Perulai bidan kampung juga memiliki masing-masing tugas yang berbeda.
Bidan kampung yang pertama bertugas saat ibu yang mengalami kemalangan dan dilanjutkan dengan ibu-ibu hamil lainnya yang akan menyelam melewati tali pembatas, terbuat dari rumput Bento yang dikepang menyerupai tali, yang dibentangkan dari tepi sungai sebelah kiri ke tepi sungai sebelah kanan sambil disapu menggunakan pelepah pinang yang sudah kering. Pelepah pinang ini digunakan untuk menyapu dan membersihkan balak oleh bidan kampung yang pertama, kegiatan ini dipercaya oleh masarakat Desa Koto Tuo Pulau Tengah sebagai pembatas agar tidak terjadi lagi hal serupa.
Gambar 5. Pelaksanaan Mandi Barimou Perulai Nyelo (Menyelam) Dokumentasi : Resa Ulfa Meryni (08 Agustus 2022)
Selanjutnya ibu-ibu akan pergi ke tepi sungai untuk melakukan siraman air tujuh macam limau yang disiramkan oleh bidan kampung yang kedua. Setelah itu ibu- ibu akan pergi lagi ke tengah sungai untuk menyelam sebanyak dua kali sambil disapu menggunakan pelepah pinang oleh bidan desa yang pertama, adapun tujuan menyelam sebanyak tiga kali yaitu menyelam yang pertama bertujuan untuk membasahkan seluruh bagian tubuh, selanjutnya menyelam yang kedua bertujuan untuk membersihkan tubuh dari air tujuh macam limau, dan menyelam yang ke tiga bertujuan untuk memastikan bahwa tubuh sudah benar benar bersih dari air tujuh macam limau, dan yang terahir yaitu ibu- ibu akan ke pinggir sungai untuk melakukan calikping. Calikping merupakan langkah terakhir dari Barimau Parulai yang dipakaikan oleh bidan kampung ketiga kepada ibu-ibu tersebut. Proses ini bertujuan agar para ibu- ibu hamil lainnya tidak menggalami kemalangan dalam kehamilannya sehingga dapat melahirkan
dengan selamat. Selain itu calikping juga bertujuan sebagai penanda bahwa para ibu- ibu hamil ini sudah selesai melaksanakan Berimou Perulai yang diberikan oleh ketiga bidan kampung.
Gambar 6. Pelaksanaan Mandi Barimou Perula (Siraman Air 7 Macam Limau oleh bidan kampung pertama )
Dokumentasi : Resa Ulfa Meryni (08 Agustus 2022)
Gambar 7. Pelaksanaan Mandi Barimou Perulai Calikping Dokumentasi : Resa Ulfa Meryni (08 Agustus 2022)
2.8 Tari Satai
Tari Satai merupakan tari yang tidak terlepas dari salah satu tolak balak yaitu Barimou perulai. Tari ini diciptakan oleh Harun Pasir setalah tolak balak Barimou Perulai di Desa Koto Tuo Pulau Tengah tidak dilaksanakan lagi. Dari hal itulah beliau terinspirasi untuk mengangakat tolak balak Barimou Perulai ini menjadi sebuah tari yang diberi nama Tari Satai. Tari ini pertamakali diciptakan oleh bapak Harun pasir untuk acara fertival yang diadakan di desa tersebut,Tari ini memiliki gerak yang lemah lembut yang ditarikan oleh para penari perempuan. Adapun gerak yang ditampilkan dalam tari satai ini identitas geraknya bersumber dari gerak- gerak tari daerah kernci lainnya seperti tari Iyo Iyo dan Rentak Kudo, dimana banyak terdapat gerakan mengayunkan tangan dan menghentekan badan kebawah. Berdasarkan (Wawancara, Jores Saputra, 23 Desember 2022). Selaku pimpinan sanggar seni telaga biru beliau mengatakan bahwa gerakan yang sama dalam tari masarakat kerinci merupakan daya ungkap mereka dalam bentuk tari, artinya ada sebuah pola pikir atau mindset dalam pikiran mereka sehingga gerakan yang ditampilkan hampir memiliki kesamaan di setiap tempat.
Menurut Ibu Srinurlita selaku penari pertama Tari Satai ini beliau pertama kali menarikan tari ini dalam acara festival yang diadakan di Desa tersebut, beliau diminta oleh Harun Pasir untuk menarikan tari Satai (Wawancara Srinurlita, 23 Desember 2022). Tari ini juga diperkuat oleh musik iringan dari bunyi gendang, gong, krincingan, dan kentongan serta
lantunan syair- syair yang menggunakan bahasa daerah Desa Koto Tuo Pulau Tengah. Selain itu Ibu Fatmawati selaku penyayi pertama dalam Tari Satai juga menuturkan hal demikian bahwasanya beliau pertamakali menyayikan syair-syair dalam Tari Satai yaitu ketika acara festival di Desa tersebut (Wawancara Fatmawati 23 Desember 2022)
Gambar 8. Penampilan pertama Tari Satai
Dokumentasi : Resa Ulfa Meryni (23 Desember 2022)
41 BAB III
PEMBAHASAN DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN
Pembahasan dalam bab ini berupa deskripsi mengenai temuan hasil penelitian dan jawaban dari pertanyaan yang telah dirumuskan pada rumusan masalah, yaitu pembahasan mengenai latar belakang Harun Pasir mewujudkan ide koreografi Tari Satai, menciptakan dan bagaimana Tari Satai dapat menjadi tari daerah Desa Koto Tuo Pulau Tengah Kabupaten Kerinci.
Harun Pasir pertamakali menciptakan Tari Satai berawal dari festival pada tahun 1981 yang diadakan oleh pemerintah setempat. Beliau diminta untuk membuat sebuah tari yang bersumber dari ritual – ritual yang ada di Desa Koto Tuo Pulau Tengah maka harun pasir terinspirasi untuk mengangkat Barimou Perulai menjadi sebuah tari. Harun Pasir diminta untuk membuat sebuah tarian karna beliau memiliki bakat dalam bidang kesenian.
Gambar 9. Acara festival Desa Koto Tuo Pulau Tengah Dokumentasi : Resa Ulfa Meryni (23 Desember2022)