• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.4. Marsiadapari Sebagai Potensi Modal Sosial Petani Padi

4.4.3 Nilai Dan Norma Di Dalam Marsiadapari

Menurut Lawang, nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, pantas, berharga dan mempengaruhi perilaku sosial orang-orang yang memiliki nilai tersebut. Sedangkan norma adalah aturan-aturan yang biasanya tidak tertulis, namun demikian dapat dipahami oleh setiap individu dalam konteks hubungan sosial-ekonomi (Lawang, 2004:180). Nilai dan norma akan berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk hubungan antar individu. Norma yang tercipta diharapkan dapat dipatuhi dan diikuti oleh individu dalam masyarakat sosial tertentu.

Norma-norma dibangun dan diterapkan untuk mendukung iklim kerja sama (Putnam, 2002). Norma-norma merupakan prakondisi maupun produk dari kepercayaan sosial. Norma mengacu kepada adanya suatu aturan yang mengatur kegiatan dan perilaku anggota di dalamnya, bahwa norma terbentuk dalam bentuk kewajiban sosial karena adanya pertukaran yang terjadi berulang-ulang dengan memegang prinsip saling menguntungkan. Setelah itu norma membentuk suatu hak dan kewajiban bersifat resiprokal antara kedua belah pihak yang terlibat dalam pertukaran. Bentuk aturan- aturan tersebut misalnya, bagaimana cara menghormati dan menghargai orang lain, norma untuk tidak mencurangi orang lain dan norma untuk selalu bekerjasama dengan orang lain.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan para informan, dapat diketahui bahwa petani padi pada saat melakukan aktifitas marsiadapari, terdapat semacam nilai dan norma yang berlaku pada mereka, tetapi nilai dan norma ini sifatnya tidak terlalu memaksa melainkan hanya sebagai pedoman dan aturan bagi mereka untuk bekerja dengan baik, dan apabila dilanggar norma yang disepakati maka akan di berikan sanksi. Nilai dan norma ini juga dianggap penting oleh petani padi karena dengan nilai dan norma ini maka ada semacam aturan yang walaupun tidak mengikat tetapi dapat membuat petani lebih disiplin dan bersemangat lagi dalam bekerja. Seperti yang diungkapkan oleh informan A. Lubis (pr, 53 tahun) sebagai berikut

ai anggo akka aturan aturan do nuaeng na marsiadapari on, ndada pola songon akka na karejo di perusahaan. Holan tu akka dos niroha do, jam piga hita karejo tu hauma.. Molo so dipatuhi akka aturan I, bah… di baen ma hukuman (manangna sangsi) asa haduan dang songon I be. Asa tarutur be do attong. (Artinya Kalau aturan-aturan yang terdapat pada petani padi dalam marsiadapari, tidak seperti sistem kerja diperusahaan, ya… paling terletak pada kesepakatan kerja saja misalnya jam kerja, Bila dilanggar akan diberikan sanksi yaitu petani padi yang lain akan mengurangi jam kerjanya ketika bekerja kepada yang melanggar aturan. Manfaat aturan ini agar petani padi lebih berdisiplin lagi pada saat bekerja).

Hal serupa juga diungkapkan oleh informan R. Banjar Nahor (lk, 61 tahun) sasintongna, hami akka pangula on ndang pala dibahen hami peraturan na na tarsurat laho mangatur akka petani. alai tutu, hera kesepakatan ma na dibahen hami, contohna: mulai karejo di hauma jam tonga walu sahat tu jam lima botari. Hira-hira songon i do aturanna, molo di langgar aturan I, di podia ma attong. (Artinyasebenarnya, kami para petani tidak tidak punya aturan tertulis untuk mengatur dan mengarahkan setiap petani. Tetapi kami membuat semacam aturan yang tidak tertulis misalnya kerja dimulai jam setengah 8 pagi sampai jam 5 sore, jadi aturan itulah yang terus menerus kami ikuti, kalau dilanggar maka anggota yang lain akan menasehati).

Sejalan dengan yang diungkapkan oleh informan, D. Silaban (pr, 51 tahun) sebagai berikut

tikki karejo, sude akka na niula nami, asa tong ma nian songon i dibahen akka dongan na asing tu hami. Molo aturanna, holan dos niroha do jam piga tu hauma dohot boha parmulakna. (Artinya pada saat bekerja, kami bekerja dengan harapan petani yang lain juga akan melakukan hal yang sama kepada yang lain. Kalau aturan yang kami buat seperti jam kerja dan kesepakatan pulang dari sawa).

Adanya kerja sama di dalam sistem marsiadapari merupakan suatu bukti adanya kebersamaan dan keselarasan hidup antar sesama bagi masyarakat. Kerja sama dalam aktifitas pertanian akan terjadi apabila jumlah lahan yang diolah luas. Lahan yang relatif luas tidak dapat diolah dengan cepat oleh pemiliknya, perlu adanya bantuan ari orang lain. Keadan ini tentu dialami pula oleh pemilik lahan lain, akhirnya akan terjadi saling tolong menolong dengan azas timbal balik.

1. Efektifitas Waktu

Pada kenyataanya, pelaksanaan aktifitas marsiadapari di Desa Parsingguran II dapat mengefektifkan waktu (berdasarkan observasi dan wawancara peneliti). Karena waktu yang dipakai relatif cepat jika dibandingkan dengan pengolahan lahan dengan sendiri tentunya akan menghabiskan waktu yang lama. Hal ini diutarakan oleh informan, P. Banjar Nahor (lk, 68 tahun) sebagai berikut

gabe mararga ma akka tikki on alani na marsiadaparion, Alana ndang adong be tikki i bolong, bah…lapatnna nuaeng, mulai dungo iba sahat tu na mulak sian hauma tarpakke sude tikki i. (Artinya karena ikut marsiadapari, sehingga tidak ada waktu yang terbuang. Artinya , mulai bangun pagi hingga pulang dari ladang atau sawah, waktu itu terpakai dengan efektif).

Sejalan dengan yang diungkapkan oleh informan, D. Lumban Gaol (lk, 60 tahun) sebagai berikut

Tikki so marsiadapari dope iba, holan na marlapo do karejo niba sampe botari alai nung dohot marsiadapari, gabe nihilala ma hape arga ni tikki on. (Artinya dahulu, sebelum ikut kerjasama dalam marsiadapari, saya selalu ke kede (lapo/warung kopi), saya menghabiskan waktu di sana samapi sore hari. Tetapi ketika sudah ikut marsiadapari, akhirnya saya merasakan betapa berharganya waktu itu).

Hal lain juga diungkapkan oleh informan, R. Banjar Nahor (pr, 61 tahun) sebagai berikut

…ndang holan ni parhaseang tikki on, parhepengon pe tong do gabe hemat. Alana ndang pola manggarar iba na marsiadapari on. (Artinya …tidak hanya waktu saja yang efektif, kami sangat terbantu dalam keuangan, karena biayanya sangat hemat, tidak perlu mengeluarkan banyak uang dalam aktivitas marsiadapari).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai yang terdapat dalam marsiadapari adalah dapat mengefektifkan waktu. Dengan banyaknya tenaga kerja dalam aktifitas marsiadapari dapat mempercepat dalam menyelesaikan satu pekerjaan.

2. Solidaritas Sosial

Menurut Emile Durkheim, solidaritas sosial adalah derajat di mana anggota suatu kelompok dipersatukan oleh nilai yang dimiliki bersama dan ikeatan sosial lain (Henslin, 2006: 102). Pada sistem marsiadapari masyarakat petani padi di Desa Parsingguran II solidaritas sosial yang terbentuk adalah solidaritas mekanik. Solidaritas mekanik terbentuk berdasarkan oleh adanya individualitas rendah, keterlibatan komunitas dalam menghukum anggota yang menyimpang, konsensus terhadap pola-pola normatif penting, pembagian kerja yang rendah, kesadaran kolektif yang kuat dan memiliki hukum

represif. Di dalam solidaritas mekanik ditemukan adanya rasa sepenanggungan, saling memerlukan dan rasa seperasaan.

a. Sepenanggungan

Sepenanggungan dapat diartikan bahwa setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat sendiri yang memungkinkan peranannya tadi dapat dijalankan sehingga ia mempunyai kedudukan yang pasti (Santosa, 2009:84). Pada suatu komunitas terdapat rasa sepenanggungan. Sepenanggungan dapat diartikan sebagai rasa memiliki pada individu di dalam komunitas atau masyarakat tersebut. Individu merasa memiliki peran dalam mempertahankan solidaritas dalam komunitas atau masyarakat. Seperti yang diutarakan oleh informan S. Banjar Nahor (pr, 58 tahun) sebagai berikut

dang tardok boha tabo na bah na marsitolongan on siganup ari, ima upani molo adong ni iba, nilehon tudongan, adong ni dongan dilean tu iba. Molo adong na susa ….tor diurupi hami do. (Artinya tidak terkatakan bagaimana enaknya kalau saling tolong-menolong. Rasa sepenanggungan itulah yang kami rasakan dalam keseharian kami, diluar bekerja di ladang atau di sawah, kalau ada yang membutuhkan (kesusahan) ….langsung kami bantunya).

Sejalan dengan yang diutarakan oleh informan R. Banjar Nahor (pr, 61 tahun) songon na masa dihami ima, molo adong na marsahit dongan nami, manang na adong masalah na soboi di selesaihon saddiri, di paboa ma hami jala marsitoguan ma hami attong manolong. (Artinya solidaritas yang terbangun adalah rasa sepenangungan yaitu misalnya kalau ada salah satu dari anak anggota kami yang sakit, kesusahan ataupun kondisi lain yang tidak bisa ditanggulangi sendiri maka kami akan sama-sama menolongnya.,minyak goreng).

Selain itu hal lain diungkapkan oleh informan D. Lumban Gaol (lk, 60 tahun) sebagai berikut

Ndang pala sukka-sukka hami molo adong na porlu, songon molo adong ulaon dijabu, olo ma ni pinjam barang-barang akka dongan i. hea do sampe miak goreng, boras pe ni pinjam ima molo jonok iba. (Artinya tidak ada kata segan bagi kami jikalau ada yang sangat kebutuhan yang mendesak, misalnya kami sering saling meminjam barang-barang/

peralatan untuk pertanian. Atau misalnya kalau ada acara keluarga kami juga bisa meminjam peralatan. Tidak hanya itu kami pernah juga saling pinjam beras).

b. Saling memerlukan

Saling memerlukan adalah anggota merasakan dirinya tergantung pada komunitasnya dalam hal kebutuhan dan kebutuhan psikologisnya, seperti mencari perlindungan apabila dalam ketakutan dan sebagainya (Santosa, 2009:84). Setiap individu yang ada dalam komunitas memiliki interaksi yang kuat. Hal ini dapat menciptakan adanya rasa saling memerlukan. Di dalam komunitas, setiap individu memiliki pemikiran dan kebutuhan yang sama sehingga membuat setiap individu saling berkaitan. Hal ini diungkapan oleh informan, A.Lubis (pr, 53 tahun)

Dang holan na tu karejo on nipikkiran, alai boha molo adong dongan na susa, susa pikkiran dohot susa diparhepengon laho manuhor akka kaperluan di jabu, ni bantu ma nata pe saotik. Ai hita doi, ikkon marsiurupando attong. Bah… atik boha sogot iba songon I asa boi bong tong diurupi au. (Artinya kami tidak berfokus dalam pekerjaan tetapi ketika ada anggota dalam kelompok kami yang sedang kesulitan dalam psikologis, dan keuangan untuk membeli kebutuhan pangan maka kami tidak segan-segan untuk membantunya).

Hal yang sama juga disampaikan oleh informan Oppung Uli (pr, 64 tahun) Olo ma attong hami on, molo paima mulak tu huta sian balian (hauma) marnonang ma hami, jala molo adong arsakni roha di jabuna, dipaboa ma tu hami laos di lehon ma poda manang hata sipasingot, ai bohama na mardongan on. (Artinya ketika di ladang, terkadang sebelum pulang ke rumah biasanya kami bercerita, dan jikalau ada yang mempunyai masalah di rumahnya, langsunglah kami saling berbagi pendapat).

Hal lain yang diutarakan oleh informan, R. Lumban Gaol (pr, 49 tahun) sebagai berikut

Olo ma nipinjam boras ni dongan, molo so majjomur eme dope iba, paette nga manggiling anon nipaulak ma, songoni do akka dongan namarsiadapari on. (Artinya pernah juga kami meminjam beras sama petani yang lain, kalau padi belum dijemur, dan ketika padi sudah digiling baru dikembalikan, begitulah kami dalam marsiadapari ini).

c. Rasa Seperasaan

Seperasaan adalah perasaan yang membawa akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang atau anggota komunitas sehingga kesemuanya dapat menyebutkan dirinya sebagai kelompok kami, perasaan kami, dan sebagainya (Santosa, 2009:84). Di dalam komunitas, setiap individu memiliki rasa seperasaan yang sama. Hal ini dapat membentuk adanya rasa kolektif. Individu merasa bahwa individu lain dalam komunitas merupakan bagian dari dirinya. Rasa seperasaan akan membuat setiap individu merasa nyaman dan senang berada dalam kelompok tersebut. Hal ini diungkapkan oleh informan S. Banjar Nahor (pr, 58 tahun) sebagai berikut

…Alana nga nianggap be imana keluarga, pittor makkuling do mudar on molo nga marsahit imana. Lao ma iba tu jabuna mamereng, nitangiangkon ibana asa pittor malum sian sahit. (Artinya …karena saya sudah menganggapnya keluarga, jadi makkuling do mudar on (kontak batin) jikalau sakit. Sebagai wujud kepedulian, maka pergilah aku ke rumahnya menjenguk, mendoakan supaya lekas sembuh).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan D. Silaban (pr, 51 tahun) sebagai berikut

…di tikki marsahit dongan I, margugu dohami bah, lao mangurupi ibana. Olakni na tarbahen ma. Artinya …ketika salah satu teman kami sakit, patungan lah kami untuk membantunya, semampu yang dapat kami perbuat).

Hal lain juga diungkapkan oleh informan, R. Lumban Gaol (pr, 49 tahun) sebagai berikut

… misalna molo adong marsahit dongan nami, tetap do ni bantu karejo tu haumana, nang pen dang dohot imana tu hauma niba, marboha bahenon ma ninna roha ma, ai alana songon i do ngaen namasa

3. Nilai kerelaan

Nilai kerelaan yang dimaksud adalah bagaiamana seorang anggota petani tanpa unsur paksaan mau berbagi waktu, tenaga, pikiran kepada anggota yang lain.

Marsiadapari merupakan kegiatan tolong menolong yang dilakukan dengan sukarela ikhlas lahir dan batin. Dengan demikian kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menolong orang yang sedang kesusahan dan membutuhkan pertolongan orang lain, karena orang tersebut menghendaki keringanan dalam melakukan pekerjaanya. Marsiadapari adalah kegiatan yang dilakukan secara ikhlas dan dalam pekerjaanya tidak diberikan bayaran atau upah bagi yang ikut membantu dalam kegiatan tolong menolong tersebut. Dalam marsiadapari memang tidak ada upah bagi yang ikut dalam kegiatan marsiadapari, tetapi sebagai rasa terima kasih, orang yang minta tolong biasanya menyediakan makan dan minum ala kadarnya. Jadi di dalam kegiatan marsiadapari dapat dikatakan tidak ada upah bagi yang ikut dalam pelaksanaan kegiatan marsiadapari, hal tersebut menunjukkan bahwa marsiadapari merupakan kegiatan yang murni dengan prinsip kerelaan untuk membantu orang yang meminta tolong.

Dalam observasi peneliti nilai tolong menolong masih dilakukan oleh para petani, hal ini tampak dari misalnya ada petani yang kemalangan, sakit, berduka maka pihak dari dongan tubu nya akan membantunya mengerjakan pertaniannya sampai akhirnya selesai. Contohnya saat panen, maka dongan tubunya akan menyelesaikan pekerjaan tersebut mulai dari menyabit rumput, mangaluhut (mengumpulkan batang padi yang telah disabit) mambanting, mardege sampai mengantar padi ke rumah. Hal ini dilakukan dengan sukarela dan senang hati. Seperti yang dikatakan oleh Scott (1994) bahwa sanak saudara dalam masyarakat pertanian merasa berkewajiban untuk berbuat apa yang dapat di perbuat untuk menolong seorang kerabat dekat yang sedang dalam kesulitan, akan tetapi mereka tidak dapat menawarkan lebih dari sumber daya yang dapat mereka lakukan di kalangan mereka sendiri (Scott, 1994 : 40). Sebagai bentuk ucapan terimakasih maka pihak yang membantu akan di undang untuk makan bersama

di rumah yang meminta tolong. Hal ini juga sebagai bentuk terima kasih karena sudah berniat baik sesuai dengan kemauannya dan sebagai bentuk tindakan manusia yang berjiwa sosial jadi ingin membantu terhadap sesama.

Dokumen terkait