Teknik pemboran dengan membuat lubang bor pada lokasi yang ditentukan sesuai perencanaan sampai kedalaman yang telah direncanakan. Pengambilan sampelnya berdasarkan potongan dari tiap gerusan mata bor per run atau per pipa bor (sample ini disebut
cutting). Dalam proses pemboran ini, cutting akan dibawa naik ke atas dengan media air bercampur lumpur (pemboran batubara biasanya menggunakan media air sebagai lumpur pemboran).
Coring
Teknik pemboran yang dilakukan dari atas sampai bawah kedalaman yang direncanakan dengan mengambil sampel coring tanpa melakukan metode open hole.
Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih
mendetail mengenai data variasi batuan (stratigrai) dari
dalam lubang bor.
Drilling activity is carried out at coal companies to obtain a more detailed and accurate data regarding reserves. In addition, such data can also be used to glean the information on coal quality, technical geological data, while hydrogeological drilling.
The Company’s drilling business is currently carried out by its subsidiary, PT Mintec Abadi.
PT Mintec Abadi
PT Mintec Abadi is engaged in geological mapping and mine planning, exploration and exploratory drilling, coal content analysis and calculation using feasibility studies, and mining management consultation businesses. In the future, PT Mintec Abadi will develop more advanced technologies to be more well-known in the industry as a company that develops high-tech mining services techniques. PT Mintec Abadi is currently entrusted by PT
Kideco Jaya Agung to conduct drilling in PT Kideco Jaya
Agung’s mine sites.
PT Mintec Abadi carries out two drilling methods, i.e. open hole (boring) and coring:
Open Hole
Creating bore holes at designated locations as planned, up to a prescribed depth. Samples are obtained from the cuttings from each drill tip per run, or per boring pipe (and thus the samples are called cuttings). During the boring process, cuttings will be brought to the surface diluted in water and mud (as coal drilling normally uses water as the media for drilling mud).
Coring
Coring is a drilling technique that begins from the top to a prescribed depth, in whih the sample is obtained without opening a hole (as in the open hole technique). This technique is preferred to obtain a more detailed stratigraphic data from the area that is bored.
n 2 0 1 4 An n u al R ep or t
dengan kapasitas untuk boring rata-rata 50 meter per hari, sedangkan kapasitas rata-rata untuk coring 25 meter per hari.
equipment, with a an average boring capacity of 50 meters per day, and an average coring capacity of 25
meters per day.
Peralatan Pemboran Eksplorasi
Drilling Equipment
Data Peralatan PT Mintec Abadi
Equipment of PT Mintec Abadi
Peralatan
Equipment
Kapasitas
Capacity
2013 2 set drilling 18,000 meter per tahun/year
2014 2 set drilling 18,000 meter per tahun/ year
Kinerja Operasional
Dari empat lini bisnis yang dimiliki Perseroan, lini bisnis pemboran adalah yang mencatat pertumbuhan negatif. Pada 2013 PT Mintec Abadi berhasil melakukan pemboran yang setara dengan kedalaman 28 ribu meter, sedangkan pada 2014 turun menjadi 25 ribu meter. Selama 2014 PT Mintec Abadi bekerja pada 3 area pemboran, yaitu Samarangau, Samubiu dan Roto.
Operational Performance
Out of the four businesses of the Company, the drilling business was the only one that recorded a negative
growth. In 2013, PT Mintec Abadi managed to drill up to 28 thousand meters, while in 2014 it was only 25 thousand meters. In 2014 PT Mintec Abadi operated in
three drilling areas, i.e. Samarangau, Samubiu and Roto.
Hasil Pemboran Bulanan
Monthly Drilling Result ( Ribuan meter/ Thousand meter)
3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2013 2014
Melambatnya hasil pemboran PT Mintec Abadi tidak lain adalah dampak dari melemahnya industri batubara. Dengan rendahnya harga jual batubara proses ekplorasi
tentu sedikit dibatasi aktiitasnya. Saat ini pemegang
izin pertambangan fokus untuk memproduksi lapangan yang sudah beroperasi. Selain dari berkurangnya
aktiitas ekplorasi dari pemilik tambang terdapat
beberapa permasalahan yang menyebabkan turunnya hasil pemboran PT Mintec Abadi.
The declining production volume of drilling at PT Mintec Abadi was clearly resulting from the decline in the coal industry. With a low coal price environment, few companies engage in exploration activities. Currently, permit owners are more focused on producing coal out of
the existing ields. Aside from the reduction of exploration
activities by mine owners, there were also a number of issues which caused the decline in the drilling volume at PT Mintec Abadi.
n 2 0 1 4 An n u al R ep or t
terutama untuk daerah Samubiu. Belum selesainya masalah perizinan membuat proses pemboran tidak bisa berjalan maksimal. Akibatnya adalah mobilitas perpindahan peralatan menjadi tinggi yang pada
akhirnya mengurangi produktiitas. Selain dari masalah
perizinan, pemboran di wilayah Roto lebih bersifat
coring untuk mendapatkan data tambahan, sedangkan proses boring pada daerah Roto sebagian besar sudah dilakukan pada tahun 2013. Untuk proses boring lebih banyak dilakukan di daerah Samubiu mengingat daerah tersebut undeveloped area.
Samubiu area. The ongoing licensing issue resulted in less than optimal drilling process. As a result, there was a high mobility of equipment, and with this, productivity declined sharply. Aside from licensing issue, drilling in Roto area was more focused on coring to obtain additional data, while boring process in Roto area had
largely been carried out in 2013. There were more boring
activities carried out in Samubiu, considering that the area was still undeveloped.
Analisis dan pembahasan berikut, khususnya untuk bagian-bagian yang menyangkut kinerja keuangan Perseroan, mengacu pada Laporan Keuangan Konsolidasian Perseroan tanggal 31 Desember 2014 dan 2013 yang dilampirkan dan menjadi satu kesatuan dalam buku Laporan Tahunan ini.
Laporan Keuangan per dan untuk yang berakhir 31 Desember 2014 diaudit oleh Kantor Akuntan Siddharta Widjaja & Rekan – Registered Public Accountants, a
member irm of the KPMG network of independent member irm with KPMG International dengan pendapat wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
Laporan Keuangan per dan untuk yang berakhir 31 Desember 2013 diaudit oleh Kantor Akuntan Tjahjadi & Tamara - An Independent Member Firm of Morison International dengan pendapat wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
Pendapatan
Pencapaian yang positif dari kinerja operasional memberikan dorongan positif pada kinerja keuangan Perseroan. Secara umum Perseroan mencatat kinerja keuangan yang cukup baik pada akhir 2014, baik dari
sisi pendapatan maupun dari sisi proitabilitas. Secara
konsolidasi Perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp 3,0 triliun meningkat sebesar 23,2% dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai Rp 2,5 triliun.
The following analyses and discussions, in particular
for the sections relating to the Company’s inancial
performance, refer to the Company’s Consolidated
Financial Statements for the years ended 31 December 2014 and 2013 which are appended to and thus make up
an integral part of this Annual Report.
The Financial Statements as of and for the year ended
31 December 2014 have been audited by the Siddharta Widjaja & Rekan – Registered Public Accountants, a member irm of the KPMG network of independent member irm with KPMG International with the opinion
of fair, in all material respects, in line with Indonesia’s Financial Accounting Standards.
The Financial Statements as of and for the year ended 31 December 2013 have been audited by Tjahjadi & Tamara
- An Independent Member Firm of Morison International with the opinion of fair, in all material respects, in line with Indonesia’s Financial Accounting Standards.
Revenues
A positive operational performance resulted in a positive
boost for the Company’s inancial performance. In general, the Company recorded a relatively satisfactory inancial position at the end of 2014, both in terms of revenues and proitability. The Company’s total consolidated revenues was Rp 3.0 trillion, up 23.2% from the total consolidated revenues in 2013 of Rp 2.5 trillion.