TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.2 Opini Audit Going Concern
IAI (2011) menyatakan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, dan harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntansi Indonesia. Opini tersebut dinyatakan dalam paragraf pendapat dalam laporan auditor independen laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, dalam pelaporan tersebut auditor harus menyampaikan informasi penting yang menurut auditor perlu diungkapkan.
Auditor dapat memilih opini audit yang akan dinyatakan atas laporan keuangan auditan. Opini audit menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) adalah pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (modified unqualified opinion), pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse opinion) dan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion).
Auditor selain memberikan opini atas kewajaran suatu laporan keuangan, juga memiliki tanggungjawab untuk mengevaluasi status going concern perusahaan dalam setiap pekerjan auditnya.
Altman dan McGough (1974) masalah going concern terbagi dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus-menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi. Masalah-masalah keuangan banyak terjadi pada masa krisis yang terjadi sekitar tahun 1997, yang menyebabkan banyak perusahaan menerima opini going concern dan akhirnya collaps.
McKeown et al, (1991) berpendapat bahwa auditor mungkin saja gagal untuk memberikan pendapat tentang adanya indikasi kebangkrutan kepada suatu perusahaan yang ternyata mengalami kebangkrutan dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut sedang berada dalam posisi ambang batas antara kebangkrutan dengan kelangsungan usahanya (sebagai contoh, sedang dalam proses restrukturisasi utang). Untuk menanggapi keadaan dimana kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usaha perlu dipertanyakan, Ikatan Akuntansi Indonesia (2011) dalam PSA No.30 (SA Seksi 341) memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor.
Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAI, 2011). Dalam laporan keuangan tahunan, opini going concern diberikan setelah paragraf pendapat. Laporan keuangan konsolidasi terlampir
27
disusun dengan anggapan bahwa perusahaan akan melanjutkan operasinya sebagai entitas yang berkemampuan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Catatan atas laporan keuangan konsolidasi berisi pengungkapan dampak kondisi ekonomi terhadap perusahaan serta tindakan yang ditempuh dan rencana yang dibuat oleh manajemen untuk menghadapi kondisi tersebut. Kondisi ekonomi tersebut telah mempengaruhi kondisi sosial dan politik yang menyebabkan sulitnya entitas melakukan kegiatan usahanya sehingga beban produksi semakin meningkat dan penjualan terus mengalami penurunan. Hal tersebut menyebabkan adanya ketidakpastian signifikan tentang kemampuan perusahaan untuk melanjutkan operasinya sebagai entitas yang berkemampuan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan akan dapat merealisasikan aset serta menyelesaikan pembayaran kewajiban dalam bisnis normal dan pada nilai yang dinyatakan dalam laporan keuangan konsolidasi.
Laporan keuangan konsolidasi terlampir mencakup dampak kondisi ekonomi tersebut sepanjang hal itu dapat ditentukan dan diperkirakan jumlahnya.
Dan et.al., (2013), SAS N0.59, Thee Auditor’s Consideration of an Entity”s Ability to Continue as a Going Concern (AU 341), menyatakan bahwa auditor memiliki keraguan yang mendalam atas kemampuan entitas untuk melangsungkan usahanya sebagai perusahaan berlanjut atau “going concern”
selama periode waktu yang wajar. “Periode waktu yang wajar” didefenisikan sebagai periode yang tidak melebihi satu tahun setelah tanggal neraca auditor.
Auditor harus mengevaluasi apakah terdapat keraguan yang mendalam tentang masalah kelangsungan usaha sebagai berikut:
1. Auditor mempertimbangkan apakah hasil dari prosedur yang dilakukan pada saaat merencanakan audit, mengumpulkan bukti, dan menyelesaikan audit mengidentifikasi kondisi serta peristiwa yang apabila dipertimbangkan secara menyeluruh, menunjukkan alasan adanya keraguan yang mendalam mengenai kemapuan entitas untuk melanjutkan usahanya selama periode yang wajar. Mungkin diperlakukan informasi tambahan tentang kondisi dan peristiwa semacam itu, beserta bukti-bukti yang sesuai untuk mendukung informasi yang dapat membantu mengurangi keraguan auditor.
2. Apabila auditor memiliki keraguan yang mendalam tentang kemapuan entitas untuk melanjutkan usaha, maka auditor harus (1) mendapatkan informasi tentang rencana manajemen yang dimaksudkan untuk mengurangi dampak dari kondisi atau peristiwa semacam itu dan (2) menilai kemungkinan apakah rencana semacam itu dapat diimplementasikan secara efektif.
3. Setelah mengevaluasi rencana manajemen, auditor menyimpulkan apakah masih terdapat keraguan yang mendalam tentang kemampuan entitas untuk melangsungkan usaha selama periode waktu wajar. Apabila keraguan itu masih tetap ada, maka auditor harus (1) mempertimbangkan kelayakan pengungkapan tentang kemungkinan ketidakmampuan entitas untuk melanjutkan usaha selama periode waktu yang wajar dan (2) memasukkan suatu paragraf penjelasan (setelah paragraf pendapat) dalam laporan audit untuk mencerminkan kesimpulan tersebut. Apabila auditor menyimpulkan bahwa tidak terdapat lagi keraguan yang mendalam, maka dia harus memperkirakan kebutuhan pengungkapan situasi ini dalam laporan keuangan entitas.
Dalam laporan audit yang mengandung paragraf penjelasan tentang kelangsungan usaha pada paragraf pembukaan, ruang lingkup, dan pendapat tidak diubah tetapi ada penambahan paragraf penjelasan yang mengandung frase kelangsungan usaha (going concern) dan keraguan yang mendalam (substantial doubt) untuk mengkomunikasikan dengan jelas bahayanya masalah tersebut.
Standar Audit (SA) (IAPI, 2013) panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan opini audit going concern dijelaskan sebagai berikut:
3. Jika auditor yakin bahwa terdapat keraguan signifikan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya, maka auditor harus menentukan apakah manajemen telah melakukan suatu penilaian awal atas kondisi tersebut. Jika manajemen telah melakukan penilaian, maka auditor harus mendiskusikannya terlebih dahulu bersama mereka.
29
Kemudian menentukan apakah manajemen telah mengidentifikasi peristiwa atau kondisi yang baik secara individual maupun kolektif dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Auditor juga mengevaluasi rencana manajemen atas tindakan di masa depan yang berkaitan dengan penilaian kelangsungan usaha entitas dan kemudian menetapkan kemugkinan apakah rencana tersebut dapat memperbaiki situasi dan dapat dilaksanakan dengan efektif.
4. Jika manajemen belum melakukan suatu penilaian, maka auditor meminta manajemen untuk segera melakukan penilaian dengan periode penilaian sekurang-kurangnya dua belas bulan dari tanggal laporan keuangan. Jika manajemen tidak bersedia membuat atau memperluas penilaiannya, maka auditor dapat menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak menyatakan pendapat.
5. Jika manajemen telah menggunakan asumsi kelangsungan usaha dengan tepat, tetapi terdapat suatu ketidakpastian material, maka auditor mempertimbangkan pengungkapan (berdasarkan pertimbangannya) dengan kondisi sebagai berikut:
a. Jika auditor menilai pengungkapan yang dicantumkan dalam laporan keuangan telah memadai, maka auditor menyatakan suatu opini tanpa modifikasian dan mencantumkan suatu paragraf penekanan suatu hal dalam laporan auditornya.
b. Jika auditor menilai pengungkapan yang dicantumkan dalam laporan keuangan tidak memadai, maka auditor memberikan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar.
6. Jika penggunaan asumsi kelangsungan usahanya dalam laporan keuangan oleh manajemen adalah tidak tepat, maka auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar.
Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor mengenai laporan keuangan perusahaan klien yang diaudit dan terdapat kesangsian bahwa perusahaan mengalami ketidakmampuan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Berdasarkan PSA No. 30 (SA seksi 341) dinyatakan informasi mengenai pedoman untuk mempertimbangkan pernyataan pendapat atau pernyataan tidak memberikan pendapat oleh auditor dalam menghadapi masalah kesangsian atau kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidup.