HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5. Pengujian hipotesis pergantian auditor
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian
5.2.1 Pengaruh kondisi keuangan terhadap opini audit going concern
Hasil penelitian terhadap variabel kondisi keuangan menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh negatif signifikan terhadap opini audit going concern yang diterima oleh perusahaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin
85
menurun kondisi keuangan perusahaan, cenderung semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern, karena auditor hanya akan memberikan opini ini jika perusahaan dikatakan bangkrut atau sulit melanjutkan kelangsungan hidup usahanya. Hal ini sesuai dengan Agency Theory dimana principal mengharapkan auditor memberikan peringatan awal mengenai kondisi keuangan perusahaan. Bila nilai hitung Altman Z score semakin kecil yang menandakan perusahaan dalam kondisi keuangan memburuk atau sakit bahkan berpotensi mengalami kebangkrutan maka kemungkinan perusahaan tersebut menerima opini audit going concern akan semakin besar. Pada lampiran 3, Kriteria titik cut-off Altman Z score dari sampel penelitian selama tahun pengamatan yaitu tahun 2010-2015 dari 271 perusahaan property dan real estate terdapat 90 perusahaan kategori tidak bangkrut, 86 perusahaan rawan bangkrut/
grey area dan 95 perusahaan kategori bangkrut, hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak perusahaan yang tergolong dalam kategori bangkrut. Banyaknya perusahaan property dan real estate yang berada di kondisi perusahaan yang bangkrut menjadi penyebab nilai penelitian pada variabel kondisi keuangan ini menjadi negatif. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhany (2004) serta Sentosa dan Wedari (2007) yang menemukan hasil bahwa kondisi keuangan berpengaruh terhadap opini audit going concern. Akan tetapi penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Pudjiastuti dan Untara (2012) menemukan kondisi keuangan perusahaan tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern oleh auditor disebabkan karena dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas auditee memiliki kondisi
keuangan yang rendah atau digolongkan kedalam perusahaan bangkrut namun terdapat beberapa auditee yang memiliki kondisi keuangan yang tinggi atau dikategorikan sehat tetapi mendapatkan opini audit going concern.
5.2.2 Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern
Hasil penelitian terhadap variabel pertumbuhan perusahaan menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh positif signifikan terhadap opini audit going concern. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka akan diikuti dengan peningkatan laba dan penurunan hutang dan kecenderungan untuk mempertahankan kelangsungan usaha akan semakin besar sehingga kecenderungan untuk mendapatkan opini audit going concern semakin rendah. Sebuah perusahaan yang menunjukkan pertumbuhan perusahaan yang positif mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan laba yang tinggi cenderung memiliki laporan sewajarnya, sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik akan lebih besar. Petronela (2004), mengemukakan perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan, karena kebangkrutan merupakan salah satu alasan bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Arma (2013), yang menemukan hasil bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern. Akan tetapi penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fanny dan Saputra (2005), Sentosa dan Wedari (2007), Januarti dan Fitrinasari (2008), Pudjiastuti dan Untara
87
(2012) yang menemukan hasil bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Setyarno (2005) memberikan bukti empiris bahwa rasio pertumbuhan penjualan yang positif tidak bisa menjamin perusahaan untuk tidak menerima opini audit going concern.
5.2.3 Pengaruh kepemilikan institusional terhadap opini audit going concern
Hasil penelitian terhadap variabel kepemilikan institusional menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh negatif signifikan terhadap opini audit going concern. Penelitian ini menunjukkan semakin rendah tingkat kepemilikan institusional perusahaan maka semakin besar kecenderungan perusahaan untuk mendapatkan opini audit going concern hal ini karena semakin kecil dorongan untuk mengawasi manajemen dan kinerjanya sehingga dapat menimbulkan potensi penerimaan opini audit going concern. Keberadaan kepemilikan institusional dalam perusahaan menjadi pengawas yang efektif dalam meminimalisir konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien dalam pemanfaatan aktiva dan diharapkan juga dapat bertindak sebagi pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan manajemen. Semakin besar persentase kepemilikan maka semakin besar dorongan untuk mengawasi manajemen dan kinerjanya sehingga dapat mengurangi potensi penerimaan opini audit going concern. Kepemilikan institusional dapat melakukan pengawasan yang lebih baik, dikarenakan dari segi skala ekonomi, pihak institusional memiliki keuntungan lebih untuk memperoleh informasi dan menganalisis segala hal berkaitan dengan
manajer. Nilai kepemilikan institusional berperan dalam mengawasi perilaku manajer untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan. Pengawasan institusi tersebut akan mengurangi masalah keagenan sesuai dengan agency theory yang menjelaskan adanya hubungan antara manajemen dan pemilik. Kepemilikan saham institusi menentukan peningkatan permintaan kualitas audit. Dengan pengawasan yang lebih baik diharapkan manajemen perusahaan akan lebih fokus dalam kinerja dan sudah merupakan tanggung jawab manajemen untuk mengelola dengan baik dana yang telah diinvestasikan kepada perusahaan. Pengelolaan perusahaan yang baik dapat meminimkan kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan sehingga perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurpratiwi (2014) yang menemukan hasil kepemilikan institusional berpengaruh terhadap opini audit going concern. Pengawasan yang dilakukan oleh pemilik kepada manajemen akibat adanya pendelegasian wewenang dari pemilik ke manajemen, sesuai dengan agency theory yang menjelaskan adanya hubungan antara manajemen dan pemilik. Adanya pengawasan yang lebih ketat maka manajemen perusahaan akan menjalankan usaha dengan semakin baik karena memiliki tanggungjawab atas dana yang telah diinvestasikan ke dalam perusahaan, dengan kinerja perusahaan yang baik maka kemungkinan perusahaan diberikan opini audit going concern oleh auditor semakin kecil. Akan tetapi penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009) yang menemukan hasil bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern, meskipun ada kepemilikan institusional
89
ternyata fungsi pengawasan yang ada belum menjamin untuk tidak diberikannya opini audit going concern karena untuk kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor internal dan eksternal.
5.2.4 Pengaruh ukuran KAP terhadap opini audit going concern
Hasil penelitian terhadap variabel ukuran KAP menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh positif tidak signifikan terhadap opini audit going concern yang diterima oleh perusahaan. Bukti empiris ini mengindikasikan bahwa, KAP Big Four maupun KAP non Big Four akan mengungkapkan opini audit going concern apabila auditor memiliki keraguan akan kelangsungan hidup entitas ke depannya atau berkeyakinan bahwa perusahaan tidak dapat menjalankan aktivitas operasionalnya dalam jangka panjang. Hal ini dilakukan auditor karena auditor bertanggungjawab untuk mengungkapkan kondisi yang dialami oleh perusahaan. Di dalam SPAP juga berisi standar-standar audit yang mengatur dan sebagai pedoman audit dalam melaksanakan tugasnya. Dalam melaksanakan audit KAP Big four maupun non Big four menggunakan standar yang sama. Hal ini sesuai dengan Agency Theory, dimana agency dan contracting dilakukan untuk perhitungan dan pelaporan agka-angka sebelum memulai kontrak atau perikatan audit. Semakin tinggi kos agensi semakin besar tuntutan terhadap kualitas audit yang lebih baik. Berdasarkan analisis data menunjukkan hasil penelitian yang tidak signifikan diduga karena sebagian besar sampel penelitian merupakan perusahaan yang tidak menggunakan jasa KAP yang bergabung di KAP Big Four.
Selain itu, dari analisis data juga dapat diketahui bahwa sebanyak 44 sampel perusahaan diaudit oleh KAP Big Four sedangkan 227 sampel perusahaan tidak
diaudit oleh KAP non Big four. Hasil ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kepercayaan entitas bisnis saat ini terhadap kualitas auditor yang berasal dari KAP kecil, entitas bisnis dalam hal ini mungkin beranggapan bahwa KAP besar atau yang berafiliasi dengan KAP Big Four belum tentu memberikan jaminan kualitas audit yang lebih baik mengingat banyak kasus kecurangan yang dilakukan oleh KAP besar, seperti kasus Enron diaudit KAP Arthur Andersen yang memilik reputasi besar. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhany (2004) dimana variabel skala auditor (Big Four dan non Big Four) tidak berpengaruh signifikan atas kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Akan tetapi penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nariman (2015) yang menunjukkan hasil ukuran KAP berpengaruh positif signifikan terhadap opini audit going concern. Dimana ukuran KAP yang besar yang dalam hal ini diwakili oleh KAP Big Four memiliki sumber daya yang lebih besar dan memiliki lebih banyak pengalaman sehingga dapat mengidentifikasi masalah going concern secara lebih baik dan lebih lengkap.
Dengan memiliki sumber daya yang lebih banyak dan pengalaman diharapkan akan menghasilkan proses audit yang berkualitas yang sangat berguna untuk menghasilkan informasi akuntansi yang berkualitas yang sangat relevan bagi para pengguna laporan keuangan dan pengambilan keputusan. Selain itu klien, masyarakat umumnya, dan investor mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP besar memiliki afiliasi dengan KAP Internasional (big four) akan memiliki kualitas baik, ini disebabkan karena auditor tersebut memiliki
91
karakteristik yang dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan yang terstruktur dan intensif serta adanya pengakuan internasional.
5.2.5 Pengaruh pergantian auditor terhadap opini audit going concern Hasil penelitian terhadap variabel pergantian auditor menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh positif signifikan terhadap opini audit going concern yang diterima oleh perusahaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pergantian auditor suatu perusahaan, maka semakin besar kecenderungan perusahaan mempertahankan kelangsungan usaha perusahaan. Pergantian KAP Big-4 ke KAP non Big-4 dikhawatirkan dapat menyebabkan adanya sentimen negatif dari pelaku pasar terhadap kualitas laporan keuangan perusahaan, sebaliknya pergantian KAP non Big-4 ke KAP Big-4 dikhawatirkan menyebabkan tidak adanya kemungkinan untuk mendapatkan unqualified karena pertimbangan kualitas audit yang lebih baik. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 membatasi penugasan audit paling lama 6 tahun berturut-turut untuk KAP dan 3 tahun berturut-turut untuk seorang akuntan. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kadir dalam Damayanti dan Sudarma (2008). Akan tetapi penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Damayanti dan Sudarma (2008) yang menyatakan bahwa opini akuntan tidak memiliki pengaruh terhadap perusahaan publik di Indonesia untuk berpindah KAP.
5.2.6 Ukuran perusahaan dalam memoderasi terhadap opini audit going concern
Pengujian hipotesis moderasi ini dilakukan dengan uji residual, dari hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa variabel independen yaitu kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional, ukuran KAP, dan pergantian auditor beserta interaksinya dengan variabel moderating tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Karena hasil dari uji koefisien regresi dari opini audit going concern bernilai negatif tidak signifikan terhadap ukuran perusahaan. Hasil uji interaksi memperoleh hasil bahwa ukuran perusahaan dalam interaksi ini bukanlah merupakan variabel moderating yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan yaitu kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional, ukuran KAP, dan pergantian auditor beserta dengan opini audit going concern. Hasil penelitian menunjukkan semakin besar ukuran perusahaan maka cenderung untuk tidak mendapatkan opini audit going concern. Hal ini karena semakin tinggi total asset yang dimiliki, maka perusahaan dianggap memiliki ukuran besar sehingga mampu mempertahankan kelangsungan usahanya.
BAB VI