• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3 Sistem Organ Imun

2.3.2 Organ Limfoid Sekunder

Organ limfoid sekunder (organ limfoid periferal) yang terdiri atas organ limfonodus, limpa, serta jaringan limfoid mukosa merupakan tempat terjadinya penangkapan antigen oleh sel-sel immunokompeten (Rao 2010). Organ limfoid sekunder menangkap mikroorganisme dan bahan-bahan asing lain dan

menyediakan tempat untuk pematangan sel yang akan digunakan dalam melawan benda-benda asing serta menghasilkan reaksi sistem kekebalan (Stewart 2004).

Organ limfoid sekunder ini imunitas adaptif dimulai. Setiap saat tubuh kita selalu berhadapan dengan patogen yang masuk. Patogen memasuki tubuh kita dengan berbagai cara, misalnya dari makanan, minuman, udara, dan luka. Antigen dan limfosit akhirnya akan bertemu pada organ limfoid peripheral, yaitu pada limfonodus, limpa, dan jaringan limfoid mukosa. Organ-organ ini menangkap mikroorganisme dan bahan-bahan asing lain dan menyediakan tempat untuk pematangan sel untuk melawan benda-benda asing serta menghasilkan reaksi sistem kekebalan.

2.3.2.1 Limfonodus

Limfonodus merupakan organ limfoid sekunder yang secara makroskopik memiliki struktur seperti biji buncis. Pada bagian luar diselubungi oleh kapsula jaringan ikat (Kuby 1997). Limfonodus terdiri atas jaringan retikuler yang berisi sel limfosit, makrofag, dan sel dendrit yang berhubungan dengan pembuluh limfe. Fungsi utama limfonodus adalah menyaring antigen yang dibawa oleh cairan limfe (Tizard 1988).

Secara mikroskopik limfonodus terbagi atas tiga bagian, yaitu korteks, parakorteks, dan medula (Gambar 3). Medula merupakan lapisan paling dalam dari struktur limfonodus yang berisi sel plasma dan makrofag. Parakorteks merupakan lapisan di bawah korteks yang berisi sel limfosit T dan sel dendrit interdigital (Lahr 2004).

Korteks merupakan lapisan paling luar yang berisi sel limfosit B, sel dendrit folikular, dan makrofag yang tersusun dalam nodul yang disebut folikel primer. Struktur folikel primer akan meluas pada saat terjadi respon antigen (Douglas 2006). Struktur yang khas ini disebut dengan folikel sekunder yang mengandung germinal center. Apabila ada antigen asing maka sejumlah sel T, makrofag, dan sel dendrit akan mengelilingi setiap germinal center pada folikel sekunder. Di dalam germinal center terjadi poliferasi dan diferensiasi sel B menjadi sel plasma dan sel memori (Messika 1998).

Gambar 3 Limfonodus (sumber: Cann 2011).

Fungsi limfonodus sebagai bagian dari sistem imun telah dibuktikan melalui beberapa percobaan. Anak-anak yang mengalami defisiensi sel B akan mengalami pengurangan jumlah folikel primer dan germinal center. Seekor mencit yang ditimektomi memperlihatkan deplesi yang hebat pada sel di dalam limfonodus (Kuby 1997).

2.3.2.2Limpa

Limpa merupakan organ terbesar pada sistem limfatik yang biasanya di bagian kranial dari abdomen dan di sisi kiri lambung (Aughey dan Frye 2001). Pada mencit limpa dibentuk dari mesenkim pada dorsal mesogastrikum (Ward et al. 1999). Berdasarkan sifat anatomisnya limpa pada mencit jantan 50% lebih besar dibandingkan dengan mencit betina (Malole dan Pramono 1989). Berbeda dengan limfonodus yang berfungsi untuk menyaring antigen dari cairan limfe, limpa berfungsi untuk menyaring darah (Tizard 1988). Menurut Jungueira dan Carneiro (1989) limpa mempunyai 4 fungsi utama, yaitu pembentukan eritrosit, destruksi eritrosit, organ pertahanan terhadap partikel-partikel asing yang masuk ke dalam aliran darah, serta cadangan darah.

Menurut Junqueira dan Carneiro (1989), struktur limpa dibungkus oleh kapsula yang terdiri atas jaringan ikat padat yang membentuk trabekula untuk membagi parenkim atau pulpa limpa menjadi ruang-ruang bersekat, sedangkan

pada bagian medial limpa terdapat hilus (Gambar 4). Jaringan penyambung kapsula dan trabekula limpa mengandung sedikit sel-sel otot polos. Namun pada mamalia tertentu seperti kuda, kucing, dan anjing terdapat sel-sel otot polos yang banyak, sehingga kontraksinya dapat menyebabkan pengeluaran darah yang tersimpan dalam limpa dalam jumlah banyak, sedangkan struktur limpa yang seperti spons berperan sebagai penyimpan sel-sel darah merah. Selain itu, struktur limpa juga terdiri atas sel darah merah dan sel darah putih yang menyerupai kelenjar limfe.

Gambar 4 Struktur Limpa (Sumber:

http://www.deltagen.com/target/histologyatlas/HistologyAtlas.html). Kapsula limpa akan terhubung langsung dengan sel-sel parenkimnya. Sel parenkim limpa terdiri atas pulpa putih dan pulpa merah (Gambar 5) yang merupakan komponen utama dari limpa (Ward et al. 2009). Pulpa putih membentuk nodul (folikel) yang di dalamnya terdapat germinal center.Gambaran histopatologi pulpa merah banyak berisi eritrosit, makrofag, dan sinusoid. Pulpa merah merupakan tempat eritrosit dihancurkan (Childs 1998).

Gambar 5 Pulpa Merah dan Pulpa Putih pada Limpa.

(sumber: http://www.deltagen.com/target/histologyatlas/HistologyAtlas.html). Pulpa putih limpa terdiri atas jaringan limfoid yang berhubungan langsung dengan pembuluh darah arteri sentralis yang membentuk periarteriolar lymphoid sheath (PALS) dan nodulus limfatikus yang ditambah pada selubung. PALS atau sarung limfoid periarteriolar sebagian besar terdiri atas sel T (Anonim 2006b). Daerah pulpa putih terdapat folikel primer yang berisi sel limfosit B. Apabila terjadi respon terhadap antigen maka akan terbentuk germinal center pada pulpa putih dan disebut dengan folikel sekunder. Setiap folikel sekunder yang terbentuk dikelilingi oleh selapis sel T yang disebut dengan marginal zone (Messika et al. 1998).

Proliferasi limfosit merupakan penanda adanya fase aktivasi dari respon imun tubuh. Proliferasi limfosit ini berupa peningkatan produksi limfoblas yang kemudian menjadi limfosit. Secara mikroskopis dapat terlihat pembesaran organ-organ limfoid (Ganong 2003). Aktivitas limpa dalam menghasilkan sel limfosit pada saat terjadi respon imun dapat mengakibatkan pembesaran limpa. Pembesaran limpa bisa disebabkan karena peningkatan respon imun tubuh. Peningkatan respon imun dapat terjadi karena adanya infeksi maupun setelah imunisasi atau adanya gangguan sirkulasi maupun tumor.

Imunomodulator merupakan suatu senyawa yang dapat mempengaruhi sistem imun humoral maupun seluler. Ada dua tipe imunomodulator, yaitu imunostimulator (meningkatkan sistem imun) dan imunosupresor (menekan sistem imun) (Tan dan Vanitha 2004). Menurut El-Kadi dan Kandil (1987), jintan

hitam merupakan salah satu herbal yang potensial sebagai imunomodulator. Beberapa senyawa yang terkandung pada jintan hitam dapat meningkatkan aktifitas respon imun dalam organ limpa. Peningkatan respon imun dalam organ limpa dapat dilihat dengan mengukur bagian folikel limfoid (pulpa putih) atau menghitung jumlah sel limfosit (Tan dan Vanitha 2004).

Spleenectomy (pemotongan organ limpa) pada anak-anak menyebabkan terjadinya peningkatan infeksi bakteri, terutama oleh Streptococcus pnemoniae, Neisseria meningitides, dan Haemophilus influenza. Sementara Spleenectomy pada umur dewasa menyebabkan peningkatan jumlah bakteri dalam aliran darah (sepsis) tetapi efek yang ditimbulkan sangat rendah (Kuby 1997).

BAB 3

Dokumen terkait