• Tidak ada hasil yang ditemukan

Organisasi Budi Utomo

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 37-43)

BAB II: DINAMIKA MUNCULNYA CITA-CITA KE-INDONESIAAN

B. Munculnya Cita-cita ke-Ind onesiaan

B.1. Organisasi Budi Utomo

Pada awal abad ke-20, setelah diterapkannya Politik Etis, pihak pemerintah kolonial Belanda semakin giat memperhatikan bidang pendidikan bagi masyarakat pribumi Indonesia. Akan tetapi perhatian tersebut belum mampu menggapai seluruh masyarakat pribumi Indonesia. Pendidikan pada saat itu hanya dapat dinikmati oleh sebagian golongan masyarakat, yakni golongan masyarakat menengah ke atas atau golongan masyarakat yang tergolong mampu dalam segi ekonominya. Faktor utama yang menyebabkan keadaan tersebut adalah tingginya biaya pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah Belanda. Keadaan seperti ini kemudian berakibat pada rendahnya tingkat kesadaran akan pendidikan dari masyarakat pribumi Indonesia. Banyak pemuda Indonesia pun tidak dapat mengenyam bangku pendidikan, baik di jenjang pendidikan rendah maupun pendidikan tinggi.

Melihat keadaan tersebut, seorang dokter Jawa bernama Wahidin tergerak hatinya untuk mencari beasiswa pendidikan. Antara tahun 1906 – 1907, Wahidin melakukan perjalanan keliling Pulau Jawa untuk mempropagandakan pentingnya beasiswa pendidikan bagi pemuda pribumi Indonesia yang kurang mampu dalam kehidupan ekonominya. Perjalanan propaganda yang dilakukan oleh Wahidin tersebut ditujukan untuk membiayai pendidikan pemuda pribumi Indonesia agar dapat mengenyam bangku pendidikan.

Pada awalnya, perjalanan propaganda yang dilakukan oleh Wahidin tidak berjalan lancar, seperti yang diharapkannya. Berikut ini gambaran perjalanan Wahidin oleh Nagazumi, seorang sejarawan dari negeri Jepang:

“Wahidin mendekati para priyayi yang lebih tua dan lebih tinggi, khususnya

para bupati yang kaya dan berpengaruh, tetapi tidak banyak di antara mereka itu yang menaruh minat pada usahanya, walaupun juga tidak keberatan terhadap diperluasnya pendidikan Barat. Di sana-sini terkadang Wahidin harus menghadapi tantangan keras dari kalangan bupati, yang memandangnya hendak mengguncang ketenteraman dan ketertiban sistem yang berlaku; setengahnya lagi berpaling muka semata-mata oleh karena kedudukan rendah Wahidin sebagai dokter Jawa, yang berpangkat sejajar dengan asisten wedana senior saja; dan golongan lain pun karena memang tidak senang terhadap

perubahan apapun”.23

Meskipun banyak mendapatkan tantangan yang berat, Wahidin tidak berhenti melakukan usaha propagandanya. Ketika pertama kali dilakukan, usaha propaganda beasiswa pendidikan yang dilakukan oleh Wahidin telah mendapatkan dukungan dari beberapa petinggi rakyat, salah satunya adalah Pangeran Ario Noto Dirojo24.

Pada tahun 1908, Wahidin melanjutkan propagandanya ke School Tot Opleiding Van Inlandsche Arsten (STOVIA).25 Pidato propaganda Wahidin di STOVIA berhasil memukau beberapa murid sekolah tersebut, diantaranya adalah Soetomo dan Suraji, dua calon dokter yang pada saat itu berusia sekitar 20-an tahun.

Soetomo dan Suraji yang tertarik mendengar pidato propaganda Wahidin di sekolah mereka, kemudian tertarik untuk melakukan kegiatan di bidang pendidikan. Pada tahun 1908, bersama rekan-rekannya di STOVIA, Soetomo dan Suraji mendirikan organisasi bernama Budi Utomo. Pada tanggal 20 Mei 1908, organisasi

23

Akira Nagazumi, Bangkitnya Nasionalisme Indonesia, Budi Utomo 1908 –

1918, (Grafiti Pers, Jakarta, 1989), Hlm. 52.

24 Pangeran Ario Noto Dirojo adalah seorang putera dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Prabu Suryodilogo atau Pakualam V (1878 – 1900).

25 STOVIA adalah sekolah didirikan oleh pemerintah Belanda untuk mendidik anak-anak pribumi Indonesia menjadi dokter.

Budi Utomo dinyatakan telah resmi berdiri, meskipun belum mendapatkan pengakuan dari pihak pemerintah Hindia-Belanda. Tujuan utama didirikannya organisasi Budi Utomo adalah untuk mengusahakan perubahan hidup bagi masyrakat pribumi di Pulau Jawa dan Madura ke arah yang lebih baik.

Pada tanggal 2 – 5 Oktober 1908, organisasi Budi Utomo menyelenggarakan kongres pertamanya. Kongres diadakan di gedung Pendidikan Guru di kota Yogyakarta. Dalam kongres tersebut terjadi pertentangan pendapat mengenai arah dan bentuk organisasi Budi Utomo. Di satu sisi, sebagian anggotanya menginginkan agar organisasi Budi Utomo berjalan beriringan atau berkerjasama dengan Pemerintahan Hindia-Belanda. Organisasi Budi Utomo diharapkan dapat melakukan kerjasama dalam bidang pendidikan dan bidang perekonomian bersama pemerintah. Sementara di sisi lain, ada beberapa anggota yang menginginkan agar organisasi Budi Utomo menjadi organisasi politik. Salah satu penganjur terkuat yang menginginkan organisasi Budi Utomo menjadi organisasi politik adalah Tjipto Mangunkusumo.

Ketika kongres pertama organisasi Budi Utomo diselenggarakan, Tjipto Mangunkusumo mendapatkan kesempatan untuk berpidato di muka umum. Pada saat berpidato, Tjipto Mangunkusumo menyampaikan tentang perlunya ditekankan pendidikan bagi seluruh masyarakat di Hindia Timur Belanda. Menurutnya, pendidikan Barat merupakan alat yang tepat untuk menghapus sistem hierarki tradisional yang terdapat dalam masyarakat Jawa. Hal itu dikemukakannya dengan alasan bahwa hierarki tradisional telah menghambat perkembangan kehidupan

masyarakat Jawa. Dari pernyataannya tersebut, Tjipto Mangunkusumo sangat jelas menginginkan perkembangan masyarakat Jawa ke arah modern.

Dalam kongres pertama organisasi Budi Utomo tersebut, dr. Radjiman juga mendapatkan kesempatan untuk berbicara di depan umum. Dalam pidatonya, Ia menyanggah pernyataan Tjipto Mangunkusumo soal pendidikan Barat. Menurut dr. Radjiman, untuk mengembangkan masyarakat Jawa yang dibutuhkan adalah keseimbangan pengetahuan antara kebudayaan Barat dan kebudayaan Timur. Memperingatkan kemungkinan yang timbul dari pemujaan terlalu besar terhadap kebudayaan Barat, yang mungkin mengakibatkan disintegrasi kebudayaan Jawa lebih jauh, sikap dr. Radjiman sama seperti sikap tradisional para priyayi dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing.26 Sikap yang ditunjukkan oleh dr. Radjiman ini menunjukkan bahwa Ia tidak mau bangsanya menjadi seperti bangsa Barat, dengan tingkat kemajuannya yang pesat bangsa Barat telah melahirkan kolonialisme.

Pada akhir tahun 1908 diumumkan susunan program organisasi Budi Utomo. Terdapat dua versi tentang program organisasi, yaitu: pertama, berupa laporan tangan oleh penulis tak dikenal berinisial AK tertanggal 17 Desember 1908, dan dikirim bersama kliping-kliping surat kabar kepada Menteri Tanah Jajahan; dan kedua,

26

berupa sebuah daftar termasuk di dalam ceramah Eyken bulan Maret 1909.27 Laporan itu meliputi:28

1. Permohonan kepada pemerintah:

a. Menyempurnakan pendidikan di Kweekschool dan OSVIA. b. Mempertahankan mutu pendidikan di STOVIA.

c. Mendirikan sekolah-sekolah Frobel untuk anak pribumi laki-laki dan perempuan, dan membuka pinti-pintu sekolah-sekolah dasar Eropa bagi anak-anak pribumi, walaupun mereka tidak memahami bahasa Belanda, atau jika tidak, mendirikan sekolah-sekolah untuk anak-anak pribumi serupa dengan sekolah-sekolah Belanda-Cina.

d. Mendirikan sekolah-sekolah dagang untuk pribumi, termasuk untuk kaum perempuan.

e. Menyediakan lebih banyak tanah untuk sekolah-sekolah pertanian. f. Memberikan beasiswa kepada murid-murid pribumi.

g. Member ijin penyelenggaraan undian (dengan tujuan mengumpulkan dana beasiswa, dan lain-lain).

h. Memberi ijin Budi Utomo mendirikan sekolah-sekolah desa.

2. Langkah-langkah yang diambil Budi utomo:

a. Mendirikan sekolah-sekolah perempuan sebanyak-banyaknya.

27Ibid., Hlm. 87.

28 Ibid.

b. Mendirikan yayasan untuk peminta-minta tua dan muda. c. Berjuang melawan riba.

d. Membuka perpustakaan rakyat.

e. Menggunakan sebagian anggaran untuk beasiswa pribumi.

f. Akhirnya ditambahkan agar sebuah program dicantumkan untuk memulihkan ujian masuk ke STOVIA, sehingga tidak lagi diserahkan pada kebijakan residen (Verbaal 3 November 1909, no. 53).

Beberapa tahun kemudian tersusunlah anggaran dasar organisasi Budi Utomo, yakni sebagai berikut:

Secara khusus organisasi akan akan mencurahkan perhatian pada:29 1. Kepentingan pendidikan dalam arti seluas-luasnya.

2. Perbaikan pertanian, peternakan, dan perdagangan. 3. Perkembangan tehknik dan industry.

4. Menumbuhkan kembali kesenian dan tradisi pribumi. 5. Menjunjung tinggi cita-cita umat manusia pada umumnya.

6. Hal-hal lain yang bisa membantu meningkatkan kesejahteraan bangsa (Lampiran IV, Pas 3).

Pada perkembangan selanjutnya, sekitar tahun 1916 – 1917, organisasi Budi Utomo turut membantu dalam usaha membentuk Dewan Perwakilan Rakyat bagi pribumi Indonesia. Dewan Perwakilan Rakyat pribumi tersebut ditujukan sebagai

29

wadah untuk menyampaikan berbagai kepentingan pribumi kepada pemerintahan Hidia-Belanda. Salah satu perwakilan dari organisasi Budi Utomo yang duduk dalam dewan perwakilan tersebut Dwijosewojo.

Pada awalnya organisasi Budi Utomo mengkhususkan kegiatannya di Pulau Jawa dan Madura. Dengan tujuan mengembangkan bidang pendidikan dan kebudayaan bagi masyarakat pribumi di dua wilayah tersebut. Meskipun demikian, berdirinya organisasi Budi Utomo ini telah mencerminkan bahwa di Indonesia telah tercipta suatu kesadaran akan kesejahteraan kehidupan bangsa. Selain itu, berdirinya organisasi Budi Utomo juga mencerminkan kesadaran ke arah kemerdekaan dari penjajahan. Hal ini tercermin dari pemikiran-pemikiran tentang perlunya menghindari kerusakan kebudayaan jawa akibat penetrasi kebudayaan asing.

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 37-43)

Dokumen terkait