• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V GERAKAN PETANI BANJARANYAR

5.1. Organisasi Gerakan

Bergabungnya gerakan petani Banjaranyar dengan Serikat Petani Pasundan (SPP) membawa sejumlah konsekuensi. Konsekuensi tersebut berupa pembubaran Panitia Pembebasan Tanah Banjaranyar, kepatuhan pada segala tata pertaturan di dalam SPP, mekanisme penerimaan anggota, dan kesediaan untuk mengikuti aksi – aksi atau demonstrasi yang dilakukan oleh SPP.

Pada tanggal 26 April 1999, warga Banjaranyar membentuk Panitia Pembebasan Tanah Banjaranyar. Organisasi ini merupakan wadah perjuangan warga Banjaranyar untuk mendapatkan hak atas tanah di lahan eks-perkebunan AGRIS NV. Pasca bergabungnya warga Banjaranyar dengan Serikat Petani Pasundan (SPP), Panitia Pembebasan Tanah Banjaranyar dibubarkan dan digantikan dengan Organisasi Tani Lokal (OTL) Banjaranyar. Bergabungnya gerakan Banjaranyar dengan Serikat Petani Pasundan (SPP) ditandai dengan ikrar bersama di Garut pada tahun 2000, yang diikuti oleh warga Banjaranyar dan petani lain dari wilayah Ciamis, Garut, Tasik.

Oraganisai Tani Lokal (OTL) Banjaranyar merupakan salah satu dari organisasi petani lokal yang berada dibawah Serikat Petani Pasundan (SPP). OTL berdiri ditingkatan desa dengan tujuan menjaga kesinambungan gerakan massa di tingkat akar rumput. Selain bertujuan untuk menanamkan nilai – nilai gerakan, OTL juga merupakan sarana penghubung atau jalur informasi antara anggota SPP di desa dengan kesekertariatan SPP di Kota Ciamis. OTL inilah yang kemudian mempermudah sekertariat SPP untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi desa dan segala permasalahan yang ada di dalam masyarakat desa.

Menurut Agustiana, Sekjen SPP, pendirian OTL baik itu di Desa Banjaranyar ataupun di desa – desa lainnya bertujuan untuk menjaga massa pada tingkat akar rumput agar tetap teguh pada garis perjuangan SPP. Pendefinisian garis perjungan SPP dijabarkan melalui 9 kewajiban anggota SPP, yaitu :

1. Wajib memiliki rasa solidaritas baik sesama anggota maupun sesama manusia tanpa memandang suku.

2. Wajib mengikuti dan membangun sikap bergotong royong.

3. Wajib ikut melaksanakan musyawarah dalam pengambilan keputusan organisasi.

4. Wajib iman dan takwa terhadap Allah SWT.

5. Wajib menjaga lingkungan hidup dan kelestarian alam.

6. Wajib berjuang untuk mendapatkan kesejahteraan dan kehidupan yang layak. 7. Wajib menjadi pemimpin masyarakat yang arif dan bijaksana.

8. Wajib mencari ilmu dan membangun kepintaran dan kecerdasan. 9. Wajib memperjuangkan kebenaran dan keadilan yang hakiki.

Organisasi Tani Lokal berada pada lapisan yang paling bawah. Pada lapisan atas terdapat terdapat Kongres Dewan Pimpinan OTL sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Kongres akan memberikan mandat penuh kepada seorang Sekertaris Jendral (Sekjen) untuk menjalankan organisasi. Di dalam menjalankan roda organisasi Sekjen akan dibantu oleh tiga orang Koordinator, tiga orang deputi atau wakil dan tiga orang kepala divisi.

Tiga orang koordinator yang dibagi berdasarkan wilayah kerja, yaitu Koordinator wilayah Garut, Koordinator wilayah Tasik, dan Koordinator wilayah Ciamis. Tetapi khusus untuk wilayah Kabupaten Ciamis, wilayah kerja dibagi kembali menjadi tiga yaitu Ciamis tengah, Ciamis Selatan, dan Ciamis Utara. Hal ini disebabkan karena banyaknya kasus sengketa lahan yang ada di wilayah Kabupaten Ciamis. OTL Banjaranyar berada di bawah Koordinator wilayah Ciamis, tepatnya Ciamis Tengah.

Tiga orang kepala divisi dibagi berdasarkan fungsi pendukung oraganisasi, seperti divisi penguatan organisasi, divisi pengolahan sumberdaya hutan, dan divisi informasi dan telekomunikasi. Secara struktural keberadaan divisi masuk ke dalam kesekertariatan Sekjen. Pada perkembangannya, guna memenuhi kebutuhan organisasi keberadaan divisi mengalami beberapa penyesuaian. Hingga saat ini, terdapat dua divisi baru, yaitu divisi pengembangan ekonomi masyarakat dan divisi hukum yang kemudian berkembangan menjadi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) SPP.

Pertanggungjawaban sekertariat SPP, dalam hal ini Sekjen SPP kepada Dewan Pimpinan OTL, seharusnya dilakukan satu kali setiap dua tahun. Hal ini merujuk pada profile SPP yang dikeluarkan pada tahun 2001. Tetapi, hingga saat ini pertanggungjawaban tersebut belum pernah dilakukan. Pada prakteknya, mekanisme pertanggungjawaban dilakukan melalui temu OTL yang dilakukan setiap tiga bulanan di sekretariat SPP. Lama waktu kepengurusan seorang Sekjen tidak diketahui secara pasti. Semenjak berdirinya SPP pada tahun 2000 hingga dilakukannya penelitian ini pada tahun 2010, Sekjen Serikat Petani Pasundan (SPP) tetap dipegang oleh Agustiana.

Gambar 4. Struktur Organisasi Serikat Petani Pasundan (SPP)

Organisasi Tani Lokal (OTL) Banjaranyar beranggotakan warga masyarakat Desa Banjaranyar. Hingga saat ini tercatat, terdapat 190 Kepala Keluarga (KK) yang terdaftar sebagai anggota dari OTL Banjaranyar. Apabila ada seseorang yang berkeinginan untuk menjadi anggota, maka orang tersebut wajib memenuhi beberapa persyaratan atau disebut sebagai tata tertib anggota, yaitu : 1. Mendaftarkan diri pada dewan pimpinan Organisasi Tani Lokal setempat

dan direkomendir oleh Koordinator Dewan Pimpinan Organisasi Tani Lokal.

Kongres Dewan Pimpinan OTL

Kesekretariatan Sek.Jen  Koord DPP Kab Garut  Koord DPP Kab Tasikmalaya  Koord DPP Kab Ciamis  Koord. DPP Wilayah  Koord. DPP Wilayah Koord. DPP Wilayah  Koord. DPP Wilayah  Koord. DPP Wilayah  Koord. DPP Wilayah  DPP OTL DPP OTL DPP OTL  DPP OTL  DPP OTL  DPP OTL  A n g g o t a

2. Melaksanakan agenda dan program yang telah diputuskan secara parsitipatif oleh musyawarah Dewan Pimpinan Organisasi Tani Lokal.

3. Membayar iuran wajib anggota yang diputuskan secara musyawarah yang besarnya ditetapkan oleh musyawarah Dewan Pimpinan Organisasi Tani Lokal masing-masing.

4. Memiliki kartu anggota Serikat Petani Pasundan. 5. Menjaga nama baik Serikat Petani Pasundan.

6. Menjalin silahturahmi dengan sesama anggota dan pimpinan Organisasi Tani Lokal dan sesama anggota lainnya

7. Memperjuangkan hak untuk membangun kesejahteraan ekonomi, sosial, politik, dan budaya bagi anggota.

8. Memelihara dan menjaga keseimbangan lingkungan hidup yang berkeadilan dan kesetaraan.

9. Berjuang membangun kepintaran dan kecerdasan. 10. Berjuang merebut keadilan dan kecerdasan. 11. Meningkatkan kebersamaan dan gotong-royong. 12. Melaksanakan 9 (Sembilan) Wajib SPP.

13. Mengontrol dan mengawasi kinerja Dewan Pimpinan Organisasi Tani Lokal masing-masing.

14. Hal-hal yang belum tercantum dari poin 1 sampai dengan poin 13 akan diatur dan dimusyawarahkan dikemudian hari.

Hal ini jelas berbeda dengan organisasi yang sebelumnya dibetuk oleh warga Banjaranyar, yaitu Panitia Pembebasan Tanah (PPT). Di dalam PPT tidak dikenal adanya persyaratan khusus untuk masuk menjadi anggota organisasi. Seluruh warga Banjaranyar yang berkeinginan bergabung dengan PPT, cukup

datang dan ikut aktif di dalam setiap rapat dan kegiatan PPT. Maka, dengan sendirinya orang tersebut sudah menjadi anggota PPT.

OTL Banjaranyar dipimpin oleh seorang ketua yang dibantu sekertaris OTL dan bendahara OTL. Mekanisme pemilihan ketua OTL di Desa Banajaranyar dilakukan secara musyawarah. Seluruh anggota OTL berhak mencalonkan siapapun, asalkan orang tersebut merupakan anggota SPP. Setelah seorang ketua terpilih menjadi ketua OTL, barulah kemudian ketua OTL diberikan hak untuk dapat memilih sekertaris dan bendahara. Keberadaan ketua OTL tidak hanya bertugas untuk menjalankan amanah organisasi, tetapi juga bertindak sebagai pemersatu dari para anggota OTL.

Butir – butir peraturan baik itu 9 wajib anggota ataupun tata tertib anggota, tidak ditetapkan oleh OTL Banjaranyar sendiri. Seluruh peraturan yang ada dimusyawarahkan di dalam rapat Dewan Pimpinan OTL Serikat Petani Pasundan (SPP). Setelah disepakati oleh seluruh anggota Dewan Pimpinan OTL SPP, maka peraturan tersebut akan disebarkan keseluruh anggota, untuk segera dilaksanakan.

Sistem keanggotaan yang ada di OTL Banjaranyar memang merujuk pada pada sistem keanggotaan yang ada di Serikat Petani Pasundan (SPP). Hal ini merupakan salah satu konsekuensi yang harus ditanggung gerakan petani Banjaranyar ketika bergabung dengan SPP. Di dalam tubuh SPP terdapat dua macam keanggotaan yaitu anggota dan pendamping. Kedua tipe anggota tersebut diperlakukan sama, dalam artian keduanya memiliki kewajiban untuk mentaati 9 wajib anggota, tata tertib anggota, dan segala keputusan Dewan Pimpinan OTL SPP.

Anggota merupakan para petani yang berada di desa dalam wilayah kerja dan berada di bawah koordinasi OTL. Pendamping adalah para mahasiswa yang ikut andil dalam perjuangan petani. Secara struktural, pendamping SPP berada di dalam kesekertarian Sekjen dan bertanggungjawab langsung kepada Sekjen SPP. Sebagian besar pendamping merupakan mahasiswa yang berasal dari universitas yang ada tiga Kabupaten di Priyangan Timur, yaitu Garut, Ciamis, Tasik. Pendamping inilah yang kemudian bertugas mengadvokasi para petani dan menyadarkan petani prihal hak dan kewajiban mereka, khususnya hak petani atas

tanah. Meskipun, tidak jarang pada prakteknya para pendamping ini harus juga belajar bercocok tanam kepada para petani.

Dokumen terkait