• Tidak ada hasil yang ditemukan

Outcome Pengembangan Program Orientasi Kerja Berbasis Caring Sesuai dengan tujuan penelitian bahwa outcome yang diharapkan adalah

PLANNING ; 1 Tujuan:

5.2. Outcome Pengembangan Program Orientasi Kerja Berbasis Caring Sesuai dengan tujuan penelitian bahwa outcome yang diharapkan adalah

pengetahuan tim pelaksana program orientasi kerja berbasis caring, pengetahuan perawat baru tentang program orientasi kerja berbasis caring, dan tingkat kepuasan perawat baru setelah mengikuti program orientasi kerja berbasis caring. 5.2.1.Pengetahuan tim pelaksana program orientasi kerja berbasis caring

Pengetahuan tim pelaksana mengalami peningkatan sesudah dilakukan program orientasi kerja. Hal ini disebabkan oleh adanya proses yang cukup panjang, dimulai dari proses pembuatan perencanaan, seminar dan diskusi materi caring dan program orientasi kerja, pembuatan SPO program orientasi kerja berbasis caring, sosialisasi SPO dan penerapan SPO program orientasi kerja berbasis caring. Dengan adanya proses pembelajaran; pembinaan, pendidikan dan pengalaman dari pelaksanaan program orientasi kerja tersebut pengetahuan perawat khususnya tim pelaksana menjadi bertambah.

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan cara wawancara pada tahap reconnaissance dengan focus group discussion pada tahap reflection, didapatkan perubahan yang dirasakan oleh partisipan. Perubahan tersebut antara lain pelaksanaan program orientasi kerja sebelum diterapkan program orientasi kerja berbasis caring yaitu masih ngawur, tidak terjadwal dengan baik, ada standar prosedur operasional tapi tidak terlaksana dengan baik, tidak ada materi yang

diberikan, dan evaluasi program berdasarkan hasil diskusi tim. Sedangkan setelah diterapkan program orientasi kerja berbasis caring, partisipan mengatakan bahwa pelaksanaannya sangat bagus, jauh berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya, sesuai dengan standar dalam pelaksanaannya, menambah pengetahuan, menjadi tahu cara membimbing, dan menjadi role model.

Caring yang digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan program orientasi kerja merupakan hal yang baru dan menjadi daya tarik tersendiri untuk tim pelaksana dalam menerapkannya. Program ini menuntut tim pelaksana untuk terlebih dahulu memahami bagaimana proses pembelajaran yang efektif dilakukan berdasarkan prinsip caring. Watson (2008) mengemukakan bahwa belajar bukan hanya menerima informasi, fakta atau data. Hal ini melibatkan pemahaman, hubungan saling percaya yang intersubjective; secara alami hubungan baik dalam bentuk dan konteks pengajaran yang mempengaruhi sebuh proses dan menghormati pribadi sepenuhnya. Dengan memahami hal tersebut diatas, maka tim pelaksana secara otomatis mendapatkan dan menambah pengetahuan mereka dalam penerapan program orientasi kerja yang berdasarkan prinsip caring, serta mereka mampu memberikan pengetahuan dan pemahaman yang sesuai dengan kebutuhan peserta program orientasi, rumah sakit dan tujuan program itu sendiri.

Prinsip caring yang telah dituangkan dalam standar pada program orientasi kerja ini mengajarkan pada tim pelaksana untuk belajar menggali dan mendeteksi kebutuhan tim pelaksana dan peserta program orientasi kerja sehingga tujuan program tersebut dapat tercapai. Hal tersebut tentunya akan selalau menambah pengetahuan bagi tim pelaksana dalam berbagai hal, khususnya prinsip caring ;

120

coaching yang diterapkan dalam proses belajar mengajar pada pelaksanaan program orientasi kerja di Rumah Sakit Umum natama Kota Tebing Tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Watson (2008) mengemukakan bahwa proses belajar mengajar caritas tergantung pada kemampuan perawat untuk mendeteksi secara akurat tentang perasaan, pikiran, kesiapan, suasana hati dan sebagainya, yang terhubung dengan mengakses persepsi lain, perasaan, perhatian, pengetahuan, dan pemahaman. Caring proses membutuhkan keterbukaan terhadap perasaan, pengetahuan, informasi lain dan tingkat pemahaman intelektual, serta kesiapan dan keterbukaan untuk belajar.

Pada tahap reconnaissance ada beberapa hal yang ditemukan antara lain perawat baru tidak percaya diri dalam bekerja, terjadi kesenjangan, tidak peduli, pelayanan tidak ramah kepada pasien, turnover, dan hubungan dengan rekan kerja buruk. Sedangkan berdasarkan hasil focus group discussion pada tahap reflection partisipan merasakan bahwa perawat baru menjadi ramah, mudah tersenyum, kompak, mengetahui cara menghadapi pasien, keluarga dan teman sejawat dan tampak kepuasan diri perawat baru. Hal ini menunjukkan bahwa tim pelaksana telah berhasil dalam menerapkan program orientasi kerja berbasis caring di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi.

5.2.2.Pengetahuan dan kepuasan perawat baru tentang program orientasi kerja berbasis caring

Perubahan pengetahuan perawat baru dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai persentasi sebelum penerapan program orientasi kerja berbasis caring dan sesudah penerapan program orientasi kerja berbasis caring. Nilai

persentasi sebelum penerapan program orientasi kerja berbasis caring adalah 57,14% perawat baru berpengetahuan baik dan 42,86% perawat baru berpengetahuan cukup dan setelah penerapan program orientasi kerja berbasis caring 100% perawat baru berpengetahuan baik. Artinya bahwa ada peningkatan pengetahuan pada hasil analisa data tentang program orientasi kerja berbasis caring sebelum dan sesudah penerapan program orientasi kerja berbasis caring.

Peningkatan pengetahuan perawat baru atau peserta program orientasi kerja berbasis caring tersebut tidak terlepas dari rasa saling percaya, cara penyampaian informasi atau pengetahuan oleh tim pelaksana dan kepedulian peserta program orientasi kerja dalam menerima informasi atau pengetahuan yang disampaikan oleh tim pelaksana program tersebut. Dengan terbinanya hubungan tersebut diatas, maka perserta program tersebut akan dapat lebih mudah menerima dan memahami informasi yang diberikan, dan dengan sendirinya peserta menunjukkan sikap dan partisipasi aktif dalam pelaksanaan program tersebut.

Perubahan tingkat kepuasan perawat baru dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai persentasi sebelum penerapan program orientasi kerja berbasis caring dan sesudah penerapan program orientasi kerja berbasis caring. Nilai persentasi sebelum penerapan program orientasi kerja berbasis caring adalah 42,86% perawat baru merasa sangat puas dan 57,14% perawat baru merasa puas dan setelah penerapan program orientasi kerja berbasis caring 100% perawat baru merasa sangat puas. Artinya bahwa ada peningkatan kepuasan pada hasil analisa data tentang program orientasi kerja berbasis caring sebelum dan sesudah penerapan program orientasi kerja berbasis caring.

122

Penelitian Wijaya, Sitorus dan Handayani (2010) juga menyatakan adanya peningkatan kompetensi atau perubahan setelah dilakukannya program orientasi kerja. Penelitian tersebut meneliti tentang hubungan program orientasi kerja berbasis kompetensi dengan kinerja perawat baru, yang hasilnya menunjukkan bahwa secara umum rerata kompetensi perawat baru yang memiliki kompetensi atau kinerja baik sebanyak 61,5%, hanya 38,5 % saja perawat baru yang memiliki kompetensi atau kinerja kurang setelah dilakukan program orientasi berbasis kompetensi. Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa penerapan program orientasi kerja sangat bermanfaat untuk memberikan pengetahuan, membentuk perilaku dan sikap perawat baru.

Penelitian yang menggunakan kerangka teori Watson adalah penelitian oleh Blum, Hickman, Parcells dan Locsin (2010) yang berjudul “Teaching Caring Nursing to RN-BSN Students Using Simulation Technology” menunjukkan hasil bahwa perilaku caring perawat meningkat setelah intervensi simulation technology terkait dengan lima hal yaitu menghormati orang lain, assurance of human presence, hubungan yang dekat dan positif, pengetahuan dan keterampilan profesional serta perhatian terhadap pengalaman orang lain. Artinya bahwa perilaku caring akan meningkat jika dilakukan percobaan atau simulasi atau penerapan.

Menurut Watson (2008) bahwa belajar bukan hanya menerima informasi, fakta atau data. Hal ini melibatkan pemahaman, hubungan saling percaya, dan saling menghormati. Konten tersebut diatas serta kesiapan seseorang untuk menerima informasi merupakan variabel penting. Dalam proses belajar mengajar

sebaiknya diberikan secara mendalam dan bekerja berdasarkan kebutuhan orang lain. Uraian diatas membuktikan bahwa caring dapat dipelajari dan perilaku caring dapat ditingkatkan melalui berbagai strategi pembelajaran tentang caring dan pendekatan yang terbaik untuk melakukan pengembangan suatu institusi untuk mendapatkan kualitas yang lebih baik adalah dengan menggunakan metode action research.

Dokumen terkait