• Tidak ada hasil yang ditemukan

untuk periode 1990 -2019

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2.2 Pajak Karbon Dan Energi

Pajak energi berbeda dengan pajak emisi. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tujuan dan cara bagaimana pajak tersebut diberlakukan. Pajak energi ( Zhang, Z Xiang dan Baranzini,Andrea, 2003 ) adalah jenis pajak yang besarnya secara absolut tetap misalnya rupiah per ton, rupiah per kilowatt-hour, rupiah per British thermal unit. Jadi pajak energi dikenakan terhadap bahan bakar fosil ataupun sumber energi yang bebas emisi ataupun sumber bahan bakar yang memenuhi batas emisi yang ditetapkan. Pajak energi tidak terkait dengan tingkat emisi yang

dikeluarkan. Jika tujuannya adalah untuk mengurangi emisi gas CO2, maka yang

efektif adalah mengenakan pajak karbon. Pajak karbon dapat ditransformasi ke

pajak CO2 karena satu ton karbon ekivalen dengan 3,67 ton CO2. Walaupun pajak

energi itu sendiri dapat mengurangi tingkat emisi, tetapi dalam implementasinya

pajak energi tidak tepat untuk tujuan mengurangi emisi CO2

(Kageson,1991;Cline,1992; Jorgenson and Wilcoxen,1993; dikutip dari Zhang,Z Xiang dan Baranzini,Andrea,2003).

9) Menurut EEA ( Europen Environment Agency, Copenhagen (1996), pajak lingkungan terdiri dari cost-recovering charges, incentive taxes dan fiscal environmental tax. Fiscal environmental tax inilah disebut “green Tax Reform” yang terdiri dari pajak energi dan pajak bukan energi termasuk pajak CO2

10) Corpuz,Catherine (2003 ). Pollution Tax for Controlling Emssion From The Manufacturing and Power Generation Sectors:Metro Manila”. Regulasi langsung (Regulasi) yang digunakan oleh Filipina dengan memberikan batas atas emisi tidak memberikan insentif kepada industri untuk mengendalikan polusi pada tingkat yang dikehendaki oleh pemerintah. Selalu dihadapkan oleh kesulitan dalam menegakkan peraturan tersebut dan biaya administrasi yang tinggi.

Pajak emisi atau pajak karbon dapat mengurangi emisi melalui pengaruh mekanisme harga dari bahan bakar yang dikonsumsi. Oleh sebab itu pajak emisi

merupakan instrumen kebijakan yang baik dalam mengurangi emisi (emisi CO2).

Dilihat dari segi produksi, maka pajak energi secara umum berorientasi input bukan output, sedangkan pajak emisi berorientasi bisa input atau output.

Pajak emisi pada dasarnya bukan untuk menciptakan pendapatan (fiscal objective)

bagi pemerintah, tetapi di-disain dengan tujuan untuk pengendalian lingkungan seperti pengurangan emisi, mengubah perilaku pencemar akan tindakannya dalam merusak lingkungan. Studi yang dilakukan oleh Scrimgeour et.al ( 2005 ) untuk kasus New Zealand menunjukkan bahwa pajak karbon lebih efektif dibandingkan

dengan pajak energi ataupun pajak petroleum. 11) Secara umum pajak energi dapat

dikenakan sebagai pajak yang didasarkan pada output ( contohnya pemanasan atau

listrik) sebagai pajak yang didasarkan pada input atau sebagai emission charged

dari pembakaran bahan bakar fosil. 12)

Pajak karbon merupakan pajak emisi dan merupakan jenis dari pajak lingkungan yang dikenakan pada konsumsi yang mengkonsumsi bahan bakar seperti batubara, minyak dan gas. Kadar kandungan karbon dari setiap bahan bakar tersebut menentukan besarnya nilai pajak. Bila suatu produk dikenakan pajak karbon, maka harga dari produk tersebut akan mengalami kenaikan.

11) Hasil studi dari Scrimgeour,Frank et.al ;”Reducing Carbon Emission ? The Relative

effectiveness of Different Types of Environmental Tax: The Case of New Zealand” dengan CGE untuk kasus New Zealand menunjukkan bahwa dampak dari pajak karbon dan pajak energi hampir sama. Pajak energi akan mengurangi konsumsi sebesar 13 persen dibandingkan dengan 14% unuk pajak karbon. Emisi CO2 berkurang sebesar 16% untuk pajak energi dan 18% untuk pajak karbon. Sementara pajak petroleum kurang efektif. Pajak karbon dan pajak energi keduanya memberikan dampak makro dalam bentuk mengurangi GDP kira-kira sebesar 0,385% sedangkan pajak petroleum akan mengurangi GDP sebesar 0,29%

12) Menurut ESCAP Virtual Conference: Charge atau pajak adalah pembayaran yang dikenakan pada polutan sesuai dengan proporsi dari polutan yang dilepaskan ke lingkungan. Charge dibuat berdasarkan “Polluter Pay Principle”. UNEP- REPORT 1997 Menjelaskan bahwa charge system pada umumnya dipakai untuk melindungi sumberdaya dari limbah atau emisi yang dibuang ke lingkungan dan tidak dimasukkan kedalam instrument fiskal, tetapi dipisahkan kedalam sistem charge.

Kenaikan harga akan mengurangi permintaan dan pada akhirnya akan mengurangi emisi CO2. 13) Karena pajak karbon ditentukan berdasarkan kadar karbon yang ada dalam masing-masing bahan bakar, maka harga dari bahan bakar akan bervariasi sesuai dengan besarnya nilai pajak yang dikenakan untuk masing-masing bahan bakar. Oleh sebab itu konsumen akan melakukan pilihan dengan kesadaran akan segala konsekuensi dari pilihan yang dibuatnya.

Menurut PEANZ ( Petroleum Exploration Association of New Zealand ), dokumen implementasi pajak karbon yang dikeluarkan pada bulan Juli 2005, ada dua prinsip dasar dalam mekanisme pajak karbon :

▪ Tujuan utama dari pajak adalah untuk menginformasikan kepada pemakai akhir

dari energi yang digunakannya agar dapat membuat keputusan yang akan memberikan benefit terhadap atmosfir. Untuk penyederhanaan, maka pajak haruslah dikenakan pada pihak sejauh mungkin dari rantai distribusi dan disampaikan kepada pemakai akhir sepenuhnya agar informasi tersebut dapat dipakai untuk membuat keputusan.

▪ Karena pajak merupakan mekanisme fiskal, sebagai konsekuensi, setiap

pendapatan dari pajak karbon akan di ”recycle” kedalam sistem ekonomi

melalui pengurangan pajak yang lain.

Hasil studi mengenai interaksi antara pajak yang berlaku sekarang terhadap

energi dan penggunaan pajak karbon untuk mengurangi emisi gas CO2 ( Peter

Hoeller and Jonathan Coppel,1992 ) terhadap 20 negara termasuk negara OECD, menunjukkan bahwa ada hubungan antara besarnya pajak karbon per ton dengan persentase pengurangan emisi.14)

13) Laporan yang dikeluarkan oleh .The Royal Society (Nov 2002).”Economic Instruments for the Reduction of Carbon Dioxide Emission”. Pajak karbon akan menaikkan biaya bahan bakar dan harus mengurangi permintaan akan bahan bakar tersebut dan konsumen akan berpindah ke bahan bakar dengan sumber karbon rendah. Halk ini akan tergantung dari elastisitas permintaan. Elastisitas jangka pendek (short-run) negara OECD untuk gasoline pada kisar -0,15 sampai -0,38 dan jangka panjang -1,05 sampai -1,40 )

14) Adalah hasil studi dari Hoe Hoeller,P and Coppel,J (Paris, 1992). Energy Taxation and Price Distortions in Fossil Fuel Markets: Some Implications for Climate Change Policy.

Nedergaard,Mette ( 2005 ) dalam suatu survey dari aplikasi penggunaan instrument ekonomi untuk kebijakan energi dan perubahan iklim untuk beberapa negara Eropa memberikan empat alasan penggunaan pajak lingkungan, (1) karena pajak lingkungan adalah instrument yang efektif untuk menginternalkan eksternalitas,(2) memberikan insentif untuk mengubah perilaku,(3) meningkatkan pendapatan dan (4) alat yang efektif dalam mengurangi sumber polusi dalam jangka panjang. 15)

Pada tabel 1 dapat dilihat tujuan dan objek dari pajak karbon, pajak energi dan pajak emisi yang diterapkan pada negara Eropa Utara.

Tabel 1. Pajak karbon pada beberapa negara Eropa Utara

Negara Jenis Nilai pajak (Rate) Tahun Obyek Tujuan Aliran Dana

Finlandia Pajak Karbon Mulai dari 26 Mk/tC s/d 260 Mk/tC

Diperkenalkan mulai tahun 1990

Gasoline,light fuel oil,heavy fuel oil,diesel oil,natural gas, coal dan peat (kecuali BBF untuk Listrik)

Efek insentif:penghematan BBF untuk mengurangi CO2,promosi investasi-hemat energi dan substitusi produk karbon rendah

Pajak masuk ke general fund

Denmark Pajak CO2

100 Dkr/tCO2 meningkat s/d 200 Dkr/tCO2 tahun 1996 dan s/d 6000 Dkr/tCO2 tahun 2000

Sejak 1993

Light fuel oil, heavy oil,diesel oil,LPG,coal dan residual fuel(kecuali untuk gasoline, natural gas dan bio diesel)

Efek insentif:penghematan BBF untuk mengurangi CO2,promosi investasi-hemat energi dan substitusi produk karbon rendah

Pajak bukan untuk meningkatan pendapatan

Nederland Pajak karbon dan energi

50% pajak energi dan 50% pajak karbon : 5,16 DGL/tCO2 dan 0,3906 DGL/Gj untuk energi

Sejak 1992

Gasoline, light fuel oil, heavy fuel oil, diesel oil, natural gas atau residual oil

Pengendalian emisi CO2

Pajak masuk ke spesial fund untuk lingkungan

Norwegia Pajak karbon 676 NKr/tC s/d 1350

NKr/tC Sejak 1991

Gasoline, light fuel oil, heavy oil, diesel oil, natural gas dan gas yg dibakar dari lapangan minyak di laut

Efek insentif : untuk mengurangi emisi CO2

Pajak untuk general account

Swedia Pajak karbon 370 SKr/tCO2 -1996 s/d

380 SKr/tCO2 1997 Sejak 1991

Gasoline, light fuel oil, heavy oil, diesel oil, LPG,natural gas,coal (kecuali untuk listrik)

Efek insentif : untuk mengurangi emisi CO2

Pajak berhubungan dgn general account

Sumber: Diolah dari data research panel on economic instrument such as taxion and charges in environmental policies. Chapter 1: Situation of Environmental Taxes of Foreigh Countries. Dari website :

http://www.env.go.jp/en/rep/tax/ch1.html. 14Juli 2005.

15) Baumert,Kevin ( 1998 ), Carbon Taxes vs Emission Trading: What the difference, and Which is Better. Menyatakan bahwa pajak karbon dan semua pajak lingkungan adalah instrument kebijakan yang bersifat “price-based”. Pajak menaikkan harga barang dan pelayanan dan akan mengurangi kuantitas permintaan, ini disebut “price-effect” sedangkan trading permits atau emission trading adalah instrument kebijakan berdasarkan “quantity-based”. Walaupun keduanya adalah merupakan “market-based” cara kerjanya berbeda. Pajak karbon menetapkan biaya marjinal untuk emisi karbon dan mengizinkan perubahan dari emisi yang dikeluarkan sementara emission trading menetapkan jumlah emisi karbon yang dikeluarkan dan membiarkan harga berfluktuasi sesuai dengan mekanisme pasar.

Pada tabel 2 dapat dilihat persentase pendapatan pajak lingkungan termasuk pajak transportasi terhadap GDP dan persentase pajak energi terhadap GDP . Menurut laporan dari OECD dan IEA (2003) instrumen pajak sering digunakan oleh pembuat kebijakan untuk mempromosikan pengembangan energi terbarukan dan teknologi untuk efisiensi energi dari pada bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

.Tabel 2. Persentase pajak lingkungan ( tidak termasuk energi) dan pajak energi terhadap GDP

Negara

% GDP % Pendapatan Pajak % GDP % Pendapatan Pajak

Austria 0,7 1,6 1,4 3,2 Belgium 0,5 1,1 1,6 3,4 Denmark 2,2 4,3 2,2 4,3 Jerman 0,6 1,4 2,1 4,8 Yunani 0,4 1,2 1,5 4,6 Finlandia 0,1 0,2 2,2 4,7 Perancis 0,5 1,1 2 4,5 Irlandia 1,4 4 1,8 5,2 Itali 0,5 1,2 3,1 7,7 Luxemberg 0,2 0,5 3,1 7 Netherland 2,6 5,9 1,5 3,4 Portugal 0,1 0,3 3 8,4 Spanyol 1 2,7 1,9 5,2 Swedia 0,4 0,8 2,6 5,1 UK 0,6 1,7 2,2 6,3 EU 15* 0,7 1,7 2,2 5,2

* terdiri dari 15 anggota negara Uni Eropa (EU)

Lingkungan Energi

Sumber : Final report : Study on the economic and environmental implications of the use of environmental taxes and charges in the Europw Union and its member states. ECOTEC, research & consulting. April 2001

Pada tabel 3 dapat dilihat instrumen kebijakan pajak yang telah diimplementasi ataupun direncanakan oleh beberapa negara di Eropa. Pada table

tersebut dapat dilihat pendekatan implementasinya, pajak energi atau CO2 dan

Tabel 3. Instrumen pajak yang telah diimplementasikan dan direncanakan dibeberapa negara Eropa.

Energi Industri Emisi Energi terbarukan

Australia x x* x Austria x x x Belgia x x x Kanada x x Check Republik x x Denmark x x x x Estonia x x Finlandia x x Perancis x x** x Jerman x x x Itali x x x Jepang x Belanda x x x x Selandia Baru x Norwegia x x x x Slovakia x Swedia x x x Swiss x x x UK x x x x USA x x* x*

* pada level negara bagian ** rencana saat ini dihentikan

Pajak Trading

Pendekatan sukarela (Voluntary Approach) Negara

Sumber: OECD and IEA information paper (2003) OECD environment directorate and international energy agency. Policies to reduce greenhouse gas emission in industry-successful approaches and lessen learned:workshop report.

Dokumen terkait