• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.2.2. Pajak Penghasilan

Berikut ini akan disajikan pembahasan mengenai perhitungan pajak penghasilan badan yang dilakukan oleh PT. Wastumatra Kencana Indonesia tahun 2009 dan 2010.

Objek penghasilan badan pada PT. Wastumatra Kencana Indonesia terdiri dari penghasilan yang diterima dari perusahaan setiap bulan dimana atas semua objek pajak penghasilan tersebut akan dipotong pajak penghasilan.

Kebijakan yang diambil perusahaan yang berhubungan dengan PPh badan.

1. Tarif pemotongan untuk PPh badan adalah sama dengan tarif pajak yang terdapat dalam UU No. 36 tahun 2008.

2. Taksiran pajak penghasilan dihitung berdasarkan taksiran penghasilan kena pajak tahun bersangkutan.

73 3. Akuntansi pajak penghasilan menetapkan perlakuan akuntansi atas dampak pajak dari pemulihan aktiva dan penyelesaian kewajiban pada nilai tercatatnya.

Sesuai dengan UU No. 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan, dalam ketentuannya yang terdapat dalam peraturan perpajakan, disebutkan bahwa pajak yang diperkirakan dalam suatu tahun pajak, dilunasi oleh wajib pajak dalam tahun pajak berjalan melalui pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain, serta pembayaran pajak oleh wajib pajak sendiri. Dari ketentuan tersebut, maka PT.

Wastumatra Kencana Indonesia sebagai wajib pajak badan berkewajiban untuk membayar sejumlah pajak atas penghasilan yang diperoleh. Pemotongan pajak tersebut berdasarkan laba bersih sebelum pajak yang diperoleh perusahaan dikalikan sesuai tarif yang berlaku, yaitu untuk tahun 2009 dikenakan tarif sebesar 28% (dua puluh delapan persen), sedangkan untuk tahun 2010 dikenakan tarif sebesar 25% (dua puluh lima persen). Karena peredaran bruto (omset) PT. Wastumatra Kencana Indonesia pada tahun 2009 dan 2010 di bawah Rp. 4.800.000.000,00 maka dapat pengurangan 50% dari tarif seharusnya sesuai dengan pasal 31E UU No.36 Tahun 2008.

74 Perhitungan pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diperoleh PT. Wastumatra Kencana Indonesia adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1: Laporan Laba Rugi PT. Wastumatra Kencana Indonesia Tahun 2009 dan 2010.

KETERANGAN 31-DES-10 (Rp) 31-DES-09 (Rp)

PENDAPATAN DAN PENERIMAAN

75 Tabel 4.1: Laporan Laba Rugi PT. Wastumatra Kencana Indonesia Tahun 2009 dan 2010

(Lanjutan).

Sumber : Bagian Keuangan PT.Wastumatra Kencana Indonesia

Dari laporan Laba Rugi komersial perusahaan maka akan dapat dihitung besarnya pajak penghasilan serta penghasilan bersih perusahaan setelah dikenakan pajak penghasilan yaitu sebagai berikut :

a. Tahun 2009

Penghasilan Kena Pajak Rp. 11.889.685,00

Beban pajak penghasilan:

50% x 28% x Rp. 11.889.685,00

76 Jumlah beban pajak penghasilan Rp. 1.664.555,00- Laba bersih setelah pajak Rp 10.225.130,00 b. Tahun 2010

Penghasilan Kena Pajak Rp. 9.053.911,00

Beban pajak penghasilan : 50% x 25% x Rp. 9.053.91,00

Jumlah beban pajak penghasilan Rp. 1.131.738,00- Laba bersih setelah pajak Rp. 7.922.173,00

Dari Laporan Laba Rugi komersial perusahaan, akan dapat dibandingkan besarnya laba komersial dengan laba fiskal atau pajak untuk dapat menentukan besarnya beban pajak yang akan ditanggung oleh perusahaan. Untuk dapat membandingkan kedua Laporan Laba Rugi tersebut akan dilakukan rekonsiliasi fiskal , sehingga akan terlihat berapa besarnya penghasilan kena pajak perusahaan yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak penghasilan perusahaan.

77 Tabel 4.2 : Laporan Laba Rugi Fiskal PT.Wastumatra Kencana Indonesia Tahun 2009

Sebelum Implementasi Perencanaan Pajak.

KETERANGAN L/R KOMERSIAL KOREKSI FISKAL L/R FISKAL

D K D K D K

78 Tabel 4.2 : Laporan Laba Rugi Fiskal PT.Wastumatra Kencana Indonesia Tahun

2009 Sebelum Implementasi Perencanaan Pajak (Lanjutan).

Auditor

Sumber : Bagian Keuangan PT.Wastumatra Kencana Indonesia

Tabel 4.3: Laporan Laba Rugi Fiskal PT.Wastumatra Kencana Indonesia Tahun 2010 Sebelum Implementasi Perencanaan Pajak.

KETERANGAN L/R KOMERSIAL KOREKSI FISKAL L/R FISKAL

D K D K D K

79 Tabel 4.3: Laporan Laba Rugi Fiskal PT.Wastumatra Kencana Indonesia Tahun

2010 Sebelum Implementasi Perencanaan Pajak (Lanjutan).

Gaji Karyawan

Sumber : Bagian Keuangan PT.Wastumatra Kencana Indonesia

80 Keterangan :

a. Penyusutan Tahun 2009 dan 2010 Penghitungan penyusutan :

- Gedung atau bangunan

Gedung merupakan kelompok aktiva tetap tidak bergerak, menurut UU No.

36 Tahun 2008 disusutkan selama 20 tahun tanpa nilai residu.

 Penyusutan gedung menurut fiskal

Rp. 362.000.000,00 : 20 = Rp. 18.100.000,00

 Penyusutan gedung menurut komersial (Rp. 362.000.000,00 - nilai residu) : 15

(Rp. 362.000.000,00 - Rp. 90.500.000) : 15 = Rp. 18.100.000,00 Dikarenakan penyusutan fiskal sama dengan penyusutan komersial, maka tidak perlu dilakukan koreksi fiskal, dikarenakan Laba Rugi fiskal akan sama dengan Laba Rugi Komersial sehingga pajak yang harus dibayar berdasarkan komersial atau fiskal adalah sama.

- Kendaraan

Sebelum melakukan rekonsiliasi fiskal untuk kendaraan, terlebih dahulu diperlukan pemisahan nilai beli atau nilai historis dari kendaraan. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut :

81 1. Mobil Rp 245.000.000,00

2. Motor Rp 25.000.000,00

Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 disebutkan untuk kendaraan berjenis mobil harus disusutkan selama 8 tahun tanpa nilai residu, sedangkan untuk kendaraan berjenis motor yang dimiliki usaha dibidang jasa desain arsitektur harus disusutkan selama 4 tahun tanpa nilai residu.

Berdasarkan keterangan di atas dapat dihitung penyusutan mobil dan motor berdasarkan fiskal, adalah sebagai berikut :

1. Mobil = Rp. 245.000.000,00 : 8 = Rp. 30.625.000,00 2. Motor = Rp. 25.000.000,00 : 4 = Rp. 6.250.000,00 + Total penyusutan kendaraan menurut fiskal adalah Rp. 36.875.000,00

 Penyusutan kendaraan menurut komersial adalah sebagai berikut : 1. Mobil = (Rp. 245.000.000,00 - nilai residu): 10

= (Rp. 245.000.000,00- Rp. 100.000.000,00):10 = Rp. 14.500.000,00 2. Motor = (Rp. 25.000.000,00 - nilai residu) : 10

= (Rp. 25.000.000,00 – Rp.0,00) : 10 = Rp. 2.500.000,00+

Total penyusutan kendaraan menurut komersial adalah Rp. 17.000.000,00

Dikarenakan penyusutan kendaraan menurut laporan fiskal lebih besar dari pada penyusutan kendaraan menurut laporan komersial maka harus dilakukan koreksi fiskal negatif sebesar Rp. 19.875.000,00 dikarenakan Laba Rugi menurut fiskal lebih

82 kecil dari pada Laba rugi menurut perusahaan atau komersial sehingga beban pajak yang harus dibayar menurut fiskal akan lebih kecil dari pada menurut komersial.

- Peralatan kantor

Kelompok aktiva tetap tidak bergerak berdasar UU No. 36 Tahun 2008 disusutkan selama 8 tahun tanpa nilai residu.

 Penyusutan menurut fiskal

Rp. 170.764.000 : 8 = Rp. 21.345.500,00

 Penyusutan menurut komersial (Rp. 170.764.000 – nilai residu) : 10

(Rp. 170.764.000 – Rp. 28.315.000,00) : 10 = Rp. 14.244.900,00

Dikarenakan penyusutan fiskal lebih besar dari pada menurut laporan komersial, maka harus dilakukan koreksi fiskal negatif sebesar Rp. 7.100.600,00 dikarenakan Laba Rugi menurut fiskal lebih kecil dari pada Laba Rugi menurut komersial, sehingga beban pajaknya lebih kecil.

Perhitungan koreksi fiskal beban penyusutan secara keseluruhan adalah sebagai berikut :

1. Penyusutan Gedung : tidak ada koreksi fiskal Rp. 0,00 2. Penyusutan Kendaraan : koreksi fiskal negatif Rp. 19.875.000,00 3. Penyusutan Peralatan Kantor : koreksi fiskal negatif Rp.7.100.000,00+

Beban Penyusutan : koreksi negatif Rp. 26.975.600,00

83 b. Rekonsiliasi fiskal untuk pemeliharaan

Dikarenakan kendaraan berupa mobil dan motor kendaraan yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya dan dipergunakan untuk kepentingan pribadi (dibawa pulang) maka beban yang dapat dijadikan sebagai pengurang pajak adalah sebesar 50% dari total pemeliharaan.

- Tahun 2009

Beban pemeliharaan 2 buah mobil =Rp. 19.631.393,00 Beban pemeliharaan 2 buah motor = Rp. 9.818.697,00 Beban pemeliharaan secara komersial

Rp. 19.631.393,00 + Rp. 9.818.697,00 = Rp. 29.447.090,00 Beban pemeliharaan secara fiskal

50% x Rp. 29.447.090,00 = Rp. 14.723.545,00

Dikarenakan beban pemeliharaan secara fiskal lebih kecil dari pada beban pemeliharaan secara komersial maka harus dilakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp. 14.723.545,00 hal ini menyebabkan laba secara fiskal lebih besar dari laba secara komersial sehingga beban pajak yang dibayarkan lebih besar.

- Tahun 2010

Beban pemeliharaan 2 buah mobil = Rp. 2.500.000,00 Beban pemeliharaan 2 buah motor = Rp. 1.164.864,00 Beban pemeliharaan secara komersial

Rp. 2.500.000,00 + Rp. 1.164.864,00 = Rp. 3.664.864,00

84 Beban pemeliharaan secara fiskal

50% x Rp. 3.664.864,00 = Rp. 1.832.432,00

Dikarenakan beban pemeliharaan secara fiskal lebih kecil dari pada beban pemeliharaan secara komersial maka harus dilakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp. 1.832.432,00 hal ini menyebabkan laba secara fiskal lebih besar dari laba secara komersial sehingga beban pajak yang dibayarkan lebih tinggi.

c. Rekonsiliasi fiskal untuk sumbangan

Dikarenakan sumbangan merupakan pengeluaran rutin perusahaan namun tidak dapat dibuktikan dengan catatan formal yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan, karena tidak ada bukti cap dari badan amil zakat sehingga ada indikasi sumbangan tersebut bukan untuk zakat, maka berdasar aturan fiskal sumbangan tidak dapat dikurangkan kedalam penghasilan bruto dan perlu dilakukan koreksi positif untuk tahun 2009 sebesar Rp. 2.709.890,00 dan pada tahun 2010 sebesar Rp.

859.840,00. Koreksi positif menyebabkan laba fiskal lebih besar dari laba komersial sehingga beban pajak yang dibayarkan menurut fiskal lebih tinggi.

d. Rekonsiliasi fiskal untuk jamuan

Dikarenakan jamuan merupakan pengeluaran rutin perusahaan namun tidak dapat dibuktikan dengan catatan formal yang berkaitan dengan aktivitas operasi perusahaan, maka berdasar aturan fiskal jamuan tidak dapat dikurangkan ke dalam penghasilan bruto dan perlu dilakukan koreksi positif untuk tahun 2009 sebesar Rp.

4.900.000,00 dan pada tahun 2010 sebesar Rp. 3.300.000,00. Koreksi positif

85 menyebabkan laba fiskal lebih besar dari laba komersial sehingga beban pajak yang dibayarkan menurut fiskal lebih tinggi.

e. Koreksi fiskal pendapat bunga

Dikarenakan pendapatan bunga bank merupakan pendapatan yang dikenakan pajak final berdasar aturan UU No.36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat 2 maka pendapatan bunga bank tidak perlu ditambahkan dalam laporan laba rugi, sehingga perlu dilakukan koreksi fiskal negatif sebesar Rp. 529.886,00 untuk tahun 2009 dan sebesar Rp.227.535,00 untuk tahun 2010.

Setelah dilakukan koreksi fiskal, maka akan diketahui jumlah laba sebelum pajak setelah dikoreksi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar perhitungan pajak penghasilan badan yaitu sebagai berikut :

- Tahun 2009

Laba sebelum pajak Rp. 6.717.584,00

Beban pajak penghasilan : 50% x 28% x Rp. 6.717.584,00

Jumlah beban pajak penghasilan Rp. 940.462,00- Laba bersih setelah pajak Rp. 5.777.122,00 - Tahun 2010

Pada tahun 2010 mengalami rugi menurut fiskal sebesar Rp. 12.156.952,00 sehingga perusahaan tidak membayar pajak, dan dapat dikompensasikan untuk tahun 2011 sebesar Rp. 12.156.952,00.

86 4.3. Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Dokumen terkait