• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pajak Tangguhan (Deferred Tax)

Dalam dokumen AKUNTANSI PAJAK MENENGAH (Halaman 90-105)

Kewajiban pajak tangguhan (deferred tax liabilities) adalah jumlah pajak penghasilan terutang (payable) untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. Sedangkan Aktiva pajak tangguhan (deferred tax asset) adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan (recoverable) pada periode mendatang sebagai akibat adanyaperbedaan temporer yang boleh dikurangkan dansisa kompensasi kerugian.

Untuk memahami timbulnya pajak tangguhan, kita dapat memperhatikan efek dari beda temporer terhadap pajak terhutang. Dibawah ini adalah suatu ilustrasi dimana Laporan Laba Rugi Wajib Pajak memiliki perbedaan temporer berupa beban penyusutan, aktiva kelompok 1 (masa manfaat 4 tahun)secara fiskal disusutkan dengan metode garis lurus, sedangkan secara komersial disusutkan dengan metode garis lurus dengan umur ekonomis 5 tahun tanpa nilai residu. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah Komersial : Pendapatan 800 800 800 800 800 4.000 Biaya : - Lain-lain 500 500 500 500 500 2.500 - Penyusutan 80 80 80 80 80 400 Laba 220 220 220 220 220 1.100 Pajak terutang 25% 55 55 55 55 55 275

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 88 Fiskal : Pendapatan 800 800 800 800 800 4.000 Biaya : - Lain-lain 500 500 500 500 500 2.500 - Penyusutan 100 100 100 100 0 400 Laba 200 200 200 200 300 1.100 Pajak terutang 25% 50 50 50 50 75 275 Pajak Tertangguh 5 5 5 5 (20) 0 Asumsi :

Penghasilan dan biaya tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 sama, kecuali perbedaan masa manfaat aktiva kelompok 1 yang disusutkan Wajib Pajak selama 5 tahun.

Pada bagian atas adalah laporan keuangan komersial dan bagian bawah adalah laporan keuangan fiskal. Dari tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Jumlah beban penyusutan baik komersial maupun fiskal selama 5 tahun adalah sama sebesar Rp 400, akan tetapi karena terdapat perbedaan masa manfaat antar komersial dan fiskal maka terdapat koreksi negatif beban penyusutan dari tahun 2009 s.d. 2012 sebesar Rp 20 pertahun, total perbedaan selama 4 tahun sebesar Rp 80.

2. Jumlah koreksi negatif selama 4 tahun sebesar Rp 80 terpulihkan pada tahun 2013 dengan adanya koreksi positif sebesar Rp 80, sehingga Jumlah koreksi fiskal selama 5 tahun adalah nol.

3. Pajak terutang apabila menggunakan laba akuntansi pada tahun 2009 s.d. tahun 2012 sebesar Rp 55 pertahun, sedangkan jika menggunakan laba fiskal Rp 50 pertahun, setiap tahunnya terjadi slisih Rp 5. Jumlah selisih pajak terutang selama 4 tahun sebesar Rp 20 terpulihkan ditahun 2013. Jumlah pajak terutang selama 5 tahun baik menggunakan laba komersial maupun laba fiskal sama sebesar Rp 275.

Dari tabel di atas dapat dicermati bahwa selama 4 tahun pertama sebenarnya Wajib Pajak menangguhkan pembayaran pajak sebesar Rp 5 pertahun yang kemudian dibayar pada tahun 2013 dengan membayar pajak dalam jumlah yang lebih besar yaitu Rp 75, apabila dihitung dengan laba komersial pajak terhutang hanya . Selisih pajak terutang sebesar Rp 20 pada tahun 2013 adalah pemulihan dari pajak yang tertangguh sejak tahun 2009 s.d. tahun 2012. Pajak yang tertangguh sebesar Rp 5 pertahun inilah yang dikehendaki oleh PSAK No. 46 sebagai Beban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Expense) pada Laporan Laba Rugi Komersial dan dilaporkan dalam neraca sebagai Kewajiban Pajak tangguhan (Deferred Tax Liabilities).

Ilustrasi lainya, Wajib Pajak pada tahun 2009 membebankan Beban Piutang Tak Tertagih dengan dengan metode penyisihan sebesar Rp 50 juta, Piutang yang benar-benar tidak tertagih pada tahun 2009 sesuai peraturan perpajakan Rp 20 juta. Pada tahun 2010 Wajib Pajak tidak lagi mencadangkan Beban Piutang Tak Tertagih, piutang sebesar Rp 30 juta yang telah dicadangkan pada tahun 2009 benar-benar tidak dapat ditagih pada tahun 2010.

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 89 Uraian 2009 2010 Jumlah Komersial : Pendapatan 1.000 1.000 2.000 Biaya - Lain-lain 800 800 1.600 - B. Piutang Tak Tertagih 50 - 50 Laba komersial 150 200 350 Pajak terutang 25% 38 50 88 Fiskal : Pendapatan 1.000 1.000 2.000 Biaya - Lain-lain 800 800 1.600 - B. Piutang Tak Tertagih 20 30 50 Laba fiskal 180 170 350

Pajak terutang 25% 45 43 88

Pajak tangguhan (7) 7 0

Asumsi :

 Penghasilan dan biaya tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 sama, kecuali perbedaan masa manfaat aktiva kelompok 1 yang disusutkan Wajib Pajak selama 5 tahun.

Dari tabel ilustrasi kedua, pada tahun 2009, PPh terhutang secara fiskal lebih besar Rp 7 dibanding apabila pajak dihitung dari laba komersial. Kelebihan bayar tersebut terpulihkan pada tahun 2010 dengan membayar pajak lebih kecil Rp 7 jika dibandingkan dengan pajak yang dihitung dari laba komersial. Kelebihan pajak terutang Rp 7 pada tahun 2009 berdasarkan PSAK No. 46 dicatat sebagai Pendapatan Pajak Tangguhan (Deferred Tax Income) pada Laporan Laba Rugi Komersial dan dicatat sebagai Aset Pajak Tangguhan

(Deferred Tax Asset) pada Neraca tahun 2009.

Beban Pajak Tangguhan akan menimbulkan Kewajiban Pajak Tangguhan sedangkan Pendapatan Pajak Tangguhan akan menimbulkan Aset Pajak Tangguhan. Kewajiban Pajak Tangguhan (DeferredTax Liabilities) timbul apabila beda temporer menyebabkan terjadinya koreksi negatif sehingga beban pajak menurut fiskal lebih kecil dari pada beban pajak secara komersial, hal ini berakibat adanya potensi penambahan pajak dimasa depan. Sebaliknya, Aset Pajak Tangguhan (Deferred Tax Asset) timbul apabila beda temporer menyebabkan terjadinya koreksi positif sehingga beban pajak menurut fiskal lebih besar dari pada beban pajak secara komersial hal ini mengakibatkan potensi penghematan pajak dimasa depan.

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 90 F. PENGUKURAN DAN PENCATATAN PAJAK TANGGUHAN

Pengakuan aset dan kewajiban pajak tangguhan dilakukan terhadap beda temporer dan rugi fiskal yang dapat dikompensasikan, dikali dengan tarif Ps. 17 UU PPh.

Aset Pajak Tangguhan = Koreksi temporer positif X Tarif Ps. 17 UU PPh Kewajiban Pajak Tangguhan = Koreksi temporer negatif X Tarif Ps.17 UU PPh

PSAK No. 46, memberikan pedoman pengukuran pajak kini dan pajak tangguhan sebagai berikut :

1. Kewajiban (aktiva) pajak kini untuk periode berjalan dan periode sebelumnya, diakui sebesar jumlah pajak terhutang (restitusi pajak), yang dihitung dengan menggunakan tarif pajak (peraturan pajak) yang berlaku atau yang telah secara substansif berlaku pada tanggal neraca

2. Aset dan kewajiban pajak tangguhan harus diukur dengan menggunakan tarif pajak yang akan berlaku pada saat aktiva dipulihkan atau kewajiban dilunasi, yaitu dengan tarif pajak (peraturan pajak )yang telah berlaku atau secara subtansif berlaku pada tanggal neraca.”

Misalnya, perusahaan akan mengukur dan mengakui pajak kini dan tangguhan pada laporan keuangan tahun 2009. Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 tarif PPh tahun pajak 2009 sebesar 28% dan tarif pajak tahun 2010 dan seterusnya sebesar 25%. Dengan demikian pajak kini dihitung dengan tarif 28% dan pajak tangguhan dihitung dengan tarif 25%

Contoh :

PT X pada tahun 2009 memperoleh laba neto akuntansi sebesar Rp 2.000.000.000 Rekonsiliasi fiskal :

- Pemberian natura kepada pegawai = Rp 60.000.000 - Koreksi positif beban penyusutan = Rp 75.000.000 - Koreksi negatif beban sewa pembiayaan = Rp 100.000.000 Pajak-pajak yang telah dibayar/dipungut pihak ketiga sepanjang tahun 2009

- PPh Ps. 25 = Rp 150.000.000 - PPh Ps. 22 = Rp 50.000.000

Hitung beban pajak kini, aset/kewajiban pajak kini dan bePT A untuk tahun pajak 2009. Jawab :

Laba neto akuntansi (komersial) = Rp 2.000.000.000 Koreksi fiskal :

- Pemberian natura kepada pegawai (+) = Rp 60.000.000 - Beban penyusutan (+) = Rp 75.000.000 - Beban sewa pembiayaan (-) = (Rp 100.000.000)

Laba neto fiskal = Rp 2.035.000.000

Beban Pajak Kini (25% X 2.035.000.000) = Rp 508.750.000 Kredit Pajak

- PPh Ps. 25 = (Rp 150.000.000)

- PPh Ps. 22 = (Rp 50.000.000)

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 91 Jurnal Beban Pajak Kini :

Keterangan Debit Kredit

Beban Pajak Kini (Current Tax Expense) PPh dibayar dimuka - Ps. 25

PPh dibayar dimuka - Ps. 22

Kewajiban Pajak Kini (Current Tax Liabilities)

508.750.000

150.000.000 50.000.000 308.750.000

Kewajiban Pajak Tangguhan/Beban Pajak Tangguhan :

Koreksi beda temporer negatif = Beban sewa pembiayaan = Rp 100.000.000 Beban Pajak tangguhan = Rp 100.000.000 X 25 % = Rp 25.000.000 Jurnal Beban Pajak Tangguhan :

Keterangan Debit Kredit

Beban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Expense) Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liabilities)

25.000.000

25.000.000

Aset Pajak Tangguhan/ Pendapatan Pajak Tangguhan :

Koreksi beda temporer positif = Beban penyusutan = Rp 75.000.000

Pendapatan Pajak Tangguhan = Rp 75.000.000 X 25% =Rp 18.750.000

Jurnal Beban Pajak Tangguhan :

Keterangan Debit Kredit

Aset Pajak Tangguhan (Deferred Tax Asset) Pendapatan Pajak Kini (Deferred Tax Income)

18.750.000

18.750.000

Alternatif pencatatan pajak Tangguhan :

Oleh karena koreksi fiskal disebabkan peraturan-peraturan dari otoritas perpajakan yang sama (Direktorat Jenderal Pajak) , maka perhitungan dapat digabungkan sbb :

Koreksi temporer :

- Beban penyusutan (+) = Rp 75.000.000 - Benan sewa pembiayaan (-) = (Rp 100.000.000) - Jumlah koreksi beda temporer neto (-) = (Rp 25.000.000)

Jumlah beda temporer neto negatif, sehingga yang timbul adalah Beban Pajak tangguhan/Kewajiban Pajak Tangguhan Rp 6.250.000 (Rp 25.000.000 X 25%).

Alternatif Jurnal yang dapat dsusun PT X :

Keterangan Debit Kredit

Beban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Expense)

Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liabilities)

6.250.000

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 92 G. PENGAKUAN ASET PAJAK TANGGUHAN DARI SALDO RUGI FISKAL YANG DAPAT

DIKOMPENSASI.

Saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi ketahun-tahun yang akan datang akan mengakibatkan penghematan pembayaran pajak dimasa yang akan datang, karena akan mengurangi laba fiskal kena pajak tahun-tahun yang akan datang.

Dalam PSAK No. 46 dinyatakan saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi diakui sebagai aset pajak tangguhan apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa yang akan datang memadai untuk dikompensasi.

Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan apakah penghasilan kena pajak akan tersedia dalam jumlah memadai untuk dikompensasikan :

a) apakah perusahaan mempunyai perbedaan temporer kena pajak dalam jumlah yang memadai yang memungkinkan sisa kompensasi dapat digunakan sebelum masa berlakunya kadaluwarsa;

b) apakah perusahaan mungkin memperoleh laba fiskal agar saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi kerugian dapat digunakan sebelum masa berlakunya daluwarsa;

c) apakah saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi timbul dari kasus-kasus tertentu yang hampir tidak mungkin berulang.

Apabila laba fiskal tidak mungkin tersedia dalam jumlah yang memadai untuk dapat dikompensasi dengan saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi, maka aset pajak tangguhan tidak diakui. Contoh : Rekonsiliasi Fiskal PT Y : No Keterangan 2009 2010 2011 2012 1 Laba Komersial (5.500) (4.000) 5.000 5.700 2 Rekonsiliasi Beda Tetap 1.000 2.000 (1.500) 1.000 Beda Waktu 2.000 1.500 (1.300) (1.400) 3 Laba (Rugi) Fiskal (2.500) (500) 2.200 5.300 4 Kompensasi Rugi fiskal - - (2.200) (800) 5 Laba (Rugi) Fiskal setelah

kompensasi (2.500) (500) - 4.500 6 Saldo Rugi yg dpt dikompensasi (2.500) (3.000) (800) -

7 PPh Terhutang 1.260

Pajak Tangguhan yang diakui oleh PT Y terdiri dari dua sebab yaitu : beda temporer dan saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi.

PT Y memprediksi bahwa rugi fiskal di tahun 2009 dapat dimanfaatkan ditahun yang akan datang sebelum masa kedaluarsa saldo rugi sehingga mengakui aset pajak tangguhan dari saldo rugi yang dapat dikompensasi.

Aset pajak tangguhan yang diakui pada tahun 2009 = Rugi Fiskal th 2009 X 25% = Rp 2.500 X 25% = Rp 625

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 93 Aset pajak tangguhan yang diakui pada tahun 2010 = Rugi Fiskal th 2010 X 25%

= Rp 500 X 25% = Rp 125

Tahun 2011 PT Y memperoleh laba fiskal Rp 2.200, saldo rugi fiskal per 31-12-2010 Rp 3000, dikompensasi Rp 2.200 pada tahun 2011. Dengan demikian aset pajak tangguhan ditahun 2011 terpulihkan sebesar Rp 2.200 X 25% = Rp 550.

Tahun 2012 PT Y memperoleh laba fiskal Rp 5.300, saldo rugi fiskal per 31-12-2011 Rp 800 dan seluruhnya dikompensasi pada tahun 2012. Dengan demikian aset pajak tangguhan ditahun 2012 terpulihkan sebesar Rp 800 X 25% = Rp 200.

Pada saat Aset Pajak Tangguhan terpulihkan akibat dimanfaatkannya saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi, PT Y menjurnal balik Aset Pajak Tangguhan.

Jurnal yang dibuat PT Y :

Keterangan 2009 2010 2011 2012

D K D K D K D K

Jurnal Pajak Kini : Beban Pajak Kini Kewajiban Pajak Kini

- - - - - - 1.260 1.260 Jurnal Pajak Tangguhan

Dari Beda Temporer : Aset Pajak Tangguhan Pendapatan P. Tangguhan Beban Pajak Tangguhan Kewajiban P. Tangguhan 500 500 375 375 - 325 - 325 - 350 - 350 Jurnal Pajak Tangguhan

Dari Rugi Fiskal: Aset Pajak Tangguhan Pendapatan P. Tangguhan Pendapatan P. Tangguhan Aset P. Tangguhan 625 625 125 125 - 550 - 550 - 200 - 200 PELAPORAN

Penyajian Pajak Penghasilan sesuai PSAK No. 46 adalah sebagai berikut :

1. Aktiva Pajak dan kewajiban harus disajikan terpisah dari aktiva dan kewajiban lainnya dalam neraca. Aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan harus dibedakan dari aktiva dan kewajiban pajak kini.

2. Apabila dalam laporan keuangan suatu perusahaan ,aktiva dan kewajiban lancar disajikan terpisah dari aktiva dan kewajiban tidak lancar maka aktiva(kewajiban) pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai aktiva (kewajiban) lancar

3. Aktiva pajak kini harus dikompensasi(offset) dengan kewajiban pajak kini dan jumlah netonya harus disajikan pada neraca

4. Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari aktivitas normal harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 94 Laporan Laba Rugi

Akun 2009 2010 2011 2012

Laba (Rugi) sebelum pajak (5.500) (4.000) 5.000 5.700 Pajak Penghasilan :

Beban Pajak Kini - - - (1.260) Pendapatan(Beban) Pajak Tangguhan 1.125 500 (875) (550) Jumlah 1.125 500 (875) ( 1.810) Laba (Rugi) setelah pajak (4.375) (3.500) 4.125 3.890 Neraca Akun 2009 2010 2011 2012 Aset - Aset Lancar 1. Kas 2. Bank 3. Piutang 4. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

- Aset Pajak Tangguhan 1.125 1.625 750 200

- Aset Tetap ... ... ... ...

Keterangan : Aset dan Kewajiban Pajak Tangguhan di offset dan disajikan dengan nilai bersih dalam neraca.

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 95 Contoh Kasus :

Informasi yang berhubungan dengan tahun buku 2009 adalah sebagai berikut : A. Penjualan

Perusahaan membebankan retur penjualan dengan metode penyisihan, retur yang sebenarnya terjadi pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 350.000.000

PT Delima Raya Laporan Laba Rugi

Periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

Akun Jumlah

Penjualan Bruto 43.500.000.000

Retur Penjualan (450.000.000)

Penjualan Netto 43.050.000.000

Harga Pokok Penjualan 38.500.000.000

LABA KOTOR 4.550.000.000

BEBAN OPERASIONAL

BebanGaji Pegawai 615.000.000

Beban PPh Pasal 21 45.300.000

Beban Pengobatan karyawan 35.500.000

Beban Transportasi 55.500.000

Beban Komunikasi 71.400.000

Beban Listrik dan Air 46.600.000

Beban Piutang Tak Tertagih 155.350.000

Beban Konsultan 50.000.000

Beban Pos & Bea Meterai 15.600.000

Beban Pemeliharaan 72.700.000

Beban Penyusutan 143.750.000

Beban Sewa Pembiayaan 36.000.000

Lain-lain 5.500.000

TOTAL BIAYA OPERASIONAL 1.348.200.000

LABA OPERASIONAL 3.201.800.000 PENDAPATAN (BIAYA) DARI LUAR USAHA

Rugi (Laba) Kurs 10.500.000

SKP PPh Badan th. 2006 (27.500.000)

Pendapatan bunga deposito 10.000.000

Total (7.000.000)

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 96 B. Biaya Operasional

1. Beban PPh ps. 21 adalah pembayaran PPh Ps. 21 karyawan yang dibayar oleh perusahaan

2. Beban pengobatan karyawan adalah biaya pengobatan karyawan di rumah sakit yang ditunjuk perusahaan, dibayar oleh perusahan langsung ke Rumah Sakit 3. Wajib pajak membebankan piutang tak tertagih dengan menggunakan metode

cadangan (Allowance methode). Piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 90.000.000, atas piutang yang tak tertagih tersebut WP telah melakukan prosedur sesuai pasal 6 ayat (1) huf h UU No. 36 Tahun 2008

4. Daftar aktiva per 31-12-2009 adalah sbb :

Dalam menghitung penyusutan aktiva tetap secara komersial, perusahaan menggunakan metode garis lurus yang kelompok masa manfaatnya sesuai Ketentuan Pajak.

5. Beban sewa pembiayaan adalah beban bunga sewa pembiayaan (Financial Lease) tahun 2009. Pembayaran sewa pembiayaan th. 2009 adalah sbb :

C. Pendapatan dan (Biaya) Diluar Usaha

1. SKP PPh Th. 2006 adalah PPh Badan yang dibayar atas ketetapan hasil pemeriksaan th pajak 2006

2. Bunga deposito dilaporkan bersih setelah dipotong pajak D. Pajak pajak yang telah dibayar :

1. PPh pasal 25 selama tahun 2009 sebesar Rp 260.000.000

2. PPh pasal 22 yang dipotong pihak ketiga selama tahun 2009 sebesar Rp 75.000.000

Diminta :

1. Susun Rekonsiliasi fiskal Th. 2009

2. Hitung Pajak Kini dan Pajak Tangguhan Th. 2009

3. Susun ayat jurnal untuk mencatat pajak kini dan pajak tangguhan Th. 2009

Aktiva/ kelompok Tgl perolehan Nilai perolehan B. Penyusutan 09

Tanah Juli 2007 700.000.000

Bangunan Juli 2007 500.000.000 25.000.000 Perlengkapan/ kel 1 Juli 2007 200.000.000 50.000.000 Peralatan/ kel 2 Jan 2008 250.000.000 31.250.000 Aset leasing/kel 2 Jan 2009 300.000.000 37.500.000 1.250.000.000 143.750.000

- Bunga sewa pembiayaan 36.000.000 - Pokok hutang sewa pembiayaan 60.000.000 Jumlah pembayaran 96.000.000

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 97 Jawab :

Rekonsiliasi Fiskal

Akun Komersial Koreksi + Koreksi - Koreksi -

Penjualan Bruto 43.500.000.000 43.500.000.000 Retur Penjualan (450.000.000) 100.000.000 (350.000.000) Penjualan Netto 43.050.000.000 43.150.000.000 Harga Pokok Penjualan 38.500.000.000 38.500.000.000

LABA KOTOR 4.550.000.000 4.650.000.000

BEBAN OPERASIONAL

BebanGaji Pegawai 615.000.000 615.000.000 Beban PPh Pasal 21 45.300.000 45.300.000 - Beban Pengobatan karyawan 35.500.000 35.500.000 - Beban Transportasi 55.500.000 55.500.000 Beban Komunikasi 71.400.000 71.400.000 Beban Listrik dan Air 46.600.000 46.600.000 Beban Piutang Tak Tertagih 155.350.000 65.350.000 90.000.000 Beban Konsultan 50.000.000 50.000.000 Beban Pos & Bea Meterai 15.600.000 15.600.000 Beban Pemeliharaan 72.700.000 72.700.000 Beban Penyusutan 143.750.000 37.500.000 106.250.000 Beban Sewa Pembiayaan 36.000.000 60.000.000 96.000.000 Lain-lain 5.500.000 5.500.000

TOTAL BIAYA OPERASIONAL 1.348.200.000 1.224.550.000 LABA OPERASIONAL 3.201.800.000 3.425.450.000 PENDAPATAN (BIAYA) DARI

LUAR USAHA

Rugi (Laba) Kurs 10.500.000 10.500.000 SKP PPh Badan th. 2006 (27.500.000) 27.500.000 - Pendapatan bunga deposito 10.000.000 10.000.000 - Jumlah (7.000.000) 10.500.000 LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK 3.194.800.000 311.150.000 70.000.000 3.435.950.000

Pajak Kini :

Peredaran usaha bruto PT Delima Raya dibawah Rp 50 milyar, maka berlaku ketentuan Pasal 31E ayat (1) UU PPh :

- Bagian Laba Kena Pajak dari peredaran usaha 4,8 milyar yang mendapat fasilitas 50% tarif : (Rp 4.800.000.000 : 43.500.000.000) X Rp 3.435.950.000 = Rp 379.139.310. - Bagian laba kena pajak yang tidak mendapat fasilitas = Rp 3.435.950.000 – Rp

379.139.310 = Rp 3.056.810.690

PPh Terutang :

- Rp 379.139.310 X 28% X 50% = Rp 53.079.503 - Rp 3.056.810.690 X 28% =Rp 855.906.993

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 98 - Jumlah PPh Terutang = Rp 908.986.497

Kredit Pajak :

- PPh Ps. 25 = (Rp 260.000.000)

- PPh Ps. 22 = (Rp 75.000.000)

Pajak yang masih harus dibayar = Rp 573.986.497 Jurnal untuk mencatat Pajak Kini :

Keterangan Debit Kredit

Beban Pajak Kini (Current Tax Expense) PPh dibayar dimuka - Ps. 25

PPh dibayar dimuka - Ps. 22

Kewajiban Pajak Kini (Current Tax Liabilities)

573.986.497 260.000.000 75.000.000 573.986.497 Pajak Tangguhan : Beda Temporer : 1. Retur penjualan (+) = Rp 100.000.000 2. Beban Piutang Tak Tertagih (+) = Rp 65.350.000 3. Beban penyusutan Aset Leasing (+) = Rp 37.500.000 4. Beban sewa pembiayaan (-) = (Rp 60.000.000)

Jumlah koreksi temporer (+) = Rp 142.850.000

Aset Pajak tangguhan = Rp 142.850.000 X 25% = Rp 37.712.500 (Tarif PPh th. 2010 =25%) Jurnal mencatat pajak tangguhan :

Keterangan Debit Kredit

Aset Pajak Tangguhan (Deferred Tax Asset)

Pendapatan Pajak Tangguhan (Deferred Tax Income)

37.712.500

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 99 LATIHAN :

Soal 1 :

PT DFD Jaya pada tahun 2012 mencatat peredaran usaha bruto sebesar Rp 15.650.000.000 dan laba akuntansi Rp 1.056.500.000. Beberapa perbedaan komersial dan fiskal yang terdapat pada tahun pajak 2012 adalah sbb :

1. Membayar premi asuransi kesehatan karyawan yang tidak diperhitungkan sebagai penghasilan karyawan Rp 50.000.000

2. Sumbangan korban banjir Rp 65.000.000

3. Truk yang dibeli pada bulan Januari 2010 seharga Rp 300.000.000 secara komersial disusutkan selama 10 tahun tanpa nilai residu dengan metode garis lurus. PT DFD Jaya melakukan penyusutan fiscal dengan metode saldo menurun.

PPh yang dibayar dan dipotong pihak ketiga selama tahun 2012 adalah sbb : 1. PPh Ps. 25 = Rp 276.000.000

2. PPh Ps. 23 = Rp 30.000.000 Diminta :

a. Hitung Laba-rugi fiskal tahun 2012

b. Hitung pajak terutang dan pajak tangguhan tahun 2012

c. Buat ayat jurnal untuk mencatat pajak kini dan pajak tangguhan tahun 2012

Soal 2

PT DFD Indah pada tahun 2013 mengalami rugi akuntansi sebesar Rp 2.255.000.000. Rekonsiliasi fiskal pada tahun 2013 adalah sebagai berikut :

1. Biaya entertainment yang tidak dibuat daftar nominatif sebesar Rp 150.000.000

2. Beban penyusutan bangunan mess karyawan sebesar Rp 35.000.000 dan inventaris mess Rp 21.500.000.

3. PT DFD Indah membebankan penyusutan mesin yang diperoleh secara sewa pembiayaan (Financial Lease) Rp 150.000.000 dan beban bunga sewa pembiayaan Rp 144.500.000. Pembayaran berkala sewa pembiayaan yang dibayar pada tahun 2013 Rp 385.500.000. PPh yang dibayar dan dipotong pihak ketiga selama tahun 2013 adalah sbb :

1. PPh Ps. 25 = Rp 445.000.000 2. PPh Ps. 22 = Rp 70.000.000

Diminta :

a. Hitung Laba-rugi fiskal tahun 2013

b. Hitung pajak terutang (lebih bayar) dan pajak tangguhan tahun 2013

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 100 Soal 3

PT Depok Jaya Laporan Laba Rugi

Periode 1 Januari s.d. Desember 2009

Akun Jumlah Penjualan Penjualan Bruto 45.575.000.000 Potongan Penjualan (1.378.000.000) Retur Penjualan (745.000.000) Penjualan Netto 43.452.000.000

Harga Pokok Penjualan

Persediaan Awal 455.600.000

Pembelian 36.603.200.000

Persediaan Akhir 429.000.000

Harga Pokok Penjualan 36.629.800.000

Laba Kotor 6.822.200.000 Beban Operasional BebanGaji Pegawai 790.400.000 Beban PPh Ps. 21 49.550.000 Beban Transportasi 85.200.000 Beban Komunikasi 98.540.000

Beban Listrik dan Air 84.350.000 Beban Piutang Tak Tertagih 229.130.000

Beban Konsultan 45.000.000

Beban Pos & Bea Meterai 14.970.000 Beban Pemeliharaan 93.700.000

Beban Penyusutan 195.000.000

Beban Sewa Pembiayaan 35.000.000

Beban Pajak 9.150.000

Beban Entertainment 43.500.000

Beban Lain-lain 7.280.000

Jumlah Biaya Operasional 1.780.770.000

Laba Operasional 5.041.430.000

Pendapatan (Biaya) Dari Luar Usaha

Pendapatan bunga obligasi 35.000.000

Rugi selisih kurs (45.750.000)

Pendapatan bunga deposito 8.000.000 Jumlah Pendapatan (Biaya) Dari Luar Usaha (2.750.000)

Laba SebelumPajak 5.038.680.000

Informasi yang berhubungan dengan th buku 2009 adalah sbb : A. Penjualan

PT Depok Jaya menggunakan metode penyisihan dalam membebankan retur penjualan. Retur penjualan yg sebenarnya terjadi pada tahun 2009 Rp 575.500.000

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 101 Persediaan akhir barang dagangan dinilai dengan metode Nilai Realisasi Bersih (NRV).Dari hasil inventarisasi fisik (stock opname) diketahui jumlah unit persediaan akhir dan dinilai sebagai berikut :

Jenis barang Unit

Harga Pokok per unit

Harga Pasar

per unit Nilai persediaan A 200 200.000 - - B 340 350.000 400.000 119.000.000 C 500 325.000 300.000 150.000.000 D 400 400.000 470.000 160.000.000 Jumlah 1.440 429.000.000 Barang A diketahui rusak berat sehingga tidak lagi memiliki nilai jual.

C. Beban Operasional 1. Beban Gaji terdiri dari

a. Gaji pokok Rp665.000.000

b. Tunjangan kesehatan Rp 90.850.000 c. Premi Jamsostek yang dibayar perusahaan Rp 34.550.000

Jumlah Rp 790.000.000

2. Beban PPh Ps. 21 terdiri dari

a. Tunjangan pajak Rp 25.000.000

b. PPh Ps. 21 yang dibayar perusahaan Rp 24.550.000

Jumlah Rp 49.550.000

3. Beban Transportasi terdiri dari

a. Biaya perjalanan dinas Rp 28.600.000 b. Olie & BBM minibus jemputankaryawan Rp 42.600.000 c. Olie & BBM sedan direksi Rp 14.000.000

Jumlah Rp 85.200.000

4. Dalam Beban Komunikasi terdapat pembayaran pulsa handphone pasca bayar Rp 30.000.000 Handphone merupakan fasilitas diberikan kepada beberapa karyawannya.

5. Dalam Beban Listrik dan Air terdapat pembayaran listrik dan air mess karyawan Rp16.000.000

6. PT Depok Jaya membebankan piutang tak tertagih dengan menggunakan metode cadangan (Allowance methode). Untuk tahun 2009 putang yang tak tertagih yang diserahkan daftarnya beserta kelengkapan dokumennya ke Kantor Pelayanan Pajak sebesar Rp 200.000.000, dalam daftar tersebut terdiri dari piutang yang debiturnya telah membuat surat pengakuan sebesar Rp 170.000.000 dan piutang yang debiturnya sudah tidak ditemukan sebesar Rp 30.000.000

7. Dalam beban pemeliharaan terdapat perbaikan mes karyawan Rp 25.000.000 dan perbaikan kendaraan direksi Rp 14.500.000

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 102 8. Daftar aktiva per 31-12-2009 adalah sbb :

Aktiva/ kelompok Tgl perolehan

Masa

manfaat Nilai perolehan B. Penyusutan

(Tahun) Th. 2009

Tanah Jan 2007 600.000.000

Kantor & gudang Juli 2007 20 400.000.000 20.000.000 Mes karyawan April 2008 20 200.000.000 10.000.000 Perlengkapan/ kel 1 Juli 2008 4 150.000.000 37.500.000 Peralatan/ kel 2 Jan 2008 8 300.000.000 37.500.000 Minibus/kel 2 Agustus 2007 8 170.000.000 21.250.000 Sedan Direksi/kel 2 Juli 2008 8 200.000.000 25.000.000 Aktiva leasing/kel 2 Jan 2009 8 350.000.000 43.750.000

1.770.000.000 195.000.000

PT Depok Jaya menggunakan metode penyusutan garis lurus untuk menghitung beban penyusutan fiskal

9. Beban sewa pembiayaan adalah beban bunga sewa pembiayaan (Financial Lease) tahun 2009. Pembayaran sewa pembiayaan th. 2009 terdiri dari pokok hutang Rp 60 jt dan bunga Rp 35 jt

10. Beban pajak terdiri dari :

a. PBB atas kantor dan gudang Rp 400.000 b. PBB atas mess karyawan Rp 150.000 c. PPh Ps 4 (2) atas obligasi dan deposito Rp 8.600.000

Jumlah Rp 9.150.000

11. Atas beban entertainment telah dibuat daftar nominatif dan telah diserahkan ke KPP 12. Beban Lain-lain adalah sumbangan ke GNOTA

D. Pendapatan (Biaya) Dari Luar Usaha

1. Pendapatan bunga obligasi diperoleh dari obligasi yang diperdagangkan di bursa, pencatatan dilakukan secara bruto sebelum pajak.

2. Deposito dicatat secara bruto sebelum pajak

E. Pajak-pajak Yang Telah Dibayar dan Dipotong Pihak ketiga tahun 2009

1. PPh Ps. 25 = Rp 550.000.000

2. PPh Ps. 4 ayat (2) atas bunga obligasi = Rp 7.000.000 3. PPh Ps. 4 ayat (2) atas bunga deposito = Rp 1.600.000

Diminta :

1. Buat Rekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi

2. Hitung PPh Kurang/(lebih) bayar dengan tarif sesuai UU No. 36/2008 3. Hitung pajak tangguhan

Dalam dokumen AKUNTANSI PAJAK MENENGAH (Halaman 90-105)

Dokumen terkait