• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran menurut Peraturan Perundang-undangan Perpajakan

Dalam dokumen AKUNTANSI PAJAK MENENGAH (Halaman 26-40)

Pengukuran dalam perpajakan adalah proses memberikan nilai pada harta dalam rangka menghitung penghasilan sehubungan dengan penggunaan harta dalam perusahaan, menghitung keuntungan atau kerugian apabila terjadi penjualan atau pengalihan harta, dan penghitungan penghasilan dari penjualan barang dagangan.

Dalam perpajakan dikenal beberapa macam pengukuran, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 24 1. Harga yang sesungguhnya (Ps. 10 ayat (1) UU PPh)

Pengukuran ini diterapkan untuk transaksi jual beli yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) UU PPh.

Bagi pembeli, ukuran harga perolehan adalah jumlah uang yang sesungguhnya dikeluarkan untuk memperoleh harta termasuk biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh harta tersebut, seperti bea masuk, biaya pengangkutan dan biaya pemasangan. Dipihak lain, penjual mengukur harga penjualan harta dengan jumlah yang sesungguhnya diterima. Pengukuran dengan harga sesungguhnya adalah pengukuran yang umum dan lazim diterapkan dalam perpajakan untuk perolehan harta kecuali diatur lain atau pihak yang bertransaksi memiliki hubungan istimewa.

2. Harga Seharusnya (Ps. 10 ayat (1) UU PPh)

Pengukuran ini diterapkan untuk transaksi jual beli yang dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) UU PPh.

Adanya hubungan istimewa antara pembeli dan penjual dapat menyebabkan harga perolehan berupa uang yang dibayar atau harga penjualan berupa uang yang diterima sering kali tidak mencerminkan harga yang wajar apabila dibandingkan dengan harga pada transaksi yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa. Ketentuan Pasal 10 ayat (1) UU PPh mengatur bahwa nilai perolehan atau nilai penjualan harta bagi pihak-pihak yang melakukan transaksi jual beli yang dipengaruhi hubungan istimewa adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau yang seharusnya diterima.

Jumlah yang seharusnya dikeluarkan oleh pembeli dan yang seharusnya diterima oleh penjual mencerminkan harga yang terbentuk apabila yang melakukan transaksi adalah pihak-pihak yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa.

Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah yang seharusnya diterima atau yang seharusnya dikeluarkan dalam hal transaksi yang dipengaruhi oleh hubungan istimewa menurut pasal 18 ayat (3) UU No. 36/2008 adalah sebagai berikut :

a. Metode harga antara pihak yang independen (comparable uncontrolled price method) Membandingkan harga dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan harga barang atau jasa dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa dalam kondisi atau keadaan yang sebanding

Contoh :

PT A menjual hasil produksinya ke B Corp (ada hubungan istimewa) dengan harga Rp 150/unit, PT B menjual kepada C Corp (tidak ada hubungan istimewa) atas barang yang sama Rp 200. Maka harga jual yang seharusnya kepada B Corp adalah Rp 200.

b. Metode harga penjualan kembali (resale price method)

Membandingkan harga dalam transaksi suatu produk yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan harga jual kembali produk tersebut setelah dikurangi laba kotor wajar, yang mencerminkan fungsi, aset dan risiko, atas penjualan kembali produk tersebut kepada pihak lain yang tidak

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 25 mempunyai Hubungan Istimewa atau penjualan kembali produk yang dilakukan dalam kondisi wajar

Contoh :

PT A membeli barang dari produsen B Corp (pihak yang memiliki hubungan istimewa) dengan harga USD 120, kemudian PT A menjual kembali kepada pihak yang indepeden seharga USD 130.

Selain membeli dari B corp, PT A juga membeli barang yang sejenis dari produsen C Corp. (Independen) dengan harga USD 110 dan menjual kembali barang tersebut kepada pihak independen dengan harga USD 135. Tidak terdapat perbedaan aktivitas distribusi yang dilakukan oleh PT A atas kedua produk tersebut.

%Laba kotor/penjualan atas penjualan barang dari B Corp = 10/130 X 100%= 7,69 % %Laba kotor/penjualan atas penjualan barang dari C Corp = 25/135 X 100%= 18,52% Harga perolehan seharusnya atas barang dari B Corp =

Harga jual kembali – (% laba kotor Independen X Harga jual kembali) USD 130 – (18,52% X 130)

USD 106

c. Metode biaya plus (cost plus method)

Menambahkan tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan yang sama dari transaksi dengan pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan lain dari transaksi sebanding dengan pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa pada harga pokok penjualan yang telah sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha.

Contoh :

PT A memproduksi barang X dan barang Y. Harga pokok penjualan produk X = USD 200 Harga pokok penjualan produk Y = USD 250

Produk X dijual kepada B Corp dengan harga USD 220

Produk Y dijual kepada pembeli independen dengan harga USD 300

Tidak terdapat perbedaan fungsi yang dilakukan, aset/harta yang digunakan, risiko yang ditanggung, persyaratan kontrak, strategi bisnis serta kondisi ekonomi ketika bertransaksi dengan B Corp. maupun dengan pihak independen.

Gross Mark-Up (Laba kotor:HPP) produk X = (20:200) X 100% = 10% Gross Mark-Up (Laba kotor:HPP) produk Y = (50:250) X 100% = 20% Harga jual seharusnya untuk produk X yang dijual kepada B Corp=

USD 200 + (200 X 20%) = USD 240

d. Atau metode lainnya seperti metode pembagian laba (profit split method) dan metode laba bersih transaksional (transactional net margin method)

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 26 3. Harga pasar (Ps. 10 ayat (2), ayat (3), ayat (4) huruf b., ayat (5) UU PPh)

Pengukuran ini diterapkan untuk perolehan harta dari:  Tukar-menukar harta

 Pengalihan selain dalam bentuk sumbangan keagamaan yang bersifat wajib kepada lembaga yang dibentuk atau disahkan pemerintah; atau hibah kepada keluarga dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial sesuai ketentuan Menkeu (tidak memenuhi syarat Ps. 4 ayat (3) huruf a. UU PPh)

 harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha, yang tidak diizinkan menggunakan nilai buku

 Pengalihan sebagai pengganti saham atau penyertaan modal

Undang-undang PPh menyatakan secara tegas atas perolehan harta dari transaksi-transaksi di atas menggunakan harga pasar, namun tidak pernah dijelaskan apa yang dimaksud harga pasar. Apakah harga pasar sama dengan yang dimaksud dengan nilai wajar menurut akuntansi?. Kita ketahui bahwa teknik penentuan nilai wajar menurut akuntansi tidak hanya menggunakan pendekatan pasar (market approach) tetapi juga menggunakan pendekatan lain seperti pendekatan biaya (cost approach) dan pendekatan penghasilan (income approach). Bagaimana jika harga pasar tidak tersedia?. Apakah diperkenankan menentukan harga pasar dengan pendekatan selain pendekatan pasar?

4. Nilai buku. (Ps. 10 ayat (3), ayat (4) huruf a. UU PPh)

Nilai buku adalah harga perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan. Pengukuran ini diterapkan untuk perolehan harta dari:

 Pengalihan dalam bentuk sumbangan keagamaan yang bersifat wajib kepada lembaga yang dibentuk atau disahkan pemerintah; atau hibah kepada keluarga dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial sesuai ketentuan Menkeu.

 Warisan

 Harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha, yang mendapat izin Menkeu untuk menggunakan nilai buku.

5. Pengukuran berdasarkan penilaian kembali (revaluasi), yaitu dengan cara memberikan harga baru terhadap harta yang dimiliki (Ps. 19 ayat (1), Pasal 11 ayat (5)).

Dengan pertimbangan adanya perkembangan harga yang mencolok atau perubahan kebijakan di bidang moneter dapat menyebabkan kekurangserasian antara biaya dan penghasilan, yang dapat mengakibatkan timbulnya beban pajak yang kurang wajar. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan untuk melakukan penilaian kembali aktiva tetap yang dimilkinya.

Wajib pajak yang dapat melakukan revaluasi dibatasi hanya untuk Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT), tidak termasuk perusahaan yang memperoleh

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 27 izin menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat.

Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali aktiva tetap yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari pemerintah dan hanya dapat dilakukan paling singkat 5 tahun sekali.

Empat basis pengukuran pertama di atas merupakan pengukuran saat perolehan (initial measurement). Ketentuan perpajakan tidak mengenal pengukuran setelah pengakuan awal kecuali untuk revaluasi yang harus mendapat persetujuan Dirjen Pajak sebagaimana dijelaskan di atas.

Perbedaan basis pengukuran antara standar akuntansi dengan peraturan perpajakan akan menyebabkan perbedaan laba akuntansi dengan laba kena pajak. Dengan demikian, apabila terdapat perbedaan basis pengukuran Wajib Pajak harus melakukan penyesuaian fiscal dalam rangka menghitung penghasilan kena pajaknya.

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 28 Kegiatan Belajar 3

ASET DAN LIABILITAS KEUANGAN

A. Aset Keuangan

1. Definisi

Aset keuangan adalah asset yang terdiri atas: a) Kas;

b) Instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain; c) Hak kontraktual untuk:

 Menerima kas atau asset keuangan dari entitas lain

 Mempertukarkan asset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain dengan kondisi yang berpotensi menguntungkan kepada entitas

d) Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrument ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan:

 nonderivatif di mana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas; atau

 derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas

Contoh aset keuangan adalah: kas, investasi dalam obligasi dan ekuitas yang diterbitkan oleh entitas lain, piutang dan aset keuangan derivatif.

Aset fisik, seperti persediaan, asset tetap, asset sewa pembiayaan, asset tak berwujut, biaya dibayar dimuka tidak termasuk asset keuangan

2. Katagori Aset Keuangan

Aset Berdasarkan PSAK 50 dan 55, asset keuangan dikatagorikan sebagai berikut : a. Aset keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba

rugi (Fair Value Through Provit and Loss/FVTPL).

Dikatagorikan sebagai FVTPL apabila memenuhi salah satu kondisi berikut ini: 1) Diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan (trading), atau

2) Pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.

b. Investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo (Held to Maturity)

Aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, serta entitas mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo, kecuali:

1) investasi yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi (FVTPL);

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 29 2) investasi yang ditetapkan oleh entitas dalam kelompok tersedia untuk dijual

(AFS); dan

3) investasi yang memenuhi definisi pinjaman yang diberikan dan piutang (LnR). c. Pinjaman yang diberikan dan Piutang (Loans and Receivables)

Aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif, kecuali:

1) Entitas berniat untuk menjual dalam waktu dekat (held for trading);

2) Pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (FVTPL);

3) Pada saat pengakuan awal ditetapkan dalam kelompok tersedia untuk dijual; atau

4) Pemilik mungkin tidak akan memperoleh kembali investasi awal secara substansial kecuali yang disebabkan oleh penurunan kualitas pinjaman yang diberikan dan piutang.

d. Aset keuangan tersedia untuk dijual (Available For Sale/AFS)

aset keuangan nonderivatif yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau yang tidak diklasifikasikan dalam tiga katagori di atas.

Ilustrasi A.1.

Sepanjang tahun 2012 PT DFD melakukan transaksi antara lain sebagai berikut: 1. Tanggal 1 Juli 2012 memberikan pinjaman khusus kepada PT X yang merupakan

supliernya sebesar Rp 100.000 dengan bunga 1% perbulan yang dibayar tiap akhir bulan. Pokok pinjaman akan dilunasi pada tanggal 30 Juni 2013. PT PFD mengeluarkan biaya notaris sebesar Rp 1.000 untuk membuat perjanjian ini. 2. Tanggal 1 Oktober 2012, membeli sekuritas secara kas sebagai berikut :

 100 lembar saham biasa PT A Tbk (10% kepemilikan) dengan harga nominal @ Rp 1.000 dengan harga Rp 120.000 dan biaya broker Rp 4.000. Manjemen PT DTSD berniat menjual kembali dalam waktu dekat untuk memperoleh keuntungan jangka pendek

 100 lembar (10% kepemilikan) saham biasa PT D Tbk dengan harga nominal @ Rp 1000 dengan harga Rp 110.000 dan biaya broker Rp 1.000. Manajemen tidak berniat untuk menjual kembali dalam waktu dekat.

 50 lembar obligasi yang diterbitkan oleh PT Y Tbk dengan nilai nominal @ Rp 1.500 dengan bunga 12% pertahun. Jatuh tempo selama 5 tahun. Biaya broker Rp 1.000. Manajemen berniat memegang obligasi tersebut sampai tanggal jatuh tempo.

3. Tanggal 1 November membeli tanah sebagai investasi yang nantinya akan dijual untuk memperoleh keuntungan .

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 30 4. Sepanjang tahun 2012, PT DFD melakukan penjualan secara kredit dengan

tempo 14 hari. Saldo piutang usaha per tanggal 31 Desember 2012 sebesar Rp 60.000

Diminta:

Bagaimana PT DFD mengklasifikasikan aset-aset di atas kedalam katagori aset keuangan (Financial assets).

Solusi yang disarankan:

1. Pinjaman kepada PT X Alasan:

 Pinjaman yang diberikan merupakan aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran yang telah ditentukan, yaitu bunga dibayar setiap bulan dan pokok dibayar pada akhir satu tahun.

 Pinjaman diberikan secara khusus sehingga tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif.

Solusi:

Dikatagorikan sebagai Aset Keuangan Pinjaman yang Diberikan dan Piutang (Loans and Receivables)

2. Pembelian sekuritas

a. Investasi dalam sekuritas saham PT A Alasan:

Manajemen berniat menjual kembali dalam waktu dekat sehingga tidak dapat diklasifikasikan sebagai trading security

Solusi:

Dikatagorikan sebagai aset keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (Fair Value Through Provit and Loss/FVTPL). b. Investasi dalam sekuritas saham PT D

Alasan:

 Manajemen tidak berniat menjual kembali dalam waktu dekat sehingga dapat diklasifikasikan sebagai trading security

 Tidak ada tanggal jatuh tempo untuk sekuritas saham.  Pembayaran kembali tidak ditentukan.

Solusi:

Dikatagorikan sebagai aset keuangan tersedia untuk dijual (Available For Sale) c. Investasi dalam sekuritas utang PT Y

Alasan:

 Obligasi PT Y merupakan aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan.

 Manajemen berniat memegang obligasi tersebut sampai tanggal jatuh tempo. Solusi:

Dikatagorikan sebagai aset keuangan Investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo (Held to Maturity)

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 31 3. Pembelian tanah

Aset pisik bukan merupakan aset keuangan 4. Piutang usaha.

Alasan:

 Piutang usaha merupakan aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran yang telah ditentukan yaitu selama 14 hari.

 tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Solusi:

Dikatagorikan sebagai Aset Keuangan Pinjaman yang Diberikan dan Piutang (Loans and Receivables)

3. Pengukuran Awal (Initial Measurement)

Pada saat pengakuan awal, entitas akan mengukur aset keuangan sesuai katagorinya sebagai berikut: N i l a i w

Nilai wajar pada saat pengakuan awal yang paling baik adalah sama dengan harga transaksinya.

Ilustrasi A.2.

Dari kasus ilustrasi A.1. Diminta:

Lakukan pengukuran awal dan susun ayat jurnal untuk pengakuan awal atas masing-masing aset keuangan:

Solusi yang disarankan:

No Aset Keuangan Dasar Pengukuran Nilai Awal 1. Other Receivables-PT X Fair value + Attributive

Transaction Cost Rp 100.000+1.000= Rp 101.000 2. Investment in trading securities-PT A Fair value Rp 120.000 3. Investment in available

for sale securities-PTD

Fair value + Attributive Transaction Cost

Rp 110.000+Rp1.000 = Rp 111.000 4. Investment in debt

securities-PT Y

Fair value + Attributive Transaction Cost

(50xRp 1.500)+Rp 1.000 = Rp 76.000 5. Account Receivables Fair value + Attributive

Transaction Cost

Rp 60.000 Tidak terdapat transaction cost

No Katagori Aset Keuangan Pengukuran awal

1. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi (FVTPL)

Nilai wajar kredit (Fair value)

Biaya transaksi diakui sebagai beban (expenses).

2. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo(HTM) Nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan.

(FV + Attributive Transaction Cost) 3. Pinjaman yang Diberikan dan

Piutang (L&R)

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 32 Ayat jurnal:

1 Juli 2012 Dr: Other Receivables-PT X Rp 101.000

Cr: Cash Rp 101.000 1 Oktober 2012 Dr: Investment in trading securities-PT A Rp 120.000

Dr: Investment acquired expenses Rp 4.000 Dr: Investment in available for sale

securities-PTD Rp 111.000 Dr: Investment in debt securities-PT Y Rp 76.000

Cr: Cash Rp 311.000 Untuk piutang usaha penjurnalan dilakukan setiap terjadi penjualan

Dr: Account receivables Rp xx.xxx

Cr: Sales Rp xx.xxx

4. Pengukuran Selanjutnya (Subsequent Measurement)

Pada saat pelaporan, aset keuangan diukur sebagai berikut:

No Katagori Aset Keuangan

Pengukuran pada tanggal pelaporan

Laba Rugi perubahan nilai wajar

1. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan LabaRugi (FVTPL)

Sebesar nilai wajar. Diakui pada laporan laba rugi (Profit or Loss)

2. Dimiliki Hingga JatuhTempo (HTM)

Sebesar biaya perolehan diamortisasi (amortized cost), yaitu nilai wajar kredit yang diukur pada saat pengakuan awal dikurang pembayaran pokok, ditambah atau dikurang amortisasi kumulatif dengan menggunakan metode suku bunga efektif

Tidak diukur dengan nilai wajar sehingga tidak terdapat pengakuan laba rugi perubahan nilai, kecuali terjadi penurunan nilai (impairment loss) 3. Pinjaman yang Diberikan danPiutang (L&R)

4. Tersedia untuk Dijual (AFS)

Sebesar nilai wajar. Diakui dalam laba rugi komprehensif lainnya (OCI)

5. Penurunan Nilai (Impairment in Value)

Pada setiap tanggal pelaporan entitas mengevaluasi apakah terdapat bukti yang objektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai.

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 33  Nilai yang dapat diperoleh kembali lebih kecil dari Nilai tercatat (Carrying amount)  Terdapat bukti objektif penurunan nilai pada setiap tanggal neraca

Bukti objektif antara lain:

 Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau peminjam;

 Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga;

 Restrukturisasi atau keringanan (konsesi) akibat pihak peminjam mengalami kesulitan;

 Peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya;  Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan; atau

 Kemungkinan besar bangkrut

Apabila terdapat bukti objektif penurunan nilai, maka harus dilakukan estimasi nilai yang dapat diperoleh kembali dan mengakui kerugian penurunan nilai, kecuali asset keuangan dengan nilai wajar melaui laba rugi (FVTPL).

Kerugian penurunan nilai (impairment loss) dihitung berdasarkan selisih antara nilai tercatat kredit dan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif. Kerugian penurunan nilai diakui dalam laporan laba

rugi (Profit and Loss)

Pemulihan penurunan nilai dapat terjadi jika nilai kini estimasi arus kas masa datang melebihi nilai tercatat sehingga jumlah kerugian penurunan nilai berkurang, dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai diakui. Pemulihan kerugian penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi (Profit and Loss)

Ilustrasi A.3.

Melanjutkan ilustrasi A.1. dan A. 2.

Pada tanggal pelaporan 31 Desember 2012 PT DFD melakukan evaluasi atas asset keuangan sebagai berikut:

1. PT X masih lancar membayar bunga setiap bulannya, tidak ada keraguan bahwa PT X tidak sanggup membayar pokok hutangnya pada saat jatuh tempo.

2. Dari informasi di bursa diketahui harga perlembar saham PT A Tbk Rp 1.400 dan saham PT D Tbk Rp 1.150 dan harga perlembar obligasi PT Y Rp 1.450.

3. Terdapat bukti objektif penurunan nilai piutang usaha, yaitu beberapa pelanggan mengalami kesulitan usaha dan kemungkinan bangkrut. Selain itu terdapat juga pelanggan yang sudah lebih dari 3 bulan belum dilunasi utangnya. Estimasi piutang per 31 Desember 2012 yang dapat ditagih Rp 50.000.

Diminta:

 Tentukan nilai pada tanggal pelaporan 31-12-2012, dan hitung keuntungan atau kerugian dari perubahan nilai tersebut serta tentukan dimana keuntungan atau

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 34 kerugian dari perubahan nilai tersebut dilaporkan dalam laporan keuangan.  Susun ayat jurnal tanggal 31-12-2012

Solusi yang disarankan:

1. Piutang PT diklasifikasikan sebagai Loans and Receivables maka pengukuran pada tanggal pelaporan menggunakan biaya yang diamortisasi (amortised cost) dengan menggunakan tarif bunga efektif.

Tabel penghitungan amortised cost.

Bulan Amortised cost awal Cash flows Amortisation of interest income Amortised cost akhir 101.000 Jul-12 101.000 (1.000) 921 100.921 Agust-12 100.921 (1.000) 920 100.841 Sep-12 100.841 (1.000) 919 100.760 Okt-12 100.760 (1.000) 919 100.679 Nov-12 100.679 (1.000) 918 100.597 Des-12 100.597 (1.000) 917 100.514 Jan-13 100.514 (1.000) 916 100.430 Feb-13 100.430 (1.000) 916 100.346 Mar-13 100.346 (1.000) 915 100.260 Apr-13 100.260 (1.000) 914 100.174 Mei-13 100.174 (1.000) 913 100.088 Jun-13 100.088 (101.000) 912 0 EIR = -0,91%

 Nilai Other receivables-PTX di Laporan posisi keuangan per 31-12-12 = Rp 100.514

 Tidak terdapat pengakuan laba-rugi atas perubahan nilai wajar  Jurnal pertanggal 31-12-2012:

Dr: Cash Rp 1.000

Cr: Interest income Rp 917 Cr: Other receivables-PT X Rp 83 2. Investment in trading securities-PTA

 Aset keuangan katagori FVTPL pada tanggal laporan diukur berdasarkan nilai wajar = Rp 140.000

 Keuntunga diakui dalam laba rugi (profit or loss) sebesar: Rp 140.000 – Rp 120.000 = Rp 20.000

 Jurnal tanggal 31-12-2012:

Dr: Investment in trading securities Rp 20.000

Cr: Unrealized gain (Loss) from FV Adjustment Rp 20.000 3. Investment in available for sale securities-PTD

 Aset keuangan katagori AFS pada tanggal laporan diukur berdasarkan nilai wajar = Rp 115.000

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 35  Keuntunga diakui dalam laba rugi komprehensih lainnya (Others comprehensive

Income) sebesar: Rp 115.000 – Rp 111.000 = Rp 4.000  Jurnal tanggal 31-12-2012:

Dr: Investment in available for sale securities-PTD Rp 4.000 Cr: Other Comperehensive Income-

Unrealized Gain (Loss) of FV adjustment. Rp 4.000 4. Investment in debt securities-PT Y

 Aset keuangan katagori HTM pada tanggal laporan diukur berdasarkan nilai amortised cost.

Tabel penghitungan amortised cost.

Bulan Amortised

cost awal Cash flows

Amortisation of interest income Amortised cost akhir 76.000 Okt 12-Sep 13 76.000 (9.000) 8.841 75.841 Okt 13-Sep 14 75.841 (9.000) 8.823 75.664 Okt 13-Sep 14 75.664 (9.000) 8.802 75.467 Okt 13-Sep 14 75.467 (9.000) 8.779 75.246 Okt 13-Sep 14 75.246 (84.000) 8.754 0 EIR = -11,63%

Untuk mempermudah perhitungan per 31-12-2012 penerimaan bunga dan amorisasi penghasilan bungan diakui proporsional untuk 3 bulan:

Cash flow bunga th 2012 = 3/12 X Rp 9.000 = (Rp 2.250) Amortisasi bunga th. 2012 = 3/12 X Rp 8.841 = Rp 2.210 Nilai investasi dalam obligasi PT Y per 01-10-2012 = Rp 76.000 Nilai investasi dalam obligasi PT Y per 31-12-2012 = Rp 75.960  Tidak terdapat pengakuan laba-rugi atas perubahan nilai wajar  Jurnal tanggal 31-12-2012:

Dr: Interest receivables Rp 2.250

Cr: Interest income Rp 8.210 Cr: Investment in debt securities-PT Y Rp 40

5. Account Recevables

 Aset keuangan katagori Loan and Receivables pada tanggal laporan diukur berdasarkan nilai amortised cost. Akan tetapi tidak ada pembebanan bunga dalam piutang dan waktu pembayaran sangat pendek, maka piutang usaha dinilai berdasarkan nilai perolehannya.

 Pada akhir tahun terdapat bukti objektif penurunan nilai, dengan demikian piutang usaha akan dinilai sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali, yaitu sebesar Rp 50.000

 Kerugian penurunan nilai (impairment loss) dibebankan dalam laporan laba-rugi (profit and loss) yaitu sebesar Rp 60.000 – Rp 50.000 = Rp 10.000

 Jurnal tanggal 31-12-2012:

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 36

Cr: Allowance for Impairment loss Rp 10.000

 Penyajian dalam laporan posisi keuangan:

Curret Assets:

Account receivables………. Rp 60.000 Allowance for Impairment loss……… (Rp 10.000)

Account receivables-net.………. Rp 50.000

6. Penghentian Pengakuan Aset Keuangan

Entitas menghentikan pengakuan aset keuangan, jika dan hanya jika:

Dalam dokumen AKUNTANSI PAJAK MENENGAH (Halaman 26-40)

Dokumen terkait